Anda di halaman 1dari 12

c c

   


 c   

Pendidikan Islam pada dulunya sangat mengalami kemajuan yang pesat, bahkan orang-orang
Barat menjadikan Islam sebagai kiblat pendidikan mereka. Namun berikutnya justru bangsa
Barat yang jauh lebih maju di bandingkan dengan ummat Islam. Hal ini disebabkan karena
ketertinggalannya ummat Islam dalam bidang pendidikan, baik berupa metode, isi dan sistim
pendidikan.

Oleh karena itu, ummat Islam merasa perlu mengadakan pembaruan dalam dunia pendidikan
Islam. Pembaruan pendidikan Islam dilakukan diberbagai daerah seperti Saudi Arabia, Turki
Utsmani, Mesir, India dan tempat-tempat lain.

c
    

Makalah ini sengaja kami buat untuk memberikan pengetahuan dan menambah pengetahuan
tentang pembaruan pendidikan Islam yang dilakukan di daerah mesir, dan juga untuk
mengetahui beberapa orang tokoh pembaharuan beserta pemikirannya.

Selain itu, makalah ini juga disusun untuk memenuhi nilai ujian mid- semester pada mata kuliah
Sejarah Pendidikan Islam.


c    

Di dalam makalah ini, kami memaparkan pembaruan pendidikan yang dilakukan di Mesir yang
mencakup latar belakang adanya pembaruan, tokoh-tokoh nya dan apa dampak dari pembaruan
pendidikan islam tersebut khususnya didaerah Mesir.

c c

c   


 c   c     


Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. Hal
ini karena hampir seluruh pelaku-pelakunya adalah tokoh-tokoh pembaharu agama. Diantara
tokoh-tokoh tersebut adalah Hasan al-Banna, Rasyid Ridha, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad
Abduh, Muhammad Ali Pasha, dan yang lainnya.

Secara garis besar, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaruan
pendidikan islam, yaitu:
K. Faktor kebutuhan pragmatis umat islam yang sangat membutuhkan satu sistem yang
betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang
berkualitas, bertakwa, dan beriman kepada Allah SWT.
2. Agama Islam sendiri melalui ayat suci Al-Qur¶an banyak menyuruh atau menganjurkan
umat Islam untuk selalu berfikir serta selalu membaca dan menganalisis sesuatu untuk
kemudian bisa diterapkan atau bisa menciptakan sesuatu yang baru dari apa yang kita
lihat.
3. Adanya kontak Islam dengan Barat.[K

Dan secara historis, kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari
datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli K M. Tujuan
utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama India. Napolen Bonaparte menjadikan
Mesir, hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu itu dibawah
pengaruh kekuasaan kolonial Inggris.

Konon, kedatangan Napolen ke Mesir tidak hanya dengan pasukan perang, tetapi juga dengan
membawa seratus enam puluh orang diantaranaya pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan
dengan huruf latin, Arab, Yunani, peralatan eksperimen (seperti: teleskop, mikroskop, kamera,
dan lain sebagainya), serta seribu orang sipil. Tidak hanya itu, ia pun mendirikan lembaga riset
bernama Institut d¶Egypte, yang terdiri dari empat departemen, yaitu: ilmu alam, ilmu pasti,
ekonomi dan polititik, serta ilmu sastera dan kesenian. Lembaga ini bertugas memberikan
masukan bagi Napoleon dalam memerintah Mesir. Lembaga ini terbuka untuk umum terutama
ilmuwan (ulama¶) Islam. Ini adalah moment kali pertama ilmuwan Islam kontak langsung
dengan peradaban Eropa, termasuk Abd al-Rahman al-Jabarti. Baginya perpustakaan yang
dibangun oleh Napoleon sangat menakjubkan karena Islam diungkapkan dalam berbagai bahasa
dunia.[2

Menurut Joseph S. Szy Liowics, untuk memenuhi kebutuhan ekspedisinya, Napoleon berusaha
keras mengenalkan teknologi dan pemikiran modern kepada Mesir serta menggali Sumber Daya
Manusia (SDM) Mesir dengan cara mengalihkan budaya tinggi Perancis kepada masyarakat
setempat. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, banyak diantara cendekiawan Mesir belajar
tentang perpajakan, pertanian, kesehatan, administrasi, dan arkeologi.

Ekspedisi Napoleon ke Mesir membawa angin segar dan perubahan signifikan bagi sejarah
perkembangan bangsa Mesir, terutama yang menyangkut pembaharuan dan modernisasi
pendidikan di sana. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Perancis banyak memberikan
inspirasi bagi tokoh-tokoh Mesir untuk melakukan perubahan secara mendasar sistem dan
kurikulum pendidikan yang sebelumnya dilakukan secara konvesional. Diantara tokoh yang
mendapatkan inspirasi tersebut adalah Muhammad Ali Pasa dan Muhammad Abduh. Dua tokoh
ini, secara historis, kiprahnya paling menonjol jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain.

c
    c     

Diantara tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan di mesir ini adalah:


 
Biografi Muhammad Ali Pasa sangat luas diketahui oleh masyarakat karena banyak ditulis
diberbagai buku biografi baik secara lokal maupun internasional. Beliau lahir di Kawallah,
Yunani, pada tahun K, seorang keturunan Turki dan meninggal di Mesir pada tahun K.
Tidak seperti anak-anak lain, masa kecilnya dihabiskan untuk membantu orang tuannya, dan
tidak sempat mengenyam pendidikan.

Pada usia dewasa ia berkerja sebagai pemungut pajak, dan karena keberhasilannya, ia kemudian
diangkat sebagai menantu oleh salah seorang gubernur Utsmani. Selanjutnya ia masuk dinas
militer dan kariernya terus naik. Ketika pengiriman pasukan ke Mesir, ia diangkat sebagai wakil
perwira yang mengepalai pasukan. Dalam pertempuran yang terjadi dengan tentara Perancis, ia
menunjukkan keberanian yang luar biasa dan segera diangkat menjadi kolonel. Ketika tentara
perancis ke luar dari Mesir pada tahun KK, Muhammad Ali turut memerankan peranan penting
dalam kekosongan politik akibat hengkangnya tentara Perancis tersebut.

Dalam waktu yang bersamaan, dari Istambul datang pula Pasa dengan bala tentara Utsmani
untuk menguasai Mesir. Muhammad Ali dapat memenagkannya dan mengankat dirinya sebagai
Pasa baru pada tahun K dengan persetujuan penguasa Utsmai di Istambul Turki. Beliau
berkuasa pada tahun K-K.

Muhammad Ali Pasya sendiri merupakan orang yang buta huruf, meskipun demikian, beliau
sangat menyadari akan pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dan
kekuatan suatu negara. Pemahaman ini beliau dapatkan dari cerita-cerita para pembesar yang
berada di sekitarnya mengenai unsur-unsur dan hal-hal baru yang dibawa oleh ekspedisi
Napoleon Bonaparte.

Dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakan pembaruan pendidikan di


Mesir, Muhammad Ali Pasya, mengadakan pembaruan dengan mendirikan berbagai macam
sekolah yang meniru sistem pendidikan dan pengajaran di Barat[3 .

Di dalam pemerintahannya, beliau mendirikan kementerian pendidikan dan lembaga-lembaga


pendidikan. Membuka Sekolah Teknik (tahun K3), Sekolah Kedokteran (tahun K2), Sekolah
Apoteker (tahun K2), Sekolah Pertambangan (tahun K3), Sekolah Pertanian (tahun K3),
dan Sekolah Penerjemahan (tahun K3)[ .

Masih dalam konteks melakukan upaya pembaruan dalam bidang pendidikan, Muhammad Ali
Pasya juga mengirim siswa-siswa untuk belajar ke Italia, Perancis, Inggris, dan Austria. Menurut
Pilip K. Hitti, antara tahun K23-K, ada sebanyak 3KK pelajar yang dikirim oleh Muhammad
ali pasya ke Eropa[ . Hal ini dilakukan agar mereka yang diutus mampu menguasai ilmu
pengetahun Barat, untuk selanjutnya nanti mampu dikembangkan dan direalisasikan di Mesir.

Serta dalam rangka mengalihkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang telah berkembang di
Barat tersebut, Muhammad Ali Pasya menggalakkan penerjemahan buku-buku yang berbahasa
asing ke dalam Bahasa Arab. Sehingga beliau mendirikan Sekolah Penerjemahan pada tahun
K3.
erakan pembaharuan yang dibawanya telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
Barat kepada umat Islam, dan sampai pada suatu waktu dapat menyingkap awan hitam yang
menyelimuti pola pikir dan sikap keagamaan, yang sekaligus menjadi awal kelahiran para tokoh
Muslim seperti Muhammad Abduh, Muhammad Rsyid Ridho, Rifa¶ah Badawi, Rafi¶ al-Tahtawi,
dan Hasan al Bana. Mereka merupakan ulama-ulama yang berpengetahuan luas, berwawasan
modern dan tidak berpandangan sempit.

Adapun usaha-usaha yang dilakukannya Muhammad Ali Pasya dalam rangka pembaruan
pendidikan Islam di Mesir adalah:

K. Mendirikan kementerian pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan untuk mengurus


permasalahan pendidikan,
2. Mendirikan sekolah-sekolah,
3. Mengadopsi tata cara dan model pendidikan barat,
K. Mendatangkan guru dan tenaga ahli dari Barat, terutama Perancis,
2. Mengirim siswa-siswa ke Barat untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta
3. Mengadakan penerjemahan buku-buku.

V
   !

Al-Tahtawi dilahirkan pada tahun KK di Tanta, suatu kota yang terletak di bagian selatan
Mesir. Ia berasal dari keluarga berekonomi lemah. Dimasa kecilnya Al-Tahtawi terpaksa belajar
dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur K tahun ia berkesempatan untuk belajar
di Al-Azhar Kairo. Setelah menyelesaikan studinya ia mengajar disana selama 2 tahun,
kemudian diangkat menjadi imam mahasiswa yang belajar dan dikirim oleh Muhammad Ali
Pasya ke Paris.

Dalam masa tugasnya ia memanfaatkan waktunya untuk belajar dan membina pengalaman
sebanya-banyaknya dengan membaca buku-buku sejarah tekhnik, ilmu bumi dan politik
karangan Montesquieu, Voltaire, rousseau racine. Ia mendapat banyak kesan selam ia bedra di
paris sehingga kesan yang didapatnya tu ia tuangkan dalam sebuah buku à  
  
à 
 . Buku itu mengisahkan pengalaman ia selama berada diperis dan juga berisi
seputar kehidupan dan kemajuan eropa yan dilihatnya selama di Paris.

Di antara pendapat baru yang dikemukakannya adalah ide pendidikan yang universal. Sasaran
pendidikannya terutama ditujukan kepada pemberian kesempatan yang sama antara laki-laki dan
perempuan di tengah masyarakat. Menurutnya, perbaikan pendidikan hendaknya dimulai dengan
memberikan kesempatan belajar yang sama antara pria dan wanita, sebab wanita itu memegang
posisi yang menentukan dalam pendidikan. Wanita yang terdidik akan menjadi isteri dan ibu
rumah tangga yang berhasil. Mereka yang diharapkan melahirkan putra-putri yang cerdas.

Bagi Al-Tahtawi, pendidikan itu sebaiknya dibagi dalam tiga tahapan. Tahap I adalah pendidikan
dasar, diberikan secara umum kepada anak-anak dengan materi pelajaran dasar tulis baca,
berhitung, al-Qur¶an, agama, dan matematika. Tahap II, pendidikan menengah, materinya
berkisar pada ilmu sastra, ilmu alam, biologi, bahasa asing, dan ilmu-ilmu keterampilan. Tahap
III, adalah pendidikan tinggi yang tugas utamanya adalah menyiapkan tenaga ahli dalam
berbagai disiplin ilmu.[

Dalam proses belajar mengajar, Al-Tahtawi menganjurkan terjalinnya cinta dan kasih sayang
antara guru dan murid, laksana ayah dan anaknya. Pendidik hendaknya memiliki kesabaran dan
kasih sayang dalam proses belajar mengajar. Ia tidak menyetujui penggunaan kekerasan,
pemukulan, dan semacamnya, sebab merusak perkembangan anak didik. Dengan demikian,
dipahami bahwa Al-Tahtawi sangat memperhatikan metode mengajar dengan pendekatan
psikologi belajar.

"
 #

Muhammad Abduh adalah tokoh pembaharuan paruh kedua abad XIX. Beliau lahir dan besar
dilingkungan pedesaan dalam keluarga bukan pendidik yang memegang teguh ajaran agama.
Muhammad Abduh lahir pada tahun K M/ K2 H di sebuah desa di Propinsi harbiyah
Mesir Hilir. Ayahnya bernama Muhammad Abduh ibn Hasan Khairullah, lahir di lingkungan
keluarga petani yang hidup sederhana, taat dan cinta ilmu pengetahuan. Orang tuanya berasal
dari kota Mahallaj Nashr. Situasi politik yang tidak stabil menyebabkan orang tuanya berpindah-
pindah, dan kembali ke Mahallaj Nashr setelah situasi politik mengizinkan.

Masa pendidikannya dimulai dengan pelajaran dasar membaca dan menulis yang didapatkannya
dari orang tuanya. Kemudian sebagai pelajaran lanjutan beliau belajar Al Qur¶an pada seorang
hafiz. Dalam masa waktu dua tahun, beliau telah menjadi seorang hafiz. Pendidikan selanjutnya
ditempuhnya di Thanta, sebuah lembaga pendidikan Masjid Ahmadi[ .

Ia belajar kepada Syaikh Ahmad di Thantha pada tahun K2. Dan pada tahun K ia
meneruskan pendidikannya di al-Azhar. Di sini ia berjumpa dengan Jamaluddin al-Afghani kali
pertama dan menjadi muridnya pada tahun KK sewaktu menetap di Mesir.

Pada tahun K ia berhasil menyelesaikan studinya di al-Azhar dengan mendapatkan gelar µalim
dan mengajar di sana. Tidak lama kemudian ia bersama-sama dengan gurunya diusir dari Mesir
karena kasus politik. Pada tahun K ia kembali lagi ke Mesir dan diangkat menjadi redaktur
Waqa¶iul Mishriyyah, surat kabar resmi pemerintah Mesir. Kariernya terus menanjak, hingga
akhirnya diangkat menjadi anggota Majlis al-µAla al-Azhar pada tahun K. Pada saat inilah ia
banyak melakukan perombakan dan perbaikan secara mendasar terhadap al-Azhar menjadi
Universitas.[

Menurutnya, umat Islam mengalami problem autentisitas Islam yang dianutnya. Hal ini
menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran. Islam yang dianut umat bukanlah Islam yang
sebenarnya. Untuk meraih kejayaannya kembali harus ada kesadaran untuk kembali kepada
Islam sejati, Islam era klasik. Disamping juga melakukan gerakan pembaharuan dan modernisasi
dalam berbagai hal termasuk pendidikan.

Dari Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh mendapat warisan pendidikan yang timpang,
yaitu adanya dua tipe pendidikan. Dua tipe pendidikan tersebut adalah:
K. Sekolah-sekolah agama, dengan Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan yang tinggi.
2. Sekolah-sekolah modern.

Kedua tipe tersebut tidak tidak punya hubungan antara satu dengan lainnya, masing- masing
berdiri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pendidikannya. Sekolah-sekolah
agama berjalan di atas garis tradisional baik dalam kurikulum maupun metode pengajaran yang
diterapkan. Ilmu barat tidak diberikan di sekolah-sekolah agama (madrasah), dengan demikian
pendidikan agama kala itu tidak mementingkan perkembangan intelektual, padahal Islam
mengajarkan untuk mengembangkan aspek jiwa tersebut sejajar dengan perkembangan jiwa yang
lain.

Sosok Muhammad Abduh melihat segi-segi negatif dari kedua bentuk corak pendidikan tersebut.
Beliau memandang bahwa pendidikan dengan tipe pertama tidak dapat dipertahankan lagi, jika
dipertahankan juga, menyebabkan ummat Islam akan tertinggal jauh, terdesak oleh arus
kehidupan dan pemikiran modern. Sedangkan pemikiran kedua justru adanya bahaya yang
mengancam sendi-sendi agama dan moral yang akan tergoyahkan oleh pemikiran modern yang
mereka serap. Dari sanalah Muhammad Abduh melihat pentingya mengadakan perbaikan di dua
instansi tersebut, sehingga jurang yang lebar bisa di persempit.

Dia juga mengatakan, umat Islam harus dinamis. Islam tidak bertentangan dengan ilmu
pengetahuan modern. Kemajuan Islam sebagaimana yang pernah dicapai pada masa-masa
keemasannya adalah karena mementingkan pengetahun. Yang berarti memberikan porsi yang
besar bagi akal untuk memahami ayat-ayat Tuhan, baik ayat qauliyah maupun kauniyah.[

Situasi yang demikian melahirkan pemikiran Muhammad Abduh dalam bidang pemikiran formal
dan nonformal. Dalam bidang pendidikan formal tujuannya yang utama adalah menghapuskan
dualisme pendidikan yang tampak dengan adanya dua tipe pendidikan seperti di atas. Untuk itu,
beliau bertolak dari tujuan pendidikan yang dirumuskan sebagai berikut:

K. Mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya kepada batas-batas kemungkinan
seseorang mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat,
2. Juga mementingkan pendidikan spiritual agar lahir generasi yang mampu berpikir dan
punya akhlak yang mulia serta jiwa yang bersih.

Menurut pandangan beliau, pendidikan itu penting sekali, sedangkan ilmu poengetahuan itu
wajib dipelajari. Sehingga beliau selalu memikirkan bagaimana alternatif untuk keluar dari
stagnasi yang dihadapi sekolah agamanya di Mesir, yakni di Azhar. Abduh berpendapat bahwa
pendidikan yang diamatinya cenderung menghasilkan lulusan dan masyarakat yang ë  È ,
tidak transparan, statis, tidak ada perubahan. Hanya dengan meningkatkan mutu pendidikan
Islam dan mengemukakan kembali ajaran-ajaran dasar Islam dengan bahasa yang jelas dan tegas,
dan pengharuh-pengaruh yang merusak, dapat keluar dan lenyap.

Adapun kurikulum-kurikulum yang disusun oleh muhammad abduh, yaitu:

K. Kurikulum Al-Azhar


Kurikulum Perguruan Tinggi Al-Azhar disesuaikannya dengan kebutuhan masyarakat pada masa
itu. Dalam hal ini, beliau memasukkan filsafat, logika dan ilmu peengetahuan modern ke dalam
kurikulum Al-Azhar. Upaya ini dilakukan agar =  nya dapat menjadi ulama modern.

Demikian juga dengan ilmu-ilmu umum perlu diajarkan di Al-Azhar. Dengan memasukkan ilmu
pengetahuan modern ke lembaga-lembaga pendidikan agama dan sebaliknya, dimaksudkan
untuk memperkecil jurang pemisah antara golongan ulama dan ahli modern, dan diharapkan
kedua golongan ini bersatu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul di zaman
modern.

Dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern sebagai syarat menguasai IPTEK guna
kelansungan pembangunan Islam ke dalam Al-Azhar dan dengan memperkuat pendidikan agama
sebagai bekal tuntunan dan perbaikan moralitas ummat, di sekolah-sekolah pemerintah, paling
tidak akan bisa melahirkan para ilmuan yang tidak kosong akan ilmu pengetahuah agama, dan
juga akan terwujud ulama-ulama yang tidak buta akan ilmu pengetahuan umum, sehingga para
lulusan Sekolah Pemerintah muapun al-Azhar tidak lagi parsial dalam memahami ilmu[KK .

K. Tingkat Sekolah Dasar

Beliau beranggapan bahwa dasar pembentukan jiwa agama hendaknya sudah dimulai semenjak
masa kanak-kanak. Oleh karena itu, mata pelajaran agama hendaknya dijadikan sebagai inti
semua mata pelajaran.

Pandangan ini mengacu pada anggapan bahwa ajaran agama (Islam) merupakan dasar
pembentukan jiwa dan pribadi muslim. Dengan memiliki jiwa kepribadian muslim, rakyat Mesir
akan memiliki juiwa kebersamaan dan nasionalisme untuk dapat mengembangkan sikap hidup
yang lebih baik, sekaligus dapat meraih kemajuan.

K. Tingkat Atas

Upaya yang dilakukan Muhammad Abduh adalah dengan mendirikan Sekolah Menengah
Pemerintah untuk menghasilkan ahli dalam berbagai lapangan administrasi, militer, kesehatan
dan sebagainya. Melalui lembaga ini, beliau merasa perlu untuk memasukkan beberapa materi,
khususnya pendidikan agama. Sejarah Islam dan kebudayaan Islam. Di madrasah yang berada di
bawah naungan Al-Azhar, Abduh mengajarkan Ilmu Mantiq, Falsafah dan Tauhid.

Dalam metode pengajaran ia pun membawa cara baru dalam dunia pendidikan saat itu, ia
mengkritik dengan tajam penerapan metode hafalan tanpa pengertian yang dipraktekan terutama
di sekolah agama. Dari apa yng dipraktekannya ketika mengajar di al-azhar terlhat bahw ia
menerapkan metode diskusi untuk memberikan pengertian yang mendalam pada muridnya. Dan
ia memperingatkan kepada para pendidik untuk tidak menggunakan metod menghafal dalm
mengajar karena itu hanya akan merusak daya nalar anak.[K2

Pemikirannya yang lain adalah tentang pendidikan wanita. Menurutnya, wanita haruslah
mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki. Bagi nya yang harus diperjuangkan dalam
suatu sistem pendidikan adalah pendidikan yang fungsional, yang meliputi pendidikan universal
bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan. Semuanya harus punya dasar membaca, menulis,
berhitung dan harus mendapatkan pendidikan agama.

Di luar pendidikanpun Abduh menekankan pentingnya pendidikan akal dan mempelajari ilmu-
ilmu yang datang dari Barat. Di samping itu, Abduhpun menggalakkan ummat Islam
mempelajari ilmu-ilmu modern. Dalam hal ini beliau melihat perlunya campur tangan
pemerintah, terutama dalam hal mempersiapkan para pendakwah. Tugas para pendakwah
tersebut adalah:

K. Menyampaikan kewajiban dan pentingnya belajar


2. Mendidik mereka dengan memberikan pelajaran tentang apa yang mereka lupakan atau
yang belum mereka ketahui, dan
3. Meniupkan ke dalam jiwa mereka cinta pada negara, tanah air dan pemimpin.

Adapun agenda-agenda pembaruan pendidikan islam yang dilakukan oleh Muhammad Abduh
adalah:

a) Purifikasi

Purifikasi atau pemurnian ajaran Islam telah mendapat tekanan seriusa dari Muhammad Abduh
berkaitan dengan munculnya   dan 
  yang masuk dalam kehidupan beragama kaum
Muslimin

b) Reformasi

Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Abdduh pada Universitas almamaternya, Al-
Azhar. Beliau menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari buku-buku
klasik berbahsa Arab yang berisi dogma Ilmu Kalam untuk membela Islam saja, akan tetapi
kewajiban belajar juga terletak pada mempelajari sains-sains modern serta sejarah dan agama
Eropa, agar diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah mereka capai.

c) Pembelaan Islam

Muhammad Abduh berusaha mempertahankan potret diri Islam. Hasratnya untuk menghilangkan
unsur-unsur asing merupakan bukti bahwa dia tetap yakin denga kemandirian Islam. Beliau
terlihat tidak pernah menaruh perhatian terhadap paham-paham filasafat anti agama yang marak
di Eropa. Dia lebih tertarik memperhatikan serangan-serangan terhadap agama Islam dari sudut
keilmuan. Beliau berusaha mempertahankan potret Islam dengan menegaskan bahwa jika pikiran
dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hasil yang di capainya otomatis akan selaras dengan
kebenaran Illahi yang dipelajari melalui agama.

d) Reformulasi

Agenda reformulasi trersebut dilaksanakannya dengan membuka kembali pintu ijtihad. Beliau
dengan reformulasinya mengaskan bahwa Islam telah membangkitkan akal pikiran manusia dari
tidur panjangnya. Manusia tercipta dalam keadaan tidak terkekang.[K3 

  

Rasyid Ridha adalah nama populernya, adapun nama lengkapnya adalah Muhammad rasyid bin
ali ridha bin Muhammad syama al bin al-kalamuny. Ia hidup dalam keluarga dan lingkungan
yang mengutamakan ilmu pengetahuan.

Dalam bidang pendidikan, Rasyid Ridha memandang bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu, peradaban Barat modern harus dipelajari oleh
umat Islam. Hal ini relevan dengan pendapat gurunya (Muhammad Abduh) bahwa ilmu
pengetahuan yang berkembang di Barat wajib dipelajari umat Islam untuk kemajuan mereka.
Beliau juga berpendapat bahwa mengambil ilmu pengetahuan Barat modern sebenarnya
mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki umat Islam.

Dalam bidang pendidikan ia mengadakan perubahan-perubahan dengan melakukan penambahan


materi-materi pengetahuan pendidikan teknologi barat agar umat islam mamou menggunakan
teknologi. Bahkan ia menyatakan pembangunan sarana pendidikan lebih baik dripada
pembangunan mesjid. Menurutnya mesjid tidak besar nilainya apabila mereka yng shalat
didalamnya hanya orang-orang bodoh. Akan tetap dngan membangunn sarana pendidikan akan
dapat menghapuskan kebodohn. Dengan begitu, pekerjaan duniawi dan ukhrawi akan menjadi
baik.

Usaha yang dilakukan di bidang pendidikan adalah membangun sekolah misi Islam dengan
tujuan utama untuk mencetak kader-kader Ô   yang tangguh, sebagai imbangan terhadap
sekolah misionaris Kristen. Sekolah tersebut didirikan pada tahun KK2 di Kairo dengan nama
Ô 
      
 Dalam lembaga tersebut Ridha memadukan antara kurikulum
Barat dan kurikulum yang biasa diberikan madrasah tradisional.

K. ü
$ %&$

Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani bin Safdar, lahir di As¶adabad dekat
Qanar didaerah Kabul Afghanistan tahun K3 M. ditinjau dari silsilahnya al-Afghani berasal
dari keturunan bangsa arab karena nenek moyangnya berasal dari dari seorang perawi hadist
yang termasyur yaitu al-Tirmidzi.

Menurut Afgany, ilmu pengetahuan yang dapat menundukkan suatu bangsa, dan ilmu pula
sebenarnya yang berkuasa di dunia ini yang kadangkala berpusat di Timur ataupun di Barat. Ilmu
juga yang mengembangkan pertanian, industri, dan perdagangan, yang menyebabkan
penumpukan kekayaan dan harta. Tetapi filsafat menurutnya merupakan ilmu yang laping teratas
kedudukannya di antara ilmu-ilmu yang lain.

Selain itu beliau juga dikenal sebagai pejuang prinsip egaliter yang universal. Salah satu
gagasannya adalah persamaan manusia antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya keduanya
mempunyai akal untuk berpikir, maka tidak ada tantangan bagi wanita bekerja di luar jika situasi
menginginkan.
Ini membuktikan bahwa pendidikan bagi beliau mendapat prioritas utama agar umat Islam bisa
bangkit dari keterpurukan menuju kemajuan. Dalam hal menuntut ilmu tidak dibatasi kepada
laki-laki saja melainkan perempuan pun harus ikut andil dalam bidang pendidikan tersebut.

'
 #()

Ali Mubarak dipandang sebagai peletak dasar dari „   ë , semacam rencana pendidikan
yang terpadu bagi bangsa Mesir yang berdasarkan kerakyatan dengan sasaran pengembangan
lembaga pendidikan, penelitian lembaga pendidikan di daerah dan penerbitan administrasi
pendidikan yang dipusatkan di kantor pemerintah daerah.

Sebagai hasil dari „   ë  itu, lembaga-lembaga pendidikan berkembang dengan pesat,
baik kualitas maupun kuantitas, tetapi keasliannya tetap terpelihara. Pada perkembangan
selanjutnya mendapat pengakuan yang wajar dari pemerintah mulai tingkat dasar sampai
perguruan tinggi.

*
 $

Untuk meningkatkan intelektual umat Islam, beliau melihat bahwa perguruan tinggi adalah
sarana terbaik mencetak ilmuwan dan tenaga ahli yang diharapkan melakukan perubahan-
perubahan fundamental yang dapat memajukan Mesir yang saat itu masih berada pada kondisi
yang memprihatinkan dan terkebelakang dalam berbagai bidang khususnya pendidikan, di
banding dengan Dunia Barat.

Menurut beliau, universitas tersebut mencerminkan intelektual, keilmiahan, dan memiliki metode
analisis modern. Kemerdekaan intelektual dan kemerdekaan jiwa menurutnya hanya bisa
diperoleh melalui kemerdekaan ilmu dan intelektual.

Untuk mendapatkan kemerdekaan ilmu dan intelektual, maka beliau menegaskan agar sistem
pendidikan Mesir harus didasarkan pada sistem dan metode Barat sejak tingkat menengah
sampai ke Perguruan Tinggi, demikian juga metode penelitiannya.

agasan Thaha Husain ini memiliki arti penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan di Mesir
karena mampu melahirkan inovasi-inovasi baru dalam bidang pendidikan dan di sinilah muncul
kemampuan belajar efektif dalam belajar yang sesungguhnya.


  c    

Beberapa dasawarsa setelah gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh para pemikir Mesir di
atas, negeri ini dijadikan contoh yang paling menonjol mengenai dinamika keberagaman,
hubungan antar agama dan masyarakat, tantangannya pada negara dan dampaknya pada proses
demokratisasi.

Mesir juga tempat lahirnya nasionalisme Arab dan kebangkitan Islam di bawah tiga pemimpin
terakhir, yaitu ammal Abdul Nasser (KK ± K M), Anwar Sadat (KK ± KK M), dan
Husni Mubarak (lahir K2 M.
Dalam dekade selanjutnya gerakan dan pemikiran modernisasi Islam di Mesir menampakkan
perkembangan yang pesat dengan munculnya berbagai gagasan dan gerakan yang berbeda
dengan sebelumnya dalam berbagai bidang misalnya:

K. Bidang sosial politik dengan munculnya gagasan Trias Politika, patriotisme, emansipasi
wanita, dan juga persatuan umat Islam seluruh dunia dalam rangka membendung
pengaruh-pengaruh dunia Barat yang berusaha merongrong Islam dan kaum muslimin
yang diwujudkan dengan berbagai gerakan sosial;
2. Bidang pendidikan dengan memunculkan gagasan bahwa semua bangsa Mesir harus
mengenyam pendidikan secara merata, yang diupayakan lewat penataan kembali sistem
pendidikan;
3. Bidang agama dan teologi dengan munculnya gagasan pemurnian ajaran Islam,
menghilangkan kejumudan berpikir dan sikap fatalistik yang merupakan penyebab pokok
kemunduran umat Islam; dan lain-lain, tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh tidak hanya
di Mesir, tetapi juga seluruh dunia khususnya Islam. Mereka antara lain Rif¶ah Badwi
Raf¶i al-Tahtawi, Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, dan beberapa
pengikutnya[K .

Jadi, upaya-upaya pembaruan yang dilakukan tesebut, telah memajukan pendidikan ummat Islam
seperti kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat.

c c

 


 +,$

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar, ada beberapa faktor yang
mendorong terjadinya proses pembaruan pendidikan islam, yaitu:

K. Faktor kebutuhan pragmatis umat islam yang sangat membutuhkan satu sistem yang
betul-betul bisa dijadikan rujukan.
2. Agama Islam sendiri menyuruh umat Islam untuk selalu berfikir serta selalu membaca
dan menganalisis sesuatu.
3. Adanya kontak Islam dengan Barat

Dan secara historis, kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir berawal dari
datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli K M.

Pembaharuan pendidikan di daerah Mesir ini dilakukan oleh beberapa orang tokoh, diantaranya:

K. 
Muhammad Ali Pasya
2. V
Al-Tahtawi
3. "
Muhammad Abduh
. 
Rasyid Ridha
. ü
Jamaluddin al-Afgany
. '
Ali Mubarak
. *
Thaha Husain

Setelah gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh para pemikir Mesir di atas, negeri ini
dijadikan contoh yang paling menonjol dan upaya-upaya pembaruan yang dilakukan tesebut,
telah memajukan pendidikan ummat Islam seperti kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa
Barat.

Anda mungkin juga menyukai