Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL MUHAMMAD AL FATIH

SYAIDINA ALI : 21.1.2272

SEMESTER 11 A

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-KARIMIYAH
2022/2023
A. Latar Belakang
Sulthan Muhammad II digelari sebagai Muhammad Al-Fatih merupakan salah satu
tokoh dalam sejarah kejayaan ummat Islam. Ia merupakan anak muda dari keturunan dinasti
Utsmaniyyah yang memiliki kekuasaan di wilayah Turki. Ia juga merupakan seorang pemimpin
yang ahli di bidang ilmu Agama, strategi militer, politik kenegaraan, dan manajemen
organisasi. Sulthan Al-Fatih merupakan tokoh penting dalam pembukaan kota Konstantinopel
di Romawi Timur. Saat usianya belum mencapai 25 tahun, ia mampu memimpin barisan
pasukannya untuk membuktikan kebenaran kabar gembira Nabi. Selama 800 tahun dan 11 kali
percobaan pembukaan, umat Islam belum berhasil membuka kota Konstantinopel. Hingga
akhirnya, ia dan pasukannya datang dan mampu mewujudkan mimpi besar umat Islam ini.
B. Tujuan penulisan
tujuan penelitian ini untuk mengenal lebih tentang islam pada zaman Muhammad
alfatih dan pengaruh untuk zaman sekarang
PEMBAHASAN

Biografi Muhammad Al fatih

Muhammad Al Fatih lahir dengan nama asli Mehmed bin Murad. Ia lahir pada tanggal 30 Maret
1432 di Edirne, ibu kota Turki UtsmaniyahAyahnya bernama Sultan Murad II yang diketahui
merupakan sultan Turki Utsmaniyah. Ibunya bernama Hüma Hatun yang merupakan istri keempat dari
Sultan Murad II.Sultan Mehmed dikenal dunia dengan nama Muhammad Al Fatih berarti ‘Penakluk’.
Orang Turki menyebut Sultan Mehmed dengan sebutan ‘Fâtih Sultan Mehmed Han II‘

Naik Tahta di Usia 12 Tahun.

Di usia 11 tahun, ia dikirim oleh ayahnya untuk memerintah Amasya. Ia merupakan anak didik
Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq. Ia juga murid dari Molla
Gürani. Ia juga diketahui sudah menguasai bidang ketentaraan, sains, matematika & menguasai 6
bahasa.Pada usia 12 tahun, Muhammad Al Fatih sempat naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan
Murad II. Namun karena serangan bangsa Honggaria kala itu membuat ayahnya Sultan Murad II
kembali naik tahta dan memimpin pasukan turki memadamkan perlawanan Bangsa Honggaria kala
ituSultan Murad II memerintah Turki hingga kematiannya pada tahun 1451. Setelah kematian Sultan
Murad II, Muhammad Al Fatih kembali naik tahta menggantikan ayahnya yang sudah meninggal. Ia
naik tahta pada usia 21 tahun

Usaha Penaklukan Konstantinopel

Sejak dahulu, Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan
Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Radhiallahu ‘Anhu.Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah
Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui
kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk.
Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha
pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393
M.Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium
menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui
kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur
Lenk.Kemudian ayah Muhammad Al Fatih juga beberapa kali melakukan pengepuangan
Konstantinopel namun berkali-kali mengalami kegagalan.Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih
telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha
yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat
baginya meneruskan cita-cita umat Islam.Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah
mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi.Ketika naik takhta, Sultan
Muhammad Al Fatih segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk
penaklukan Konstantinopel. Persiapan pun dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu
tentara.Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan dari Nabi
Muhammad SAW terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.

Menguasai Konstantinopel

Kaisar Byzantium, Konstantinus XI Palaiologos bertempur sampai mati bersama pasukannya


mempertahankan bentengnya. Sebagian Pasukan Byzantium yang lain memilih untuk menyerah. Pada
tanggal 29 Mei 1453, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih bersama dengan pasukan Turki
Utsmani berhasil kota Konstantinopel dari kerajaan Byzantium.Hal ini juga menandai jatuhnya
kekaisaran Romawi Timur ke tangan pasukan Turki Utsmani. Ini juga menandai berakhirnya abad
pertengahan.Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih kemudian mengubah nama Konstantinopel
menjadi Istambul. Ia juga menjadikan Istambul sebagai ibukota negara dari kerajaan Turki Utsmani.
Dan mengubah gereja Hagia Sopia menjadi Masjid.Setelah penaklukan ini, Sultan Mehmed II kemudian
digelari sebagai Fâtih Sultan Mehmed Han II atau Muhammad Al Fatih yang berarti Muhammad Sang
Penakluk. Orang Italia menjulukinya sebagai La Grande Aquila yang berarti Sang Elang Agung.
Ekspansi ke berbagai Wilayah

Setelah mengusai Konstantinopel, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih mendirikan


kekaisaran Turki Utsmani. Ia kemudian melanjutkan penaklukannya ke wilayah Serbia pada tahun
1459.Ia juga melakukan penaklukan di wilayah Morea. Setelah itu, Sultan Mehmed II mengarahkan
pasukannya menaklukkan wilayah Tepi Laut Hitam meliputi wilayah Trebizond dan Gazarian.Dalam
biografi Muhammad Al Fatih diketahui bahwa ia juga menaklukkan wilayah Wallachia yang kala itu
dikuasai oleh Vlad III Sang Drakula. Setelahnya, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih
menaklukkan berbagai wilayah di Eropa, seperti di Bosnia dan Karaman.Dalam kepemimpinannya
sebagai Sultan Kekaisaran Turki Utsmani, Muhammad Al Fatih dikenal karena kebijakannya yang
membebaskan rakyatnya dalam menjalankan ibadah keagamaansesuai keyakinannya masing-masing
dan menjamin keamanannya.Ia juga membangun banyak universitas, madrasah dan istana. Ia banyak
berdiskusi dengan para ulama mengenai permasalahan agama. ia juga banyak mengundang para
ilmuwan muslim ke Turki. Tak mengherankan jika kala itu kekaisaran Turki Utsmani menjadi pusat
peradaban dan ilmu pengetahuan di Eropa.

Muhammad Al Fatih Wafat

Setelah lama memerintah Kekaisaran Turki Utsmaniyah, Sultan Mehmed II atau lebih dikenal
dengan Muhammad Al Fatih wafat karena sakit.Ia wafat pada tanggal 3 Mei 1481 di usia 49 tahun. Ia
dimakamkan di wilayah Masjid Fatih, Istanbul, Turki. Sepeninggal Muhammad Al Fatih, kekuasaan
Turki Utsmani kemudian dilanjutkan oleh putranya Sultan Bayezid II.
Keistimewaan Muhammad al faith

Ia memiliki pengetahuan yang luas, khususnya dalam bidang Bahasa, serta memiliki kecenderungan
besar terhadap buku-buku sejarah. Inilah yang membuatnya menjadi sosok seorang pemimpin pasukan
muslimin yang memiliki keahlian urusan manajemen, administrasi negara, penguasaan medan dan ahli
strategi perang.

Yang dapat bisa di teladani untuk zaman sekarang oleh tokoh tersebut

1. Menguasai Banyak Bahasa


2. Mempelajari Banyak Ilmu
3. Fleksibel, Inovatif dan Penuh Kejutan.
4. Mengambil Pelajaran dari Sejarah Tokoh Lain
5. Giat Beribadah
6. Pekerja Keras
7. Berani
8. Cerdas
9. Pemimpin yang Adil
10. Memiliki Keteguhan Hati dan Keyakinan
11. Bersikap Tawakal
KESIMPULAN

Ada beberapa bukti yang membenarkan terjadinya penaklukan Konstantinopel untuk yang
kedua kalinya adalah bahwasanya Rasulullah SAW membuat urutan kejadiannya di anatara sekian
peristiwa yang akan terjadi pada akhir zaman. Dalam Hadith yang diriwayatkan oleh Muaz
diceritakan bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “pemakmuran di baitul maqdis (dilanjutkan)
kekacauan di Yastrib, dan kekacauan di Yastrib (dilanjutkan) munculnya peperangan besar
(Malhamah), dan peperangan besar (dilanjutkan) penaklukan Konstatinopel dan penaklukan
Konstatinopel (dilanjutkan) kemunculan dajjal” Penaklukan-penaklukan Islam di masa Khilafah
Utsmaniyah dan kekuatan Negara dari sisi militer dan administrasi menunjukkan.

visi yang jauh yang dimiliki kekhilafahan ini dimana Muhammad al-Fatih sebagai pemimpin
Negara ini mempunyai pemikiran strategis dan komprehensif. Juga menunjukkan bahwa
kemenangan-kemenangan yang berhasil diwujudkan oleh al-Fatih tidak lain hanyalah merupakan
salah satu unsur dari sebuah proses yang berpendangan jauh ke depan untuk meletakkan pijakan-
pijakan yang kuat mengakar, di mana di atas pilar-pilarnya bedirilah Kekhilafahan Islam yang
membentang dari Timur hingga Barat, yang kemudian menggantikan kerugian besar umat Islam
paska kejatuhan Andalusia. Visi Muhammad al-Fatih mulai nampak lebih jelas ketika ia
mengandalkan berbagai potensi dan sumber daya yang membentuk kekhilafahan Islam di sepanjang
fase perjalanannya. Hal itu dilakukan dalam rangka membangun sebuah Negara yang memiliki pilar
yang kokoh dan mampu untuk bertahan, melakukan perluasan dan tegar menghadapi serangan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.biografiku.com/biografi-muhammad-al-fatih/

https://arab.fib.uns.ac.id/

https://www.zenius.net/blog/muhammad-al-fatih

Anda mungkin juga menyukai