KILAS BALIK
PERISTIWA G30S/PKI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
IMRAATUN AFIFAH ASRI
DEA AULIA
ATIKAH INAYAH
NURFALLAH
IBNU ZULFARIZ
SRI AYU SAFITRI
NADYA ULYA
KELAS : IX A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
lancar. Adapun maksud penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu
tugas mata pelajaran PKN dari Ibu siswati , S.Pd selaku guru mata
Maka saya mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para
semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
yang sebesar-besarnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul………………………………………………………………………………………….. 1
BAB 3. Penutup…………………………………………………………………………………………… 14
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………… 15
3
BAB I PENDAHULUAN
seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai padatahun 1965
anggotanya berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.
PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruhyang mempunyai 3,5 juta anggota dan
PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung. Pada bulan Juli 1959
mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan
antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional dalam menekan pergerakan-
politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun, foreign reserves
menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.Pada
tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga
menetapkan waktunya sampai meletusnya G30S .Pada awal tahun 1965 Bung Karno
atas saran dari PKI akibat daritawaran perdana mentri RRC, mempunyai ide tentang
Angkatan Kelimayang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi petinggi Angkatan
4
Darattidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigaiantara
militer dan PKI.Dari tahun 1963, kepemimpinan PKI makin lama makin
1964 dan permulaan 1965 ribuan petani bergerakmerampas tanah yang bukan
dipicu oleh propaganda PKI yangmenyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah,
tidak peduli tanah siapapun (milik negara = milik bersama). Kemungkinan besar
permulaan 1965, para buruh mulai menyita perusahaan-perusahaan karet dan minyak
sebelah para petinggimiliter di dalam kabinet Sukarno ini, tetapi mereka terus
5
siswa sekolah angkatan bersenjata di mana ia berbicara tentang "perasaan
Rezim Sukarno mengambil langkah terhadap para pekerja dengan melarang aksi-aksi
menenangkan bahwa usul PKI akan memperkuat negara. Aidit menyatakan dalam
diIndonesia. Di bulan Mei 1965, Politbiro PKI masih mendorong ilusi bahwa aparatus
militer dan negara sedang diubah untuk mengecilkan aspek anti-rakyat dalam alat-
alat negara. Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S telah beredar
isu sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak-kusuk dan isu
Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya sakit ringan saja, jadi hal ini bukan
Hasil (UU Bagi Hasil)yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria
yangdibentuk pada tahun 1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari
6
wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan
partai politik pada masa itu. Walaupun undang-undangnya sudah ada namun
pelaksanaan di daerah
dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian
menonjol dalam rangka ini antara lainperistiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan
peristiwa di Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan
Islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan Muhammadiyah) itu pada
dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia, di Jawa Barat, Jawa Timur,
dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian, PKI di beberapa tempat
bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan disembelih setelah tanggal
30 September 1965 (hal ini membuktikan bahwa seluruh elemen PKI mengetahui
7
BAB II PERISTIWA
2 1 Awal peristiwa
Pada hari Jum’ at tanggal 1 Oktober 1965 secara berturut-turut RRI Jakarta
menyiarkan berita penting. Sekitar pukul 7 pagi memuat berita bahwa pada hari
pengawal pribadi Presiden Soekarno. Sekitar pukul 13.00 hari itu juga memberitakan
tentang “susunan dewan revolusi Indonesia”. Baru dalam siaran kedua ini
Kolonel Laut Soenardi, dan Ajun komisaris besar polisi Anwas sebagai “wakil
komandaan”
Pada pukul 19.00 hari itu juga RRI Jakarta menyiarkan pidato radio Panglima
revolusioner yang telah menculik beberapa perwira tinggi AD, dan telah
8
penyusupanya kedalam organisasi lain, serta kaitannya dengangerakan komunisme
Persiapan PKI:
melakukan pemberontakan
9
2.2 Peristiwa
dari pemerintah RI yang sah ini didahului dengan penculikan dan pembunuhan
dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober dengan menculik dan membunuh 6 perwira
tinggi dan seorang perwira muda angkatan darat. Mereka yang diculik dibunuh di
Desa Lubang Buaya sebelah selatan Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma oleh
anggota-anggota pemuda rakyat Gerwani dan Ormas PKI yang lain. Ke-6 jendral yang
dibunuh itu adalah Letnan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral R.Suprapto, Mayor
2.3 Penumpasan
Dalam situasi yang tidak menentu pimpinan angkatan darat diambil alih oleh Panglima
Kostrad Mayor Jendral Soeharto. Ia melakukan konsolidasi pasukan TNI yang masih
Mereka telah menculik beberapa perwira TNI AD. Lebih lanjut Mayjen soeharto
10
Langkah selanjutnya adalah merebut Bandara Halim PerdanaKusuma yang diduga
dikuasai pasukan RPKAD Dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan ABRI dan
a. Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan
Telkom telah dapat diambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa pertumpahan
darah
memakan waktu yang lama karenadaerah ini merupakan basis PKI yang cukup kuat
dan sulit mengidentifikasi antara lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G30
11
a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel
Wetermin.
a. Secara politik telah lahir peta kekuatan politik baru yaitu tentara AD.
politik di Indonesia.
12
2.5 Monumen Peringatan
Kalibata. Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak
ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabor bunga yang dilanjutkan. Pada 29
13
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16