Anda di halaman 1dari 11

Sejarah

KERAJAAN
KALINGGA DAN
SRIWIJAYA
Kelompok 8

Sonia Rachma clarisa


Dhean Rahmadina Kanaya Zulda
KERAJAAN KALINGGA
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan sebagai seorang
pemimpin wanita yang tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan
itu. Kerajaan Kalingga atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah.
Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India Selatan. Menurut
berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Poli (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga
terdapat To-po-Teng (Sumatra). Sementara di sebelah utara Kalingga terdapat Chenla
(Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra.
Oleh karena itu, lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan Keling,
Jepara, Jawa Tengah atau di sebelah utara Gunung Muria.
Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya berita dari
Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui
berita Cina, banyak
hal yang kita ketahui tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan
masyarakatnya. Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira abad ke-7 sampai ke-9 M.
2. Prasasti Tuk Mas
Prasasti Tukmas bertuliskan huruf
Pallawa dan menggunakan bahasa
Sansekerta. Prasasti ini ditemukan di
Dusun Dakawu, Desa Lepak, Kecamatan
Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah tepatnya di lereng Barat Gunung
Merapi.
Prasasti ini bertuliskan tentang mata air
yang jernih dan bersih. Sungai yang
mengalir dari sumber air tersebut
disamakan dengan Sungai Gangga yang
berada di India. Pada Prasasti Tuk Mas
juga terdapat gambar-gambar seperti
kendi, kelasangka, trisula, cakra, bunga
teratai dan kapak

3. Candi angin
Candi Angin yang terletak di Kecamatan Keling disinyalir
merupakan peninggalan Kerajaan Kalingga. Mengutip dari
portal resmi Kabupaten Jepara, peninggalan arkeologis ini
dinamakan Candi Angin karena para ahli spiritual yang
datang ke candi ini bisa melihat sebuah pusaran angin di
lubang candi.

4. Candi Bubrah
Candi Bubrah ditemukan di lokasi sekitar
Candi Angin. Dinamakan Candi Bubrah
karena pada saat ditemukan, kondisinya
sudah luluh lantak termakan usia. Candi ini
diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-
9 Masehi.
KERAJAAN Sriwijaya
Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara India dengan Kepulauan Indonesia sudah
ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para
pedagang. Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan.
Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra bagian timur sekitar abad ke- 7, antara lain
Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang kemudian berhasil
berkembang dan mencapai kejayaannya adalah Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat
berkembang, dengan pusatnya di Jambi.Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke
daerah sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak
pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai
pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang, ada yang
berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang
banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai
dan di tepi Sungai Musi. Ketika pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan
kemunduran,
Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis
dengan huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai Melayu Kuno.
MASA KEJAYAAN DAN
KERUNTUHAN KERAJAAN
SRIWIJAYA
Raja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad
ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi
Sri Marawijaya. Hal ini disebabkan raja-raja setelah Sri Marawijaya sudah disibukkan dengan peperangan
melawan Jawa pada 922 M dan 1016 M. Untuk menjaga keamanan itu, Sriwijaya membangun armada laut yang
kuat. Sehingga kapal-kapal asing yang ingin berdagang di Sriwijaya merasa aman dari gangguan perompak.
Hingga lambat laun, Sriwijaya berkembang menjadi negara maritim yang kuat.
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-11. Berawal dari serangan besar-
besaran yang dilakukan oleh Raja Rajendra Coladewa dari kerajaan Cola yang berhasil menawan salah satu raja
Sriwijaya tersebut. kemudian pada abad ke-13, salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya, Kerajaan Malayu,
berhasil dikuasai Singasari, kerajaan dari Jawa yang dipimpin oleh Kertanegara. Kertanegara berhasil menjalin
hubungan baik dengan Kerajaan Malayu. Sementara itu, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah dan tidak bisa berbuat
apa-apa untuk mencegah negara taklukannya menjalin hubungan dengan negara saingan di Jawa. Hingga
kelemahan ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand di bawah Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya
di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka bisa dikontrol. Akhir abad ke-14, Sriwijaya
benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari Jawa.
o
peninggalan kera
1.Prasasti kedukan jaan
Sriwijaya
bukit
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama
ini yaitu Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti
tersebut ditemukan di tepi sungai Batang,
Kedukan Bukit, Kota Palembang. Pada
prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya itu
terdapat angka tahun yakni 686 masehi yang
ditulis menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta. Di dalam prasasti
Kedukan Bukit berisi ungkapan mengenai
Dapunta Hyang yang menaiki perahu dan
mengisahkan mengenai kemenangan
Sriwijaya.
2.Prasasti talang tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di di Desa Gadus daerah
Talang Tuwo, sebelah barat Kota Palembang. Prasasti
Talang Tuo memiliki angka tahun 606 C atau 684 Masehi.
Prasasti ini ditulis dengan huruf pallawa dengan bahasa
melayu kuno yang berisi tentang pembuatan taman Sri-
ksetra oleh punta hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran
semua makhluk. Doa dan harapan yang terdapat di dalam
prasasti ini menunjukkan sifat-sifat dari agama Buddha.

3. prasasti telaga batu


Prasasti Telaga Batu berbentuk batu lempeng dan tidak
berangka tahun. Isi Prasasti Telaga Batu adalah kutukan
yang menakutkan bagi siapapun yang tidak taat terhadap
perintah-perintah raja.
4.Prasasti kota kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di
Pulau Bangka dengan angka tahun
608 C atau 686 Masehi. Prasasti ini
ditulis dengan huruf pallawa dengan
bahasa melayu kuno. Isinya adalah
permintaan kepada para dewa agar
menjaga kedatuan Sriwijaya,
menghukum setiap orang yang
bermaksud jahat dan mendurhakai
kekuasaan Sriwijaya serta
menjamin keselamatan mereka yang
taat dan setia.
Sekian presentasi dari kelompok kami

Anda mungkin juga menyukai