Anda di halaman 1dari 8

KERAJAAN KALINGGA

( KELOMPOK 2 )

ANGGOTA :
1. Dhea Wahyu Saputri
2. Faikha Mutiara Putri
3. Faizatul Awalia Andhini
4. Firly Annisa Primaswari
5. Gunawan Ridho Syahputra
KERAJAAN KALINGGA

1. LOKASI KERAJAAN KALINGGA

(https://bit.ly/36ja7fi)

Kalingga berasal dari kata ‘’kalinga’’, sebuah kerajaan di India Selatan. Kerajaan ini dibangun oleh beberapa
orang India yang melarikan diri karena daerah asalnya dihancurkan. Kerajaan ini diperkirakan terletak di sebelah
utara Gunung Muria, dekat Kabupaten Jepara. Kerajaan Kalingga didirikan sekitar abad ke-6. Agama yang dianut
oleh kerajaan ini adalah Hindu & Budha.

Sumber sejarah mengenai keberadaan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah diketahui dari berita-berita Cina.
Salah satunya adalah catatan dari zaman Dinasti Tang (618-906 M) yang memberikan keterangan mengenai letak
Kalingga.Disebutkan, Kalingga terletak di sebelah barat Po-li (Bali), di sebelah timur To-po-Teng (diidentifikasi
sebagai Sumatera), di bagian utaranya terdapat Chen-la (Kamboja), dan dibatasi oleh lautan.

Selain itu, ada pula catatan dari seorang pengelana asal Cina bernama I-Tsing. Pada abad ke-7, tulisnya,
Kalingga pernah menjadi pusat pengajaran agama Buddha Hinayana dengan pendetanya yang bernama Hwining.
Terkait lokasi kota Pekalongan sebagai salah satu bagian dari wilayah Kerajaan Kalingga termuat dari catatan Cheng-
Ho, seorang panglima asal Dinasti Ming.Armada yang dipimpin Cheng-Ho pernah singgah di suatu wilayah bernama
Poe-Chua-lung atau yang kemudian diidentifikasi sebagai Pekalongan, salah satu kota di pesisir utara Jawa Tengah.
2. RAJA – RAJA KERAJAAN KALINGGA

(https://bit.ly/3KIm0dG)

a. Prabu Wasumurti (594-605 M)


Pasca didirikan oleh Dapunta Syailendra pada abad ke-6 Masehi, Prabu Wasumurti ditunjuk sebagai raja
pertamanya dan berkuasa sekitar 11 tahun.

b. Prabu Wasugeni (605-632 M)


Usai Prabu Wasumurti meninggal, takhta Kerajaan Kalingga diambil alih putranya yaitu Prabu Wasugeni
dengan masa jabatan 27 tahun.

c. Prabu Wasudewa (632-652 M)


Meninggalnya Prabu Wasugeni membuat sang putra bernama Prabu Wasudewa naik takhta dan mengisi
kedudukan raja yang kosong.

d. Prabu Kirathasingha (632-648 M)


Regenerasi raja penguasa Kalingga masih terus berlangsung sampai pada Prabu Kirathasingha yang
dipercaya menjadi pemimpin.

e. Prabu Wasukawi (652 M)


Tidak banyak sejarah yang mengisahkan sosok Prabu Wasukawi. Namun, dia diketahui pernah menjabat
sebagai penguasa Kalingga.

f. Prabu Kartikeyasingha (648-674 M)


Prabu Kartikeyasingha menikah dengan putri Prabu Wasugeni yaitu Dewi Wasuwari (Ratu Shima).
Kartikeyasingha pun mendapat jatah berkuasa di Kalingga selama 26 tahun.

g. Ratu Shima (674-695 M)


Saat suami Ratu Shima, Prabu Kartikeyasingha wafat, kekuasaannya digantikan sang ratu yang
mengembalikan keadaan membuat Kerajaan Kalingga berada di masa kejayaan.
3. KEHIDUPAN POLITIK, EKONOMI, AGAMA & SOSIAL BUDAYA KERAJAAN KALINGGA

a. Politik
Kehidupan Politik Pada abad VII Masehi Kerajaan Kalingga pernah dipimpin seorang ratu bernama Sima.
Ratu Sima menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Dia melarang rakyatnya untuk
menyentuh dan mengambil barang bukan milik mereka yang tercecer di jalan.

Selama Kerajaan Kalingga berdiri hukum dan politik berjalan beriringan.Bagi siapa pun yang melanggar akan
memperoleh hukuman berat. Hukum di Kalingga dapat ditegakkan dengan baik. Rakyat taat pada peraturan
yang dibuat ratu mereka. Oleh sebab itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan baik.

Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima mempunyai cucu bernama Sahana yang menikah dengan
Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana mempunyai anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti
Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

b. Ekonomi
Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat
dengan pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga gampang diakses oleh para pedagang dari luar negeri.
Kalingga adalah daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading sebagai barang dagangan.
Sementara wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan penduduk untuk mengembangkan pertanian.

Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal
pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tesebut mempunyai rasa manis
dan bisa memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian itu, penduduk Kalingga hidup makmur.

c. Agama
Kerajaan Kalingga adalah pusat agama Buddha di Jawa. Agama Buddha yang berkembang di Kalingga adalah
ajaran Buddha Hinayana. Pada tahun 664M seseorang pendeta Buddha dari Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke
Kalingga. Dia datang untuk menerjemahkan sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa Sanskerta
dalam bahasa Cina. Usaha Hwing-ning ditolong oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama Jnanabadra.

d. Sosial
Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan ketentraman sosial di Kalingga dapat berjalan
dengan baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan hukum dan
pemerintahan. Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak membedakan antara rakyat dengan anggota kerabatnya
sendiri. Berita mengenai ketegasan hukum Ratu Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan
Cina untuk kaum muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih lalu menguji kebenaran khabar tersebut. Ratu Sima tegas
dalam menjalankan hukum tidak pandang keluarga dekat kerajaan yang bersalah pasti dihukum sesuai hukum yang
berlaku.

Dia memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah Kerajaan Ratu Sima.
Selama tiga tahun kantong itu dibiarkan tergeletak di jalan dan tidak seorang pun berani menyentuh. Setiap orang
melewati kantong emas itu berusaha menyingkir. Pada suatu hari putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong itu
sehingga isinya berhamburan. Kejadian ini membuat Ratu Sima marah dan memerintahkan hukuman mati untuk putra
mahkota. Akan tetapi, para menteri berusaha memohon pengampunan untuk putra mahkota. Ratu Sima menanggapi
permohonan itu dengan memerintahkan agar jari kaki putra mahkota yang menyentuh kantong emas dipotong.
Peristiwa ini adalah bukti ketegasan Ratu Sima dalam menegakkan hukum.
4. PENINGGALAN KERAJAAN KALINGGA

a. Prasasti Tuk Mas

(https://bit.ly/3pZjUhh)

Prasasti Tuk Mas disebut juga dengan Prasasti Dekawu.Prasasti Tuk Mas adalah prasasti yang dipahatkan pada
batu alam besar yang berdiri di dekat suatu mata air. Ditemukan di sebelah barat lereng Gunung Merapi, tepatnya
di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang. Prasasti Tuk Mas berisi tentang informasi mengenai
mata air yang jernih dan bersih. Sungai hasil aliran mata air tersebut di samakan dengan Sungai Gangga yang berada
di India. Di dalam Prasasti ini terdapat pula gambar-gambar, misalnya Kelasangka, Kendi, Trisula, Bunga Teratai, Cakra
dan Kapak.

b. Prasasti Sojomerto

(https://bit.ly/3J4N2eJ)

Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Sailendra yang ditemukan di Desa Sojomerto,
Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi danberbahasa Melayu Kuno. Prasasti
ini tidak menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir
abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh
utamanya Dapunta Syailendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya
bernama Sampula.
c. Candi Bubrah

(https://bit.ly/3KFj1T8)

Candi ini ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dinamakan
'Bubrah' karena keadaan candi ini rusak (bubrah dalam Bahasa Jawa) sejak ditemukan. Sekitar tahun 1913,
keberadaan Candi Bubrah disebut dalam sebuah laporan Rapporten Oudheidkundige Dienst (ROD). Laporan
tersebut menyebutkan bahwa Candi Bubrah dalam kondisi rusak. Keadaan tersebut terjadi sampai tahun 2011. Hal
itulah yang menjadi latar belakang pemberian nama Candi Bubrah.

Candi ini menunjukkan bahwa pada zaman dahulu, wilayah Pantai Utara Jawa Tengah berkembang kerajaan
bercorak Hindu siwais. Menurut sejarah, candi ini dibangun oleh pemimpin dinasti Syailendra, Rakai Panangkaran
yang disebut sebagai Syailendra Wangsa Tilaka, atau mutiara keluarga Syailendra.

d. Candi Angin

(https://bit.ly/3i87XS8)

Seperti Candi Bubrah, candi ini juga bercorak siwais dan lokasinya juga berada di Desa Tempur, Kecamatan
Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Candi Angin menyimpan teka-teki yang belum terpecahkan, siapa pendirinya
dan pada zaman kapan. Menurut para penelitian Candi Angin lebih tua daripada Candi Borobudur, Candi Angin di
sinyalir adalah peninggalan Kerajaan Kalingga. Bahkan ada yang beranggapan kalau candi ini buatan manusia purba
di karenakan tidak terdapat ornamen-ornamen Hindu-Budha.
e. Situs Puncak Songolikur, Gunung Muria

(https://bit.ly/3KFroy2)

Puncak Saptorenggo atau disebut juga Puncak Songolikur adalah puncak tertinggi di Gunung Muria Jawa
Tengah dengan ketinggian 1602 mdpl. Puncak ini termasuk dalam wilayah administratif desa Rahtawu, Gebog
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Dahulu kala konon katanya di Puncak Songolikur adalah pusat pertapaan para dewa
yang selalu memberikan kedamaian dan rahmat di bumi. Selain memiliki wisata alam, Puncak Songolikur mempunyai
wisata budaya karena di puncak ini terdapat tempat-tempat pertapaan / petilasan dimana nama petilasan tersebut
diambil dari beberapa cerita pewayangan, yaitu: Hyang Semar, Petilasan Abiyoso, Begawan Sakri, Lokojoyo, Dewi
Kunthi, Makam Mbah Bunton, Hyang Pandan, Argojambangan, Jonggring Saloko dan Sendang Bunton.
5. MASA KEJAYAAN DAN RUNTUHNYA KERAJAAN KALINGGA
a. Masa Kejayaan

(https://bit.ly/3tPxeGk)

Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi pada era kepemimpinan Ratu Shima yang mulai bertakhta pada 674
M. Kala itu, Kerajaan Kalingga mencapai kemajuan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, militer, agama,
perdagangan, pertanian, dan lainnya. Bahkan, Kerajaan Kalingga kala itu sudah sudah menjalin relasi perdagangan
dengan Cina. Kemajuan Kalingga di sektor perniagaan ditopang dengan keberadaan pelabuhan terbesarnya yang
berada di Pekalongan. Menurut Ismawati dan kawan-kawan dalam Continuity and change: Tradisi Pemikiran Islam
di Jawa (2006:36), pelabuhan Pekalongan sangat penting bagi Kerajaan Kalingga untuk menggeser hegemoni
Kerajaan Tarumanegara yang kala itu sedang di ambang keruntuhan.

b. Masa Keruntuhan

(https://bit.ly/3w5zvzJ)

Setelah Ratu Shima wafat, Kalingga mulai melemah dan diketahui runtuh sekitar 752 Masehi karena serangan
dari Kerajaan Sriwijaya. Kalingga pun terbagi dua menjadi Kerajaan Keling yang diperkirakan ada di Magelang dan
Kerajaan Medang atau Mataram Kuno berada di sekitar Yogyakarta. Terpecahnya Kalingga diyakini menjadi cikal-bakal
kerajaan besar di Jawa.

Anda mungkin juga menyukai