DISUSUN OLEH:
Mohammad Akbar S (XI-B/05)
SMAN 1 PAMEKASAN
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Agama Islam merupakan salah satu agama tertua di dunia. Pada
awal kemunculannya tak banyak orang yang percaya dan mau menerima
agama Islam. Namun seiring berjalannya waktu, agama islam mulai
berkembang diiringi dengan penambahan orang orang yang mulai
mengikuti ajaran agama Islam. Dalam proses perkembangan agama Islam
ada saja tantangan tantangan dan halangan yang harus dihadapi, tetapi itu
semua dapat dilalui dengan dasar keimanan, ketakwaan, dan rasa ikhlas
kepada Allah.
Agama islam merupakan agama yang menjunjung tinggi perihal
ilmu dan bidang keilmuan, baik itu ilmu ukhrawi ataupun ilmu duniawi.
Selama periode perkembangan agama Islam, bidang keilmuan dalam islam
juga ikut berkembang hingga melahirkan banyak tokoh ulama dan pemikir
yang karyanya masih digunakan di berbagai bidang kehidupan hingga
sekaran, terutama saat masa keemasan islam sekitar tahun 650 M – 1250
M. Namun sayangnya setelah masa kejayaan islam, Islam mengalami
kemunduran yaitu sekitar tahun 1250 M – 1800 M, periode ini disebut
juga periode abad pertengahan.. Akibatnya terjadi banyak penurunan
kualitas keilmuan dan pengetahuan, terutama di kalangan para ulama saat
itu.
Akhirnya pada abad periode modern yang dimulai sekitar tahun
1800 M, mulai muncul kesadaran di kalangan umat islam. Kesadaran
tersebut muncul saat orang orang eropa berhasil menguasai dunia islam.
Oleh karena itu, muncul para ulama dengan gagasan gagasan yang
bertujuan untuk memajukan umat islam, sehingga dunia islam dapat
mengejar kemajuan bangsa barat. Pemikian para ulama yang muncul pada
abad modern ini bukanlah doktrin mutlak seperti layaknya ayat ayat dalam
Kitab Suci. Akan tetapi hanya sebatas gagasan relatif yang masih
“menerima perubahan dan pengurangan.” Para ulama ini berasal dari
berbagai daerah dan negara di dunia serta mempunyai biografi dan
pemikiran masing masing, salah satu contohnya adalah tokoh pembaru
islam yang berasal dari Mesir. Beberapa tokoh pembaru Islam dari Mesir
contohnya adalah Muhammad Ali Pasya, Rifa’ah Baidawi Rafi’ Al-
Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad
Rasyid Rida.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana biografi mengenai tokoh tokoh pembaru islam yang berasal
dari mesir ?
2. Bagaimanakah pemikiran tokoh tokoh pembaru islam yang berasal dari
Mesir ?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai biografi tokoh
tokoh pembaru Islam yang berasal dari Mesir
2. Untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai pemikiran
para tokoh pembaru islam yang berasal dari Mesir
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pemikiran
Berikut beberapa pemikiran dan jasa yang telah dilakukan
Muhammad Ali Pasha terhadap pembaharuan islam:
1. Selain itu, terdapat beberapa sisi yang sangat menarik dari
kebijakan Muhammad Ali Pasha adalah pengiriman mahasiswa-
mahasiswa Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria untuk
mempelajari berbagai bidang kajian modern. antara tahun 1813 M
sampai 1849 M, Muhammad Ali Pasya telah mengirimkan 311
mahasiswa yang belajar di Italia, Perancis, Inggris, Austria atas
biaya pemerintah yang mencapai £E. 273.360. Subyek keilmuan
yang dipelajari antara lain militer dan angkatan laut, teknik mesin,
kedokteran, farmasi, kesenian kerajinan dan bahasa Perancis
mempunyai kedudukan khusus dalam kurikulum di Mesir. Para
pelajar yang dikirim ke Eropa pada gilirannya membawa kembali
ide-ide baru, kemungkinan besar, lebih banyak dari yang semula
dikehendaki Muhammad Ali Pasha.
Walaupun para pelajar atau mahasiswa-mahasiswa tersebut
dibawah pengawasan yang ketat, akan tetapi dengan mengetahui
bahasa-bahasa Eropa terutama Perancis dan ditambah dengan
membaca buku-buku Barat seperti karangan-karangan Voltaire,
Rousseau, Montesquieu dan lainnya. Dengan demikian maka
begitu banyak yang dikuasai oleh para pelajar, seperti pemikiran
tentang demokrasi, parlemen, pemilihan wakil rakyat, paham
pemerintahan republik, konstitusi, kemerdekaan berpikir,
dinamisme Barat yang dibandingkan dengan sikap statis Timur,
patriotisme, keadilan sosial, dan sebagainya. Selain ilmu-ilmu
teknik, falsafat, pendidikan, alam (faham evolusi Darwin),
kemasyarakatan dan sebagainya.
2. Untuk memajukan Mesir, Muhammad Ali Pasha melakukan
pembenahan ekonomi dan militer. Atas saran para penasihatnya, ia
juga melakukan program pengiriman tentara untuk belajar di
Eropa.
3. Selain itu, ia juga mengadakan pembaharuan dalam bidang
administrasi dan birokrasi yang dianggap sangat penting
pengaruhnya bagi masyarakat Mesir, karena dikelompokkan dalam
suatu pola budaya, tipe, dan organisasi. Sedang dalam bidang
pertanian, Muahammad Ali Pasha menyuplai para petani dengan
bibit-bibit pertanian, alat-alat pertanian dan pupuk untuk
dikembangkan oleh para petani. Hasil pertanian kemudian
diperdagangkan dengan keuntungan yang banyak. Adapun
berbagai pabrik yang didirikannya, seperti pabrik besi, pabrik gula,
pabrik kertas, pabrik sabun dan pabrik kaca.
2. Pemikiran
Beberapa pemikiran tentang pembaruan Islam yang diusungnya
adalah sebagai berikut :
a. Ajaran Islam bukan hanya mementingkan kesejahteraan hidup di
akhirat belaka, tetapi juga hidup di dunia.
b. Kekuasaan raja yang cenderung absolut harus dibatasi dengan
syariat. Oleh karena itu, raja harus bermusyawarah dengan ulama
dan kaum intelektual.
c. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
d. Para ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan
modern agar syariat dapat tegak di tengah kehidupan masyarakat
modern.
e. Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus
memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum pria. Istri harus
menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial.
f. Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statisnya.
Pemikiran Rifa'ah Al-Tahtawi tentang pembaharuan pendidikan
Islam yakni :
a. Perlunya penambahan ilmu-ilmu modern dalam kurikulum belajar
di Mesir, diantaranya Al-Azhar dan beberapa sekolah yang mulai
menerapkan pelajaran wajib, seperti penerjemahan bahasa asing,
ilmu teknik, ilmu bumi, dan sejarah
b. Pendidikan harus bersifat universal, merata, dan menyeluruh baik
wanita maupun lakilaki. Pendidikan bagi wanita bertujuan untuk
memperbaiki pergaulan suami dan istri, baik cara bicara maupun
cara mengajukan ide atau cara berpendapat secara benar dan
rasional
2. Pemikiran
Berikut pemikiran Jamaludin Al Afghani tentang pembaruan Islam.
a. Penyebab kemunduran Islam disebabkan beberapa hal, yaitu:
akhlak buruk dan acuh terhadap ilmu pengetahuan, kelemahan
umat Islam dalam segala sektor, dan kurangnya usaha dalam
mencerdaskan umat, baik untuk menekuni dasar dasar ilmu agama
maupun upaya transformasi ilmu pengetahuan, interpretasi tentang
makna qadha dan qadar yang salah sehingga memalingkan dari
usaha dan kerja keras, kekeliruan dalam memahami hadits Nabi
Muhammad SAW bahwa umat Islam akan mengalami kemunduran
pada akhir zaman. Kesalahan ini menyebabkan umat Islam tidak
mau berusaha untuk memperbaiki nasib, dan lemahnya ukhuwah
Islam;
b. Menggulirkan pan-Islamisme, yaitu paham yang bertujuan
mempersatukan seluruh umat alam di dunia. Hal yang
melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah dominasi kolonial
barat di dunia Islam pada masa itu;
c. Antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama.
Keduanya memiliki akal untuk berpikir. Ide pembaruannya tentang
kesetaraan gender ini pun berdampak emansipasi wanita;
d. Untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lalu dan sekaligus
menghadapi dunia modern, maka umat Islam harus kembali kepada
ajaran alam yang murni. Islam juga harus dipahami dengan akal
serta kebebasan berpikir.
e. Corak pemerintahan otoraksi dan absolut harus diganti dengan
pemerintahan demokratis. Kepala negara harus bermusyawarah
dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
D. Muhammad Abduh (1849-1905 M)
1. Biografi
Muhammad Abduh memiliki nama lengkap Muhammad Abduh
ibn Hasan Khayr lahir di desa Mahallat Nasr, Delta Nil, Mesir pada
tahun 1849 dan wafat pada tanggal 11 Juli 1905. Ketika kecil ayahnya,
Abduh ibn Hasan Khaurallah mendatangkan guru mengaji ke
rumahnya. Abduh belajar Al-Quran dan mampu menyelesaikan
hafalan alquran dalam waktu 2 tahun. Ketika menginjak usia 13 tahun
atau tepatnya tahun 1862, ia memutuskan belajar di masjid-akademi
Ahmadi di kota provinsi Tanta (kota asal ibunya). Namun Abduh
kurang begitu betah di Tanta karena sistem pendidikan yang ia anggap
kaku, oleh sebab itu ia memutuskan untuk kembali ke desa asalnya. Di
Mahallat Nasr ia menjadi petani sama seperti ayahnya. Memasuki usia
16 tahun ia memutuskan untuk menikah.
Setelah 40 hari berbulan madu Muhammad Abduh memutuskan
kembali ke Tanta. Dalam perjalanannya ia berhenti untuk tinggal
sementara dengan pamannya bernama Darwish yang seorang sufi.
Paman Abduh merupakan penganut Tarekat Maddaniya, sebuah
tarekat yang aktif dalam pergerakan revitalisasi dan reformasi Islam.
Berkat hubungan dengan pamannya itu, benih-benih reformis mulai
berkembang di pikiran Abduh. Abduh kembali ke Tanta sebagai
seorang yang berbeda, tidak hanya karena telah menikah tetapi juga
sebagai seorang Sufi.
Pada 1866 atau di usianya yang ke-17 tahun, Abduh meninggalkan
Tanta untuk melanjutkan studi di Kairo. Ia melanjutkan studinya ke
Universitas Al-Azhar. Di sekolah ini Muhammad Abduh masih
melanjutkan mendalami sufinya. Di lembaga ini juga Muhammad
Abduh untuk pertama kalinya bertemu dengan Jamaludin Al-Afghani
yang datang ke Mesir dalam perjalanannya ke Istanbul. Dalam
pertemuan ini, Jamaludin Al-Afghani mengajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai arti beberapa ayat al-Qur’an, kemudian Al-
Afghani memberikan tafsirnya. Perjumpaan itu menorehkan kesan
yang baik dalam diri Muhammad Abduh. Ketika Jamaludin Al-
Afghani datang ke Mesir lagi untuk menetap di tahun 1871,
Muhammad Abduh menjadi murid setianya. Ia mulai belajar filsafat di
bawah pimpinan Jamaludin Al-Afghani. Di masa ini ia telah mulai
menulis karangan-karangan untuk harian Al-Ahram.
Setelah menyelesaikan studinya pada 1877 dengan mendapat gelar
Alim, ia mulai mengajar. Pertama ia mengajar di Al-Azhar, kemudian
di Dar Al-Ulum dan di rumahnya sendiri. Diantara sumber bahan
ajarannya adalah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah
karya Ibn Khaldun, dan kemudayaan Eropa karangan Guizot. Ketiga
buku tersebut diterjemahkan Al-Tahtawi kedalam bahasa Arab pada
tahun 1857.
Tulisan-tulisan atau karya-karya Muhammad Abduh cukup
banyak. Di antara kitab-kitab religius ada beberapa judul yang sangat
dikenal seperti Risalat al-Tauhid terbitan tahun 1897, sebuah karya
yang merangkum pandangan-pandangan teologinya; Al-Islam wa-al-
Nasraniyah maal-Ilm wa-al-Madaniyah (Islam dan Kristen dalam
kaitannya dengan Sains dan Peradaban) terbitan tahun 1902; dan Al-
Islam wa-al-Radd ala Muntaqidih (Islam dan Bantahan terhadap
Kritiknya) tahun 1909.
Di bidang bahasa dan sastra Abduh menulis komentar-komentar
yang luas tentang beberapa karya sastra Arab klasik dan
menyalurkannya pada sebuah karya 17 volume pada filologi Arab; di
bidang duniawi ia menuliskan Taqrir fi Islah al-Mahakim al-
Shariyah (Laporan tentang Reformasi Pengadilan Syariah).
Di antara karya-karya itu, karya Abduh yang paling ambisius
adalah Tafsir al-Quran al-Hakim. Sayangnya proyek besar tidak
pernah selesai, tetapi 12 volume yang ia tulis adalah ekspresi paling
penting dalam pandangan modernis tentang kitab suci Islam. Setelah
kematiannya pada tahun 1905, pemikiran Abduh disebarluaskan oleh
muridnya Rasid Ridha.
2. Pemikiran
Berikut adalah pemikiran ide-ide pembaharuan oleh Muhammad Abduh:
1. Pintu ijtihad masih terbuka lebar bagi umat islam. Ijtihad merupakan
dasar penting dalam menafsirkan kembali ajaran islam..
2. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal. Dengan akal,
maka ilmu pengetahuan menjadi maju.
3. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang dibuat oleh
Negara yang bersangkutan.
4. Khusus dalam lembaga Al-azhar, Muhammad Abduh telah
menanamkan langkah-langkah pembaharuan dalam bidang pendidikan
Islam walaupun hasilnya belum sampai pada yang diharapkan akan
tetapi nafas pembaharunya dapat ditiru oleh pemikir-pemikir
sesudahnya.
Tidak dapat dipungkiri Ide-ide Muhammad Abduh dipenuhi
dengan antusiasme yang besar, tetapi juga harus menghadapi tantangan
besar. Bahkan ide-ide modernisme yang diusungnya masih menjadi
perdebatan khususnya dalam modernisme dunia Islam sekarang.
2. Pemikiran
Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang dimajukan Rasyid
Rida,tidak banyak beda dengan ide-ide gurunya, Muhamad Abduh dan
Jamaludin Al-Afghani. Ia juga berpendapat bahwa umat Islam mudur
karena tidak lagi menganut ajaran-ajaran islam sebenarnya. Pengertian
umat Islam tentang ajaran-ajaran agama salah dan perbuatan-perbuatan
mereka telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam sebenarnya.
Kedalam Islam telah banyak masuk bid‟ah yang merugikan bagi
perkembangan dan kemajuan umat. Diantara bid‟ah itu pendapat
bahwa dalam Islam terdapat ajaran kekuatan bathin yang membuat
pemiliknya dapat memperoleh segala apa yang dikehendakinya,
sedang kebahagian di akhirat dan di dunia diperoleh melalui hukum
alam yang diciptakan tuhan, demikian Rasyid Rida berpendapat. Satu
bid‟ah lain yang mendapatkan tantangan keras dari Rasyid Rida ialah
ajaran syeihk terikat tentang tidak pentingnya hidup duniawi, tentang
tawakal dan tentang pujaan dan kepatuhan berlebih-lebihan pada
syeikh dan wali.
Rasyid Rida sebagaimana Muhamad Abduh menghargai akal
manusia. Sungguh pun penghargaanya terdapat akal tidak setinggi
penghargaan yang diberikan gurunya. Menurutnya akal dapat dipakai
terhadap ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan, tetapi tidak
untuk ibadah, ijtihad diperlukan hanya untuk soal-soal ibadah tidak di
berikan lagi. Ijtihad diperlukan hanya untuk soal-soal hidup
masyarakat terhadap ayat dan hadist yang mengandung arti tegas.
Ijtihad tidak dipakai lagi. Akal dapat dipergunakan terhadap ayat-ayat
dan hadist yang tidak mengandung arti yang tegas. Dan terhadap
persoalan persoalan yang tidak tersebut dalam Al-Quran dan hadist.
Menurutnya, umat Islam harus dibawa kembali kepada ajaran-
ajaran Islam yang sebenarnya. Yaitu ajaran yang murni dari segala
bid’ah yang menggerogoti ajaran Islam itu, Islam murni itu sederhana
sekali menurutnya, kesederhanaan itu terletak dalam ibadah dan
muamalat. Ibadah kelihatan berat dan ruwet karena dalam hal-hal yang
wajib pada ibadah telah ditambahkan sesuatu yang bukan wajib.
Padahal yang sebenarnya hanya sunnah mengenai hal-hal yang sunah
inilah terdapat perbedaan paham yang akibatnya timbulah kekacauan
dan bahkan pertentangan. Dalam soal muamalat juga amat simpel,
hanya dasar-dasar yang diberikan, seperti keadilan, persamaan,
pemerintah syura. Perincian dan pelaksanaan dari dasar-dasar ini
diserahkan kepada umat untuk menentukannya. Hukum-hukum fiqh
mengenai hidup kemasyarakatan, sungguh pun itu didasarkan atas
Al-Quran dan Al-hadist tidak boleh dianggap absolut dan tak dapat
diubah. Hukum-hukum itu timbul sesuai dengan suasana tempat dan
zaman ia timbul.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan penjelasan mengenai biografi dan
pemikiran tokoh tokoh pembaru islam dari Mesir. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa setiap tokoh pembaru islam dari Mesir memiliki latar
belakang kehidupan, sifat, dan pemikiran yang berbeda beda. Namun
setiap hal dan pemikiran revolusioner yang mereka berikan memiliki satu
tujuan yang sama, yaitu untuk kemajuan Islam dan umat Islam, terutama
bagi umat Islam yang berasal dari negaranya sendiri.
B. Saran
Para tokoh pembaharu islam pastinya tidak lahir dan secara instan
menjadi tokoh tokoh yang berjasa dalam proses kebangkitan islam di era
modern seperti sekarang. Mereka memiliki dasar iman dan ketaqwaan
yang kuat serta rasa selalu haus akan ilmu pengetahuan. Segala sesuatu
yang mereka lakukan, pemikiran yang mereka hasilkan, tak lain dan tak
bukan dilakukan atas dasar ikhlas kepada Allah SWT dan dengan niat
untuk membangkitkan kembali masa kejayaan islam seperti sediakala.
Penyusun makalah sangat berharap agar makalah ini dapat menjadi
inspirasi bagi para pembaca untuk selalu istiqamah serta ikhlas membela
dan memajukan agama islam juga umat islam. Sehingga terlahir para
generasi pemikir serta ulama baru yang berilmu, revolusioner, serta
memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT. Sehingga islam
dapat mengalami masa kejayaannya lagi seperti masa keemasan islam
dahulu.
DAFTAR PUSTAKA