Anda di halaman 1dari 11

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Pada pertengahan abad ke-8 dijawa bagian tengah berdiri sebuah kerajaan baru.
Kerajaan itu kita kenal dengan nama kerajaan Mataram Kuno. Mengenai letak dan pusat
kerajaan Mataram Kuno tepatnya belum dapat dipastikan. Ada yang menyebutkan pusat
kerajaan di Madang dan terletak di Pho Pitu. Sementara itu letak Pho Piyu sampai
sekarang belu jelas.

Keberadaan lokasi kerajaan itu dapat diterangkan berada di sekeliling pegunungan, dan
sungai-sungai. Di sebelah utara terdapat Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, dan
Sindoro; di sebelah barat terdapat pegunungn Serayu; di sebelah timur terdapat gunung
Lawu, serta di sebelah selatan berdekatan dengan laut Selatan dan pegunungan Seribu.
Sungai-sungai yang ada, misalnya Sungai Bogowoto, Elo, Progo, Opak, dan Bengawan
Solo. Letak Poh Pitu mungkin di antara kedu sampai sekitar prambanan.

Untuk mengetahui perkembangan kerajaan Mataram Kuno dapat digunakan sumber


yang berupa prasasti. Ada beberapa prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Mataram
Kuno di antaranya prasasti Canggala, prasasti Kalasan, Prasasti Klura, Prasasti kedu
atau prasastibalitung. Di samping beberapa prasasti tersebut, sumber sejarah kerajaan
Mataram Kuno juga berasal dari berita cina.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno


Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, disebabkan
oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut
menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut
menjadi rusak. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang
terjadi tahun 927-929 M.

Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan


ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan
tidak terdapatnya pelabuhan strategis. Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai
selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan
daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.

Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di
Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan
menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan . Mpu Sindok yang membentuk
dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai
kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok
memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan948 M.

Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain
prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti
Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang,
dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh
Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.
Letak Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut
Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti
Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-
Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak
sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan
Solo. Itulah sebabnya daerah ini sangat subur.

Silsilah Kerajaan Mataram Kuno


Di kerajaan Mataram kuno terdapat dua dinasti yang silih berganti memimpin kerajaan
yaitu dinasti Sanjaya yang beragama Hindu Syiwa dan dinasti Syailendra yang beragama
Buddha Mahayana. Berdasarkan interpetasi terhadap prasasti-prasasti yang ada,
diperkirakan kedua dinasti ini saling bersaing untuk berebut pengaruh dan terkadang
memerintah secara bersama-sama.

1. Dinasti Sanjaya
Dinasti Sanjaya merujuk pada raja pertama Mataram yaitu Sanjaya dan keturunan-
keturunannya. Mereka aslidari Nusantara dan menganut agama Hindu aliran Syiwa.

Poerbatjaraka menyatakan bahwa dinasti Sanjaya tidak pernah ada karena mereka
merupakan anggota dinastiSyailendra. Namun pendapatnya ini masih menimbulkan
banyak kebingungan karena bukti-bukti yang minim. Juga menurut teori Marwati
Pusponegoro dan Nugroho Notosutanto, dinasti Sanjaya tidak pernah ada karena tidak
pernah disebutkan dalam prasasti mana pun. Sanjaya dan Rakai Panangkaran
merupakan anggota dinasti Syailendra namun berbeda agama. Sanjaya
beragama Hindu Syiwa, sedangkan Rakai Panangkaran adalah putranya yang berpindah
agama menjadi penganut Buddha Mahayana.

2. Dinasti Syailendra
Syailendravamsa atau dinasti Syailendra adalah nama dinasti raja-raja yang berkuasa di
Sriwijaya pulau Sumatera dan di kerajaan Mataram Kuno Jawa Tengah sejak tahun 752.
Didirikan oleh Bhanu. Rajanya penganutagama Buddha Mahayana. Ada beberapa
pendapat mengenai asal-usul dinasti ini :

 Teori India

Didukung oleh Dr. Mayundar, Nilakanta Sastri dan Ir. Moens. Berpendapat bahwa dinasti
ini berasal dari India. Mereka menetap di Palembang. Namun
setelah kedatangan Dapunta Hyang tahun 683 M, dinasti Syailendra lari ke Jawa karena
terdesak oleh Dapunta Hyang dan bala tentaranya.

 Teori Funan

George Coedes cenderung menganggap bahwa dinasti Syailendra berasal


dari Funan, Kamboja yang menyingkir ke Jawa akibat runtuhnya
kerajaan Funan (Chenla). Mereka kemudian muncul sebagai penguasa di Medang ri Poh
Pitu pada pertengahan abad ke-8 M dengan menggunakan nama Syailendra.Teori ini
terbukti kuat. Karena raja-raja Syailendra menganggap dirinya keturunan langsung raja-
raja Funan. Mereka mengatakan keturunan orang Funan yang berlindung di Jawa
Tengah setelah negeri mereka ditaklukan.

 Teori Nusantara

Teori ini menyatakan bahwa Sumatera atau Jawa sebagai asal bangsa ini. Bisa jadi
mereka berasal dari Sumatera yang kemudian berpindah ke Jawa atau warga asli Jawa
yang berpengaruh kuat di Sumatera. Beberapa sejarawan mengatakan bangsa ini
berasal dari Sumatera yang kemudian bermigrasi ke Jawa Tengah setelah Sriwijaya
melakukan ekspansi ke Jawa Tengah pada abad ke-7 M. Teori Nusantara ini didukung
oleh Poerbatjaraka didasarkan pada Carita Parahyangan yang juga menjelaskan tentang
Dapunta Salendra. Menurutnya Dapunta Salendra adalah bakal raja-raja keturunan
Syailendra yang berkuasa di Medang.

Di Indonesia nama Syailendravamsa pertama kali dijumpai dalam prasasti Kalasan dari
tahun 778 M. Kemudian ditemukan didalam prasasti Kelurak tahun 782 M, prasasti
Abhayagiri Wihara tahun 792 Masehi, prasasti Sojomerto tahun 700 M dan prasasti
Qayyum Unand 824 M. Sedangkan diluar Indonesia ditemukan pada prasasti Ligor tahun
775 dan prasasti Nalanda yang ada di India.

Kehidupan Masyarakat Kerajaan Mataram Kuno


Berikut ini terdapat beberapa kehidupan masyarakat kerajaan mataram kuno, yaitu
sebagai berikut:

 Bidang Ekonomi Kerajaan Mataram Kuno


Perekonomian kerajaan Mataram kuno didukung melalui sektor pertanian. Hal ini
didukung oleh kondisi geografis daerahnya yang banyak dikelilingi gunung-gunung
seperti gunung Merapi, gunung Sindoro, gunung Sumbing, dll. Wilayahnya sangat
subur sehingga cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman seperti padi dan palawija.

Selain itu, sektor perdagangan dan pelayaran juga dikembangkan. Namun tidak semaju
seperti sektor pertanian. Meskipun Mataram banyak dialiri oleh sungai-sungai besar
seperti Bengawan Solo, akan tetapi pada saat itu pusat-pusat perdagangan dan
pelayaran dunia lebih terfokus ke wilayah semenanjung Malaya yang dikuasai oleh
kerajaan Sriwijaya. Disatu sisi pun wilayah lautan yang dimiliki oleh kerajaan Mataram
kurang mendukung aktifitas pelayaran karena ombaknya yang lumayan besar.

 Bidang Keagamaan Kerajaan Mataram Kuno


Dalam bidang keagamaan terdapat dua agama yang memiliki pengaruh di kerajaan ini.
Yaitu agama Hindu Syiwa yang dianut oleh keluarga Sanjaya dan mayoritas penduduk
setempat. Serta agama Buddha Mahayana yang hanya dianut oleh keluarga
Syailendra. Raja-raja yang memerintah di kerajaan ini pun juga tidak
mengesampingkan bidang keagamaan. Hal ini terbukti dengan banyak didatangkannya
pendeta-pendeta Hindu dan Buddha ke Mataram untuk mengajarkan agama. Serta
pada masa Panangkaran pun pernah dibangun biara sebagai tempat beribadah
penganut Buddha.
 Bidang Sosial-Budaya Kerajaan Mataram Kuno
Dalam bidang sosial, pada masa dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu
menggunakan sistem kasta empat tingkatan untuk membagi masyarakatnya.
Sedangkan pada masa dinasti Syailendra tidak terdapat sistem kasta karena dalam
agama Buddha sendiri tidak mengenal adanya pembagian kasta dalam kelompok
masyarakat.

Sementara dalam bidang budaya juga mengalami perkembangan. Hal ini bisa
dibuktikan dengan banyaknya ditemukan candi-candi dan prasasti-prasasati yang
berasal dari kerajaan ini. Antara lain :

1. Candi-candi yang bercorak Hindu diantaranya: Candi Gedong Songo, kompleks


Candi Dieng, Candi Siwa, Candi Brahma, Candi Wisnu, Candi Sukuh, Candi
Boko dan kompleks Candi Prambanan.
2. Candi-candi yang bercorak Buddha diantaranya Candi Kalasan, Candi
Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan, Candi Sojiwan,
Candi Pawon dan Candi Sari.
3. Temuan artefak emas Wonoboyo yang menunjukkan kehalusan seni budaya
kerajaan Mataram kuno.
4. Peninggalan prasasti yaitu Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Kelurak,
Arca Manjusri, Prasasti Mantyasih, Prasasti Sojomerto, Prasasti Nalanda,
Prasasti Ligor, Prasasti Ratu Boko, Prasasti Wanua Tengah III, Prasasti
Gondosuli, dll.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno


Berikut ini terdapat beberapa masa kejayaan kerajaan mataram kuno, yaitu sebagai
berikut:

 Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu)


guna mengatur aliran Sungai Berangas, sehingga banyak kapal dagang dari
Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke pelabuhan
itu.
 Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
 Adanya sungai-sungai besar, antara lain Sungai Brantas dan Bengawan Solo
yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdagangan.
 Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penanaman padi
secara besar-besaran.
 Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu,
yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Berikut ini terdapat beberapa peninggalan dari kerajaan mataram kuno, yaitu sebagai
berikut:

1. Candi Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

1. Candi Sewu
2. Candi Arjuna
3. Candi Bima
4. Candi Borobudur
5. Candi Mendut
6. Candi Pawon
7. Candi Puntadewa
8. Candi Semar

2. Prasasti Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

 Prasasti Kerajaan Mataram


 Prasasti Sojomerto
 Prasasti Kalasan
 Prasasti Klurak
 Prasasti Ratu Boko
 Prasasti Nalanda

Bukti
Candi sewu
Letak Kerajaan Medang Kamulan

Silsilah Kerajaan Medang Kamulan

keris.id
Kerajaan Medang Kamulan memiliki 3 raja yang pernah memimpin pemerintah. Berikut ini penjelasan
tentang 3 raja tersebut:

Raja Mpu Sindok


Mpu Sindok adalah raja pertama yang memerintah Kerajaan Medang Kamulan. Mpu Sindok
memerintah kurang lebih selama 20 tahun. Ia juga dibantu oleh permaisurinya yang bernama Sri
Wardhani Pu Kbih.
Pada saat pemerintahannya, Mpu Sindok mempunyai gelar Sri Maharaja raka I Hino Sri Isyana
Wikrama Dharmatunggadwea. Saat masa pemerintahan Mpu Sindok sangat bijaksana, berbagai usaha
dilakukan untuk memakmurkan rakyatnya antara lain, membangung bendungan atau waduk untuk
pengairah.
Mpu Sindok melarang semua rakyatnya untuk menangkap ikan di bendungan tersebut. Larang ini
bertujuan untuk melestarkan sumber daya alam tersebut.
Dalam bidang agama. Mpu Sindok walaupun beragama Hindu, tetapi sangat memperhatikan
usaha penggubahan Kitab Buddha Mahayana. Hasli dari gubahan berupa Kitab Sang Hyang
Kamahayanikan. Hal ini membuktikan antara agama Hindu dan Buddha dapat hidup saling
berdampingan.
Raja Dharmawangsa Teguh
Setelah pemerintahan Mpu Sindok berakhir, Medang Kamulan diteruskan oleh Raja Dharma Teguh yang
merupakan cucu dari Mpu Sindok. Selama masa pemerintahannya, ia berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.
Usaha yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan kualitas dalam sistem pertanian, dan
perdagangan. Akan tetapi, usaha dalam meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dalam bidang perdagangan
mengalami kesulitan. Hal ini terjadi karena perdagangan di kawasan perairan Jawa dan Sumatera masih
dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.
Dalam usaha untuk mengalahkan Kerajaan Sriwijaya, sekitar pada tahun 1003 M, Medang Kamulan
mengirimkan tentaranya untuk merebut pusat perdagangan di Selat Malaka dari kekuasaan Sriwijaya.
Tetapi serangan yang di lakukan ini tidak mendapatkan hasil,

Bahkan Kerajaan Sriwijaya melakukan serangan balasan melalui serangan Kerajaan Wura-
Wuri (Kerajaan bawahan Sriwijaya). Akibat dari serangan tersebut, Medang Kamulan mengalami
kehancuran, penyerangan ini juga mengakibatkan terbunuhnya Raja Dharmawangsa disebut
dengan Pralaya.

Raja Airlangga (Erlangga)

Raja Airlangga merupakan putera Raja Bali bernama Udaya yang menikah
dengan Mahendradatta saudari dari Raja Dharmawangsa. Pada saat pesta pernikahannya, secara tiba-
tiba terjadi penyeragan dari Kerajaan Wura-Wuri, yang menewaskan Raja Dharmawangsa serta keluarga.

Saat terjadi penyerangan tersebut, Airlangga lolos dari pembunuhan berkat bantuan Narattoma, berhasil
melarikan diri ke hutan. Selama ia berada di pengasingan, Airlangga mendapat gemblengan dari para
Brahmana dan dinobatkan menjadi raja.
Dengan diangkatnya Airlangga menjadi raja, ia berusaha sangat keras untuk memulihkan kewibawaan
Medang Kamulan. Secara berkala Airlangga berhasil menaklukan raja-raja bawahan Kerajaan Sriwijaya.
Misalnya, Bisaprabhawa ditakulkan pada tahun 1029 Masehi, Raha
wijayawarman dari Wengker tahun 1035.
Setelah berhasil memulihkan kewibaannya kembali, Raja Airlangga memindahlan ibukota Kerajaan
Medang Kawulan ke Kahuripan.
Usaha-usaha yang dilakukan Raja Airlangga dalam meingkatkan kesejahteraan masyarakatnya antara lain
:
Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah terjadinya banjir musiman.
Membangun jalan-jalan yang menjadi penghubung pasar pesisir ke pusat kerajaan.

Melakukan perbaikan pelabuhan hujung Galuh, di muara Kali Brantas.

Masa Kejayaan Kerajaan Medang Kamulan

Medang Kamulan berada di puncak kejayaan dan kemakmuran pada masa pemerintahan Raja Airlangga.
Pengalaman hidup dan juga kebersihan Raja Airlangga di ceritakan di dalam Kitab Arjunawiwaha yang
di tulis oleh Mpu Kanwa.
Setelah Medang Kamulan mencapai puncak kesejahteraan, Raja Airlangga kemudian memasuki
masa kependetyaan. Kemudian tahta diserahkan kepada putri yang lahir dari permaisuri. Tetapi, putri
Raja Airlangga tersebut memilih menjadi seorang petapa dengan gelar Ratu Giri Putri. Akhirnya tahta
Medang Kamulan diserahkan kepada kedua orang putra yang terlahir dari selir Airlangga.
Selanjutnya, Kerajaan ini di bagi menjadi dua, yaitu Kerajaan Janggala dan Kerajaan Kediri (Panjalu).
Tujuan Airlangga membagi kerajaan ini adalah untuk mencegah terjadinya perang saudara.
Kerajaan di bagi menjadi dua bagian dengan batasan Gunung Kawi atas banuan dari Mpu Barada.
Kerajaan Janggala dengan ibukotanya Kahuripan dan Kerajaan Panjalu ibukotanya Daha (Kediri).
Sumber Sejarah Kerajaan Medang Kamulan

indephedia.com
Sumber sejarah tentang adanya Kerajaan Medang Kamulan sebagai berikut :
Prasasti
Terdapat berbagai prasasti yang mengisahkan Kerajaan Medang Kamulan, antara lain:
Prasasti Mpu Sindhok, menceritakan masa pemerintahan Mpu Sindhok
Prasasti Tengaran di buat pada tahun (933 M) menceritakan bahwa Mpu Sindok memerintah bersama
istrinya, Sri Wardani Pu Kbin (Rakryan Bawang).
Prasasti Lor di buat pada tahun(939 M) dekat Nganjuk, menceritakan tentang perintah membuat candi
bernama Jayamrata dan Jayastambo di desa Anyok Lodang untuk memeringati kemenangan Mpu
Sindok.
Prasasti Bangil, menceritakan tentang pembuatan candi untuk pemakaman ayahanda Mpu Sindok dan
sang permaisuri, Rakryan Bawang.
Prasasti Calcutta, menceritakan awal mula silsilah dinasti Isana sampai zaman pemerintahan Airlangga.
Dalam prasasti Calcutta di ceritakan beragai hal tentang Raja Airlangga yaitu :
Menceritakan silsilah Raja Airlangga (Airlangga adalah putra Raja Udayana dari Bali).
Kisah peristiwa penyerangan Raja Wurawari dari Wengker (kerajaan bawahan Sriwijaya).
Kisah pelarian Raja Airlangga ke Bukit Wonogiri bersama Narottama,
Pendirian pertapaan di Pucangan.
Peperangan Raja Airlangga dengan Raja Wurawari.
Berita Asing
Berita dari Cina, berita dari Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman dinasti Sung.
Berita ini menceritakan bahwa antara kerajaan yang berada di Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi
permusuhan. akhirnya ketika duta Kerajaan Sriwijaya pulang dari Cina (tahun 990 M) terpaksa harus
tinggal dulu di Campa hingga perang selesai.
Berita dari India, berita dari India menerangkan bahwa Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan
persahabatan dengan Kerajaan Chola. Hal ini dilakukan untuk membendung dan menghalangi kemajuan
Medang Kamulan pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa.

Awal berdirinya kerajaan


Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa
raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai
Mataram Sang Ratu Sanjaya.[1].[2]

Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut dengan
jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang memerintah pulau
Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara menjadi kacau. Sanjaya
kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu Sannaha, saudara perempuan
Sanna.[3]

Sanna, juga dikenal dengan nama "Sena" atau "Bratasenawa",[4] merupakan raja Kerajaan
Galuh yang ketiga (709 - 716 M). Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari takhta
Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu Sanna) dalam tahun 716 M. Sena akhirnya melarikan
diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa yang merupakan raja
pertama Kerajaan Sunda (setelah Tarumanegara pecah menjadi Kerajaan
Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat baik Sanna. Persahabatan ini pula yang
mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya.
Sanjaya, anak Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga
Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya yang merupakan sahabat
Sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah atas nama
istrinya. Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan Galuh dan
Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M Sanjaya mewarisi
takhta Kerajaan Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan kawasan Jawa Barat, ia
mengatur pembagian kekuasaan antara putranya, Tamperan, dan Resi Guru Demunawan.
Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan
Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putra
bungsu Sempakwaja.Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita
Parahyangan [5] yang baru ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.
Keadaan penduduk
Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan pada umumnya
bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal sebagai negara agraris,
sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.

Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa.
Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti
menjadi Buddha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai
Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha tetap hidup berdampingan
dengan penuh toleransi.

Anda mungkin juga menyukai