Anda di halaman 1dari 5

BIOGRAFI MUHAMMAD AL FATIH (MEHMED II),

Edirne, ibu kota Turki Utsmaniyah


1451 M – 1481 M

Disusun Oleh
Nama : Fitri Yanah Rokhmah
Kelas : X IPS 1

MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN
TAHUN AJARAN 2021/2022
Biografi Muhammad Al Fatih (Mehmed II),
Biografiku.com – Profil dan Biografi Muhammad Al Fatih. Ia juga dikenal sebagai Sultan
Mehmed II. Ia merupakan sultan Turki Utsmani yang berkuasa pada tahun 1444 – 1446 dan
1451 – 1481.
Ia dikenal dunia sebagai penakluk Konstantinopel yang kala itu dikuasai oleh kekaisaran
Romawi Timur. Berikut profil dan biografi Muhammad Al Fatih dan kisahnya dalam
penaklukan konstantinopel.
Daftar Isi
Biografi Muhammad Al fatih
Muhammad Al Fatih lahir dengan nama asli Mehmed bin Murad. Ia lahir pada tanggal 30
Maret 1432 di Edirne, ibu kota Turki Utsmaniyah.
Ayahnya bernama Sultan Murad II yang diketahui merupakan sultan Turki Utsmaniyah.
Ibunya bernama Hüma Hatun yang merupakan istri keempat dari Sultan Murad II.
Sultan Mehmed dikenal dunia dengan nama Muhammad Al Fatih berarti ‘Penakluk’. Orang
Turki menyebut Sultan Mehmed dengan sebutan ‘Fâtih Sultan Mehmed Han II‘.
Naik Tahta di Usia 12 Tahun.
Di usia 11 tahun, ia dikirim oleh ayahnya untuk memerintah Amasya. Ia merupakan anak
didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq. Ia juga
murid dari Molla Gürani. Ia juga diketahui sudah menguasai bidang ketentaraan, sains,
matematika & menguasai 6 bahasa.
Pada usia 12 tahun, Muhammad Al Fatih sempat naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan
Murad II. Namun karena serangan bangsa Honggaria kala itu membuat ayahnya Sultan
Murad II kembali naik tahta dan memimpin pasukan turki memadamkan perlawanan Bangsa
Honggaria kala itu.
Sultan Murad II memerintah Turki hingga kematiannya pada tahun 1451. Setelah kematian
Sultan Murad II, Muhammad Al Fatih kembali naik tahta menggantikan ayahnya yang sudah
meninggal. Ia naik tahta pada usia 21 tahun.
Usaha Penaklukan Konstantinopel
Sejak dahulu, Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan
Kostantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Radhiallahu ‘Anhu.
Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah
Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih
menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk.
Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai
Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia
mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M.
Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium
menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya
menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di
bawah pimpinan Timur Lenk.
Kemudian ayah Muhammad Al Fatih juga beberapa kali melakukan pengepuangan
Konstantinopel namun berkali-kali mengalami kegagalan.
Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan
Kostantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah
Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita
umat Islam.
Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun
strategi untuk menawan kota bandar tadi.
Ketika naik takhta, Sultan Muhammad Al Fatih segera menemui Syeikh Semsettin untuk
menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Persiapan pun dilakukan. Sultan
berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara.
Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan dari Nabi
Muhammad SAW terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Pengepungan Konstantinopel
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Muhammad Al Fatih tiba di kota
Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan
tentaranya, Sultan Mehmed II atau Muhhamd Al Fatih berkhutbah mengingatkan tentang
kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Tuhan.
Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Muhammad SAW
tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada
bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah
SWT.

Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Konstantinopel kepung secara besar-
besaran oleh pasukan Turki Utsmaniyah dibawah komando Muhammad Al Fatih.

Pasukan turki utsmaniyah juga melakukan blokade laut dengan ratusan kapal perang
mengepung kota Konstantinopel. Sultan Muhammad Al Fatih pun melancarkan serangan
besar-besaran Konstantinopel yang kala itu diperintah oleh kaisar Byzantium, Konstantinus
XI Palaiologos.

Dalam mempertahankan Konstantinopel agar tidak jatuh ke tangan bangsa Turki, Kaisar
byzantium dibantu oleh sejumlah pasukan dari Italia yang dipimpin oleh Giovanni
Gustinianni.

Usaha untuk menjebol benteng kerajaan Byzantium terus dilakukan oleh pasukan Turki
Utsmani menggunakan pelontar batu serta pemanah untuk melemahkan pertahanan
benteng. Kemudian menggunakan meriam untuk menjebol benteng kerajaan Byzatium.

Pasukan Turki Utsmani juga menggunakan meriam raksasa Turki yang dikenal dengan nama
Meriam Basilica yang dibuat oleh Urban, seorang teknisi dari Hunggaria. Meriam raksasa ini
mampu menembakkan bola batu dengan berat 272 kg dan diameter 63 cm sejauh hingga 2
kilometer.

Selain melakukan penyerangan lewat darat juga dilakukan penyerangan lewat laut melalui
armada laut Turki Utsmani. Untuk melemahkan kekuatan benteng Byzantium, Pasukan Turki
Utsmani juga membuat terowongan dalam tanah untuk meledakkan benteng dari bawah.
Kerajaan Byzantium dikenal memiliki benteng yang kokoh dan sangat kuat. Selain itu,
Kerajaan Byzantium juga memiliki rantai raksasa yang membentang sepanjang 275 meter
menutup akses masuk ke wilayah kerajaan Byzantium melalui Teluk Tanduk Emas (Golden
Horn).
Ketika pengepungan dilakukan, Pasukan turki Utsmani tidak dapat melewati teluk tanduk
emas karena rantai raksasa yang membentang tersebut.
Strategi Al Fatih menaklukkan Konstantinopel yang paling dikenal dunia dengan
memerintahkan pasukannya menarik kapal mereka melewati darat melewati Teluk Tanduk
Emas (Golden Horn).
Ratusan gelondongan kayu yang dilumuri minyak dipasang sebagai bantalan untuk
memudahkan menarik kapal melewati darat. Pekerjaan itu dilakukan oleh pasukan Turki
utsmani dalam satu malam.
Sehingga keesokan harinya mereka berhasil menyebrangkan sekitar 80 kapalnya melewati
bukit di teluk Tanduk Emas. Setelahnya, Muhammad Al fatih kemudian memerintahkan
pasukannya untuk melakukan serangan besar-besaran.
Serangan besar-besaran pasukan Turki Utsmani ini membuat pasukan Byzantium
kewalahan. Mereka bertahan mati-matian mempertahankan benteng dari serangan Turki
Utsmani.
Dalam serangan besar-besaran tersebut, Giovanni Giustiniani dari Genoa yang membantu
kerajaan Byzantium terluka parah membuat pasukan Italia mundur ke pelabuhan.
Mundurnya pasukan Italia ini membuat pasukan kerajaan Byzantium bertahan sendiri
hingga mati-matian dari serangan. Tak kuasa menahan serangan, benteng pertahanan
kerajaan Byzantium kemudian dapat ditembus oleh pasukan Janisari milik Turki Utsmani.
Menguasai Konstantinopel
Kaisar Byzantium, Konstantinus XI Palaiologos bertempur sampai mati bersama pasukannya
mempertahankan bentengnya. Sebagian Pasukan Byzantium yang lain memilih untuk
menyerah.
Pada tanggal 29 Mei 1453, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih bersama dengan
pasukan Turki Utsmani berhasil kota Konstantinopel dari kerajaan Byzantium.
Hal ini juga menandai jatuhnya kekaisaran Romawi Timur ke tangan pasukan Turki Utsmani.
Ini juga menandai berakhirnya abad pertengahan.
Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih kemudian mengubah nama Konstantinopel
menjadi Istambul. Ia juga menjadikan Istambul sebagai ibukota negara dari kerajaan Turki
Utsmani. Dan mengubah gereja Hagia Sopia menjadi Masjid.
Setelah penaklukan ini, Sultan Mehmed II kemudian digelari sebagai Fâtih Sultan Mehmed
Han II atau Muhammad Al Fatih yang berarti Muhammad Sang Penakluk. Orang Italia
menjulukinya sebagai La Grande Aquila yang berarti Sang Elang Agung.
Ekspansi ke berbagai Wilayah
Setelah mengusai Konstantinopel, Sultan Mehmed II atau Muhammad Al Fatih mendirikan
kekaisaran Turki Utsmani. Ia kemudian melanjutkan penaklukannya ke wilayah Serbia pada
tahun 1459.

Ia juga melakukan penaklukan di wilayah Morea. Setelah itu, Sultan Mehmed II


mengarahkan pasukannya menaklukkan wilayah Tepi Laut Hitam meliputi wilayah Trebizond
dan Gazarian.
Dalam biografi Muhammad Al Fatih diketahui bahwa ia juga menaklukkan wilayah Wallachia
yang kala itu dikuasai oleh Vlad III Sang Drakula. Setelahnya, Sultan Mehmed II atau
Muhammad Al Fatih menaklukkan berbagai wilayah di Eropa, seperti di Bosnia dan
Karaman.
Dalam kepemimpinannya sebagai Sultan Kekaisaran Turki Utsmani, Muhammad Al Fatih
dikenal karena kebijakannya yang membebaskan rakyatnya dalam menjalankan ibadah
keagamaan sesuai keyakinannya masing-masing dan menjamin keamanannya.
Ia juga membangun banyak universitas, madrasah dan istana. Ia banyak berdiskusi dengan
para ulama mengenai permasalahan agama. ia juga banyak mengundang para ilmuwan
muslim ke Turki. Tak mengherankan jika kala itu kekaisaran Turki Utsmani menjadi pusat
peradaban dan ilmu pengetahuan di Eropa.
Muhammad Al Fatih Wafat
Setelah lama memerintah Kekaisaran Turki Utsmaniyah, Sultan Mehmed II atau lebih
dikenal dengan Muhammad Al Fatih wafat karena sakit.
Ia wafat pada tanggal 3 Mei 1481 di usia 49 tahun. Ia dimakamkan di wilayah Masjid Fatih,
Istanbul, Turki. Sepeninggal Muhammad Al Fatih, kekuasaan Turki Utsmani kemudian
dilanjutkan oleh putranya Sultan Bayezid II.
.

Sumber : https://www.biografiku.com/biografi-muhammad-al-fatih/

Anda mungkin juga menyukai