A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi para tokoh gerakan pembaruan?
2. Apa saja pemikiran tokoh gerakan pembaruan?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui dan memahami biografi masing-masing tokoh gerakan pemabaruan.
2. Agar mengetahui dan memahami pemikiran dari tokoh gerakan pembaruan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………. 1
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..
2
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………
2
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
2
1.3 Tujuan Masalah…………………………………………………………………………..
2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..
3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………
4
2.1 Biografi Gerakan Pembaruan………………………………………………………...
4
2.2 Pemikiran Tokoh Gerakan Pembaruan……………………………………………….
9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
16
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun beberapa pemikiran Muhammad Abduh dalam berbagai bidang sebagai berikut
a. Bidang Agama
1. Penghapusan paham jumud, yaitu paham yang berpendapat bahwa dalam ajaran
Islam tidak perlu diadakan perubahan-perubahan lagi sebab ajaran tersebut sudah
menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.
2. Terbukanya pintu ijtihad sebagai dasar yang penting dalam mengintensifkan dan
menginterpretasikan kembali ajaran Islam.
3. Penghargaan terhadap akal. Muhammad Abduh mengatakan bahwa Islam adalah
agama yang rasional dan sejalan dengan akal sebab dengan akallah pengetahuan
maju.
4. Masalah wakaf, yakni memasukkan masjid sebagai salah satu sasaran rutin
penggunaan dana wakaf.
5. Memperbaiki perangkat masjid, mulai dari pengurus sampai para khatib.
c. Bidang Politik
1. Membangkitkan semangat umat Islam melawan bangsa Barat.
2. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang
bersangkutan.
d. Bidang Hukum
Memperbaiki persepsi masyarakat dan mufti mengenai kedudukan dan tugas
hakim. Tugas hakim dan mufti tidak hanya sebagai penasihat hukum bagi negara, tetapi
memberikan bantuan hukum bagi masyarakat yang membutuhkan.
4 Muhammad Rasyid Ridha (1865–1935 M)
Rasyid Ridha digambarkan sebagai pejuang muslim yang tidak jauh beda dengan
Muhammad Abduh. Muhammad Abduh menilai bahwa tidak ada jalan yang paling
ampuh bagi tercapainya pembaruan di dunia Islam. Hanya ada dua jalan, yaitu
pembaruan melalui politik yang merupakan jalan terpendek serta pembaruan melalui
Pendidikan dan pengajaran yang merupakan jalan terpanjang, namun hasilnya
memuaskan.
Menurut Rasyid Ridha pembaruan mutlak harus dilakukan agar umat Islam tidak
berada dalam kejumudan. Ia melihat bahwa kemunduran umat Islam dan kelemahan
mereka karena mereka tidak lagi memegang dan menjalankan ajaran Islam yang
sebenarnya. Lebih lanjut, pemikiran pembaruan Islam oleh Muhammad Rasyid Ridha
dapat dibagi menjadi beberapa bidang, antara lain sebagai berikut.
a. Bidang Keagamaan
Pemikiran Rasyid Ridha dalam bidang keagamaan bisa dikatakan seperti
pemikiran Muhammad Abduh, yaitu umat Islam mengalami kemunduran karena tidak
menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Menurut Rasyid Ridha ajaran slam
yang murni akan membawa kemajuan umat Islam. Itulah sebabnya segala macam
khurafat, takhayul, bid'ah, jumud, taklid, ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran
Islam harus dikikis dan disingkirkan.
Rasyid Ridha mengatakan Islam murni itu sederhana sekali, sesederhana dalam
ibadah dan sederhana dalam muamalahnya. Ibadah kelihatannya berat dan ruwet
karena dalam ibadah telah ditambahkan hal-hal yang bukan wajib, tetapi sebenarnya
hanya sunah. Mengenai hal-hal yang sunah ini nantinya akan muncul perbedaan
paham dan akan memicu munculnya kekacauan. Soal muamalah, hanya dasar-dasar
yang diberikan, seperti keadilan, persamaan, pemerintahan onsyura. Perincian dan
pelaksanaan dari dasar-dasar ini semua diserahkan kepada umat untuk
menentukannya. Hukum-hukum fikih mengenai hidup kemasyarakatan, didasarkan
atas Al-Qur'an dan hadis tidak boleh dianggap absolut dan tidak dapat berubah.
Hukum-hukum itu timbul sesuai situasi tempat dan zaman.
Rasyid Ridha juga menganjurkan supaya toleransi bermazhab untuk dihidupkan.
Dalam hal-hal dasarlah yang perlu dipertahankan kesamaan paham bagi umat Islam,
tetapi dalam hal perincian dan bukan dasar diberikan kemerdekaan bagi tiap orang
untuk menjelaskan yang disetujuinya. Selanjutnya ia menganjurkan pembaruan dalam
bidang hukum dan penyatuan mazhab hukum. Paham dinamika yang terdapat
dikalangan mereka. Agar umat Islam tidak lemah, mutlak membuang jauh-jauh
paham fatalisme, kemudian menggantikannya dengan paham dinamisme (progres,
kemajuan).
b. Bidang politik
1. Umat Islam harus hidup dalam satu ikatan yang disebut ummatan wāḥidah.
2. Iqbal menolak nasionalisme Barat yang membuat umat Islam terpecah pecah
menjadi negara-negara kecil.
3. Iqbal menolak kapitalisme dan imperialisme Barat yang menyengsarakan
bangsa-bangsa. Sebaliknya, Iqbal lebih tertarik sosialisme yang berkembang
di Barat sebab sosialisme identik dengan sebagian ajaran Islam.
4. Nasionalisme yang berkembang di India yang terdiri atas dua kekuatan
(Islam dan Hindu) ia setuju, tetapi sulit untuk diwujudkan.
Tiga buah gagasan Muhammad Iqbal sebagai kontribusinya dalam gerakan
pembaruan Islam modern sebagai berikut.
a. Pan Islamisme. Iqbal menyatakan bahwa Islam bukan nasionalisme dan bukan
pula imperialisme, melainkan sebuah lembaga bangsa-bangsa yang mengakui
adanya, batasan-batasan perbedaan rasial.
b. A Free Personal Causality. Iqbal mengemukakan bahwa adanya kebebasan
manusia sebagai dasar adanya pertanggungjawaban. Ia memandang kehendak
sebagai “a free personal causality" atau hukum sebab akibat dari kehendak
pribadi. Manusia bebas melakukan kehendaknya, namun ia memerlukan
pertanggungjawaban dari pelakunya.
c. Paham Dinamisme. Paham inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan
penting dalam pembaruan Islam di India.
Setelah mengetahui biografi dan pemikiran para tokoh pembaru Islam, dapat
disimpulkan bahwa di dalam gerakan pembaruan dalam Islam memiliki nilai-nilai
perjuangan yang harus ditanamkan dalam diri seorang muslim. Adapun beberapa
nilai perjuangan gerakan perbaruan dalam Islam sebagai berikut.
1. Nilai pembaruan, yaitu gerakan pembaruan dunia Islam yang mempunyai
nilai-nilai tajdid yang meliputi aspek agama agar terbebas dari bid'ah,
takhayul, dan khurafat. Gerakan tajdid juga meliputi aspek ekonomi dan
politik.
2. Nilai solidaritas, yaitu gerakan pembaruan dunia Islam yang mengandung
nilai ukhuwah islamiah, persaudaraan berdasarkan rasa senasib seperjuangan
untuk membela Islam dalam berbagai kondisi.
3. Nilai persatuan, yaitu gerakan pembaruan dunia Islam memiliki nilai dasar
untuk menjalin persatuan dan kesatuan umat Islam yang selama ini terpecah
karena perbedaan paham dan aliran.
4. Nilai perjuangan, yaitu gerakan pembaruan dunia Islam yang mengandung
nilai perjuangan karena ingin menemukan kembali ajaran yang penuh
dinamika perjuangan.
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
1. Muhammad Ali Pasha adalah seorang pembaharu dalam Islam pada abad 19, ia adalah
orang yang pertama kali meletakkan landasan kebangkitan modern di Mesir. Ia seorang
yang buta huruf, namun dengan kecerdasan, keuletan, dan keberaniannya, ia dapat
menguasai umat Islam. Muhammad Ali Pasha mulai melakukan pembaharuan terhadap
Mesir pada tahun 1765-1848 M. Ia masuk dalam dinas militer dan menunjukkan
kecakapan serta kesanggupannya dalam bekerja hingga menjadi perwira. Ia adalah
seorang perwira yang berhasil merebut kekuasaan di Mesir setelah tentara Perancis
kembali ke Eropa tahun 1801 M. Sejak Muhammad Ali Pasha menguasai Mesir telah
banyak yang ia lakukan dalam pembaharuan, baik dalam bidang politik, militer, ekonomi,
pemerintahan dan pendidikan.
2. Jamaluddin Al-Afghani adalah tokoh terkemuka pada abad 19. Keluarganya keturunan
dari Husain bin Ali bin Abi Thalib silsilahnya bertemu dengan keturunan ahli sunnah
yang termasyhur yaitu Ali At-Tirmidzi. Sejak umur 12 tahun jamaluddin Al-Afghani
sudah menghafal Al-Qur’an dan diusia 18 tahun ia sudah mulai belajar ilmu pengetahuan.
Jamaluddin Al-Afghani dikenal sebagai yang suka mengembara dari suatu negara ke
negara lainnya, dan karya yang dihasilkannya diantaranya yaitu, Bab ma Ya’ulu llayhi
Amr Al Muslimin, Makidah Asy-Syarqiyah dan lain sebagainya. Ada dua unsur utama
dalam pemikiran politik Jamaluddin Al-Afghani yaitu kesatuan dunia Islam (Pan
Islamisme) dan Populisme (Demokrasi). Di antara ide atau gagasan tentang pemikiran
beliau yang mendapat tempat utama di dalam hati masyarakat ialah ide dan seruannya
mengenai Pan Islamisme yang menuntut umat Islam bersatu-padu dan menentang
terhadap bentuk apapun dari penjajahan pihak luar. Gagasan ini telah diyakini dapat
menaikkan semangat masyarakat Islam untuk bertindak melawan bangsa asing
terutamanya bangsa Eropa yang telah memporak-porandakan negara Islam pada zaman
itu.
3. Muhammad Abduh adalah tokoh pergerakan pembaharuan Islam di Mesir pada abad 19
M. Muhammad Abduh sebagai guru dari Rasyid Ridha adalah sosok yang sederhana, hal
ini karena ia terlahir dari keluarga petani. Akan tetapi sejak dari kecil ia sudah diberikan
pendidikan oleh kedua orang tuanya dengan menyekolahkannya di madrasah Islam di
Thanta yaitu di Masjid Syaikh Ahmadi. Hingga ia melanjutkan studinya di Al-Azhar.
Dari pengalamannya semasa muda, ia meresa bahwa pada saat itu umat Islam terlihat
sangat terbelakang baik dalam segi pendidikan, ilmu pengetahuan, kemajuan
peradabannya, perekonomian dan lain sebagainya. Ia bertekad untuk membawa umat
Islam kembali Berjaya seperti pada zaman klasik. Sehingga ia melakukan perubahan-
perubahan dalam bidang keagamaan yaitu dengan memberatas faham-faham sesat yang
tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam bidang 123 pendidikan yaitu dengan
memperbarui system dan metode cara belajar, dan menambahkan ilmu pengetahuan
umam kepada sekolah-sekolah Islam, dan menambahkan memperdalam pengetahuan
agama kepada sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah. Dan yang terakhir dalam
bidang politik dan sosial kemasyarakatan, dalam masalah model bentuk Negara
Muhammad Abduh tidak menargetkan bentuk Negara yang eksklusif, yang terp penting
pemerintah mampu membawa masyarakat pada kemajuan dengan menyesuaikan
tuntunan zaman. Selain itu ia juga menegakkan kesetaraan gender.
4. Muhammad Rasyid Ridha juga salah satu tokoh pembaharu dari Mesir yang hidupnya
juga pada abad 19 M. Ia adalah salah satu murid Muhammad Abduh yang setia
melanjutkan pemikiran pembaharuan dari Muhammad Abduh. Rasyid Ridha terlahir dari
keluarga yang silsilahnya hingga ke sayyidina Husain, putra Ali bin Abi Thalib dan
Fatimah, sekaligus cucu dari Rasulullah saw. Rasyid Ridha semasa kecilnya juga sudah
diberikan pendidikan agama yang kuat oleh kedua orang tuanya, selain itu ia juga sudah
mempelajari ilmu hitung, bahasa Turki, Prancis, Arab dan pengetahuan modern lainnya.
Pertemuannya dengan Muhammad Abduh di Beirut membuka jalan awal baginya untuk
lebih aktif berfikir, yang bertujuan untuk memajukan umat Islam agar dapat mengejar
ketertinggalannya dari peradaban Barat. Sehingga ia pun turut melakukan pembaharuan
yang serupa dilakukan oleh Muhammad Abduh yaitu dalam bidang keagamaan, bidang
pendidikan dan bidang politik dan social kemasyarakatan.
5. Iqbal adalah seorang intelektualis asal Pakistan telah melahirkan pemikiran dan
peradaban besar bagi generasi setelahnya. Muhammad Iqbal merupakan sosok pemikir
multi disiplin. Ia adalah seorang sastrawan, negarawan, ahli hukum, filosof, pendidik dan
kritikus seni. Jiwanya yang piawai tidak saja menakjubkan tetapi juga jarang ditemui.
Islam sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, ditantang untuk
bisa mengantisipasi dan mengarahkan gerak perubahan tersebut agar sesuai dengan
kehendak-Nya. Dari pemikiran-pemikiran Muhammad Iqbal diatas, sudah saatnya kita
bergerak dan tidak terpaku dengan keadaan sekarang didalam kejumudan. Kita berharap
umat Islam untuk bisa kreatif dan dinamis dalam menghadapi hidup serta menciptakan
perubahan-perubahan dibawah tuntunan ajaran-ajaran al-Qur’an. Nilai-nilai dasar ajaran
al-Qur’an harus dapat dikembangkan dan digali secara serius untuk dijadikan pedoman
dalam menciptakan perubahan itu. Kuncinya adalah dengan mengadakan pendekatan
rasional al-Qur’an dan mendalami semangat yang terkandung didalamnya, bukan
menjadikannya sebagai buku Undang-undang yang berisi kumpulan peraturan-peraturan
yang mati dan kaku.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Waqil, Muhammad Sayyid. 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
As-Suyuthi, Imam. 2010. Tarikh Khulafa'; Sejarah Para Penguasa Islam. Penerjemah: Samson
Rahman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ali, K. 2000. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern). Cet. 3. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Buchori, Didin Saefuddin. 2009. Sejarah Politik Islam. Jakarta: Pustaka Intermasa.
Departemen Agama. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Aliyah. Jakarta: Dirjen
Bimbaga Islam.
Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Depdikbud. 1995. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Balai Pustaka.
Fachruddin, Fuad Mohammad. 1985. Perkembangan Kebudayaan Islam. Cet. 1. Jakarta: Bulan
Bintang.
Hasan., Hasan Ibrahim. 2001. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Hasjmy. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Karim, Abdul. M. 2006. Islam di Asia Tengah Sejarah Dinasti Mongol Islam. Yogyakarta:
Bagaskara
Karim, Abdul. M. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam cet.l. Yogyakarta: Pustaka
Book
Publisher.
Mansyur, Amin, Muhammad. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Sprit
Foundation.
Maryam, Siti. 2004. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:
LESFI
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Cet. 5. Jakarta: UI Press.
Natta, Abudin. 2010. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah.
Nizar, Samsul. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Rofiq, Choirul. 2009. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Ponorogo:
STAIN Press.
Shaban, M.A.. 1995. Sejarah Islam (Penafsiran Baru) 600–750 M. Cet. 1. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Syalabi, A. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru.
Sunanto, Musyrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana.
Supriyadi, edi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Syalabi, Ahmad. 2008. Sejarah dan Kebudayaan Islam 3. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Persada.
Wahid, N, Abbas dan Suratno. 2009. Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.