Disusun oleh :
Bagus Mikail (1901075037)
Irnawati Dewi (1901075003)
Tiara Lulu Arafah Latarissa (1901075054)
Muhammad Alfeno Syam M (1901075061)
Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah PROF.DR.HAMKA
2019
Muhammad Al Fatih
Abstrak : Artikel ini memuat tentang Tokoh Islam yaitu Muhammad Al Fatih yang
merupakan penakluk dari Kota Konstantinopel. Berisi biografi tokoh, kontribusi tokoh dan
komentar para ahli dan penulis mengenai tokoh tersebut. Ia merupakan pemimpin hebat yang
telah menjalankan berbagai cara untuk menaklukan Ibukota Romawi tersebut. Konstantinopel
merupakan pusat pemerintahan Romawi Timur yang sangat strategis bagi dunia, namun lebih
dari itu dalam pandangan Muhammad AlFatih penaklukan atas Konstantinopel juga
terinspirasi oleh janji ajaran Islam, sehingga AlFatih mempelajari semua penyebab kegagalan
penaklukan yang dilakukan para pemimpin Islam maupun sultan-sultan Utsmani sebelumnya
untuk keberhasilan penaklukan atas Konstantinopel. Al-Fatih melakukan persiapan dan
menjalankan peranannya sebagai penakluk yang ulung, baik secara militer maupun
diplomatik telah mengunci faktor-faktor yang dapat menggagalkan usaha penaklukan atas
Konstantinopel. Walhasil tahun 1453 Muhammad AlFatih berhasil menaklukkan
Konstantinopel yang berabad-abad sebelumnya tidak pernah berhasil ditundukkan.
1
PENDAHULUAN
Pada tahun 476 M Kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua kekuasaan, Katholik Roma
di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium. Perpecahan tersebut sebagai buntut dari
konflik gereja. Kedua wilayah tersebut merupakan sebagai pusat peradaban Kristen pada
waktu itu. Hingga kemudian Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut
sebagai ibukota, dengan alasan strategis karena berada di perbatasan Eropa dan Asia, baik di
darat karena dilalui Jalur Sutera maupun di laut karena berada diantara Laut Tengah dengan
Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya
pada kondisi geopolitik saat itu. Konstantinopel (Kini Istanbul) terletak diantara benua Asia
dan Eropa dan dibelah oleh celah laut sempit, yaitu Selat Bosporus yang bersumber dari Laut
Tengah (Mediterania), menjorok dalam ke daratan, dan berhimpun di Laut Hitam.
Posisi geografis ini menjadikan Konstantinopel mudah diakses melalui darat maupun laut
dan menjadikannya jalur perdagangan penting yang menghubungkan Asia dan Eropa. Kota
ini dulunya merupakan pusat peradaban Kristen kedua setelah Roma. Hanya saja keduanya
mewakili dua kutub yang berbeda; Latin Katholik yang berpusat di Roma, dan Greek
Ortodoks di Konstantinopel; dan terlibat konflik satu sama lain.2 kota ini pertama kali
ditemukan oleh koloni Yunani sekitar tahun 658 SM dan kemudian dikenal dengan sebutan
Byzantuim. Kemudian setelah dikuasai oleh Romawi dan muncul sebagai peradaban dunia
kaisar Constantine merubahnya menjadi Kostantinopel sesuai dengan namanya serta
menjadikannya sebagai Ibukota kekaisaran Romawi pada waktu itu. Konstantinopel terbagi
menjadi tiga bagian utama, dua di Eropa dan satu di Asia. Dua yang di Eropa dipisahkan oleh
Golden Horn. Disebelah selatan Golden Horn adalah Stamboul (Byzantium Lama) dan yang
utaranya adalah Galata dan Pera. Sedangkan bagian yang terletak di Asia adalah Scutari
(Uskudar) dan Chalcedon. Kondisi yang strategis ini menbuat Konstantinopel menjadi
incaran dan sasaran penaklukan bangsa-bangsa lain.
2
PEMBAHASAN
Biografi Tokoh
Muhammad al Fatih ialah Sultan Muhammad II yang lahir pada 27 Rajab 835 H atau 30
Maret 1432 M di kota Erdine, ibu kota Daulah Ustmaniyah. Ia adalah putra dari Sultan
Murad II yang merupakan raja ke 6 Daulah Ustmaniyah. Diberi gelar al Fatih dan Abu al
Khairat beliau memerintah selama 30 tahun dengan memperoleh kebaikan serta kemenangan
bagi orang Islam. Ia memerintah Daulah Ustmaniyah setelah Sultan Murrad II yang wafat
pada tanggal 18 Februari 1451 M/ 16 Muharram 855 H, sedangkan waktu itu beliau masih
berumur kurang lebih 22 tahun. Dia mempunyai kepribadian yang cemerlang, kekuatan dan
keadilan telah tercermin dalam pribadinya sebagaimana ia sangat unggul dalam segala bidang
ilmu, lebih-lebih tentang bahasa dan sejarah. Beliau mengikuti jejak ayahnya dalam
memperoleh beberapa kemenangan (al Shalabi, 2004: 103).
Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ulama terkemuka di zamannya. Di
zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Syeikh Muhammad bin Isma'il Al Qurani. Sultan
Murad II telah mengutus beberapa ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak
diterima oleh Muhammad al Fatih, pada waktu itu Muhammad al-Fatih menjadi seorang
pejabat di negara Mughnisiyah. Al Fatih tidak pernah membaca sesuatu sehingga ia tidak bisa
mengkhatamkan al-Qur‟an (al Shalabi, 2004: 108).
3
Maka Sultan Murrad II mendengar seorang laki-laki yang mempunyai keutamaan dan
kecerdasan yang tinggi yang orang orang menyebutnya al Maula al Qurani, nama lengkap
beliau adalah Ahmad bin Ismail al Qurani, seorang ulama Kurdi. Sultan Murrad II
menjadikan ia sebagai guru bagi anaknya dan memberikan alat pemukul dan memberi
wewenang agar ia memukulnya kalau tidak patuh perintahnya. Suatu ketika al Qurani pergi
menemui al Fatih dengan membawa alat pemukul dan berkata “Ayahmu mengutusku untuk
memberi pengajaran dan aku akan memukul jika kamu tidak patuh terhadap perintahku”.
Waktu bertemu Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan Murad
II, Muhammad tertawa, lalu dia dipukul oleh Syeikh al Qurani, dengan pukulan yang sangat
keras, hingga membuat Muhammad takut dan jera.
Peristiwa ini amat berkesan pada diri Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal
al Qur‟an dalam waktu yang singkat. Di samping al Qurani, guru Muhammad al Fatih adalah
Syeikh Aaq Syamsuddin, Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Hamzah al Dimasyqi
al Rumi, dilahirkan dikota Damaskus, Syria, pada 792H/1389 M dan meninggal pada tahun
863 H/1459 M. beliau merupakan keturunan khalifah Abu Bakar al Shiddiq (Alatas, 2000:
63). Syaikh Syamsuddin, adalah seorang ulama ahli tasawuf berasal dari negeri Syam. dia
mengajar Muhammad ilmu-ilmu agama seperti al Qur‟an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi
dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya (al Naisaburi, 1999:
87). Pendidikan Islam yang benar ini dan diberikan oleh para guru yang agung khususnya
Syeikh al Qurani yang selalu tegas terhadap penguasa ketika melanggar syari‟at. Al Qurani
memanggil penguasa dengan namanya langsung bukan gelarnya, berjabat tangan dan tidak
mencium tangannya akan tetapi sang penguasalah yang mencium tangannya.
Oleh karena itu, tidaklah aneh jika dari tangan-tangan mereka lahir orang-orang besar
seperti Muhammad al Fatih (al Shalabi, 2004: 108). Disebutkan al Shalabi (2004: 109) peran
yang dilakukan oleh Syeikh Aaq Syamsudin dalam membentuk kepribadian Muhammad al
Fatih dan selalu mengilhaminya dengan dua perkara semenjak ia masih kecil, yaitu:
4
َُحن القُسطنطينيةُ ولنِع َم األمي ُر أميرُها ولنعم الجيشُ ذلك الجيش
َّ لَتُفت
Oleh karena itu, Muhammad al Fatih sangat merindukan agar dirinya menjadi orang yang
mampu merealisasikan sabda Nabi di atas. Hingga akhirnya pikiran Muhammad al Fatih
benar benar dipenuhi dengan pemikiran bahwa memang dialah yang dimaksudkan dalam
hadis ini. Para ahli sejarah mengatakan bahwa Syeikh Syamsuddin itulah Sang Penakluk bagi
konstantinopel (al Munyawi, 2012: 71).
Kontribusi Tokoh
Sebelah utara kota juga terdapat perairan yang tenang di Teluk Tanduk Emas yang
berfungsi sebagai pelabuhan alami. Sedangkan garis pertahananjtgbfrbf sepanjang 7 km di
barat kota dilindungi oleh tembok tiga lapis, dikenal dengan tembok Theodosius yang
terbentang dari Teluk Tanduk Emas sampai Laut Marmara. Bagian terdalam tembok yang
bersentuhan langsung dengan kota disebut mega teichos atau tembok dalam. Bagian ini
menjulang dengan tinggi 18-20 meter degan ketebalan 5 meter. Begitu kokohnya pertahanan
yang dimiliki oleh kota ini, sehingga tidaklah heran banyak bangsa yang telah mencoba
menerobosnya mengalami kegagalan-kegagalan, kurang lebih 8 abad lamanya usaha
membobol pertahanan kota ini dilakukan oleh beberapa bangsa.
5
Upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di Abi Sufyan di bawah
komando anaknya Yazid. Turut serta dalam pasukan ini Abu Ayyub alAnshari, seorang
shahabat Rasulullah yang pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-
Anshari akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat, beliau
sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia ingin sekali dikuburkan di
bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan muslimin pun menjalankan wasiat beliau;
mereka menyerbu musuh sambil membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika
mereka sampai ke tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lubang, dan
menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau. Upaya yang sama juga
dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama
juga di lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk dizaman Khalifah Harun
Arrasyid.
Ketika beliau naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun
855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan Konstantinopel6.
Muhammad al Fatih sangat paham bahwa tidaklah mudah menaklukan kota tersebut, namun
perkataan Rosulullah dan dorongan dari para guru-gurunya senantiasa menjadi kekuatan
tersendiri untuknya, sehingga pada masa penaklukannya, dipersiapkanlah strategi-strategi
khusus untuk melancarkan serangan tersebut, yaitu diantaranya:
a) Membangun sebuah benteng baru, yang terinspirasi dari benteng yang pernah dibuat oleh
leluhurnya Bayazid 1, yang pada waktu itu digunakan sebagai penahan serangan dari
kaum Kristen Genoa dari utara, khususnya pemukiman mereka di Black Sea.
Pada 15 April 1452, dimulailah pembangunan benteng barunya dengn tiga menara
utama. 4 bulan kemudian benteng tersebut telah selesai dibangun di atas lahan 31.250 m2
dengan 3 menara utama dan 14 menara penjaga. tingi masing-masing menaa berkisar
antara 22-28 m dengan ketebalan dinding anatara 5-7 meter. yang kemudian dikenal
dengan nama Rumeli Hisari. Diseberang Rumeli Hisari, Muhammad II pertahanan
benteng Anadolu dengan menambah menara-menara penjaga dilengkapi dengan meriam-
meriam. sehingga tidak satu kapal dapat melalui selat Bospurus. Muhammad II
sesungguhnya telah memutus nadi utama Konstantinopel. dan hal ini sungguh
menimbulkan kepanikan pihak lawan saat itu.
7
e) Maka tidak heran kalau tentara Al-Fatih adalah tentara yang paling rajin shalat, bukan
hanya 5 waktu, tetapi juga shalat-shalat sunnah. Sementara dari sisi kecerdasan, mereka
memang sudah memilikinya sejak lahir, sehingga penambahan ilmu dan sains menjadi
perkara mudah.
B. Penaklukan Konstatinopel
Setelah persiapan dilakukan, Hari Jumat, 6 April 1453M, Muhammad II atau disebut
juga Mehmed bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil
Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru
benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam buatan Urban
teknologi baru pada saat itu Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk
Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Constantine Paleologus
menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan
dan Giovanni Giustiniani dari Genoa. Kota dengan benteng 10 m-an tersebut memang sulit
ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 m.
Dari sebelah barat melalui pasukan altileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah
selatan laut Marmara pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan
Giustiniani dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang
sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh
membuat celah pasukan Constantine mampu mempertahankan celah tersebut dan dengan
cepat menumpuk kembali hingga tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali
terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam semalam. Salah
satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide
tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk
menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki
wilayah selat Golden Horn.
Pada tanggal 29 Mei 1453, setelah sehari istirahat perang Muhammad II kembali
menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama,
Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan Yanisari. Giustiniani sudah
menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten
hingga gugur di peperangan.
Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan
biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan
pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui
Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan. Konstantinopel telah jatuh, penduduk
kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi
perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen.
Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gerejagereja lain tetap sebagaimana
fungsinya bagi penganutnya. Toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari
nafkah di kota tersebut. Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah
terutama sekolah untuk kepentingan administratif kota secara gratis, siapa pun boleh belajar,
tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, bahkan
rumah diberikan gratis kepada para pendatang yang bersedia tinggal dan mencari nafkah di
reruntuhan kota Byzantium tersebut. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul,
dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan.
Menurut Felix Y Siaw,”sejarah adalah salah satu cabang ilmu yang sangat dikuasai oleh
pemimpin besar dunia Islam, seperti Rasulullāh SAW, Umar bin Khathab, Khalid bin Walid,
dan para sahabat lainnya. Dengan mempelajari ilmu sejarah itulah, Sulṭān Muhammad Al-
Fātiḥ kemudian tumbuh menjadi seorang yang fleksibel, inovatif, dan penuh dengan kejutan”.
Menurut sastrawan Yoilmaz Oztuna, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal
ajaib seperti ini, Mehmed telah menukar darat menjadi lautan dan melayarkan kapalnya di
puncak gunung. Bahkan usahanya ini mengungguli apa yang pernah diilakukan oleh
Alexander The Great.”
9
Muhammad Al Fatih merupakan pemimpin yang sangat bijaksana, pintar dan memiliki
toleransi yang sangat tinggi. Dalam dirinya telah tertanam sifat tersebut sedari dia kecil.
Muhammad kecil telah menyelesaikan hafalan Al-qur’an 30 Juz, mempelajari hadis-hadis,
memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak, strategi perang juga belajar berbagai
bahasa yaitu bahasa Arab, Persia, Latin, Yunani. Sehingga tidak heran pada usia 21 tahun ia
menguasai 6 bahasa yaitu Arab,Turki, Persia, Latin, Ibrani dan Yunani.
Penulis juga terkesan dengan kehebatan seorang pemuda yang dapat menaklukan
kekaisaran Bizantium yang sudah lama sekali upaya dari sultan sebelumnya untuk
menaklukannya namun belum tercapai baru saat Muhammad al Fatih harapan itu terkabul
menjadi kenyataan dengan strategi yang diluar nalar manusia saat itu seperti memindahkan
puluhan kapal dalam waktu kurang dari satu malam.
10
Kesimpulan
Keberhasilan kaum muslim dalam menaklukan Konstantinopel tidak terlepas dari peran
besar Muhammad II atau lebih dikenal dengan julukan Sultan Muhammad Al Fatih.
Konstantinopel yang memiliki pertahanan paling kokoh dengan kekuatan militer dan perang
yang sangat lengkap pada masanya, akhirnya dapat ditaklukan juga oleh Muhammad II al
Fatih, perkataan rasululah dalam sebuah hadist, Berkata Abdullah bin Amru bin Ash: "bahwa
ketika kami duduk disekeliling Rosulullah saw untuk menulis, lalu Rosulullah saw ditanya
tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, konstantinopel atau Roma. maka
Rusulullah saw menjawab, 'kota Heraklius terlebih dahulu', yakni konstantinopel" (HR.
Ahmad), terbukti kebenarannya kini, bahwa yang terlebih dahulu ditaklukan adalah
Konstantinopel.
Meskipun misi penaklukan itu dimulai jauh sebelum Muhammad II al Fatih lahir, yaitu
sekitar 8 abad lamanya kaum muslim dan bangsa-bangsa lainnya melakukakan percobaan
untuk merebut kekuasaan kota tersebut dari kaum kristen ortodhok di Yunani. Namun
percobaan itu belum menampakkan hasilnya dan dimasa pemerintahan Muhammad II
akhirnya kekuasaan Konstantinopel dapat direbut kaum muslim, peristiwa ini terjadi tepat
pada 29 Mei 1453. Muhammad al fatih pintar dalam menyusun siasat perang dan menyusun
pasukan pemuda yang taat agama. Disamping kecerdikan Muhammad Fatih dalam
menyusun siasat, peran guru-gurunya sangat mempengaruhi keberhasilan ini, sebut saja
syaikh Aaq Syamsudin yang senantiasa mendampingi Muhammad dalam penaklukan ini dan
syaikh Ahmad Kurani yang telah berperan dalam membentuk karakter Muhammad II.
11
Daftar Pustaka
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-9/20392819-MK-Dian%20Mardiana.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/5408/56/Bab%203.pdf
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/criksetra/article/download/4812/2558
Alatas, Alwi. 2000. Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel. Jakarta: Zikrul Hakim.
Ash-Shalabi, Ali Muhammad. tanpa tahun. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah.
Terjemahan oleh Samson Rahman. 2004. Jakarta: Pustaka AlKautsar
12