Anda di halaman 1dari 8

Nama : Aprida Kusumayanti

NIM : 22/505588/SA/22048

UJIAN AKHIR SEMESTER


UNIVERSITAS GADJAH MADA

ETIKA DAN KEBIJAKAN ARKEOLOGI


Pengampu : Drs. Musadad, M.Hum.; Dr. Widya Nayati, M.A.

1. Apa yang saudara pahami atas kuliah pertama hingga terakhir dari mata kuliah ini?
Jelaskan isi tiap-tiap pertemuan kemudian jelaskan bagaimana peran etika akademik dan
etika profesi dalam kerja arkeologi, baik dalam bidang akademis, permuseuman, maupun
pengelolaan warisan budaya
A. Pemahaman kuliah pertama hingga terakhir dari mata kuliah Etika dan
Kebijakan Arkeologi
Yang saya pahami atas kuliah pertama hingga terakhir dari mata kuliah Etika dan
Kebijakan Arkeologi dengan dosen pengampu Bapak Drs. Musadad, M.Hum.; dan Ibu Dr.
Widya Nayati, M.A. adalah saat pertemuan pertama yaitu saja membahas pengantar mata
kuliah. Pertemuan berikutnya membahas tentang etika kita sebagai seorang arkeologi
terhadap disiplin ilmu itu sendiri dan orang lain.
Pertemuan berikutnya, membahas tentang kode etik sebagai seorang arkeolog oleh
IAAI, saya dapat memahami 7 pasal yang diberikan, dengan jabaran Pasal 1 hingga pasal 6
dikatakan bahwa arkeolog harus memiliki tanggung jawab terhadap disiplin ilmu,
pemerintah, masyarakat, teman sejawat, pemberi kerja, dan penyandang dana), kemudian
pada pasal 7 disebutkan bahwa para arkeolog bekerja sama dalam melaksanakan pasal-pasal
dalam Kode Etik Arkeolog Indonesia dan melakukan pengawasan pelaksanaannya serta
menyerahkan penyelesaian permasalahan kepada Dewan Pertimbangan Ikatan Ahli Arkeologi
Indonesia.
Kemudian pertemuan berikutnya saya memahami dan mengkaji mengenai
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, mulai dari pengertian cagar
budaya itu sendiri, tujuan uu dan cagar budaya, aturan-aturan terkait cagar budaya, syarat dan
kriteria cagar budaya, konsekuensi bagi pelanggar ataupun perusak cagar budaya, serta
berbagai aturan lainnya yang terkait dengan cagar budaya serta pelestariannya berdasarkan
perundang-undangan.
Setelah itu, pada pertemuan berikutnya disertai tugas, saya memahami adanya
mapping aktor, yang dimana ada aktor-aktor dalam perumusan dan implementasi kebijakan
publik, pemerintah, non-pemerintah, lembaga, bahkan partai yang berperan dalam pembuatan
kebijakan publik.
Pertemuan berikutnya, saya memahami tentang kawasan-kawasan cagar budaya,
seperti di kotabaru dan sekitarnya. Tidak hanya itu, kode etik mulai saya pahami dalam
penerapannya sebagai arkeolog dalam meneliti hubungan cagar budaya dengan masyarakat,
Dan terakhir sebelum UAS, saya memahami fungsi dari etika dan kebijakan dalam
arkeologi dan penerapannya langsung. Saya memahami pentingnya sebuah sikap atau kode
etik dalam berbagai hal, seperti pendidikan, keteladanan, penilaian, serta peraturan yang ada.
Kuliah Etika dan Kebijakan arkeologi ini juga membuat saya memahami beberapa prinsip
yang ada, seperti prinsip konservasi dan prinsip penelitian.

B. Peran etika akademik dan etika profesi dalam kerja arkeologi, baik dalam
bidang akademis, permuseuman, maupun pengelolaan warisan budaya
Dalam arkeologi, etika akademik dan etika profesi berperan penting dalam menjaga
integritas dan kredibilitas dalam pekerjaan. Etika akademik berkaitan dengan standar moral
dan perilaku yang diterapkan dalam dunia akademis, sementara etika profesi berkaitan
dengan standar moral dan perilaku yang diterapkan dalam pekerjaan profesional.
Pada bidang akademis, etika akademik sangat penting dalam penelitian dan
membantu memastikan kejujuran dan kebenaran pada publikasi karya ilmiah. Arkeologi
adalah bidang studi yang sangat bergantung pada fakta dan data yang ditemukan sehingga
etika akademik juga membantu memastikan bahwa publikasi yang dikeluarkan berdasarkan
data yang sah dan akurat.
Sementara itu, etika profesi dalam arkeologi sangat penting dalam memastikan bahwa
pekerjaan arkeolog dilakukan dengan memperhatikan standar-standar profesional yang ada
serta memastikan bahwa penemuan arkeologi dijaga dengan baik, dan tidak merusak atau
merugikan lingkungan atau budaya setempat. Etika profesi juga membantu dalam
memastikan bahwa arkeolog bekerja dengan menghormati hak-hak masyarakat setempat dan
memperhatikan nilai-nilai budaya yang ada.
Seperti halnya di bidang permuseuman, etika akademik dan etika profesi juga
berperan penting dalam menjaga integritas dan kebenaran informasi yang diberikan kepada
pengunjung. Etika akademik membantu dalam memastikan informasi yang diberikan kepada
pengunjung benar dan dapat dipercaya, sementara etika profesi memastikan bahwa penjagaan
artefak dan benda-benda bersejarah di museum dilakukan dengan baik. Keduanya sangat
penting dalam menjaga keaslian dan kebenaran informasi yang diberikan kepada pengunjung.
Terakhir, dalam pengelolaan warisan budaya, etika akademik dan etika profesi
membantu dalam memastikan warisan budaya dijaga dengan baik dan diberikan perlindungan
yang tepat. Etika akademik membantu dalam menjaga kebenaran sejarah dan pengetahuan
tentang warisan budaya, sementara etika profesi memastikan bahwa pengelolaan warisan
budaya dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai budaya setempat dan melindungi
warisan budaya dari kerusakan atau kehilangan.
Kesimpulannya, etika akademik dan etika profesi memiliki peran penting dalam
bidang arkeologi, baik dalam bidang akademis, permuseuman, maupun pengelolaan warisan
budaya. Etika akademik membantu dalam menjaga kebenaran data dan temuan arkeologi,
sementara etika profesi membantu dalam memastikan bahwa pekerjaan arkeolog dilakukan
dengan memperhatikan standar-standar profesional dan penghormatan terhadap nilai-nilai
budaya setempat.

2. Bagaimana seorang arkeolog dapat berkontribusi dalam mempromosikan kesadaran


melestarikan warisan budaya? Apa yang sudah anda melakukan?
A. Kontribusi seorang arkeolog dalam mempromosikan kesadaran melestarikan
Warisan budaya merupakan bagian penting dari sejarah dan identitas suatu bangsa.
Namun, seringkali kita menemukan warisan budaya yang terabaikan, rusak, atau bahkan
hilang karena berbagai alasan seperti urbanisasi, pembangunan infrastruktur, atau perubahan
sosial dan budaya. Oleh karena itu, sebagai seorang arkeolog, kita diharapkan bisa
berkontribusi dalam mempromosikan kesadaran warisan budaya.
Menurut saya, ada beberapa cara seorang arkeolog dapat memberikan kontribusi
dalam mempromosikan kesadaran melestarikan warisan budaya, seperti mempelajari,
meneliti, dan menggali situs sejarah. Kita sebagai arkeolog dapat membantu mengumpulkan
bukti-bukti tentang keberadaan dan sejarah warisan budaya yang kemudian bisa untuk
mempromosikan kesadaran melalui publikasi ilmiah, presentasi, ataupun pameran. Dengan
membagikan pengetahuan dan informasi tentang warisan budaya, arkeolog juga dapat
membantu masyarakat memahami nilai-nilai dan makna di balik warisan budaya tersebut.
Selain itu, arkeolog dapat berpartisipasi dalam program pendidikan dan membantu
mengajarkan tentang sejarah dan budaya kepada masyarakat. Hal ini dapat membantu
meningkatkan pemahaman dan kepedulian terhadap warisan budaya. Kita juga dapat
mengajarkan keterampilan arkeologi kepada masyarakat lokal, seperti bagaimana melakukan
penggalian situs sejarah dengan benar.
Arkeolog dapat berkolaborasi dengan komunitas lokal untuk mempromosikan
kesadaran tentang pentingnya melestarikan warisan budaya. Seperti dengan cara mengadakan
acara atau kegiatan bersama, termasuk sosialisasi dan memberikan informasi tentang cara
melestarikan situs sejarah. Arkeolog juga dapat membantu masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata budaya berkelanjutan.
Sebagai seorang arkeolog, menurut saya kita juga bisa menjadi pejuang pelestarian
warisan budaya juga dengan cara memberikan saran tentang cara terbaik untuk
melestarikannya. Kita juga dapat berpartisipasi dalam diskusi ataupun pertemuan, seperti
dengan pihak BPCB, pemerintah, akademisi, komunitas lokal, dan organisasi-organisasi yang
peduli terhadap pelestarian warisan budaya.
Tidak hanya itu, arkeolog juga dapat mempromosikan kesadaran melestarikan warisan
budaya melalui penggunaan teknologi modern. Misalnya dengan menggunakan teknologi
pemetaan digital dan 3D yang dapat memvisualisasikan situs-sejarah bagi masyarakat agar
lebih menarik dan memudahkan pelestariannya.
Oleh karena itu, seorang arkeolog dapat memberikan kontribusi dalam
mempromosikan kesadaran melestarikan warisan budaya dengan melakukan berbagai
tindakan. Dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut, seorang arkeolog dapat
memperlihatkan betapa pentingnya warisan budaya bagi bangsa dan memotivasi masyarakat
untuk turut serta dalam upaya pelestariannya.

B. Upaya yang telah saya lakukan sebagai seorang arkeolog dalam


mempromosikan kesadaran melestarikan warisan budaya
Saya sendiri sebagai seorang arkeolog sudah melakukan beberapa hal kecil dalam
upaya mempromosikan kesadaran melestarikan warisan budaya, seperti melakukan penelitian
dan kuliah lapangan di situs bersejarah kemudian membuat catatan-catatan kecil ataupun
artikel, kemudian mempostingnya di sosial media. Selain karena hobi, saya juga
melakukannya untuk membagikan pengetahuan dan informasi tentang warisan budaya agar
para pembaca setidaknya bisa memahami nilai-nilai dan makna di balik warisan budaya
tersebut.
Saya juga mengikuti Himpunan Mahasiswa Arkeologi UGM sebagai Relasi Publik
untuk memperkenalkan Arkeologi itu sendiri beserta pentingnya melestarikan warisan
budaya. Hal ini saya lakukan ketika adanya pertemuan di luar seperti salah satunya baru-baru
ini pertemuan dengan Himpunan Mahasiswa Kimia UGM yang dimana kita bertukan
informasi. Saat itu, saya memperkenalkan tentang mengapa arkeologi dan warisan budaya
penting untuk dilestarikan.

3. Apa tujuan utama dari UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya? Apa konsekuensi
hukum bagi pihak yang melanggar UU No. 11 Tahun 2010? Bagaimana etika arkeolog dalam
menjalankan amanat UU tersebut?
A. Tujuan utama dari UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bertujuan untuk
melindungi dan melestarikan cagar budaya di Indonesia, baik itu yang memiliki nilai sejarah,
arkeologi, etnografis, nilai seni, ataupun lingkungan hidup. Selain itu, undang-undang ini
juga bertujuan untuk melindungi cagar budaya dari kerusakan, pengrusakan, dan kepunahan.
Tujuan utama dari UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya ini sangat penting,
yaitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan cagar
budaya. Peran masyarakat dalam pelestarian cagar budaya sangat penting untuk menciptakan
kondisi yang kondusif bagi pelestarian cagar budaya. Dalam hal ini, pemerintah membuat
regulasi dan mengawasi sedangkan masyarakat diharapkan turut serta dalam upaya
pelestarian cagar budaya. Tujuan UU ini dibuat juga untuk meningkatkan nilai ekonomi,
sosial, dan budaya dari cagar budaya. Dengan meningkatnya nilai-nilai tersebut, maka
semakin banyak orang yang akan tertarik untuk mempelajari dan melestarikan cagar budaya.
Dapat disimpulkan, UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya memiliki banyak
fungsi. Akan tetapi, yang terpenting UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dibuat
untuk pelestarian cagar budaya secara berkelanjutan.
B. Konsekuensi hukum bagi pihak yang melanggar dari UU No. 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya
UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya memiliki tujuan untuk melindungi,
melestarikan, dan memanfaatkan cagar budaya sebagai kekayaan budaya nasional yang tidak
tergantikan. Oleh karena itu, setiap orang atau badan hukum yang melanggar undang-undang
ini akan dikenakan sanksi dan konsekuensi berdasarkan UU No. 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya.
Setelah membaca dan menelaah UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya saya
dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa konsekuensi hukum bagi pihak yang
melanggarnya, antara lain yaitu berupa denda, penjara, kewajiban pemulihan kerusakan, dan
pembatalan izin.
Salah satu contoh denda dan penjara terhadap pelanggar terdapat pada Pasal 105 BAB
XI UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang menyatakan bahwa setiap orang yang
dengan sengaja merusak cagar budaya akan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah). Besar denda dan lama penjara yang dikenakan bervariasi tergantung pada jenis
pelanggaran yang dilakukan.
Selain sanksi denda dan penjara, pihak yang melanggar juga dapat diwajibkan untuk
memulihkan kerusakan yang telah mereka lakukan. Contohnya yang terdapat pada Pasal 81
ayat (1) UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menyebutkan bahwa setiap orang atau
badan hukum yang merusak, menghancurkan, atau merubah cagar budaya yang terdaftar
wajib memperbaiki, mengembalikan, atau menggantikannya.
Terakhir, ada konsekuensi berupa pembatalan izin yang telah diberikan oleh
pemerintah. Pasal 84 UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya menyebutkan bahwa
pemerintah dapat mencabut izin untuk melakukan kegiatan apapun yang merusak atau
mengganggu cagar budaya.
C. Etika arkeolog dalam menjalankan amanat UU No. 11 Tahun 2010 tentang
Cagar
Dalam menjalankan tugasnya, seorang arkeolog harus memperhatikan etika dan kode
etik profesi yang telah ditetapkan. Terlebih lagi, dengan adanya Undang-Undang No. 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, arkeolog harus mematuhi persyaratan-persyaratan yang
telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut.
Etika-etika arkeolog yang harus diperhatikan dalam menjalankan amanat UU No. 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yaitu dengan memahami dan menghormati nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam cagar budaya yang diteliti serta tidak merusak atau mengubah
cagar budaya tersebut agar tetap dilestarikan dan dijaga keasliannya.
Sebagai arkeolog kita juga memiliki kewajiban untuk menjaga integritas dan
objektivitas penelitian agar tidak terpengaruh oleh kepentingan pihak tertentu serta menjaga
kerahasiaan informasi dari penelitian agar tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi
atau kelompok tertentu. Selain itu, penting bagi kita untuk memperhatikan aspek keselamatan
dalam penelitian karena seringkali melibatkan ekskavasi dan penggalian di area yang
berbahaya, seperti di gua atau tebing yang curam.
Dalam menjalankan penelitian arkeologi, arkeolog juga harus memperhatikan aspek
partisipasi masyarakat. Penelitian arkeologi seringkali melibatkan masyarakat setempat,
seperti dalam pengumpulan data atau sebagai sukarelawan dalam penggalian. Oleh karena
itu, arkeolog harus memperhatikan partisipasi masyarakat dalam penelitian dan memberikan
informasi yang jelas tentang tujuan dan manfaat dari penelitian arkeologi tersebut.
Terdapat juga pasal-pasal kode etik IAAI bagi para arkeolog dalam menjalankan
amanat UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar, yaitu pada Pasal 1 hingga pasal 6 harus
memiliki tanggung jawab baik terhadap disiplin ilmu, pemerintah, masyarakat, teman
sejawat, pemberi kerja, dan bahkan terhadap penyandang dana. Pada pasal 7 juga disebutkan
bahwa para arkeolog bekerja sama dalam melaksanakan pasal-pasal dalam Kode Etik
Arkeolog Indonesia dan melakukan pengawasan terhadap efektivitas pelaksanaannya serta
menyerahkan penyelesaian permasalahan kepada Dewan Pertimbangan Ikatan Ahli Arkeologi
Indonesia.
Oleh karena itu, tika arkeolog sangat penting dalam menjalankan amanat
Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Dengan memperhatikan etika
arkeolog, penelitian arkeologi dapat dilakukan dengan baik dan bertanggung jawab, serta
memberikan manfaat bagi masyarakat dan dapat menjadi sumber informasi yang berharga
bagi generasi mendatang.

4. Bagaimana Anda menyiapkan diri untuk menjadi arkeolog dunia?


A. Persiapan untuk menjadi arkeolog dunia
Saya bercita-cita untuk menjadi seorang arkeolog dunia dan bisa bermanfaat bagi
banyak orang, beberapa langkah yang saya ambil untuk mempersiapkan diri adalah dengan
menempuh pendidikan Sarjana Arkeologi di Universitas Gadjah Mada. Saya membutuhkan
ilmu arkeolog serta berusaha meraih gelar sarjana di bidang arkeologi. Kemudian, saya
berusaha memperbanyak pengalaman lapangan, mulai dari hal kecil yaitu kuliah lapangan
(penggalian, analisis, dokumentasi), dan rencananya ketika nanti mendapat mata kuliah
ekskavasi akan bersungguh-sungguh.
Tidak hanya itu, saya juga akan berusaha mencari kesempatan magang atau
sukarelawan di situs arkeologi. Meskipun saat ini belum tercapai, tetapi saya mulai dari hal
kecil yaitu bergabung di Himpunan Mahasiswa Arkeologi untuk memperluas relasi serta ilmu
arkeologi. Pengalaman kecil ini saya harap dapat membantu membangun jaringan profesional
dan mengembangkan keterampilan sosial saya menuju cita-cita saya sebagai arkeolog dunia.
Sebagai seseorang yang berkeinginan menjadi arkeolog dunia, tentu saja saya akan
sangat membutuhkan kemampuan berbahasa dan komunikasi (softskill). Arkeologi
melibatkan studi tentang budaya dan sejarah di seluruh dunia, sehingga kemampuan untuk
berbicara bahasa asing dapat sangat membantu. Karena minat saya terhadap arkeologi Eropa
Barat, saat ini saya sedang mempelajari bahasa-bahasa selain bahasa Indonesia, yaitu Inggris,
Italia, dsb. Saya juga sedang berlatih berkomunikasi, baik itu dalam menulis maupun
berbicara. Hal ini saya harap dapat membantu saya untuk meraih cita-cita sebagai arkeolog
dunia. Untuk menjadi arkeolog dunia, saya rasa keterampilan komputer juga sangat penting
dalam arkeologi modern. Saat ini saya sedang mempelajari beberapa aplikasi perangkat lunak
seperti program pemetaan dan pengolahan gambar digital.
Oleh karena itu, saya menyiapkan langkah-langkah dari awal menuju cita-cita saya
sebagai seorang arkeolog dunia. Mulai dari menempuh pendidikan Arkeologi dengan harapan
mendapat ilmu arkeolog, berusaha memperbanyak pengalaman di bidang ke-arkeologi-an
seperti yang dilakukan oleh dosen-dosen arkeologi saya, hingga berusaha terus
mengembangkan beberapa softskill.

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Sekretariat


Negara. Jakarta.

Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI). 2022. AD/ART dan Kode Etik Arkeologi
Indonesia. D.I. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai