Anda di halaman 1dari 12

“OM SWASTYASTU”

AGAMA HINDU
IDA BAGUS PUTRA JAYA
16
MANAJEMEN T
PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI KERAJAAN
KALINGGA

01 Cerita Kerajaan

02 Masa Awal

03 Masa Kejayaan

04 Perkembangan Agamanya

05 Masa Keruntuhan

06 Peninggalan Sejarah
CERITA KERAJAAN

Kerajaan Kalingga berdiri pada abad ke-6 atau sekitar tahun 618 M. Ratunya yang terkenal bernama Ratu
Sima (674M). Ratu Sima dikenal dengan sebuah peraturan yang dibuatnya, yaitu barang siapa yang mencuri
akan dipotong tangannya.
MASA AWAL

Keberadaan Kerajaan Kalingga atau juga disebut Kerajaan Ho-ling ini untuk pertama kali di beritakan oleh s
eorang pendeta sekaligus penjelajah bernama I-Tsing. Selain itu keberadaan kerajaan ini juga diceritakan ol
eh Dinasti Tang (618 – 906 M). Kalingga berasal dari kata kalinga,nama sebuah kerajaan di india selatan, ya
ng didirikan pada abad ke-6 oleh beberapa kelompok orang lain dari india yang berasal dari orissa, mereka m
elarikan diri karena daerah orissa dihancurkan oleh Maharaga Asoka.
MASA KEJAYAAN

Masa kejayaan kerajaan Kalingga terjadi pada masa pemerintahan Ratu Sima, yang dikenal sebagai ratu yang patuh
menjalankan hukum kerajaan. Disebutkan bahwa ratu ini seorang pemimpin yang tegas, jujur, dan bijaksana, serta
melaksanakan hukum dengan tegas.Ketegasannya dalam menerapkan keadilan ditampilkan dengan cara menguji
kejujuran rakyat. Cara ini memperlihatkan bahwa raja dan rakyat Kalingga merupakan negara yang taat hukum, yang
dipakai sebagai pedoman hidup bagi mereka dalam benegara dan beragama. Dengan kepatuhan terhadap hukum,
kerajaan Kalingga mendapatkan ketentraman dan kemakmuran (Anton Dwi Laksono, 2018).
KEHIDUPAN AGAMA
Kerajaan Kalingga adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha, tatapi kerajaan ini didominasi oleh agama
Buddha. Agama ini berkembang pesat di Kerajaan Kalingga. Dalam berita dari dinasti I-Tsing, disebutkan
bahwa tanah jawa (kalingga tepatnya) menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinaya.

Perkembangan Agama Hindu di Kerajaan Kalingga yaitu dengan ditemukannya peninggalan sejarah yang
berbau agama hindu, salah satunya adalah :

Situs Puncak Sanga Likur


Situs ditemukan di Puncak Gunung Muria, yakni Rahtawu, tidak jauh dari Kecamatan Keling. Di area situs,
ditemukan empat arca batu, yakni: 
• Arca Batara Guru
• Narada
• Togog
• Wisnu
• MASA KERUNTUHAN

Masa keruntuhan Kerajaan Kalingga dimulai setelah Ratu Shima meninggal dunia dan tahtanya
dilanjutkan oleh keturunannya. Setelah Ratu Sima meningal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan
buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram. Pada
tahun 752, Kerajaan Kalingga menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi
bagian jaringan perdagan Hindu (Anton Dwi Laksono, 2018:88).

Sriwijaya akhirnya berhasil menguasai teritori Kalingga beserta jalur perdagangannya setelah s
ebelumnya telah berhasil menaklukkan Melayu dan Tarumanegara. Selain itu, alasan lainnya di
perkirakan setelah meninggalnya Ratu Shima, kerajaan ini sudah mengalami penurunan pula.
PENINGGALAN SEJARAH
Sumber sejarah kerajaan kalingga dapat ditelusuri dari candi angin, prasasti Tuk Mas, dan berita Cina Dinasti Tang.
Namun, kebanyakan peninggalannya tidak berisi informasi yang jelas dan hanya berupa potongan informasi yang
sulit untuk dirunut. Berikut adalah berbagai peninggalan dan sumber sejarah yang dapat dicermati untuk
mempelajari Kerajaan Kalingga.
 
Prasasti Tuk Mas (Tukmas)
Prasasti ini ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag,
Magelang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ditulis menggunakan huruf palawa dalam bahasa
Sanskerta. Isi prasasti menjelaskan mengenai mata air yang amat bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari
sumber air tersebut diibaratkan sama dengan Sungai Gangga di India. Terdapat gambar-gambar lambang Hindu
seperti: keong, kendi, trisula, cakra, bunga teratai dan kapak di dalam prasasti.
 
Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti
menggunakan aksara Kawi dalam bahasa Melayu Kuno. Diperkirakan prasasti ini telah ada dari sejak abad ke-7 m
asehi. Prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya yakni Dapunta Salendra, anak dari Santanu dan ibunya ya
ng benama Bhadrawati. Sementara istrinya bernama Sampula. Boechari () berpendapat bahwa tokoh yang be
rnama Dapunta Sailendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Me
dang. Kedua temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa dulunya, di kawasan pantai utara Jawa tengah
berkembang kerajaan bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan adanya hubungan Kalingga dengan
Wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa bagian Tengah Selatan.

Candi Angin
Candi Angin ditemukan di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Karena letaknya
yang sangat tinggi (berangin) namun boleh dikatakan tidak roboh tertiup angin, maka candi ini dinamakan Candi
Angin. Menurut para peneliti, Candi Angin bahkan lebih tua dari Candi Borobudur. Beberapa Ahli malah
berpendapat bahwa Candi ini dibangun oleh manusia purba karena belum terdapat ornamen-ornamen
Hindu-Buddha.
Candi Bubrah
Candi Bubrah merupakan salah satu Candi Buddha yang berada dalam kompleks Candi Prambanan. Tepatnya,
diantara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini ditemukan di Dukuh Bener, Desa Bugisan,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini diperkirakan sebetulnya memiliki
ukuran 12 m x 12 m terbuat dari batu andesit. Namun, yang tersisa dari candi ini hanyalah reruntuhan setinggi 2 m
eter saja. Saat ditemukan terdapat beberapa arca Buddha, namun wujudnya sudah tidak utuh lagi. Disebut candi
Bubrah karena Candi ini ditemukan dalam keadaan rusak yang dalam bahasa Jawa adalah “bubrah”. Perkiraan
para Ahli, Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno yang masih berhubungan
dengan Kerajaan Kalingga.
“OM SANTIH SANTIH SANTIH”

Anda mungkin juga menyukai