Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA MODERN

Perkembangan Islam pada periode modern berawal pada sekitar tahun 1800.
Perkembangan Islam periode modern dilatar belakangi jatuhnya Mesir ke tangan bangsa Barat,
yaitu Prancis. Jatuhnya Mesir ke bangsa Barat menyadarkan kembali umat Islam bahwa di
Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dan lebih maju serta dapat mengancam
peradaban Islam.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Islam berkembang kembali pada periode modern,
seperti berikut :
1. Umat Islam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
2. Umat Islam menyadari bahwa menyebarluaskan ajaran Islam termasuk jihad fii sabilillah.
3. Keterbukaan umat Islam dalam menerima unsur-unsur budaya dan peradaban di luar
agama Islam.
4. Pertumbuhan ekonomi yang meliputi bidang industri, jasa, pertanian, perdagangan, dan
sebagainya.
Dari berbagai faktor itulah Islam mulai berkembang. Islam tidak hanya berkembang kembali
di Jazirah Arab. Tetapi, Islam berkembang hampir ke seluruh pelosok dunia.

Peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan


Islam pada masa modern

Pada abad ke-18 dan awal abad ke-19, dunia Islam berada dalam situasi yang sangat kritis.
Hampir seluruh Negara atau wilayah Islam jatuh ke tangan bangsa Barat. Penjajahan yang
dilakukan bangsa-bangsa Barat yang beragama Nasrani atas wilayah Islam, menyadarkan umat
Islam dari keterlenaan. Umat Islam mulai menyadari kelemahan dan ketertinggalannya.
Adapun bangsa yang pertama kali merasakan adanya ketertinggalan itu adalah Turki
Utsmani. Untuk itu, mulailah para penguasa Kerajaan Turki Utsmani mengirim duta untuk
melihat dan mempelajari perkembangan serta kemajuan di Negara Barat. Pada tahun 1720,
Celebi Mehmed dikirim ke Paris sebagai duta yang ditugasi untuk mengunjungi berbagai
pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan lembaga-lembaga di Prancis. Singkatnya dapat
dikatakan, kemajuan yang di capai dunia Barat terletak pada bidang sains dan teknologi. Oleh
karena itu, umat Islam harus mampu mengejar ketinggalan tersebut dengan cara bekerja sama
melalui kegiatan penelitian dan pengembangan pada bidang sains dan teknologi. Harus disadari
bahwa kelemahan umat Islam selain terletak dalam bidang akidah yang sudah tercemari oleh
berbagai takhayul, khurafat, dan bid’ah, kelemahan dan ketertinggalannya juga terletak dalam
bidang sains dan teknologi.
Untuk menggapai cita-cita besar tersebut, umat Islam harus berpikir secara objektif dan
realistis bahwa bangsa Barat telah maju. Oleh karena itu, perlu diadakan gerakan modernisasi
(pembaruan) dalam dunia Islam yang harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh).
Sejak awal Islam telah mempunyai tradisi pembaruan. Islam segera memberi jawaban terhadap
apa yang dipandang menyimpang. Tajdid mendapat pembenaran dan pengesahan dari Allah
SWT sebagaimana dalam firman-Nya berikut.

          
Artinya : “dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al kitab (Taurat) serta mendirikan
shalat, (akan diberi pahala) karena Sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-
orang yang Mengadakan perbaikan.” (QS. Al-A’raf : 170)
Sebelum masa pembaruan, umat Islam diberbagai Negara telah menyimpang dari ajaran
Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadits. Penyimpangan itu terdapat dalam hal
berikut:

1. Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai
dengan banyaknya umat Islam yang menyembah selain Allah SWT, seperti memuja
makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-
dukun dan orang-orang yang dianggap sakti. Selain itu, ada juga kelompok umat Islam
yang mengultuskan dan beranggapan bahwa sultan adalah orang suci yang segala
perintahnya harus ditaati.
2. Adanya kelompok umat Islam yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan
urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan bahwa memiliki harta
benda yang banyak, kedudukan yang tinggi, dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah
tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan sementara. Sedangkan hidup di
akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang menganut faham
fatalism, yaitu faham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu
berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib.

Tokoh yang mempelopori gerakan tajdid atau pembaruan Islam, antara lain sebagai berikut:

1. Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1793)

Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd, Arab Saudi pada tahun 1703. Ia
dilahirkan dari keluarga yang terkenal dengan kesalehan dan keimanannya. Ia mempunyai
gerakan yang kemudian dikenal dengan gerakan wahabi. Timbulnya gerakan ini tidak lepas
dari kondisi umat Islam pada saat itu, yakni sebagai berikut:
a. Secara politik, umat Islam di seluruh kawasan kekuasaan Islam berada dalam keadaan
yang lemah. Ketika itu yang berkuasa adalah kerajaan Turki Utsmani yang merupakan
penguasa tunggal, namun kerajaan itu sedang mengalami kemunduran dalam segala
bidang.
b. Adanya penurunan semangat dalam pemahaman Al-Qur’an karena umat Islam bersikap
fatalis dan cenderung mistisisme.
c. Tauhid yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. telah dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan
syirik.
d. Kota-kota suci, seperti Makkah dan Madinah, telah menjadi tempat yang penuh dengan
penyimpangan akidah.

Gerakan wahabi ini berhasil berkat bantuan kepala suku yang bernama Muhammad Ibnu Saud
yang kemudian mendirikan kerajaan di bawah pimpinan keturunannya. Muhammad bin
Abdul Wahab mempunyai beberapa pemikiran, antara lain sebagai berikut:
a. Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber asli ajaran Islam, sedangkan pendapat para
ulama bukan merupakan sumber ajaran Islam.
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c. Pintu ijtihad tetap terbuka dan boleh dilakukan dengan jalan kembali pada Al-Qur’an dan
sunnah Rasulullah.
2. Syah Waliyullah (1703-1762)

Syah Waliyullah lahir di New Delhinpada 21 Februari 1703. Tokoh ini mempunyai silsilah
sampai kepada Umar bin Khattab, sehingga dibelakang namanya sering ditambah Al-Umari
atau Al-Faruqi.
Syah Waliyullah hanya menulis buku, antara lain Hujjatul Baligan, Fuyun Al-Haramain, Al-
Fauzul Kabir Fa Uslit Tafsir. Disamping itu, ia menerjemahkan kitab suci Al-Qur’an ke dalam
bahasa Persia.
Sebagai seorang mujadid, ia mempunyai pemikiran tentang penyebab kemunduran umat Islam
di India secara khusus dan di seluruh dunia secara umum. Pemikirannya antara lain sebagai
berikut :
a. Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi
sistem kerajaan.
b. Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolute.
c. Perpecahan dikalangan umat Islam yang di sebabkan oleh berbagai pertentangan aliran
dalam Islam.
d. Adat-istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.

3. Sultan Mahmud II (1785-1835)


Sultan Mahmud II lahir pada tahun 1785. Dia di angkat menjadi khalifah pada tahun 1807.
Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam. Pembaruan yang
dilakukannya antara lain sebagai berikut :
a. Menerapkan sistem demokrasi dalam sistem pemerintahannya
b. Menghapus pengkultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c. Mengadakan pembaruan dalam bidang pendidikan dengan memasukkan kurikulum umum
kedalam lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d. Mendirikan sekolah maktebi ma’arif yang menyiapkan tenaga-tenaga administrasi
dan maktebi ulum’i edebiyet yang menyiapkan tanaga-tenaga ahli penerjemah.
e. Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.

4. Muhammad Ali Pasha (1765-1849)

Muhammad Ali Pasha lahir pada tahun 1765. Banyak usaha yang dilakukan untuk
memperbarui kondisi umat Islam yang telah jauh tertinggal dari negeri Barat. Usaha-usaha
yang ia lakukan adalah dalam bidang militer, pendidikan dan ekonomi.
a. Bidang ekonomi
1) Mengambil alih kepemilikan tanah oleh Negara dan hasilnya digunakan untuk
kepentingan rakyat.
2) Membangun sistem irigasi sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik.
b. Bidang militer
Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon Bonaparte menyadarkan Muhammad Ali Pasha.
Kemajuan teknologi peperangan membuat Prancis dengan mudah menguasai Mesir.
Setelah Prancis dapat di usir Inggris tahun 1802, ia mengundang seorang perwira tinggi
Prancis untuk melatih tentara Mesir. Kemudian, ia mendirikan sekolah militer tahun 1815.
c. Bidang pendidikan
1) Pada tahun 1815 mendirikan sekolah militer
2) Pada tahun 1816 mendirikan sekolah teknik
3) Pada tahun 1827 mendirikan sekolah kedokteran
4) Pada tahun 1829 mendirikan sekolah apoteker
5) Pada tahun 1834 mendirikan sekolah pertambangan
6) Pada tahun 1836 mendirikan sekolah penerjemahan
7) Mengirim pelajar ke Prancis untuk belajar sains dan teknologi

5. At Tahtawi (1801-1873)
Nama lengkapnya adalah Rifa’ah Badawi at-Tahtawi. Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta
dan meninggal tahun 1873 di Mesir. Sebelum pergi ke Prancis, ia banyak mempelajari
peradaban Barat dan kemajuan yang di capainya di Institut d’Egypte. Setelah menamatkan
pendidikan di AL-Azhar tahun 1822, ia mengajar di almamaternya selama lebih kurang dua
tahun . Dorongan dari gurunya, AL-Attar, dan kesempatan yang di berikan Muhammad Ali
Pasha kepadanya, menjadikan ia belajar di Prancis dan menjadi imam para pelajar Mesir di
Prancis.
Ia banyak membaca buku karya tokoh-tokoh besar umat Islam dan bangsa Barat.
Dengan ketekunannya belajar bahasa Prancis secara otodidak, akhirnya ia mampu menyaingi
kehebatan para pelajar- pelajar Mesir lainnya yang belajar bahasa itu secara formal di kelas-
kelas. Selama di Prancis, ia berhasil menerjemahkan 12 buku ke dalam bahasa Arab .Setelah
kembali ke Mesir, ia diberi kepercayaan untuk mendirikan sekolah penerjemahan tahun 1836.
Di samping itu, ia juga aktif menulis di Koran AL-Waqai AL-Misiriyah.
Adapun beberapa pemikiran tentang pembaruan yang dilontarkannya adalah sebagai
berikut :
a. Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal hidup di dunia.
Umat Islam juga harus memerhatikan kehidupan di dunia.
b. Kekuasaan raja yang absolute harus dibatasi oleh syariat dan raja harus bermusyawarah
dengan ulama dan kaum intelektual.
c. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
d. Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan agar syariat dapat
menyesuaikan, misalnya dengan kebutuhan masyarakat modern.
f. Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh pendidikan
yang sama dengan kaum pria, istri harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual
dan sosial bagi suami .
g. Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.

6. Jamaluddin al Afghani (1839-1897)


Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Ia lahir di Asadabad tahun
1839 dan wafat di Istambul tahun 1897. Ia mendapat gelar sayyid karena ia keturunan Husain
bin Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil, ia sudah belajar membaca AL-Qur’an, bahasa Arab, dan
Persia, serta ilmu-ilmu lainnya, seperti tafsir, hadits tasawuf, dan filsafat.
Pada usia 20 tahun, ia sudah menjadi pembantu Pangeran Muhammad Khan di
Afghanistan. Pada tahun 1864, ia menjadi panasehat Ali Khan dan menjadi perdana menteri
pada masa pemerintahan Muhammad ‘Azam Khan. ia banyak memperoleh pengalaman dalam
pengembaraannya ke beberapa Negara. Mula-mula ke India tahun 1869, lalu ke Mesir memberi
kuliah di hadapan kaum intelektual di Al-Azhar pada tahun 1871. Diantara muridnya yang
terkenal adalah Muhammad Abduh dan Sa’ad Zaglul.
Ketika terjadi persoalan politik di Mesir, ia pergi Paris (Prancis). Di kota ini dia
mendirikan sebuah organisasi bernama AL-Urwatul Wusqa yang beranggotakan muslim
militan di Mesir, Suriyah, dan Afrika Utara. Organisasi ini bertujuan
mempercepat persaudaraan islam, membela, dan mendorong umat islam untuk mencapai
kemajuan.
Berikut ini beberapa pemikiran Al-Afghani tentang pembaruan umat Islam :
a. Kemunduran umat Islam bukan karena Islam tidak sesuai dengan perkembangan zaman
dan perubahan kondisi. Kemunduran itu disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa faktor itu
adalah sebagai berikut :
1) Umat Islam telah dipengarui oleh sifat statis, berpegang pada taklid, dan bersikap
fatalis.
2) Umat Islam telah meninggalkan akhlak yang tinggi dan telah melupakan ilmu
pengetahuan.
3) Di bidang politik , kesatuan umat Islam menjadi terpecah belah.
b. Untuk mengembalikan kejayaan pada masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern,
umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni dan Islam harus dipahami dengan
akal serta kebebasan.
c. Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis.
Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
d. Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Pan Islamisme atau rasa solidaritas antara
umat Islam harus dihidupkan kembali.

7. Muhammad Abduh (1849-1905)


Muhammad Abduh lahir di Mesir tahun 1849. Ia adalah seorang pemikir, teolog, dan
pembaru dunia Islam di Mesir. Silsilah keturunannya bersambung dengan Umar bin Khattab.
Ketika belajar di Al-Azhar, ia bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani. Ia sangat terkesan
dengan pemikiran-pemikiran Al-Afghan. Setelah tamat, ia mengajar di Al-Azhar dan aktif
menulis surat kabar Al-Abram. Ia juga menjabat sebagai rektor Al-Azhar.
Adapun ide-ide pembaruannya yang membawa dampak positif bagi
pengembangan pemikiran Islam adalah sebagai berikut :
a. Pembukaan pintu ijtihad karena ijtihad merupakan dasar yang penting dalam menafsirkan
kembali ajaran Islam.
b. Penghargaan terhadap akal. Abduh mengatakan bahwa Islam adalah agama rasional,
yang
sejalan dengan akal ilmu pengetahuan akan maju.
c. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara yang
bersangkutan.
d. Memodernisasi sistem pendidikan di Al- Azhar.

8. Muhammad Rasyid Ridha (1865- 1935)


Rasyid Ridha lahir di Al-Qalamun pada tanggal 23 September 1865. Ada yang mengatakan
silsilahnya bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. melalui garis keturunan Husain bin
Ali bin Abi Thalib sehingga ia mendapat gelar sayyid. Ia dilahirkan dan dibesarkan di
lingkungan keluarga terhormat serta taat agama.
Disamping belajar di Madrasah Al-Qhataniyah, Rasyid Ridha tekun mengikuti berita
perkembangan dunia islam melalui surat kabar Al-Urwatul Wusqa, yang dipimpin oleh
Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Melalui surat kabar tersebut, ia mengenal
gagasan dua tokoh pembaru yang sangat dikaguminya itu. Ide-ide yang dikumandangkan oleh
ke dua tokoh tersebut sangat berkesan dalam diri Rasyid Ridha sehingga menimbulkan
keinginan yang kuat di hatinya untuk bergabung dan berguru kepada keduanya.
Keinginan Rasyid Ridha untuk bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani tidak tercapai
karena lebih dahulu meninggal sebelum Rasyid Ridha menjumpainya. Sebaliknya, Muhammad
Abduh dapat dijumpainya setelah ia dibuang di Beirut (Libanon). Pertemuan dialog antara
Ridha dan Abduh semakin menumbuhkan semangat juang dalam dirinya untuk melepaskan
umat Islam dari belenggu keterbelakangan dan kebodohan.
Rasyid Ridha banyak menyerap pikiran dan pandangan Muhammad Abduh dalam usaha
memajukan umat Islam. Setelah Muhammad Abduh diizinkan kembali ke Mesir, Rasyid Ridha
mengusulkan kepada gurunya agar ia menerbitkan sebuah majalah. Maka terbitlah majalah
yang diberi nama Al- Manar, nama yang diusulkan oleh Rasyid Ridha .
Adapun pemikiran Rasyid Ridha tentang pembaruan Islam sebagai berikut :
a. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat Islam harus meninggalkan sikap pemikiran kaum jabariyah
c. Akal dapat digunakan untuk menafsirkan ayat ataupun Hadits dengan tidak meninggalkan
prinsip umum.
d. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan adanya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk ke
dalam ajaran Islam.
f. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah SWT.
g. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan
politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam menerapkan
prinsip hukum dalam Islam sesuai dengan tuntutan zaman.

9. Sayyid Ahmad Khan (1817-1898)


Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di New Delhi tanggal 17 Oktober 1817. Gerakan
pembaruan yang dilakukannya merupakan kelanjutan gerakan dari Syah Waliyullah. Berkat
jasanya menyelamatkan orang-orang Inggris dalam pemberontakan tahun 1857, ia mendapat
gelar Sir. Ia meyakinkan pemerintah Inggris bahwa dalam pemberontakan itu unat Islam tidak
terlibat.
Untuk merealisasikan tujuan gerakan pembaruannya, ia mengadakan kerja sama dengan
inggris meskipun kerja sama itu banyak mendapat tantangan keras dari ulama lain di Dioband.
Ia beranggapan bahwa salah satu penyebab kemunduran umat Islam dari bangsa Barat adalah
lemahnya dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu, umat Islam mampu merebut ilmu dan teknologi dari bangsa Barat melalui
pendidikan. Ide pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai
berikut :
a. Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara
menguasai sains dan teknologi.
b. Ia berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah
yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan
berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.
c. Sumber ajaran Islam hanyalah Al-Qur’an dan Hadits.
d. Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari
keterbelakangan adalah pendidikan.
10. Muhammad Iqbal (1876-1938)
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 2 Februari 1873 M. Ia adalah
seorang penyair, filusuf, dan mujadid. Muhammad Iqbal mendapat pendidikan pertama
di Murray College, Sialkot. Di sini, ia bertemu dengan ulama besar Sayyid Mir Hasan, guru
dan sahabat karib ayahnya. Ia melanjutkan studinya di Government College Lahore dan
memperoleh gelar Master of Art (MA). Atas saran Sir Thomas Arnold, ia melanjutkan studinya
di Trinity College, Universitas Cambridge, Inggris. Dua tahun kemudian, ia pindah ke
Munchen, Jerman untuk lebih memperdalam filsafatnya. Di sinilah ia mendapat gelar Doctor
of Pbilosopy (Ph.D).
Pada tahun 1908, ia kembali ke Lahore dengan membuka praktik sebagai pengacara dan
sebagai dosen filsafat. Ia pun pernah menjadi Presiden Liga Muslim pada tahun 1938. Adapun
ide Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap terbuka.
b. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamis. Dalam syiarnya, ia mendorong umat Islam
untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan atau kejumudan dalam berpikir.
d. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.
e. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f. Perhatian umat Islam terhadap zuhud menyebabkan mereka kurang memerhatikan masalah-
masalah keduniaan dan sosial dan kemasyarakatan.

Mengambil ibrah dari peristiwa perkembangan Islam pada masa modern

Pembaruan dalam Islam atau gerakan Islam modern merupakan jawaban yang ditujukan
terhadap krisis yang dihadapi umat Islam pada masanya. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
yang merupakan pemangku khilafah Islam setelah abad ke-17 telah melahirkan kebangkitan
Islam. Salah satu gerakan pembaruan yang terkenal adalah Wahabi, sebuah gerakan reformis
puritan. Gerakan ini merupakan sarana yang menyiapkan jembatan ke arah pembaruan Islam
abad ke-20 yang lebih bersifat intelektual.
Pendorong gerakan pembaruan Islam yang terkenal adalah Jamaluddin al- Afghani
(1897). Ia mengajarkan solidaritas Pan-Islam dan pertahanan terhadap imperialisme Eropa
dengan kembali kepada Islam dalam suasana yang ilmiah dan modernis.
Gerakan yang lahir di Timur Tengah itu telah memberikan pengaruh besar kepada
gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaruan pemikiran dan pendidikan
Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaruan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat Arab di Indonesia. Kebangkitan Islam di Indonesia makin berkembang dengan
terbentuknya organisasi-organisasi sosial keagamaan, seperti Sarikat Dagang Islam (SDI) di
Solo (1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka (1911), Muhammadiyah di Yogyakarta
(1912), Persatuan Islam (Persis) di.Bandung(1923), Nahdlatul Ulama (NU) di Surabaya(1926),
dan Persatuan seperti Sarikat Islam (SI) yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan
Muslimin Indonesia (Permi) di Padang Panjang (1932), yang merupakan kelanjutan dan
perluasan dari organisasi pendidikan Thawalib, dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun
1938.
Sementara itu, hampir pada waktu yang bersamaan, pemerintah penjajah menjalankan
Politik Etis atau politik balas budi. Belanda mendirikan sekolah-sekolah formal bagi bumi
putera, terutama dari kalangan priyayi dan kaum bangsawan. Pendidikan Belanda tersebut
membuka mata kaum terpelajar akan kondisi masyarakat Indonesia. Pengetahuan mereka akan
kemiskinan, kebodohan, dan ketertindasan masyarakat Indonesia pada saatnya mendorong
lahirnya organisasi-organisasi sosial, seperti Budi Utomo, Taman Siswa, Jong Java
Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan Jong Celebes.
Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi yang didirikan
kaum terpelajar di atas menandakan tumbuhnya benih-benih nasionalisme dalam pengertian
modern.
Secara umum, ibrah yang dapat diambil dari gerakan pembaruan Islam antara lain
sebagai berikut :
1. Bidang Akidah
Dalam bidang akidah, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pemahaman ajaran
Islam karena banyak paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, antara lain berkembangnya
paham fatalisme, dan masuknya budaya syirik (takhayul, bid’ah, dan khurafat) ke dalam ajaran
Islam.
2. Bidang Politik
Dalam bidang politik, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dengan tujuan
membebaskan diri dari penjajah.
3. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, gerakan ini berusaha melakukan pembaruan dalam pendidikan
dengan cara melakukan perubahan kurikulum pendidikan dan memadukannya dengan
pendidikan modern.
4. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi gerakan ini berusaha melakukan perubahan ekonomi karena penjajahan
menimbulkan kemiskinan dan kesengsaraan. Selain itu, pada masa pembaruan telah
bermunculan para sastrawan yang karya-karyanya bernuansa islami di berbagai negara, antara
lain sebagai berikut :
a. Muhammad Iqbal
Menggunakan bahasa Urdu dan Persi. Karya puisinya yang paling terkenal adalah Asrari
Khudi. Buku filsafatnya yang paling terkenal berjudul The Reconstruction of Religious
Thought in Islam. Muhammad Iqbal juga menulis beberapa prosa dalam bahasa Inggris dan
Arab.
b. Mustafa Lutfi al- Manfaluti (1876-1926)
Muhammad Lutfi merupakan seorang sastrawan dan ulama dari Mesir. Ia merupakan
pengarang cerita pendek yang cerita-ceritanya bergaya semi klasik dan modern.
c. Dr. Muhammad Husain Haekal (1888- 1956)
Dr. Muhammad Husain Haekal menulis Hayatu Muhammad( Sejarah Hidup Nabi Muhammad
saw) Ia seorang sastrawan yang dianggap sebagai perintis karya sastra modern setelah
novelnya yang berjudul Zainab terbit tahun 1914. Beliau banyak menulis kritik sastra dan
cerita pendek.
d. Jamil Siqdi az- Zahawi (1863-1936)
Jamil Siqdi merupakan sastrawan yang berasal dari Irak. Ia dikenal sebagai peritis sejak
modern dan seorang penyair tua yang bernada keras. selain sebagai sastrawan ia pun dikenal
sebagai hak-hak wanita bersama-sama dengan Ma’ruf ar-Rasafi (1877-1945).
e. Binti Syati’(Aisyah Abdurrahman )
Binti Syati’ terkenal sebagai sastrawati, wartawati, dan editor harian Al- Abram Mesir. Selain
itu, beliau banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir Al-Qur’an dari segi sastra.

Meneladani tokoh-tokoh yang berprestasi dalam perkembangan Islam pada masa


modern

Perkembangan Islam pada periode modern tak lepas dari jasa-jasa tokoh-tokoh yang
mempelopori perkembangan tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda Islam,
dituntut untuk meneladani tokoh-tokoh pembaruan tersebut sehingga agama Islam selalu maju
dan berkembang hingga akhir zaman.
Keteladanan dari tokoh-tokoh pembaruan yang perlu kita tiru adalah semangat mereka
untuk kembali ke jalan Islam yang benar sebagai mana yang telah diperintahkan oleh Allah
dan Rasulullah SAW. Selain itu, semangat mereka untuk menyebarkan Islam ke seluruh
penjuru dunia dan kemauan untuk menuntut ilmu agar tidak tertinggal dari bangsa Barat juga
perlu kita tiru. Pada dasarnya menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam.
Dengan menuntut ilmu kita akan terhindar dari kebodohan dan mengetahui mana hal yang
benar atau mana yang salah. Dari ilmu yang dituntut itu pula, para tokoh-tokoh pembaharu
Islam tersebut menyadarkan negara-negara Islam yang dijajah bangsa Barat, termasuk
Indonesia, untuk memerdekakan negerinya. Dengan menjadi bangsa yang merdeka,
kemakmuran untuk segenap rakyat akan tercipta serta dapat menunjang perkembangan agama
Islam.[1]

Anda mungkin juga menyukai