Anda di halaman 1dari 3

KERAJAAN MATARAM KUNO

Sejarah Indonesia mengenal dua Kerajaan Mataram, yaitu Mataram Kuno yang
bercorak Hindu-Buddha dan Mataram Islam yang merupakan cikal bakal Kesultanan
Yogyakarta dan Surakarta. Kedua kerajaan itu berbeda dalam hal agama dan dinasti, namun
kedua-duanya berkembang pada daerah yang sama yaitu di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke- 8 M yang nantinya pindah ke Jawa
Timur pada abad ke-10 M. Kerajaan ini berlokasi dipedalaman Jawa Tengah di sekitar daerah
yang dialiri sungai seperti Sungai Progo, Bogowonto, dan Bengawan Solo. Daerah ini juga
dilingkari oleh pegunungan diantaranya gunung berapi yang sewaktu- waktu dapat meletus.

A. Sumber Sejarah
1. Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
 Prasasti Canggal yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Sanjaya yang
berkaitan dengan pembuatan sebuah lingga (lambang dari Dewa Siwa).
 Prasasti Mantyasih/Balitung yang dikeluarkan oleh Raja Diah Balitung dalam
prasasti ini dituliskan secara lengkap tentang silsilah raja – raja Mataram.
 Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778
M.
 Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis
dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta.
2. Kitab Cerita Parahyangan yang menceritakan tentang ikhwal raja-raja dari Dinasti
Syailendra.
3. Sumber berupa candi. Diantaranya Candi pegunungan Dieng, Candi Gedung
Songo, yang terletak di Jawa Tengah Utara. Selanjutnya di Jawa Tengah bagian
selatan juga banyak ditemukan candi antara lain Candi Borobudur, Candi Mendut,
Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambisari, dan masih banyak candi-candi
yang lain.

B. Kehidupan Politik
1. Dinasti Sanjaya
Prasasti Canggal menyebutkan tentang pendirian sebuah lingga di bukit
Sthirangga, oleh Raja Sanjaya. Menurut prasasti ini Jawa Dwipa yang kaya akan
padi dan emas mula-mula diperintah oleh Raja Sanna, setelah Raja Sanna
meninggal ia digantikan oleh Sanjaya anak dari saudara perempuan Raja Sanna
yang bernama Sannaha. Sanjaya berhasil menaklukkan daerah sekitar dan mampu
mewujudkan kemakmuran bagi rakyatnya. Pada masa pemerintahan Rakai
Panangkaran, diduga muncul Dinasti Syailendra yang beragama budha dan
diperkirakan berhasil menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya sehingga Dinasti
Sanjaya mengalihkan pemerintahannya ke Jawa Tengah bagian Utara.
2. Dinasti Syailendra
Pada pertengahan abad ke-8, di Jawa Tengah terdapat beberapa prasasti yang
berasal dari Dinasti Syailendra yang telah membuka tabir tentang asal- usulDinasti
Syailendra. Prasasti ini menyebutkan tentang nama seorang pejabat tinggi yang
bernama Dapunta Syailendra, sehingga dapat disimpulkan bahwa Dinasti
Syailendra berasal dari Jawa Tengah.
Secara politis, Dinasti Syailendra tidak memberikan pengaruh yang besar bagi
perkembangan sejarah, tetapi meninggalkan karya seni bangun yang banyak dan
indah, misalnya : Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi
Mendut. Dinasti Syailendra mengalami penyatuan dengan Dinasti Sanjaya karena
adanya perkawinan politik antara Pramodhawardhani, anak dari RajaSamaratungga
dari Dinasti Syailendra dengan Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya. Namun setelah
Raja Samaratungga wafat terjadi perebutan kekuasaan antara Rakai Pikatan dengan
Balaputradewa. Balaputradewa akhirnya terdesak dan pergi ke Sriwijaya dan
menjadi raja di sana. Akhirnya pemerintahan kembali ke tangan Dinasti Sanjaya.
Pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani ternyata dapat
menyatukan pemerintahan. Dipihak lain berkat kecakapan dan keuletan Rakai
Pikatan kebudayaan Hindu dapat di hidupkan kembali. Rakai Pikatan wafat ketika
pembangunan Candi Prambanan yang ia rencanakan belum terselesaikan. Diantara
raja-raja yang memerintah di Jawa Tengah, Raja Balitunglah yang paling dikenal
karena pada masa pemerintahannya keadaan di Jawa Tengah sangat aman dan
tertib.

C. Kehidupan Sosial
Sumber dari berbagai prasasti menyebutkan adanya stratifikasi atau pelapisan
sosial berdasarkan pembagian kasta dan kedudukan seseorang di dalam masyarakat.
Hubungan antara raja dan rakyat secara langsung sulit terlaksana, sedangkan hubungan
antara raja dan para pejabat tnggi kerajan hanya terjadi secara formal. Jika diperhatikan
nama-nama penduduk desa di dalam berbagai prasasti, tampak bahwa sebagian besar di
antara mereka itu memakai nama Indonesia asli, hanya sebagian kecil saja penduduk
desa memakai nama dari bahasa Sanskerta, hal itu menunjukkan bahwa pengaruh budaya
India tidak terbatas pada golongan elite di pusat dan daerah, tetapi ada juga penduduk
desa yang dapat mengeyam pendidikan membaca kitab-kitab suci dan menulis.

D. Kehidupan Ekonomi
Berdasarkan bangunan candi yang ada, baik yang bercorak Hindu maupun Budha
jumlah cukup banyak dan tempat atau lokasinyapun ada yang berdampingan, maka hal
ini membuktikan bahwa kehidupan sosial masyarakat Mataram sangat religius dan
dilandasi oleh rasa gotong royong yang baik, dan juga mempunyai rasa toleransi antara
pemeluk agama Hindu dan pemeluk agama Budha itu sendiri. Dalam lapangan ekonomi,
kerajaan Mataram mengembangkan perekonomian agraris karena letaknya di pedalaman
dan daerah yang subur tetapi pada perkembangan berikutnya, Mataram mulai
mengembangkan kehidupan pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung
yang memanfaatkan sungai Bengawan Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju
pantai utara Jawa Timur. Dengan adanya pengembangan perekonomian, maka timbul
dugaan bahwa dipindahkannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur karena alasan tersebut.

E. Peninggalan Budaya
1. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal
berangka tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala.
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta..
3. Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M
yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah
raja-raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi,
Rakai Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti
Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung.
4. Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam
huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca
Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
5. Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi antara lain Candi
Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari, dan
masih banyak candi-candi yang lain.

PENGAYAAN

Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai
saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka
Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara kedua raja ini berkembang
menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga
bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara.
Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana
berkuasa. Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang
menyerangnya. Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang
dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok.
Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu
Sindok memimpin. Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas.
Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh
Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun
1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana
Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu
Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas.

REMEDIAL
1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka
tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang
isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh
Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang menjadi raja sebelumnya adalah
Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis
dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian
bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan
keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha
(umat Budha).
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja
Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai
Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai
Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja
Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.
5. Selanjutnya di Jawa Tengah bagian selatan ditemukan candi antara lain Candi Borobudur,
Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sambi Sari, dan masih banyak candi-
candi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai