Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2023
Kata Pengantar
Puji syukur atas ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“ Pengaruh Perancis Terhadap Modernisme Mesir “
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari
materi ataupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Bantul
17 Februari 2023
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode modern dalam sejarah Islam dimulai dari tahun 1800 M dan
berlangsung hingga kini. Pada awal periode ini dunia Islam secara politis berada
di bawah kendali Kolonialisme. Pada pertengahan abad 20 M barulah dunia
Islam bangkit untuk memerdekakan tanah airnya dari penjajahan Barat.1
Banyak daerah atau wilayah yang menjadi sasaran para penjajah yang
mana wilayah tersebut dinilai strategis dalam segala aspek. Mesir adalah salah
satu dari sekian wilayah yang tak luput dari jangkauan Kolonialisme.
Penaklukkan Mesir terjadi setelah India di taklukkan oleh Inggris. Tertanamnya
pengaruh Inggris di India menyebabkan Perancis merasa perlu memutuskan
hubungan komunikasi Inggris dan India.2 Posisi Mesir yang saat itu menjadi
gerbang ke India menjadi alasan utama takluknya Mesir oleh Perancis pada
tahun 1798 M.
1
Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, 1 ed. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2003), 173, http://www.rajawalipers.com.
2
Ibid., 181.
3
Dr. Abdul Quddus. MA, ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan di Dunia Islam, ed.
oleh Dr. Syamsul Arifin. M.Ag, Cetakan 1 (Mataram: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram,
2019), 17.
4
PHILIP K. HITTI, HISTORY OF THE ARABS Rujukan Induk Paling otoritatif tentang Sejarah peradaban
Islam, trans. oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Revisi ke-10 (Jakarta: PT SERAMBI
ILMU SEMESTA, 2013), 954.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dampak Penjajahan Perancis Terhadap Modernisme Mesir?
2. Bagaimana Ide Dan Corak Modernisme Mesir?
3. Bagaimana Hubungan Modernisme Mesir dengan Kolonialisme?
C. Tujuan
1. Mengetahui Dampak Penjajahan Perancis Terhadap Modernisme Mesir.
2. Mengetahui Ide Dan Corak Modernisme Mesir.
3. Mengetahui Hubungan Modernisme Mesir dengan Kolonialisme.
BAB II
PENGARUH PERANCIS TERHADAP
MODERNISME MESIR
5
Dr. Abdul Quddus. MA, ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan di Dunia Islam, 17.
6
Ibid.
rampas dari Vatikan. Mesin cetak ini menjadi yang pertama dikenal di
seluruh lembah Sungai Nil.7
1) Bidang Militer
Dalam bidang militer, Ali Pasya mengundang para ahli militer barat
untuk melatih angkatan bersenjata di Mesir dan mengirim beberapa tentara
ke Eropa untuk belajar ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 Mesir pertama
kalinya membangun Sekolah Militer dengan mendatangkan sebagian
instrukturnya dari Eropa. Selain itu, Ali Pasya juga mengimpor beberapa
persenjataan buatan Eropa.
2) Bidang Ekonomi dan Sosial
Adanya pembaharuan bidang militer seharusnya ada kekuatan
ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan di bidang militer dan
bidang-bidang yang berkaitan dengan militer. Salah satu perkembangan
ekonomi yang terjadi di Mesir ialah adanya ekspor kapas ke negara Eropa.
Kegiatan ekspor tersebut sangat menguntungkan bagi Mesir karena adanya
angsuran terhadap para petugas administrasi yang dijadikan sebagai salah
satu titik keuntungan Mesir itu sendiri. Untuk mengembangkan
perekonomian Mesir, Ali Pasya membangun sistem irigasi, sehingga hasil
pertanian menjadi lebih baik. Mesir merupakan negara pertanian. Dengan
demikian, Ali Pasya mendatangkan para ahli pertanian dari Eropa untuk
memimpin pertanian agar pertanian di Mesir lebih berkembang.
Dalam tatanan sosial, Ali Pasya mengubah peraturan administrasi
bagi penduduk desa dan kota dengan sistem yang modern. Ali Pasya juga
berhasil membangun Rumah Sakit sekaligus mendatangkan beberapa dokter
spesialis.
3) Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, ia membentuk kementerian pendidikan,
mendirikan sekitar 19 sekolah dari tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Ia
juga berhasil mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris, dan
Austria untuk belajar ilmu-ilmu modern. Selain itu ia juga telah melakukan
perubahan dalam bidang kurikulum dengan memasukkan ilmu-ilmu
modern.14
b) Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi merupakan salah satu pembawa
pemikiran pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama
dari abad ke 19. Dalam pembaharuan Ali Pasya, ia turut memainkan
peranan. Al Tahtawi lahir di Thahtha pada tahun 1801 M dan meninggal di
Kairo pada 1873 M. Al Tahtawi adalah orang yang pintar, sehingga dengan
kepintarannya tersebut ia diutus Ali ke Paris untuk mendalami bahasa asing
dan mempertajam keagamaan dengan mengkaji berbagai macam teks
modern. Al Tahtawi sangat berjasa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
di Mesir karena ia telah berhasil menguasai berbagai bahasa asing. Selain itu
ia juga berhasil membangun sekolah penerjemah dan menjadikan bahasa
asing tertentu sebagai mata pelajaran wajib di sekolah tersebut.
Adapun beberapa pemikiran dan pembaharuan Rifa’ah Badawi Rafi’
Al-Tahtawi, ialah sebagai berikut:
1) Jika ilmu pengetahuan umat Islam ingin lebih maju, maka mereka harus
belajar ilmu pengetahuan seperti di Eropa.
2) Negara yang baik adalah Negara yang dapat meningkatkan ekonomi
rakyat, seperti pada masa Fir’aun.
3) Kekuasaan raja sangat absolut, sehingga perlu dibatasi oleh undang-
undang Syariat yang yang dipimpin oleh majelis syura (ulama).
4) Jika ingin maju, umat Islam harus menguasai bahasa Arab dan bahasa
asing lainnya. Bahasa Arab sendiri berfungsi sebagai alat untuk
memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits, sedangkan bahasa asing berfungsi
untuk menerjemahkan dan memahami ilmu dan peradaban Barat.
5) Ulama Islam harus paham ilmu-ilmu pengetahuan modern.
6) Umat Islam tidak boleh pasrah dengan keadaan (fatalis)
14
Quddus, Islam modernis : sejarah, ide & pembaharuan di dunia Islam.
c) Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin Al Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan
meninggal di Istanbul pada tahun 1897.15 Namun, beberapa sumber
mengatakan bahwa Jamaluddin Al Afghani lahir di Iran. Masyarakat Iran
menyebut Al Afghani sebagai pemikir pejuang muslim modernis dengan
sebutan Al Asadabi, bukan Al Afghani. Beberapa bukti yang menyatakan
bahwa Jamaluddin Al Afghani berasal dari Iran lebih kuat daripada bukti
yang menyatakan ia berasal dari Afghanistan. Menurut keluarganya di Iran,
Jamaluddin menisbatkan namanya dengan Afghan untuk kepentingan besar,
yaitu agar dia dapat menarik perhatian kaum Sunni.
Di Mesir al-Afghani dapat mempengaruhi massa intelektual dengan
pemikiran-pemikiran barat, yaitu mengenai ide trias politika melalui
terjemahan bahasa Arab yang berasal dari bahasa Prancis yang dilakukan
oleh At-Tahtawy. Ia juga berhasil membentuk Partai Nasional (al-Hizbu al-
Watani). Pada tahun 1869 ia berkunjung ke Mesir dan di sana ia memulai
memunculkan pemikiran pembaharuan. Adapun beberapa pemikiran dan
pembaharuan yang dilakukan oleh Al Afghani ialah:
1) Kritik terhadap Teologi dan Tasawuf
Al Afghani berpendapat bahwa iman kepada takdir merupakan salah
satu elemen dasar dalam teologi yang tidak perlu ditinggalkan, namun harus
dipahami dengan pemahaman yang benar sehingga dapat memberikan
dorongan positif untuk mencapai kebahagiaan kehidupan manusia baik di
dunia maupun akhirat. Pemikiran kalam modern al-Afghani menyorot dan
merekonstruksikan pada pemahaman qadha dan qadar (takdir) yang
fatalistis dan statis menjadi pemahaman yang dinamis dan bersemangat
modernis.
2) Pan Islamisme
Pan Islamisme merupakan latar belakang pemikiran politik Al
Afghani yang dijelaskan dalam majalah Al-‘Urwah al-Wutsqa. Di samping
itu Pan Islamisme merupakan dasar dari pengalaman Al Afghani, pemikiran
15
Ali Mufodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke-2, 155.
dan gerakannya. Terdapat dua substansi pada Pan Islamisme, yaitu wihdah
al-islamiyah dan al-wihdah al-siyadah.
3) Nasionalisme dan Sistem Pemerintahan
Selain Pan-Islamisme, Al-Afghani juga mengajukan konsep negara
republik yang demokratis dan meninggalkan sistem lama yang bersifat
otokratis. Dengan menggunakan konsep musyawarah dan kebebasan dalam
mengeluarkan pendapat.16 Pemerintahan absolut dan otokrasi adalah
pemerintahan yang tidak ada kebebasan dalam berpendapat. Kebebasan
untuk berpendapat hanya diberikan kepada raja atau kepala negara saja.
Dengan demikian, corak pemerintahan absolut dan otokrasi harus diganti
dengan corak pemeritahan demokrasi. Hal ini ditujukan untuk menjunjung
tinggi hak-hak individu dalam berpendapat.
d) Muhammad Abduh
Muhammad Abduh merupakan salah satu tokoh pembaharu
terkemuka dalam fiqh Islam di zaman modern. Ia lahir pada tahun 1266
H/1849 M di Desa Mahallat Nasr, provinsi Al-Buhairah Mesir dan wafat di
kota Iskandariyah (Alexandria) tahun 1322 H/ 1905 M.17 Usia tujuh tahun
Abduh mulai menghafalkan al-Quran dan ia mampu menghafalnya dalam
beberapa tahun kemudian. Atas saran dari pamannya ia didorong untuk
melanjutkan studinya ke al-Azhar. Setelah menyelesaikan studinya di Al
Azhar ia mulai mengajar, pertama di al-Azhar. Kemudian di Dar al-Ulum
dan ia juga mengajar di rumahnya sendiri. Buku-buku yang diajarkannya
adalah buku akhlak karangan Ibnu Miskawaih, Mukaddimah Ibnu Khaldun
dan Sejarah Kebudayaan Eropa karya Guizot. Posisinya sebagai ulama yang
dipandang, mendorong Mohammad Abduh untuk mewakafkan sisa
umurnya demi melakukan reformasi pemikiran Islam dan kegiatan amal.
Berikut ini merupakan beberapa pemikiran dan pembaharuan
Mohammad Abduh.
1) Pintu Ijtihad Terbuka
16
Quddus, Islam modernis : sejarah, ide & pembaharuan di dunia Islam.
17
Mohammad Khozin, “Muhammad Abduh dan Pemikiran-Pemikirannya,” SASTRANESIA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3, no. 3 (2018),
https://doi.org/10.32682/sastranesia.v3i3.850.
Mohammad Abduh meyakini bahwa untuk melawan kebekuan
berpikir dan pola pikir yang condong kebarat-baratan serta taqlid buta
adalah dengan kembali kepada ajaran murni Islam. Mohammad Abduh
menolak adanya kepercayaan bahwa pintu ijtihad telah ditutup. Beliau
mencetuskan pemikiran untuk membuka pintu ijtihad serta pengembangan
pemikiran dan penelitian Islam. Beliau meyakini bahwa ijtihad harus
dilakukan oleh mereka yang memang layak untuk berfatwa. Menurut Abduh
ijtihad merupakan jalan terbaik untuk memecahkan kebekuan pemikiran
umat.
2) Bidang Politik
Dalam bidang politik, Muhammad Abduh berpandangan bahwa
Islam tidak menetapkan suatu bentuk pemerintahan. Muhammad Abduh
berpendirian bahwa pemerintahan itu tidak berdasarkan agama, tetapi
pemerintahan harus memiliki tugas keagamaan untuk memelihara nilai-nilai
dan prinsip-prinsip Islam pada umumnya. Bagi Abduh, kekuasaan politik
tidak hanya mengurus dunia, akan tetapi juga harus melaksanakan prinsip-
prinsip Islam.
3) Bidang Pendidikan
Muhammad Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak
hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma
ilmu kalam untuk membela Islam saja, tetapi juga mempelajari sains-sains
modern, serta sejarah dan agama Eropa. Hal ini bertujuan agar dapat
diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah mereka capai. Pembaharuan
lainnya dalam pendidikan ini yaitu dalam segi metodologi. Pada segi
metodologi ini, Muhammad Abduh juga menghidupkan metode munazarah
(discussion). Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muhammad
Abduh pada Universitas Al-Azhar. Adapun beberapa pembaharuan yang
dilakukan Muhammad Abduh untuk kemajuan Al-Azhar ialah:
- Mendirikan Dewan Administrasi Al-Azhar.
- Memperbaiki kondisi perpustakaan yang sangat menyedihkan.
- Menambahkan beberapa mata pelajaran berhitung seperti aljabar,
sejarah Islam, bahasa dan sastra, prinsip-prinsip geometri dan geografi ke
dalam kurikulum al-Azhar. Dan sebagainya.
18
Maulana Yusuf, “DUNIA ISLAM ABAD 19: Penetrasi Kolonial Barat,” AL-RISALAH 11 (2011.): 121,
diakses 17 Februari 2023.
19
Verlina Suzani, “PEMBAHARUAN ISLAM DI MESIR,” Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017.
menjadikan sebagian masyarakat Mesir merasa tak terjajah. Mereka
menjadikan adanya fasilitas dengan kebebasan memakainya sebagai
alasan utama. Selain itu pengaruh dan Invasi Napoleon ini sangat berarti,
sebab darinya timbul pola pendidikan dan pengajaran Barat yang sedikit
demi sedikit mengubah persepsi pola pemikiran umat Islam pada
umunnya dan masyarakat Mesir khususnya.20
20
Ibid.
21
Ibid.
22
PHILIP K. HITTI, HISTORY OF THE ARABS, 954.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
celah dan kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Maka dari itu alangkah baiknya para pembaca juga mengkaji
lebih jauh lagi mengenai modernisme di Mesir. Selain itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Abdul Quddus. M. A. ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan
di Dunia Islam. Disunting oleh Dr. Syamsul Arifin. M.Ag. Cetakan 1. Mataram:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, 2019.
Dr. Badri Yatim, M. A. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. 1 ed. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2003. http://www.rajawalipers.com.
Maulana Yusuf. “DUNIA ISLAM ABAD 19: Penetrasi Kolonial Barat.” AL-RISALAH
11 (2011). Diakses 17 Februari 2023.
PHILIP K. HITTI. HISTORY OF THE ARABS Rujukan Induk Paling otoritatif tentang
Sejarah peradaban Islam. Diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi. Revisi ke-10. Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA, 2013.