KILAS BALIK
PERISTIWA G30S/PKI
DISUSUN OLEH :
NAMA : Rstiya Heni
KELAS : XII MIPA 6
NO. ABSEN : 24
Pada hari Jum’at tanggal 1 Oktober 1965 secara berturut-turut RRI Jakarta
menyiarkan berita penting.
Sekitar pukul 7 pagi memuat berita bahwa pada hari Kamis tanggal 30 September
1965 di Ibukota RI, Jakarta, telah terjadi “ gerakan militer dalam AD “ yang dinamakan
“ Gerakan 30 September”, dikepalai oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalion
Cakrabirawa, pasukan pengawal pribadi Presiden Soekarno.
Sekitar pukul 13.00 hari itu juga memberitakan “ dekrit no 1” tentang
“pembentukkan dewan revolusi Indonesia” dan “keputusan no.1” tentang “susunan
dewan revolusi Indonesia”. Baru dalam siaran kedua ini diumumkan susunan
“komandan”, Brigjen Soepardjo, Letnan Kolonel Udara Heru, Kolonel Laut Soenardi,
dan Ajun komisaris besar polisi Anwas sebagai “wakil komandaan”.
Pada pukul 19.00 hari itu juga RRI Jakarta menyiarkan pidato radio Panglima
Komando TJadangan Strategis Angkatan Darat, Mayor Jendral Soeharto, yang
menyampaikan bahwa gerakan 30 September tersebut adalah golongan kontra
revolusioner yang telah menculik beberapa perwira tinggi AD, dan telah mengambil
alih kekuasaan Negara dari presiden/panglima tertinggi ABRI/pemimpin besar revolusi
dan melempar Kabinet DWIKORA ke kedudukan demisioner.
Latar belakang G30S/PKI perlu ditelusuri sejak masuknya paham
komunisme/marxisme-leninisme ke Indonesia awal abat ke-20 penyusupanya kedalam
organisasi lain, serta kaitannya dengan gerakan komunisme intenasional. Dalam hal-hal
yang mendasar dari politik PKI di Indonesia terbukti merupakan pelaksanaan perintah
dari pimpinan gerakan komunisme internasional.
Persiapan PKI :
1. Membentuk biro khusus di bawah pimpinan Syam Kamaruzman. Tugas biro
khusus adalah merancang dan mempersiapkan perebutan kekuasan.
2. Menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri atas buruh dan tani yang
dipersenjatai
3. Melakukan sabotase, aksi sepihak, dan aksi teror. Sabotase terhadap transportasi
kereta yang dilakukan aksi buruh kereta api ( Januari-Oktober 1964 ) yang
mengakibatkan serentetan kecelakaan kereta api seperti di Purwokerto, Kroya,
Tasikmalaya, Bandung, dan Tanah Abang. Aksi sepihak, misalnya Peristiwa
Jengkol, Bandar Betsy, dan Peristiwa Indramayu. Aksi teror misalnya Peristiwa
Kanigoro Kediri. Hal itu dilakukan sebagai persiapan untuk melakukan kudeta.
4. Melakukan aksi fitnah terhadap ABRI khususnya TNI-AD yang dianggap sebagai
penghambat pelaksanaan programnya yaitu dengan melancarkan isu dewan
jendral.tujuanya untuk menghilangkan kepercayaan terhadap TNI-AD dan
mengadu domba antara TNI-AD dengan presiden soekarno.
5. Melakukan latihan kemiliteran di lubang buaya pondok gede jakarta. Latihan
kemiliteran di lubang buaya .pondok gede jakarta latihan kemiliteran ini
merupakan sarana persiapan untuk melakukan pemberontakan.
2.2. Peristiwa
Setelah persiapan dianggap matang oleh para pemimpin PKI, maka mereka
menentukan pelaksanaannya yaitu 30 September. Gerakan untuk merebut kekuasaan
dari pemerintah RI yang sah ini didahului dengan penculikan dan pembunuhan terhadap
jendral jendral TNI-AD yang dianggap anti PKI. Gerakan 30 September 1965 dipimpin
oleh Letnan Kolonel untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, yaitu
pasukan pengawal presiden. Gerakan ini dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober
dengan menculik dan membunuh 6 perwira tinggi dan seorang perwira muda angkatan
darat. Mereka yang diculik dibunuh di Desa Lubang Buaya sebelah selatan Pangkalan
Udara Halim Perdana Kusuma oleh anggota-anggota pemuda rakyat Gerwani dan
Ormas PKI yang lain. Ke-6 jendral yang dibunuh itu adalah Letnan Jendral Ahmad
Yani, Mayor Jendral R. Suprapto, Mayor Jendral M. T. Haryono , Mayor Jendral S.
Parman, Brigadir DI Panjaitan, Brigadir Jendral Soetoyo Siswomiharjo. Sementara itu
gerakan 30 september telah berhasil menguasai 2 sarana telekomunikasi yakni studio
RRI dan kantor PN telekomunikasi.
2.3. Penumpasan
Dalam situasi yang tidak menentu pimpinan angkatan darat diambil alih oleh
Panglima Kostrad Mayor Jendral Soeharto. Ia melakukan konsolidasi pasukan TNI
yang masih setia kepada pemerintahan. Dengan kekuatan ini, Mayor Jendral Soeharto
melakukan serangkaian operasi penumpasan G30S/PKI. Setelah merebut kembali
stasiun telekomunikasi RRI, Mayor Jendral Soeharrto menjelaskan melalui siaran radio
bahwa telah terjadi penghianatan yang dilakukan Gerakan 30 September/PKI. Mereka
telah menculik beberapa perwira TNI AD. Lebih lanjut Mayjen soeharto
menyampaikan bahwa Presiden Soekarno dan Jendral A. H. Nasution dalam keadaan
sehat dan situasi Jakarta telah dikendalikan.
Langkah selanjutnya adalah merebut Bandara Halim Perdana Kusuma yang diduga
sebagai pusat Gerakan 30 September/PKI. Dalam waktu singkat tempat ini dapat
dikuasai pasukan RPKAD
Dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan ABRI dan masyarakat menyimpulkan
bahwa dibalik Gerakan 30 September/PKI ini telibat PKI. Maka dimulailah operasi
pengejaran terhadap anggota PKI ini.
a. Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan
Telkom telah dapat diambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa pertumpahan
darah.
b. Pada hari yang sama, Mayjen Soeharto mengumumkan beberapa hal penting
berikut melalui RRI.
1) Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer.
2) Dewan Revolusi Indonesia telah demisioner.
3) Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada.
c. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai kembali
Bandara Halim Perdanakusuma.
d. Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang bernama
Sukitman berhasil ditemukan sumur tua yang digunakan untuk menguburkan
jenazah para perwira AD.
e. Pada tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan dan
mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.
Untuk menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi militer yang
dipimpin oleh Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno. Penumpasan di Jawa Tengah
memakan waktu yang lama karena daerah ini merupakan basis PKI yang cukup kuat
dan sulit mengidentifikasi antara lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G 30
S/PKI di beberapa daerah dilakukan operasi-operasi militer berikut.
a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel
Sarwo Edhie Wibowo.
b. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan Kolonel
Wetermin.
Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N Aidit dapat
ditembak mati di Boyolali dan Letkol Untung Sutopo ditangkap di Tegal.