Anda di halaman 1dari 5

KONSERVASI BANGUNAN

DAN KAWASAN HERITAGE


EAH65763

RESUME DISKUSI STUDI KASUS :


LASEM MENUJU KAWASAN CAGAR BUDAYA NASIONAL

Nama : Moh. Reynaldi Paramani


NIM : 551418032
Kelas : A

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTURE


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
Resume Kawasan Cagar Budaya Nasional

1. Lasem kawasan cagar budaya nasional


Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kehendaan berupa cagar budaya,
bangunan cagar budya, stuktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar
budaya di daat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama atau kebudayaan melalui proses
penetapan.

Kawasan cagar budaya adalah satuan geografis yang memiliki dua budaya atau lebih
yang letaknya berdekatan dan atau memperlihatkan ciri tataruang.

Syarat penetapan dari kawasan cagar budaya petapan adalah pemberian status
cagar budaya terhadap benda bangunan satuan ruang geografis stuktur lokasi
maupun yang dilakuan oleh pmk berdasarkan rekomendasi. Biasanya ini dilakukan
dari penatapan sk bupati nanti bisa di usulkan menjadi peringkat provinsi ataupun
langsung ke nasional.

Syarat-syaratnya yaitu mengandung dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan berupa landskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sekitar
50 tahun memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia
paling sedikit 50 tahun memperhatikan pengaruh manusia pada masa lalu melalui
proses pemanfaatan ruang bersekala luas memperlihatkan bukti pembentukan
landscape budaya, memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti
kegiatan manusi atau edapan fosil.

Poin penting dalam penatapan kawasan cagar budaya lasem

 Luas kawasan = 158,2 Ha


 Terdiri dari delapan desa, antara lain ;
desa dasun
desa soditan
desa babagan
desa karangturi
desa sumbergirang
desa selopuro, dukuh tulis
desa gedongmulyo
desa doronkandang
 Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan
kebudyaan,
 Memiliki nilai budaya bagi penguat kepribadian bangsa.
Satu ruang geografis kawasan kota kuno lasem diapandang memiliki
nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa, sebagai wujud
persatuan dan kesatuan bangsa yang di tunjukan melalui alkuturasi
budaya.

Nilai keunggulan lain yang mendukung ;


1. Kawasan kota kuno lasem di kabupaten rembang ini merupakan karya
adiluhung yang mencerminkan kekhasan kebudayaan bangsa indonesia
2. Cagar budaya ini dianggap sangat langkah jenisnya, untuk rancangannya dan
sedikit jumlahnya.
3. Bukti evolusi budaya peradaban bangsa serta pertukaran budaya liantas
negara
4. Pemanfaatan ruang bersifat khas dan terancam punah.

2. Perubahan paradigma
1. Monument oriented
2. Value oriented
3. People oriented

1. Monument oriented yaitu ketika zaman kolonial dulu hanya memmentingkan


barang itu saja
2. Value oriented tentang nilai yang terkandung didalam benda cagar budaya
itu sehingga bisa menjadi bahan belajar
3. People oriented yaitu masyarakat itu sendiri yang kemudian harus menjadi
titik fokus bagi pelestarian cagar budaya

Kebutuhan

 Menghargai keberagaman, miningkatkan hubuganan antara warisan budaya


dan masyarakat, pengakuan terhadap dimensi warisan budaya dalam
kehidupan masyarakat.
 Mengakui pengaruh warisan budaya dalam kehidupan masyarakat,
memperkuat peran warisan budaya dalam peningkatan kualias hidup
masyarakat, meningkatka kualitas nilai produksi budaya.
 Menghargai pendapat masyarakat dalam konservasi dan pengelola warisan
budaya.
Tujuan

 Mempromosikan pengakuan terhadap masyarakat yang terkait dengan


warisan budaya mereka, memastikan bahwa mereka adalah elemen tidak
terpisahkan dalam konservasi dan pengelolaan warisan budaya mereka.
 Memperkuat pemahaman konsep warisan budaya hidup dan
mempromosikannya.
 Membangkitkan kesadaran hubungan simbiosis mutualisme antara
masyarakat dan pelestarian warisan budaya.
 Mempromosikan aktivitas dimana masyarakat memegang peran kunci dalam
pelestarian warisan budaya.

3.Pelestarian warisan budaya

Warisan budaya ditentukan oleh dan merupakan tanggung jawab masyarakat lokal,
dengan demikian partisipasi masyarakat sejak awal dalam pelestariannya sangat
penting untuk mencapai pemahaman tujuan yang sama.

Warisan budaya sekarang dipahami sebagai sistem yang mempresentasikan entitas


yang beragam dengan penekanan yang semaskin kuat pada komunitas dan variasi
penggunaan cagar budaya oleh mereka dari waktu ke waktu.

Pemahaman moderen tentang warisan budaya termasuk memberikan peran yang


lebih menonjol kepada masyarakat lokal.

Pemahaman moderen ini juga membutuhkan aktor yang berbeda pola pikir yang
berbeda, keterampilan yang berbeda dan yang terpenting sikap yang berbeda untuk
mengaktifkan warisan budaya untuk kepentingan semua.

Pertanyaan

 Citra mustofa aqhiri

Terkait paradikma pelestarian cagar budaya saat ini suatu objek-objek cagar
budaya pada suatu area yang sudah ditetapkan sebagai kawasan cagar
budaya dalam hal ini mungkin sesuai contoh kasus di lasem, bagaimana
meletakan porsi pelestarian posisi benda yangsudah di tetapkan sebagai
cagar budaya dalam kawasan cagar budaya misal banguanan atau pusaka
tetapi kepemilikannya masih perseorangan terhadap konteksnya dalam
kawasan cagar budaya apakah pendekatan yang diambil lebih kepada
pendekatan melalui jalan hukum ataukah melalui jalan pendekatan sosial
saja?
Jawaban

Menurut undang-undang sendiri kepemilikan cagar budaya tidak harus


dimiliki oleh negara tapi perorangan juga bisa memiliki caga budaya bahkan
cagar budaya itu juga bisa di wariskan atau di perjual belikan tapi untuk
merubah bangunan tersebut agar kaidah-kaidahnya.

 Wawan sudarmawan
Apakah proses menetapan kawasan cagar budaya lasem pernah gak
melakukan sosialisasi pada masyarakat setempat atau pada pewaris tunggal ?

Jawaban
Sosialisasi sudah sering dilakuan oleh pemerintah dalam hal ini dinas
parawisata dan kebudayaan.

4. Kesimpulan

Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kehendaan berupa cagar budaya,
bangunan cagar budya, stuktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar
budaya di daat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama atau kebudayaan melalui proses
penetapan.

Terdapat perubagan paradigma yaitu Monument oriented yaitu ketika zaman


kolonial dulu hanya memmentingkan barang itu saja, Value oriented tentang nilai
yang terkandung didalam benda cagar budaya itu sehingga bisa menjadi bahan
belajar, People oriented yaitu masyarakat itu sendiri yang kemudian harus menjadi
titik fokus bagi pelestarian cagar budaya.

Anda mungkin juga menyukai