Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SEJARAH

KERAJAAN SRIWIJAYA

KELOMPOK 4

DISUSUN OLEH :

1. ALYA PUTRIANI RAHMAH

2. EKAHIDO SAPATI

3. NIELSYA NANDA SHAFIRA


A. ASAL USUL KERAJAAN SRIWIJAYA

Kerajaan Sriwijaya diperkirakan telah berdiri dan pertama kali muncul pada abad ke-7 masehi.
Hal itu dengan didasarkan pada sebuah catatan perjalanan seorang biksu bernama I Tsing yang
menuliskan kisah persinggahan selama 6 bulan di Kerajaan Sriwijaya. Tak hanya itu saja, catatan
mengenai berdirinya kerajaan Sriwijaya ini juga didasarkan pada sebuah penemuan prasasti abad ke-7
yang cukup banyak. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang didirikan oleh Dapunta
Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7. Nama Sriwijaya diambil dari Bahasa Sansekerta dari kata ‘sri’ yang
berarti cahaya dan ‘wijaya’ yang artinya kemenangan. Kerajaan Sriwijaya terletak di tepian Sungai Musi,
di daerah Palembang, Sumatera Selatan.

B. PROSES BERDIRINYA, MASA KEJAYAAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB


MAJUNYA KERAJAAN SRIWIJAYA

Berdirinya Kerajaan Sriwijaya berawal dari perjalanan suci Dapunta Hyang. Kala itu, Dapunta
Hyang menjalankan perjalanan suci atau siddhayatra menggunakan perahu. Ia membawa 20.000 orang
pasukan. Bersama pasukannya, Dapunta Hyang akhirnya membangun kerajaan Sriwijaya di Sumatera
Selatan dan Jambi. Kemudian, ia mengembangkan kerajaan tersebut hingga ke daerah Semenanjung
Malaysia. Raja Balaputradewa dianggap sebagai raja yang membawa Sriwijaya ke puncak
kegemilangannya pada abad ke-8 dan 9. Namun pada dasarnya, kerajaan ini mengalami masa kekuasaan
yang gemilang sampai ke generasi Sri Marawijaya. Lokasi kerajaan yang sangat strategis, yaitu terletak di
tepi Sungai Musi yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia serta menguasai dua perairan laut yang
penting seperti Selat Malaka dan Selat Sunda. Letaknya yang strategis ini menjadikan Kerajaan Sriwijaya
sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya juga diperkuat dengan teknologi
pelayaran yang maju serta angkatan laut yang kuat. Itulah yang membuat Kerajaan Sriwijaya berkembang
menjadi negara yang maju.

C. HUBUNGAN KERAJAAN SRIWIJAYA DENGAN KERAJAAN LAIN

Untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara, Kerajaan Sriwijaya membangun


hubungan dengan beberapa kerajaan. Diantaranya hubungan dengan Kekaisaran China yang secara teratur
mengirim utusan beserta upeti. Sriwijaya juga pernah berhubungan dengan Kekhalifahan Umayyah yang
pada saat itu dipimpin oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sementara hubungan Sriwijaya untuk wilayah
Asia Selatan terlihat pada prasasti Nalanda yang berangka 860 menunjukkan hubungan Sriwijaya dengan
Kerajaan Pala, Belangga. Di sana tercatat bahwa raja Balaputeradewa mendedikasikan biara kepada
Universitas Nalanda. Hubungan Sriwijaya dengan Dinasti Chola di Selatan India juga menunjukkan
gejala yang baik. Pada prasasti Leiden tertulis bahwa raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-
Vijayottunggawarman membangun sebuah vihara yang bernama Vihara Culamanivarmma.
D. BUKTI-BUKTI PENINGGALAN KERAJAAN SRIWIJAYA

1. Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

 Candi Muaro Jambi, Berlokasi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Para arkeolog
meyakini Candi Muaro Jambi didirikan antara abad 7 hingga abad 12 Masehi.
 Candi Muara Takus, Candi Muara Takus merupakan candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang
berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau.
 Candi Biaro Bahal, Terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Sumatra Utara.

2. Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

 Prasasti Talang Tuo. Berbagai sumber menyebutkan bahwa prasasti peninggalan Kerajaan
Sriwijaya ini ditemukan pada 17 November 1920 oleh Louis Constant Westenenk. Pada prasasti
Talang Tuo tertulis angka yang menunjukkan tahun 606 saka atau 23 Maret 684 Masehi. Itu
artinya prasasti ini berasal dari era Sri Jayanasa.
 Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh C.J.
Batenburg pada 1920 di Kampung Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang. Bentuk prasasti
Kedukan Bukit berukuran kecil dan terdapat tulisan dengan aksara Pallawa, dengan bahasa
Melayu Kuno. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berkisah tentang awal mula berdirinya
Kerajaan Sriwijaya.
 Prasasti Telaga Batu. Ada dua Prasasti Telaga Batu, dan keduanya ditemukan di sekitar kolam
Telaga Biru, Kota Palembang, Sumatra Selatan pada 1935.
 Prasasti Karang Berahi. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan oleh Berkhout di
Batang Merangin, tepatnya di Desa Karang Berahi, Jambi. Diyakini prasasti Karang Berahi
berasal dari abad 7 Masehi.
 Prasasti Kota Kapur. Prasasti Kota Kapur ditemukan oleh J.K. van der Meulen pada 1892, di
Pulau Bangka.
 Prasasti Ligor. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di wilayah Thailand
Selatan, tepatnya di Ligor, atau sekarang dikenal dengan Nakhon Si Thammarat.
 Prasasti Leiden. Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini tersimpan di Leiden, Belanda.
Prasasti Leiden mengisahkan tentang hubungan Dinasti Chola dari Tamil dan Dinasti Sailendra
dari Sriwijaya yang berjalan baik.
 Prasasti Palas Pasemah. Ditemukan di Desa Palas Pasemah, Lampung.Prasasti yang terbuat dari
batu ini menceritakan tentang kutukan kepada mereka yang tidak mematuhi peraturan di Kerajaan
Sriwijaya.
 Prasasti Hujung Langit. Prasasti ini ditemukan di desa Hakha Kuning, Kecamatan Balik Bukit,
Lampung Barat.
E. BERAKHIRNYA KERAJAAN SRIWIJAYA

Faktor-faktor penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya adalah serangan Majapahit pada tahun
990 M terhadap Kerajaan Sriwijaya, serangan Kerajaan Chola pada tahun 1025 M, kondisi alam yang
berubah, dan masuknya pengaruh Islam.
Pada masa kepemimpinan Balaputradewa sebagai raja kesepuluh, Sriwijaya mencapai titik
kejayaannya. Akan tetapi, saat periode itu juga Sriwijaya kehilangan kekuasannya di Jawa, tercatat di
Prasasti Nalanda yang ditemukan di India.Setelah itu, Kerajaan Medang dari Jawa menyerang Sriwijaya
pada 990-an. Munoz (2006) menerangkan, serangan ini terjadi pada 988 hingga 992, tepat ketika Sri
Cudamani Warmadewa memimpin. Akan tetapi, Sriwijaya berhasil memukul mundur musuhnya saat itu.
Memasuki abad ke-11, Sriwijaya mendapatkan serangan lagi oleh pihak Kerajaan Chola dari
India Selatan. Tepatnya, pada 1017 dan 1025, Raja Rajendra Chola I mengirim pasukan dan berhasil
menduduki beberapa daerah kekuasaan Sriwijaya. Penyerangan ini terjadi ketika Sangrama-
Vijayottunggawarman memimpin Sriwijaya. Secara perlahan, Chola berhasil mempengaruhi kekuasaan
raja baru. Menurut Sastri K. A. N dalam The Cholas (1935), beberapa kerajaan bawahan Sriwijaya yang
telah ditaklukan boleh memerintah, namun tetap harus tunduk pada pihak Chola. Akibatnya, kekuatan
Sriwijaya berkurang. Dalam tulisan Pengaruh Geohistori pada Kerajaan Sriwijaya, I Nyoman Bayu
Pramartha menerangkan, Sriwijaya telah berusaha mendapatkan kembali pamornya sebagai penguasa
Sumatera, namun tidak bisa seperti sebelumnya.
Selain diserang kerajaan lain, kondisi alam juga mempengaruhi runtuhnya Sriwijaya. Menurut
Daljoeni dalam Geografi Kesejarahan II (1982), Sumatera adalah daerah dengan curah hujan tinggi
melebihi kemampuan penguapan. Air meresap terlalu dalam hingga kesuburan tanah berkurang. Bahkan,
terdapat juga air yang tidak terserap hingga membawa material daratan ke Sungai Musi, Palembang.
Akibatnya, sungai menjadi dangkal dan daratan kurang produktif. Selain tidak bisa menghasilkan produk
untuk konsumsi, Sriwijaya perlahan kehilangan akses perdagangannya di Sungai Musi. Jalan yang
sebelumnya menjadi ladang emas terhambat hingga akhirnya berhenti. Turunnya kekuatan Sriwijaya
dalam bertahan hidup lebih diperparah ketika masuknya Islam di Aceh. Pada abad ke-13, Kerajaan
Samudera Pasai hadir di bagian Sumatera bagian utara dan menjadi pusat perdagangan. Menurut
catatan Cina, Sriwijaya menyisakan kekuasaan di sekitar Palembang yang saat itu bernama Kerajaan
Palembang. Kabar terakhir dari kerajaan ini ke pihak luar ketika mengirim utusan ke Cina pada 1374 dan
1375. Faktanya, kerajaan di Palembang ini akhirnya hancur pada 1377 karena diserang oleh Kerajaan
Majapahit.

Anda mungkin juga menyukai