Anda di halaman 1dari 3

Sosok Muhammad Al Fatih,

Penakluk Konstantinopel yang Jenius

Tujuan :
1. Peserta memahami pentingnya jiwa patriotisme, cinta tanah air dan bela
negara
2. Peserta memahami pentinya memaksimalkan memanfaatkan usia muda
untuk membangun masa depan dan peradaban dunia.
3. Peserta memahami bahwa hadits Rasulullah SAW “ sebaik baik manusia
adalah yang berrmafaat bagi manusia lain” adalah pemotivasi utama bagi
kaum muslimin untuk banyak beramal dan beramal
4. Peserta memahami bahwa untuk mendapatkan hasil terbaik dan maksimal
perlu semangat jiwa korban dan kesungguh sungguhan serta persiapan,
perencanaan yang paripurna.

Deskripsi

Salah satu pahlawan bersejarah dalam Islam adalah Muhammad Al Fatih. Di


usianya yang sangat muda yaitu 25 tahun, beliau mampu menaklukan
Konstantinopel di Romawi Timur. Sosoknya layak menjadi teladan berkat kejeniusan
dan keberaniannya.
Muhammad Al Fatih memiliki nama asli Sultan Mehmed II. Kehadirannya menjadi
jawaban dari janji Allah SWT kepada Rasulullah yang tertera pada pada hadis
berikut ini:
"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya
adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya
adalah sebaik-baik pasukan." (HR Ahmad bin Hanval Al Musnad).
Muhammad Al Fatih adalah seorang penguasa yang terkenal dari Kesultanan Turki
Utsmani atau yang lebih dikenal dengan Turki Ottoman. Kesuksesan
kepemimpinannya sudah diberitakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Keberhasilannya dalam menaklukkan Konstantinopel, diiringi dengan pengorbanan
yang besar. Lantas siapa sebenarnya sosok Muhammad Al Fatih? Bagaimana
perjuangannya dalam menaklukan Konstantinopel? Simak ulasannya sebagai
berikut.

Kelahiran Muhammad Al-Fatih


Muhammad Al Fatih lahir pada 29 Maret 1432 di ibu kota Utsmaniah. Beliau terlahir
dengan nama Muhammad II (dalam Bahasa Turki: Mehmed-I Sani). Muhammad Al
Fatih lahir dari pasangan Sultan Murad II dan Huma Hatun. Iamerupakan keturunan
Dinasti Turki Utsmani.
Dikutip dari buku The Great of Shalahuddin al-Ayyubi & Muhammad al-Fatih, nama
Al Fatih yang berarti Sang Penakluk merupakan julukan lantaran ia bisa
menaklukkan Konstantinopel. Selain diberi gelar Al-Fatih, Sultan Mehmed II juga
mendapat julukan Abi Al Futuh dan Abi Al Khairat.
Karakter Kepemimpian Sejak Kecil
Sejak kecil Muhammad Al Fatih mendapatkan pendidikan yang cukup baik dari
orangtuanya. Murad II menunjuk Syekh Ahmad ibn Ismail al Kurani, seorang ulama
yang paham sekali dengan Alquran sebagai guru Muhammad Al Fatih.
Tak heran sejak kecil ia sudah menghafalkan Alquran 30 Juz, mempelajari hadis-
hadis, ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq, hingga strategi perang. Muhammad Al Fatih
dipersiapkan untuk menjadi pemimpin sejak kecil, namun tetap dalam bimbingan
para ulama. Sehingga pemikirannya tetap sejalan dengan ajaran Islam.

Taklukan Konstantinopel
Di usia yang belia, Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel,
sekaligus menjadi penanda bahwa abad pertengahan telah berakhir. Ia menyiapkan
4 juta pasukan untuk mengepung wilayah barat dan laut.
Pengepungan ini terjadi selama 50 hari. Ia sukses memasuki wilayah Konstantinopel
dengan membawa serta kapal-kapal mereka melalui perbukitan Galata untuk
memasuki titik terlemah Konstantinopel, yaitu Selat Golden Horn.
Meski ada pasukan yang mengatakan mustahil melakukan startegi tersebut, Sultan
Mehmed II tidak gentar. Dengan tegas ia mengatakan kepada pasukannya untuk
bergegas melaksanakan strategi tersebut.
Sehari sebelum berperang, ia memerintahkan semua pasukannya untuk berpuasa
pada siang hari dan sholat tahajud pada malam harinya, untuk meminta
kemenangan kepada Allah SWT.
Pasukan Muhammad Al Fatih berhasil menyeberangkan 70 kapal laut melewati
hutan yang ditumbuhi pohon pohon besar. Selama satu malam, ia dan pasukannya
menebangi pohon yang merintangi perjalanan.
Hingga akhirnya Muhammad Al Fatih dan pasukannya berhasil menaklukkan
Konstantinopel. Sejak peristiwa itu, ia mendapat gelar Sultan Muhammad Al Fatih
alias "Sang Penakluk".
Peradaban yang Dibangun Selama Kepemimpinan
Selama berkuasa yakni tahun 1451 Masehi hingga 1484, Sultan Muhammad Al-
Fatih telah membangun lebih dari 300 Masjid, 57 Sekola, dan 59 tempat pemandian
yang tersebar di wilayah Utsmani. Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah
Masjid Sultan Muhammad II dan Jami' Abu Ayyub Al-Anshari.
Wafat dan Wasiat
Pada Rabiul Awal 1481 M, Muhammad Al Fatih jatuh sakit. Ia tetap nekat
meninggalkan Istanbul untuk berjihad. Selama perjalanan, kondisinya semakin
memburuk. Tenaga kesehatan dan obat sudah tidak lagi bisa menyembuhkannya.
Muhammad Al Fatih wafat pada usia 50 tahun tepat pada 3 Mei 1481 M atau 4
Rabiul Awal tahun 86 Hijriah. Sebelum wafat, Muhammad Al Fatih mewasiatkan
kepada keluarganya, khususnya Sultan Bayazid II.
Wasiat Muhammad Al Fatih berpesan kepada keluarganya agar dekat dengan para
ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan menjaga agama untuk pribadi,
masyarakat, serta kerajaan.

Anda mungkin juga menyukai