JAWA TENGAH (lokasi ibu kota awal diperkirakan di sekitar Pekalongan dan Jepara ) kemudian
pindah ke Bhumi Sambhara (diperkirakan di sekitar Magelang dan Bharabudur dan Bhumi Mataram
(diperkirakan di sekitar Yogyakarta dan Prambanan)
CANDI ANGIN
Candi Angin ditemukan di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah. Karena letaknya yang sangat tinggi (berangin) namun boleh dikatakan tidak roboh
tertiup angin, maka candi ini dinamakan Candi Angin.
Menurut para peneliti, Candi Angin bahkan lebih tua dari Candi Borobudur. Beberapa Ahli
malah berpendapat bahwa Candi ini dibangun oleh manusia purba karena belum terdapat
ornamen-ornamen Hindu-Buddha
LOKASI /WILAYAH KERAJAAN MATARAM KUNO : JAWA TENGAH & JAWA TIMUR
Masa KERAJAAN : 752 – 1045 M
SUMBER KERAJAAN MATARAM KUNO :
PRASASTI
1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya)
adalah prasasti dalam bentuk candra sengkala berangka
tahun654 Saka atau 732 Masehi yang ditemukan di halaman Candi Gunung
Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti yang
ditulis pada stela batu ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Prasasti dipandang sebagai pernyataan diri RajaSanjaya pada tahun 732
sebagai seorang penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini
menceritakan tentang pendirian lingga (lambang Siwa) di desa Kunjarakunja oleh
Sanjaya. Diceritakan pula bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah Sanna,
kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha, saudara perempuan Sanna.
2. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan
Mataram Kuno yang berangka tahun 700 Saka atau 778M. Prasasti yang
ditemukan di kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta, ini ditulis dalam
huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta. Prasasti ini menyebutkan,
bahwa Guru Sang Raja berhasil membujuk Maharaja Tejahpura
Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika keluarga Sailendra
(Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk membangun
bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta
penghadiahan desa Kalasan untuk para sanggha (umat Buddha).
3. Prasasti Kedu (Mantyasih)
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan
memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini
dibuat sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang sah,
sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat penuh atas wilayah
kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti juga disebutkan bahwa desa Mantyasih
yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak).
4. Prasasti Klurak
Prasasti Kelurak merupakan prasasti batu berangka tahun 782 M yang ditemukan
di dekat Candi Lumbung Desa Kelurak, di sebelah utara Kompleks
Percandian Prambanan, Jawa Tengah. Keadaan batu prasasti Kelurak sudah sangat
aus, sehingga isi keseluruhannya kurang diketahui. Secara garis besar, isinya
adalah tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca Manjusri atas
perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli,
yang dimaksud dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak di
Kompleks Percandian Prambanan.
5. Prasasti Ratu Boko
Ditemukan di wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan
terletak pada ketinggian hampir 200 m di atas permukaan laut. berisikan tentang
kekalahan Balaputeradewa dalam perang saudara dengan kakaknya
(Pramodawardhani). Balaputradewa melarikan diri ke sriwijaya.
6. Prasasti NALANDA
Prasasti Nalanda merupakan sebuah prasasti yang terdapat
di Nalanda, Bihar, India. Prasasti ini berangka tahun 860, dari penafsiran
manuskrip menyebutkan Sri Maharaja di
Suwarnadwipa, Balaputradewa anak Samaragrawira, cucu dari
Śailendravamsatilaka (mustika keluarga Śailendra) dengan julukan
Śrīviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh), raja Jawa (Mataram Kuno)
yang kawin dengan Tārā, anak Dharmaset.
SILSILAH RAJA KERAJAAN MATARAM KUNO:
Kerajaan Mataram Kuno pada awalnya didirikan oleh Dinasti Sanjaya. Berdasarkan
Prasasti Canggal (732 M), yang terletak di puncak Gunung Wukir, diketahui bahwa raja
pertama dari Dinasti Sanjaya adalah Sanjaya yang memerintah di ibu kota bernama
Medang. Ia memiliki dua orang putera, Rarkyan Panaraban (Tamperan) yang beragama
Hindudan Rakai Panangkaran yang beragama Buddha.
Sepeninggal Panangkaran, kerajaan Mataram Kuno pun seolah terbelah dua, bagian utara
bercorak Hindu, dan bagian selatan bercorak Buddha (dibuktikan dengan adanya sebaran
candi Hindu maupun Buddha di Jawa Tengah)
Prasasti Kedu (Prasasti Mantyasih) berangka tahun 907 M mencantumkan silsilah raja-raja
yang memerintah di Kerajaan Mataram Kuno. Prasasti Kedu dibuat pada masa Raja Rakai
Dyah Balitung. Adapun silsilah raja-raja yang pernah memerintah di Mataram Kuno yaitu
sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Rakai Dyah Balitung.
Menurut prasasti Kedu dapat diketahui bahwa Raja Sanjaya digantikan oleh Rakai
Panangkaran. Kemudian, dinasti Syailendra yang menganut agama Buddha
mengembangkan Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah bagian selatan,
sedangkan dinasti Sanjaya yang menganut agama Hindu mengembangkan Kerajaan
Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah bagian Utara.