KERAJAAN
KALINGGA DAN
SRIWIJAYA
Kelompok 8
4. Candi Bubrah
Candi Bubrah ditemukan di lokasi sekitar
Candi Angin. Dinamakan Candi Bubrah
karena pada saat ditemukan, kondisinya
sudah luluh lantak termakan usia. Candi ini
diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-
9 Masehi.
KERAJAAN Sriwijaya
Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara India dengan Kepulauan Indonesia sudah
ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para
pedagang. Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan.
Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra bagian timur sekitar abad ke- 7, antara lain
Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang kemudian berhasil
berkembang dan mencapai kejayaannya adalah Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat
berkembang, dengan pusatnya di Jambi.Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke
daerah sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak
pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai
pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang, ada yang
berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang
banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai
dan di tepi Sungai Musi. Ketika pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan
kemunduran,
Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis
dengan huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai Melayu Kuno.
MASA KEJAYAAN DAN
KERUNTUHAN KERAJAAN
SRIWIJAYA
Raja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak kegemilangannya pada abad
ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan yang gemilang sampai ke generasi
Sri Marawijaya. Hal ini disebabkan raja-raja setelah Sri Marawijaya sudah disibukkan dengan peperangan
melawan Jawa pada 922 M dan 1016 M. Untuk menjaga keamanan itu, Sriwijaya membangun armada laut yang
kuat. Sehingga kapal-kapal asing yang ingin berdagang di Sriwijaya merasa aman dari gangguan perompak.
Hingga lambat laun, Sriwijaya berkembang menjadi negara maritim yang kuat.
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-11. Berawal dari serangan besar-
besaran yang dilakukan oleh Raja Rajendra Coladewa dari kerajaan Cola yang berhasil menawan salah satu raja
Sriwijaya tersebut. kemudian pada abad ke-13, salah satu kerajaan taklukan Sriwijaya, Kerajaan Malayu,
berhasil dikuasai Singasari, kerajaan dari Jawa yang dipimpin oleh Kertanegara. Kertanegara berhasil menjalin
hubungan baik dengan Kerajaan Malayu. Sementara itu, Kerajaan Sriwijaya mulai lemah dan tidak bisa berbuat
apa-apa untuk mencegah negara taklukannya menjalin hubungan dengan negara saingan di Jawa. Hingga
kelemahan ini dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand di bawah Raja Kamheng. Wilayah Sriwijaya
di Semenanjung Malaysia berhasil direbut sehingga Selat Malaka bisa dikontrol. Akhir abad ke-14, Sriwijaya
benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari Jawa.
o
peninggalan kera
1.Prasasti kedukan jaan
Sriwijaya
bukit
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama
ini yaitu Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti
tersebut ditemukan di tepi sungai Batang,
Kedukan Bukit, Kota Palembang. Pada
prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya itu
terdapat angka tahun yakni 686 masehi yang
ditulis menggunakan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta. Di dalam prasasti
Kedukan Bukit berisi ungkapan mengenai
Dapunta Hyang yang menaiki perahu dan
mengisahkan mengenai kemenangan
Sriwijaya.
2.Prasasti talang tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di di Desa Gadus daerah
Talang Tuwo, sebelah barat Kota Palembang. Prasasti
Talang Tuo memiliki angka tahun 606 C atau 684 Masehi.
Prasasti ini ditulis dengan huruf pallawa dengan bahasa
melayu kuno yang berisi tentang pembuatan taman Sri-
ksetra oleh punta hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran
semua makhluk. Doa dan harapan yang terdapat di dalam
prasasti ini menunjukkan sifat-sifat dari agama Buddha.