Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

GERKAN 30 SEPTEMBER PKI TAHUN 1966

Oleh
Iga Astrina : NISN
Kelas : XI MIA 1

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,

sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan

semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya. Adapun

maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata

pelajaran sejarah Indonesia yang diampu oleh Bapak Mukhtar M.Pd.I selaku guru

mata pelajaran sejarah Indonesia kelas XI MIA 1.

Dengan terselesaikannya tugas makalah ini, maka saya berharap telah memenuhi

tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia dan mendapatkan nilai yang terbaik. Serta

bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Saya menyadari bahwa Makalah ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Cover....................................................................................................................1

Kata Pengantar...................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………..4

A. Latar Belakang…………………………………………………………4

B. Proses Terjadinya Pemberontakan……………………………………..5

C. Pokok Masalah………………………………………………………....11

BAB II. PEMBAHASAN…........……………………………………………...12

A. Sebab Terjadinya Pemberontakan….........…………..............................12

B. Tokoh-tokoh Negara Yang Menjadi Korban.…………………...……...16

C. Tokoh-tokoh PKI Pelaku Pemberontakan.……………………………...17

D. Penumpasan Gerakan 30.S/PKI 1966…...................……………………18

BAB III. METODE……………………………………….................................21

A. Kesimpulan..............................……………………………………….....21

B. Penutup….........………………………………………………………....22

3
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

G 30 S/PKI adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September

1965 dimana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang

lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang disebut sebagai usaha

kudeta yang dituduhkan kepada anggota PKI. Sebelum peristiwa G 30 S/PKI

pada tanggal 18 September 1948 PKI dibawah pimpinan muso dan kawan-

kawan memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia di madiun.

Pemberontakan tersebut dapat diatasi oleh TNI atau ABRI. Akan tetapi sepak

terjang PKI tidak berhenti sampai disitu saja. PKI merupakan partai komunis

yang tersebar di seluruh dunia, diluar Tiongkok dan Uni Soviet.

Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 Juta jiwa, ditambah 3 juta dari pergerakan

pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat petani Barisan Tani

Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita

(Gerwani), organisasi penulis, artis dan pergerakan sarjananya, PKI

mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukungnya. Cita-cita untuk

mendirikan negara Indonesia dengan landasan komunis mendorong terjadinya

peristiwa G 30 S/PKI. Kondisi politik, sosial dan ekonomi Indonesia pada

waktu itu memberi angin segar kepada PKI untuk meluaskan pengaruhnya.

PKI mulai menebar janji-janji kepada masyarakat kecil bahwa mereka akan

mendapatkan kesejahteraan yang lebih.

4
Tanpa mengetahui arti komunis yang sebenarnya, rakyat kecilpun terbujuk

oleh PKI. Pengaruh PKI juga menyebar di berbagai macam kalangan, tidak

terkecuali kalangan politik. Di kancah politih, organisasi yang anti-komunis,

dianggap anti pemerintah sehingga PKI bisa dengan mudah menyingkirkan

musuh politiknya. Dalam dunia politik, PKI memilik kedudukan yang setara

dengan angkatan darat, sehingga PKI menganggap angkatan darat merupakan

penghalang utama dalam mewujudkan cita-citanya.

B. Proses Terjadinya Pemberontakan

Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-30S/PKI),

Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober)

adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam tanggal 30 September

sampai di awal 1 Oktober 1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia

beserta beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan kudeta

yang kemudian dituduhkan kepada anggota partai komunis. PKI merupakan

partai Stalinis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet.

Anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan

pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai

3,5 juta anggota dan pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang

mempunyai 9 juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani),

organisasi penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih

dari 20 juta anggota dan pendukung serta tersebar di seluruh daerah yang luas.

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno menetapkan

konstitusi di bawah dekret presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Ia

5
memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para jendral

militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem

“Demokrasi Terpimpin”. PKI menyambut “Demokrasi Terpimpin” Sukarno

dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk

persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang

dinamakan NASAKOM. Pada era “Demokrasi Terpimpin”, kolaborasi antara

kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-

pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-

masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun,

foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan

militer menjadi wabah.

PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno

untuk memperkuat dukungan untuk rezim Demokrasi Terpimpin dan dengan

persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk “Angkatan

Kelima” dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer

menentang hal ini. Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin

berusaha menghindari bentrokan-bentrokan antara aktivis massanya dan

polisi dan militer. Pemimpin-pemimpin PKI mementingkan “kepentingan

bersama” polisi dan “rakyat”. Pemimpin PKI D.N. Aidit mengilhami slogan

“Untuk Ketenteraman Umum Bantu Polisi”. Di bulan Agustus 1964, Aidit

menganjurkan semua anggota PKI membersihkan diri dari “sikap-sikap

sektarian” kepada angkatan bersenjata, mengimbau semua pengarang dan

6
seniman sayap-kiri untuk membuat “massa tentara” subyek karya-karya

mereka.

Di akhir 1964 dan permulaan 1965 ratusan ribu petani bergerak merampas

tanah dari para tuan tanah besar. Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara

mereka dan polisi dan para pemilik tanah. Untuk mencegah berkembangnya

konfrontasi revolusioner itu, PKI mengimbau semua pendukungnya untuk

mencegah pertentangan menggunakan kekerasan terhadap para pemilik tanah

dan untuk meningkatkan kerja sama dengan unsur-unsur lain, termasuk

angkatan bersenjata. Pada permulaan 1965, para buruh mulai menyita

perusahaan-perusahaan karet dan minyak milik AS. Kepemimpinan PKI

menjawab ini dengan memasuki pemerintahan dengan resmi. Pada waktu

yang sama, jendral-jendral militer tingkat tinggi juga menjadi anggota

kabinet. Menteri-menteri PKI tidak hanya duduk di sebelah para petinggi

militer di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus mendorong ilusi

yang sangat berbahaya bahwa angkatan bersenjata adalah merupakan bagian

dari revolusi demokratis “rakyat”.

Aidit memberikan ceramah kepada siswa-siswa sekolah angkatan bersenjata

di mana ia berbicara tentang “perasaan kebersamaan dan persatuan yang

bertambah kuat setiap hari antara tentara Republik Indonesia dan unsur-unsur

masyarakat Indonesia, termasuk para komunis”. Rejim Sukarno mengambil

langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi mogok di industri.

Kepemimpinan PKI tidak berkeberatan karena industri menurut mereka

7
adalah milik pemerintahan NASAKOM. Tidak lama PKI mengetahui dengan

jelas persiapan-persiapan untuk pembentukan rejim militer, menyatakan

keperluan untuk pendirian “angkatan kelima” di dalam angkatan bersenjata,

yang terdiri dari pekerja dan petani yang bersenjata. Bukannya

memperjuangkan mobilisasi massa yang berdiri sendiri untuk melawan

ancaman militer yang sedang berkembang itu, kepemimpinan PKI malah

berusaha untuk membatasi pergerakan massa yang makin mendalam ini

dalam batas-batas hukum kapitalis negara.

Mereka, depan jendral-jendral militer, berusaha menenangkan bahwa usul

PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam laporan ke Komite

Sentral PKI bahwa “NASAKOMisasi” angkatan bersenjata dapat dicapai dan

mereka akan bekerja sama untuk menciptakan “angkatan kelima”.

Kepemimpinan PKI tetap berusaha menekan aspirasi revolusioner kaum

buruh di Indonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi

bahwa aparatur militer dan negara sedang diubah untuk memencilkan aspek

anti-rakyat dalam alat-alat negara. Menjelang dilancarkannya G 30 S/PKI,

banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya oleh Biro Khusus PKI

yang telah dibentuk pada tahun 1964 dengan mengadakan beberapa kali rapat

rahasia yang diikuti oleh beberapa orang oknum ABRI. Rapat pertama 6

September 1965 yang dilaksanakan rumah Kapten Wahjudi Jl. Sindanglaya 5,

Jakarta, diikuti oleh:

Sjam Kamaruzaman, Pono (Soepono), Letnan Kolonel Untung Sutopo

(Komandan Batalion I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa), Kolonel

8
A. Latief (Komandan Brigade Infantri I Kodam V/Jaya), Mayor Udara

Suyono (Komandan Pasukan Pengawal Pangkalan (P3) PAU Halim), Mayor

A. Sigit (Komandan Batalion 203 Brigade Infantri I Kodam V/Jaya), Kapten

Wahjudi (Komandan Kompi Artileri sasaran Udara).

Rapat ini membicarakan tentang situasi umum sebelum gerakan dan isu

sakitnya Bung Karno. Selanjutnya Sjam melontarkan isu adanya Dewan

Jendral yaitu yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat

yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya.

Menanggapi isu ini, Soekarno disebut-sebut memerintahkan pasukan

Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk diadili oleh

Soekarno, dan dari ABRI pun terhasut dan ikut dalam gerakan yaitu Letnan

Kolonel Untung, Komandan Batalion 1 Resimen Cakrabirawa (pasukan

pengawal Presiden). Sjam kemudian menyampaikan instruksi Aidit untuk

mengadakan gerakan mendahului kudeta Dewan Jendral. Setelah rapat

pertama kemudian banyak diadakan lagi rapat-rapat selanjutnya guna

membahas persiapan serangan gerakan. Di antaranya rapat ke-2 pada tanggal

9 September 1965, rapat ke-3 tanggal 13 September 1965, rapat ke-4 tanggal

15 September 1965, rapat ke-5 tanggal 17 September 1965, rapat ke-6 19

September 1965, dan rapat ke-7 tanggal 22 September 1965, ke-8 24

September 1965, ke-9 tanggal 29 September 1965.

Pada rapat-rapat setelah rapat ke -6 membahas tentang penetapan sasaran

gerakan bagi masing-masing pasukan yang akan bergerak menculik atau

9
membunuh para jendral Angkatan Darat yang diberi nama Pasukan Pasopati.

Pasukan teritorial dengan tugas menduduki gedung RRI dan gedung

Telekomunikasi di beri nama Pasukan Bimasakti kemudian pasukan yang

mengkoordinasi lubang Buaya di beri nama Pasukan Gatotkaca. Setelah

persiapan terakhir selesai, rapat terakhir di adakan tanggal 29 September 1965

yang dilaksanakan di rumah Sjam, gerakan itu dinamakan “Gerakan 30

September” (G 30 S/PKI atau Gestapu/PKI). Secara fisik-militer gerakan di

pimpin oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalion 1 Resimen

Cakrabirawa (Pasukan Pengawal Presiden) selaku pimpinan formal seluruh

gerakan.

Pelaksanaan G30S/PKI 1965 Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal

senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang

disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal

kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol Untung. Panglima

Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian

mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut. Tahunya Aidit akan

jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal tersebut sengaja

dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di masyarakat. Pada tahun

1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UU Pokok Agraria) dan

Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang sebenarnya

merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun 1948.

Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan

10
wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik

pada masa itu.

C. Pokok Masalah

Pemberontakan ini berupa kudeta oleh oknum tentara dari Cakrabirawa yang

membunuh para perwira Angkatan Darat pada malam 30 September 1965.

Pemberontakan ini diduga direncanakan oleh pemimpin PKI terutama DN

Aidit. Para perwira dibunuh dan di buang di Lubang Buaya namun

pemberontakan berhasil dipatahkan.

11
BAB II. PEMBAHASAN

A. Sebab Terjadinya Pemberontakan

1. Faktor Ekonomi

Permasalahan dalam kudeta disetiap negara tentu saja diawali dengan faktor

ekonomi sebagai alasan pembenaran kudeta, tidak terkecuali di Indonesia.

Ekonomi Indonesia sedang terpuruk pada tahun 1965 dimana hal ini

menyebabkan dukungan dari rakyat kepada Presiden Soekarno berkurang.

Ditambah lagi dengan kebijakan “Ganyang Malaysia” yang dianggap akan

memperparah kondisi ekonomi Indonesia saat itu, kepercayaan masyarakat

Indonesia dan militer mencapai titik terburuk saat itu.

Kenaikan inflasi sebesar 650% semakin memperburuk suasana dan situasi

saat itu, dimana rakyat banyak yang kelaparan, dan hal ini sebenarnya

disebabkan karena gagasan dua panglima tinggi yaitu Jendral Suharto dan

Jendral Nasution. Pembantaian terhadap pedagang yang berasal dari RRC

menyebabkan proses perdagangan menjadi turun dan berakibat pada

penurunan ekonomi. Kesengsaraan rakyat akibat kondisi ekonomi ini juga

akhirnya yang menjadikan rakyat mengamuk ketika 6 jendral terbunuh, dan

konsekuensinya adalah pembantaian orang orang yang tertuduh atau dicurigai

sebagai PKI. Bahkan pembantaian ini juga menyasar ke keturunan tionghoa

dengan alasan kecerobohan akibat kekacauan.

2. Angkatan Kelima Gagasan PKI

12
Pengaruh PKI pada tahun 1965 mencapai pada puncaknya dimana

pengikut dan simpatisan PKI telah memasuki dengan elemen masyarakat,

dan memiliki hubungan yang cukup baik dengan Presiden Soekarno. Di

tahun 1965 itu, PKI mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk

menambah angkatan militer yang dinamakan ‘Angkatan Kelima’ diluar

dari TNI dan berdiri sendiri. Hal ini tentunya menyebabkan kecurigaan

antara pihak militer dan PKI.

Selain itu PKI juga telah mnyusupi hingga ke kalangan polisi sehingga

situasi semakin memasan, dimana banyak hasutan hasutan dan konfrontasi

antara rakyat dengan TNI, hal ini menjadi fondasi untuk rencana G30S,

dan merupakan salah satu penyebab G30 S PKI.

3. Kesehatan Presiden Soekarno

Pada tahun 1964 dikabarkan bahwa Presiden Soekarno sedang sakit parah,

tentu saja hal ini menyebabkan kecemasan dan rumor perebutan kekuasaan

bila Presiden Soekarno akan meninggal dunia. Akan tetapi, ini sebenarnya

diketahui oleh ketua PKI yaitu Aidit bahwa Presiden Soekarno hanya sakit

ringan. Jadi kemungkinan sangat besar kalau ini dilakukan oleh pihak ke 3

yang bukan dari Presiden Soekarno maupun PKI, bagaimanapun juga,

kecemasan akibat isu kesehatan ini tetap menjadi salah satu penyebab

G30S PKI.

4. Permusuhan Dengan Malaysia

13
Faktor ini juga menjadi salah satu sebab kuat, karena PKI lah yang

menghasut Presiden Soekarno untuk bersikap lebih tegas dan menolak

negosiasi yang diusulkan oleh Presiden Pilipina dan Perdana Mentri

Malaysia saat itu. Tentu saja hal ini tidak lepas dari tindakan rakyat

Malaysia saat itu yang menyerbu gedung KBRI dan membuat PM

Malaysia saat itu Tunku Abdul Rahman dipaksa menginjak lambang

negara Indonesia. Aksi ini membuat Presiden Soekarno sangat murka dan

membuat gerakan “Ganyang Malaysia” untuk balas dendam terhadap aksi

itu, tentu saja hal ini tidak didukung penuh oleh Militer. Salah satu

alasannya adalah karena Malaysia memiliki bantuan dari Inggris, dan

Indonesia dengan kondisi ekonomi dan tentara yang kurang memadai

dirasa oleh para Jendral angkatan darat tidak bisa menyaingi kekuatan

militer mereka.

Alhasil akibat pertempuran setengah hati yang dilakukan di Kalimantan,

dan lokasi lokasi tertentu di Malaysia gagal, bahkan Indonesia kalah dalam

perang gerilya yang menjadi keunggulannya dari jaman dulu. Mengetahui

tidak didukung penuh oleh militer, akhirnya Presiden Soekarno menjadi

dekat dengan PKI. Kalau kita analisa, tentunya faktor ini lah kenapa

Presiden Soekarno mempunyai kedekatan yang sangat erat pada PKI,

walaupun sebenarnya pada tahun tahun 1955 Soekarno sudah menunjukan

kedekatannya, akan tetapi karena peristiwa ini, posisi PKI di kabinet

pemerintahan menjadi tidak tergoyahkan. Dan kalau ditelisik dari

dokumen rahasia yang baru dikeluarkan CIA baru baru ini, sebenarnya

14
Presiden Soekarno hanya menggunakan PKI untuk menjatuhkan Malaysia

dan tidak sepenuhnya percaya pada mereka.

Hal ini dibuktikan dari dokumen yang disebar karena terdapat percakapan

santai antara Presiden Soekarno dengan pemimpin sayap kanan bahwa

sebenarnya kedekatan ini hanyalah topeng, dimana dia masih

membutuhkan PKI untuk menjatuhkan Malaysia. dan suatu saat akan tiba

gilirannya. Akan tetapi karena ini adalah percakapan tingkat tinggi dan

tidak ada yang tahu tentang intensi dari Presiden Soekarno maka sampai

saat sebelum dokumen ini disebarkan, sejarah yang diajarkan disekolah

menyebutkan bahwa Presiden Soekarno memang menaruh kepercayaan

pada PKI. Hal lain yang disebabkan karena permusuhan dengan Malaysia

adalah perpecahan internal karena merasa peperangan di sabotase oleh

petinggi angkatan darat yang takut pada Malaysia, dan akibatnya banyak

yang mendukung PKI, yang berujung pada penyebab G30S PKI.

5. Amerika Serikat Sebagai Aktor Dibalik Layar

Tentu saja kita tahu bahwa Ameria Serikat sebagai negara liberal tentunya

anti komunisme, oleh karena itu melalui CIA mereka berusaha agar

pemerintahan Indonesia saat itu tidak jatuh kedalam kuasa PKI yang

merupakan partai komunis. Dengan kedekatan Presiden Soekarno yang

sangat erat dengan PKI.

15
Banyak dokumen dokumen dari FBI CIA yang telah disebarkan untuk

mengungkapkan keterlibatan mereka dalam insiden G30S PKI, dimana

memang benar kalau mereka yang memberikan list anggota PKI kepada

pemerintah Soeharto sehingga terjadi pembantaian yang keji itu. Dari sini

memang patut dicurigai apakah ada andil Amerika dalam kenaikan posisi

Soeharto yang bisa menjadi presiden karena peristiwa ini. Sayangnya hal

ini tidak memiliki bukti yang cukup, mungkin suatu saat setelah semua

dokumen CIA telah di publikasi maka kebenaran akan terbukti.

Jadi itu tadi adalah faktor faktor penyebab G30S PKI sejarah tragedi

Indonesia, dan berujung kepada supersemar. hendaknya kita ingat salah

satu pembantaian terkeji tidak hanya di Indonesia, tapi di mata

internasional. bahwa kejadian ini tidak boleh terulang lagi. Jangan terbuai

oleh hasutan pemecah belah, tingkatkan rasa toleransi, maka sejarah ini

merupakan suatu yang beharga.

B. Tokoh-tokoh Negara Yang Menjadi Korban

1. Chaerul Saleh, pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah

menjabat sebagai menteri, wakil perdana menteri, dan ketua MPRS

antara tahun 1957 sampai 1966. Salah satu pemuda yang menculik

Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok (meninggal 1967

sebagai tahanan).

2. Muhammad Arief, pencipta lagu "Genjer-genjer" (dibunuh).

16
3. Brigjen Soepardjo, Komandan TNI Divisi Kalimantan Barat yang

memiliki peran penting dalam peristiwa Gerakan 30 September

(dihukum mati).

4. Letkol Untung Syamsuri, Komandan Batalyon I Tjakrabirawa yang

memimpin Gerakan 30 September pada tahun 1965 (dihukum mati

1966).

5. Trubus Soedarsono, pematung dan pelukis naturalis Indonesia

(dibunuh).

6. Wikana, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, bersama Chaerul

Saleh dan Sukarni termasuk dalam pemuda yang menculik Soekarno

dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok (hilang).

C. Tokoh-tokoh PKI Pelaku Pemberontakan

1. D.N. Aidit, ketua PKI (meninggal dibunuh 1965).

2. Lettu Doel Arif, tokoh kunci dalam penculikan jenderal-jenderal

Angkatan Darat yang diduga akan membentuk Dewan Jenderal oleh

PKI dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (hilang).

3. Lukman Njoto, Menteri Negara pada masa pemerintahan Soekarno dan

wakil Ketua CC PKI yang sangat dekat dengan D.N. Aidit (ditangkap

1966 dan hilang).

4. Ibnu Parna, politisi fraksi PKI, pemimpin Partai Acoma, dan aktivis

buruh (dibunuh).

5. M.H. Lukman, Wakil Ketua CC Partai Komunis Indonesia. (dihukum

mati 1965)

17
6. Ir. Sakirman, petinggi Politbiro CC PKI dan kakak kandung dari

Siswondo Parman, salah satu korban yang diculik meninggal dalam

peristiwa G30S (hilang).

7. Sudisman, anggota Politbiro CC PKI (dihukum mati).

8. Syam Kamaruzzaman, tokoh kunci G30S dan orang nomor satu di

Politbiro PKI yang bertugas membina simpatisan PKI dari kalangan

TNI dan PNS (dijatuhi hukuman mati 1968, dieksekusi 1986).

D. Penumpasan Gerakan 30.S/PKI 1966

Dalam situasi yang tidak menentu pimpinan angkatan darat diambil alih oleh

Panglima Kostrad Mayor Jendral Soeharto. Ia melakukan konsolidasi pasukan

TNI yang masih setia kepada pemerintahan. Dengan kekuatan ini, Mayor

Jendral Soeharto melakukan serangkaian operasi penumpasan G30S/PKI.

Setelah merebut kembali stasiun telekomunikasi RRI, Mayor Jendral

Soeharrto menjelaskan melalui siaran radio bahwa telah terjadi penghianatan

yang dilakukan Gerakan 30 September/PKI. Mereka telah menculik beberapa

perwira TNI AD. Lebih lanjut Mayjen soeharto menyampaikan bahwa

Presiden Soekarno dan Jendral A. H. Nasution dalam keadaan sehat dan

situasi Jakarta telah dikendalikan.

Langkah selanjutnya adalah merebut Bandara Halim Perdana Kusuma yang

diduga sebagai pusat Gerakan 30 September/PKI. Dalam waktu singkat

tempat ini dapat dikuasai pasukan RPKAD.

18
Dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan ABRI dan masyarakat

menyimpulkan bahwa dibalik Gerakan 30 September/PKI ini telibat PKI.

Maka dimulailah operasi pengejaran terhadap anggota PKI ini.

1. Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan

Telkom telah dapatdiambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa

pertumpahan darah.

2. Pada hari yang sama, Mayjen Soeharto mengumumkan beberapa hal

penting berikut melalui RRI.

a. Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer.

b. Dewan Revolusi Indonesia telah demisioner.

c. Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada.

3. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai

kembali Bandara Halim Perdanakusuma.

4. Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang

bernama Sukitman berhasil ditemukan sumur tua yang digunakan

untuk menguburkan jenazah para perwira AD.

5. Pada tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan

dan mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.

Untuk menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi militer yang

dipimpinoleh Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno. Penumpasan di Jawa

Tengah memakan waktu yang lama karena daerah ini merupakan basis PKI yang

19
cukup kuat dan sulit mengidentifikasi antara lawan dan kawan. Untuk mengikis

sisa-sisa G 30 S/PKI di beberapa daerah dilakukan operasi-operasi militer berikut.

a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel

Sarwo Edhie Wibowo.

b. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan

Kolonel Wetermin.

Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N Aidit dapat

ditembak mati diBoyolali dan Letkol Untung Sutopo ditangkap di Tegal.

20
BAB III. METODE

A. Kesimpulan

Peristiwa G 30S/PKI yang lebih dikenal dengan peristiwa pemberontakan

yang dilakukan PKI, yang bertujuan untuk menyebarkan paham komunis

di Indonesia. Pemberontakan ini menimbulkan banyak korban, dan banyak

korban berasal dari para Jendral Angkatan Darat Indonesia. Gerakan PKI

ini menjadi isu politik untuk menolak laporan pertanggung jawaban

Presiden Soekarno kepada MPRS. Dengan ditolaknya laporan Presiden

Soekarno ini, maka Indonesia kembali ke pemerintahan yang berasaskan

kepada Pancasila dan UUD 1945.

Peristiwa G30S/PKI 1965 yang terjadi di Indonesia telah memberi dampak

negatif dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu

dampak politik dan dampak ekonomi. Setelah Supersemar diumumkan,

perjalanan politik di Indonesia mengalami masa transisi. Kepemimpinan

Soekarno kehilangan supremasinya. MPRS kemudian meminta Presiden

Soekarno untuk mempertanggungjawabkan hasil pemerintahannya,

terutama berkaitan dengan G30S/PKI. Dalam Sidang Umum MPRS tahun

1966, Presiden Soekarno memberikan pertanggung jawaban

pemerintahannya, khususnya mengenai masalah yang menyangkut

peristiwa G30S/PKI.

21
B. Penutup

Demikian makalah ini dapat saya selesaikan. Kesempurnaan hanyalah milik

Allah SWT, oleh karena itu saya selaku penulis sangat mengharapkan saran

serta kritikan dari para pembaca mengenai makalah yang sudah saya buat ini.

Mungkin masih terdapat banyak kesalahan terutama dalam penulisan yang

masih kurang jelas dan harus lebih banyak diperbaiki lagi. Saya berharap

makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi terkait sejarah

Gerakan 30 SPKI.

22

Anda mungkin juga menyukai