Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PENGARUH PERANCIS TERHADAP MODERNISME MESIR”

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Historiografi

Dosen Pengampu : Fatiyah, M. A.

Disusun Oleh :

Dwi Nur Fadlila ( 21101020067 )

Firza Ahmad Maulana ( 21101020071 )

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2023
Kata Pengantar

Puji syukur atas ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“ Pengaruh Perancis Terhadap Modernisme Mesir “

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada semua pihak, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah Sejarah Umat
Islam Masa Modern serta rekan-rekan penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari
materi ataupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Bantul
17 Februari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode modern dalam sejarah Islam dimulai dari tahun 1800 M dan
berlangsung hingga kini. Pada awal periode ini dunia Islam secara politis berada
di bawah kendali Kolonialisme. Pada pertengahan abad 20 M barulah dunia
Islam bangkit untuk memerdekakan tanah airnya dari penjajahan Barat.1

Banyak daerah atau wilayah yang menjadi sasaran para penjajah yang
mana wilayah tersebut dinilai strategis dalam segala aspek. Mesir adalah salah
satu dari sekian wilayah yang tak luput dari jangkauan Kolonialisme.
Penaklukkan Mesir terjadi setelah India di taklukkan oleh Inggris. Tertanamnya
pengaruh Inggris di India menyebabkan Perancis merasa perlu memutuskan
hubungan komunikasi Inggris dan India.2 Posisi Mesir yang saat itu menjadi
gerbang ke India menjadi alasan utama takluknya Mesir oleh Perancis pada
tahun 1798 M.

Ekspedisi ke Mesir ini dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Ia mendarat


di Alexandria pada 2 Juni 1798 M dan berhasil menaklukkan Mamluk serta
menduduki Kairo pada 22 Juli 1798 M.3 Kedatangan Napoleon ke Mesir ini
menjadi satu peristiwa yang penting sekaligus menjadi tanda terbitnya zaman
baru dalam segala aspek.4 Sambil membawa perlengkapan dan mesin cetak
berbahasa Arab rampasan dari Vatikan ke Kairo, Napoleon menjadi pemantik
kemodernan Mesir.

1
Dr. Badri Yatim, M. A., Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, 1 ed. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2003), 173, http://www.rajawalipers.com.
2
Ibid., 181.
3
Dr. Abdul Quddus. MA, ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan di Dunia Islam, ed.
oleh Dr. Syamsul Arifin. M.Ag, Cetakan 1 (Mataram: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram,
2019), 17.
4
PHILIP K. HITTI, HISTORY OF THE ARABS Rujukan Induk Paling otoritatif tentang Sejarah peradaban
Islam, trans. oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, Revisi ke-10 (Jakarta: PT SERAMBI
ILMU SEMESTA, 2013), 954.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Dampak Penjajahan Perancis Terhadap Modernisme Mesir?
2. Bagaimana Ide Dan Corak Modernisme Mesir?
3. Bagaimana Hubungan Modernisme Mesir dengan Kolonialisme?

C. Tujuan
1. Mengetahui Dampak Penjajahan Perancis Terhadap Modernisme Mesir.
2. Mengetahui Ide Dan Corak Modernisme Mesir.
3. Mengetahui Hubungan Modernisme Mesir dengan Kolonialisme.
BAB II
PENGARUH PERANCIS TERHADAP
MODERNISME MESIR

A. Dampak Penjajahan Perancis Terhadap Modernisme Mesir

Mesir secara geografis merupakan salah satu wilayah di Afrika, tetapi


jika di tinjau dari sisi sejarah dan budaya maka Mesir erat kaitannya dengan
Asia Barat. Mulai dari tahu 640 M ketika Khalifah Umar bin Khattab
memerintah Mesir telah menjadi wilayah Islam. Mesir ditaklukkan oleh
pasukan Amr bin Ash yang kemudian ia dijadikan Gubernur Mesir oleh
Khalifah Umar.5

Mesir merupakan salah satu pusat peradaban Islam yang pernah


dikuasai oleh berbagi dinasti Islam. Pada zaman Dinasti Abbasiyah, Mesir
dikuasai oleh dinasti-dinasti kecil seperti Dinasti Fatimiyah yang terkenal
dengan peninggalannya yakni Al-Azhar, Dinasti Ayyubiyah, Dinasti
Mamluk hingga di taklukkan oleh Turki Usmani dan Napoleon dari
Perancis.6

Napoleon datang ke Mesir pada tanggal 2 Juni 1798 M dan mendarat


di Iskandariyah (Alexandria) dan dapat menaklukkannya sehari setelah
kedatangannya. Napoleon juga telah menaklukkan kota Rasyid setelah
sembilan hari kedatangannya atau pada tanggal 11 Juni 1798 M. Pada
tanggal 21 Juli 1798 Napoleon dan tentaranya telah sampai di daerah
Piramida dekat Kairo dan pada tanggal 22 Juli 1798 M Kairo dapat di
taklukkan oleh Napoleon.

Kedatangan Napoleon Bonaparte ke Mesir menjadi sebuah peristiwa


yang penting sekaligus menjadi tanda terbitnya zaman baru Mesir. Napoleon
datang dengan membawa satu buah mesin cetak berbahasa Arab yang ia

5
Dr. Abdul Quddus. MA, ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan di Dunia Islam, 17.
6
Ibid.
rampas dari Vatikan. Mesin cetak ini menjadi yang pertama dikenal di
seluruh lembah Sungai Nil.7

Selain mesin cetak ekspedisi Napoleon ke Mesir tidak hanya


membawa tentara tetapi juga membawa 500 wanita dan 500 warga sipil (167
di antaranya merupakan ahli dalam berbagai bidang pengetahuan). Lebih
jauh lagi Napoleon memperkuat Invasinya dengan mendirikan academie
literaire (akademi sastra) yang dilengkapi dengan perpustakaan.8 Adanya
akademi ini menjadi wadah masyarakat Mesir untuk menambah wawasan
mereka mengenai ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan modern.

Masuknya Napoleon ke Mesir membawa ide-ide baru yang


berpengaruh, sehingga dapat mengubah pola pikir masyarakat Mesir kala itu.
Adapun ide-ide baru tersebut antara lain : Pemerintahan republik, persamaan
(egaliter), dan kebangsaan (nation).9 Ide-ide baru Napoleon ini menjadi
pemantik pembaharuan Mesir yang pertama kali di lakukan oleh Muhammad
Ali Pasha yang memimpin Mesir pasca Pasukan Perancis meninggalkan
Mesir pada 31 Agustus 1801 M.

B. Ide dan Corak Modernisme Mesir


Mesir mengalami pembaharuan pada abad ke 19 yang mengantarkan
Mesir pada kemajuan Barat beserta sistem ekonominya.10 Bidang
pendidikan dijadikan sebagai perhatian yang utama karena adanya
pengiriman para pelajar Mesir ke Eropa dan adanya penerjemahan literatur
modern ke dalam bahasa Arab. Selain itu, ekonomi Mesir ada kaitannya
dengan ekonomi di Eropa karena orientasi ekspor dan pembiayaan
pembangunan.
Terdapat beberapa keberhasilan yang telah dicapai oleh orang sipil
Perancis di Mesir, di antaranya yaitu:
 Pembuatan saluran air di lembah Sungai Nil sehingga
mengakibatkan pertanian menjadi berlipat ganda.
7
PHILIP K. HITTI, HISTORY OF THE ARABS, 954.
8
Ibid.
9
Dr. Abdul Quddus. MA, ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan di Dunia Islam, 18.
10
Maulana Yusuf, “Dunia Islam Abad 19: Penetrasi Kolonial Barat,” Al-Risalah: Forum Kajian Hukum
dan Sosial Kemasyarakatan 11, no. 01 (2018): 110–24, https://doi.org/10.30631/al-risalah.v11i01.478.
 Pada bidang sejarah, telah ditemukan batu berukir yang dikenal
dengan Rossetta Stone.
 Pada bidang pemerintahan, merambahnya ide sistem
pemerintahan dimana kepala negara harus tunduk pada perundang-undangan
dan dipilih dalam waktu tertentu.11

Pernyataan di atas telah menyadarkan para pemikir-pemikir Islam


untuk melakukan perubahan, meninggalkan keterbelakangan dan menuju
modernisasi dalam berbagai bidang. Adapun beberapa tokoh pembaharuan
Islam di Mesir, yaitu sebagai berikut:

a) Muhammad Ali Pasya


Muhammad Ali Pasya merupakan seorang keturunan Turki yang
lahir di Kawalla, Yunani, pada tahun 1765 M dan meninggal di Mesir pada
tahun 1849 M. Muhammad Ali Pasya tidak sempat untuk mengenyam
pendidikan, sehingga ia terkenal sebagai pemuda yang tidak bisa menulis
dan membaca.12 Namun, ia merupakan orang yang genius, cerdas dan
pemberani. Hal tersebut dapat dilihat dari kariernya dalam berbagai bidang
yang selalu sukses.
Ketika dewasa, Muhammad Ali Pasya bekerja sebagai pemungut
pajak dan menjadi menantu Gubernur karena Muhammad Ali Pasya rajin
dalam bekerja. Setelah menikah ia diterima menjadi anggota militer, karena
keberanian dan ia juga cakap dalam menjalankan tugas, ia diangkat menjadi
Perwira. Pada waktu penyerangan Napoleon ke Mesir, Sultan Turki
mengirim bantuan tentara ke Mesir, di antaranya adalah Muhammad Ali
Pasya, bahkan dia ikut bertempur melawan Napoleon pada tahun 1801.13
Muhammad Ali Pasya adalah seorang pembaharu dalam Islam pada
abad 19 hingga abad 20 M, ia juga orang yang pertama kali meletakkan
landasan kebangkitan modern di Mesir. Dalam memajukan wilayah Mesir,
Muhammad Ali Pasya melakukan pembenahan pada bidang ekonomi dan
militer. Selain itu, Muhammad Ali Pasya melakukan program pengiriman
11
Verlina Suzani, “Pembaharuan Islam Di Mesir,” E-Journal, 2017, 2–20.
12
Abdul Quddus, Islam modernis : sejarah, ide & pembaharuan di dunia Islam, 2019.
13
Drs. H.M. Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam, Jakarta, hlm. 69.
mahasiswa-mahasiswa Mesir ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria untuk
mempelajari berbagai bidang kajian modern.

Adapun beberapa pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad


Ali Pasya ialah:

1) Bidang Militer
Dalam bidang militer, Ali Pasya mengundang para ahli militer barat
untuk melatih angkatan bersenjata di Mesir dan mengirim beberapa tentara
ke Eropa untuk belajar ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 Mesir pertama
kalinya membangun Sekolah Militer dengan mendatangkan sebagian
instrukturnya dari Eropa. Selain itu, Ali Pasya juga mengimpor beberapa
persenjataan buatan Eropa.
2) Bidang Ekonomi dan Sosial
Adanya pembaharuan bidang militer seharusnya ada kekuatan
ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan di bidang militer dan
bidang-bidang yang berkaitan dengan militer. Salah satu perkembangan
ekonomi yang terjadi di Mesir ialah adanya ekspor kapas ke negara Eropa.
Kegiatan ekspor tersebut sangat menguntungkan bagi Mesir karena adanya
angsuran terhadap para petugas administrasi yang dijadikan sebagai salah
satu titik keuntungan Mesir itu sendiri. Untuk mengembangkan
perekonomian Mesir, Ali Pasya membangun sistem irigasi, sehingga hasil
pertanian menjadi lebih baik. Mesir merupakan negara pertanian. Dengan
demikian, Ali Pasya mendatangkan para ahli pertanian dari Eropa untuk
memimpin pertanian agar pertanian di Mesir lebih berkembang.
Dalam tatanan sosial, Ali Pasya mengubah peraturan administrasi
bagi penduduk desa dan kota dengan sistem yang modern. Ali Pasya juga
berhasil membangun Rumah Sakit sekaligus mendatangkan beberapa dokter
spesialis.
3) Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, ia membentuk kementerian pendidikan,
mendirikan sekitar 19 sekolah dari tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Ia
juga berhasil mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis, Inggris, dan
Austria untuk belajar ilmu-ilmu modern. Selain itu ia juga telah melakukan
perubahan dalam bidang kurikulum dengan memasukkan ilmu-ilmu
modern.14
b) Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi merupakan salah satu pembawa
pemikiran pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama
dari abad ke 19. Dalam pembaharuan Ali Pasya, ia turut memainkan
peranan. Al Tahtawi lahir di Thahtha pada tahun 1801 M dan meninggal di
Kairo pada 1873 M. Al Tahtawi adalah orang yang pintar, sehingga dengan
kepintarannya tersebut ia diutus Ali ke Paris untuk mendalami bahasa asing
dan mempertajam keagamaan dengan mengkaji berbagai macam teks
modern. Al Tahtawi sangat berjasa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
di Mesir karena ia telah berhasil menguasai berbagai bahasa asing. Selain itu
ia juga berhasil membangun sekolah penerjemah dan menjadikan bahasa
asing tertentu sebagai mata pelajaran wajib di sekolah tersebut.
Adapun beberapa pemikiran dan pembaharuan Rifa’ah Badawi Rafi’
Al-Tahtawi, ialah sebagai berikut:
1) Jika ilmu pengetahuan umat Islam ingin lebih maju, maka mereka harus
belajar ilmu pengetahuan seperti di Eropa.
2) Negara yang baik adalah Negara yang dapat meningkatkan ekonomi
rakyat, seperti pada masa Fir’aun.
3) Kekuasaan raja sangat absolut, sehingga perlu dibatasi oleh undang-
undang Syariat yang yang dipimpin oleh majelis syura (ulama).
4) Jika ingin maju, umat Islam harus menguasai bahasa Arab dan bahasa
asing lainnya. Bahasa Arab sendiri berfungsi sebagai alat untuk
memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits, sedangkan bahasa asing berfungsi
untuk menerjemahkan dan memahami ilmu dan peradaban Barat.
5) Ulama Islam harus paham ilmu-ilmu pengetahuan modern.
6) Umat Islam tidak boleh pasrah dengan keadaan (fatalis)

14
Quddus, Islam modernis : sejarah, ide & pembaharuan di dunia Islam.
c) Jamaluddin Al-Afghani
Jamaluddin Al Afghani lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan
meninggal di Istanbul pada tahun 1897.15 Namun, beberapa sumber
mengatakan bahwa Jamaluddin Al Afghani lahir di Iran. Masyarakat Iran
menyebut Al Afghani sebagai pemikir pejuang muslim modernis dengan
sebutan Al Asadabi, bukan Al Afghani. Beberapa bukti yang menyatakan
bahwa Jamaluddin Al Afghani berasal dari Iran lebih kuat daripada bukti
yang menyatakan ia berasal dari Afghanistan. Menurut keluarganya di Iran,
Jamaluddin menisbatkan namanya dengan Afghan untuk kepentingan besar,
yaitu agar dia dapat menarik perhatian kaum Sunni.
Di Mesir al-Afghani dapat mempengaruhi massa intelektual dengan
pemikiran-pemikiran barat, yaitu mengenai ide trias politika melalui
terjemahan bahasa Arab yang berasal dari bahasa Prancis yang dilakukan
oleh At-Tahtawy. Ia juga berhasil membentuk Partai Nasional (al-Hizbu al-
Watani). Pada tahun 1869 ia berkunjung ke Mesir dan di sana ia memulai
memunculkan pemikiran pembaharuan. Adapun beberapa pemikiran dan
pembaharuan yang dilakukan oleh Al Afghani ialah:
1) Kritik terhadap Teologi dan Tasawuf
Al Afghani berpendapat bahwa iman kepada takdir merupakan salah
satu elemen dasar dalam teologi yang tidak perlu ditinggalkan, namun harus
dipahami dengan pemahaman yang benar sehingga dapat memberikan
dorongan positif untuk mencapai kebahagiaan kehidupan manusia baik di
dunia maupun akhirat. Pemikiran kalam modern al-Afghani menyorot dan
merekonstruksikan pada pemahaman qadha dan qadar (takdir) yang
fatalistis dan statis menjadi pemahaman yang dinamis dan bersemangat
modernis.
2) Pan Islamisme
Pan Islamisme merupakan latar belakang pemikiran politik Al
Afghani yang dijelaskan dalam majalah Al-‘Urwah al-Wutsqa. Di samping
itu Pan Islamisme merupakan dasar dari pengalaman Al Afghani, pemikiran

15
Ali Mufodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke-2, 155.
dan gerakannya. Terdapat dua substansi pada Pan Islamisme, yaitu wihdah
al-islamiyah dan al-wihdah al-siyadah.
3) Nasionalisme dan Sistem Pemerintahan
Selain Pan-Islamisme, Al-Afghani juga mengajukan konsep negara
republik yang demokratis dan meninggalkan sistem lama yang bersifat
otokratis. Dengan menggunakan konsep musyawarah dan kebebasan dalam
mengeluarkan pendapat.16 Pemerintahan absolut dan otokrasi adalah
pemerintahan yang tidak ada kebebasan dalam berpendapat. Kebebasan
untuk berpendapat hanya diberikan kepada raja atau kepala negara saja.
Dengan demikian, corak pemerintahan absolut dan otokrasi harus diganti
dengan corak pemeritahan demokrasi. Hal ini ditujukan untuk menjunjung
tinggi hak-hak individu dalam berpendapat.

d) Muhammad Abduh
Muhammad Abduh merupakan salah satu tokoh pembaharu
terkemuka dalam fiqh Islam di zaman modern. Ia lahir pada tahun 1266
H/1849 M di Desa Mahallat Nasr, provinsi Al-Buhairah Mesir dan wafat di
kota Iskandariyah (Alexandria) tahun 1322 H/ 1905 M.17 Usia tujuh tahun
Abduh mulai menghafalkan al-Quran dan ia mampu menghafalnya dalam
beberapa tahun kemudian. Atas saran dari pamannya ia didorong untuk
melanjutkan studinya ke al-Azhar. Setelah menyelesaikan studinya di Al
Azhar ia mulai mengajar, pertama di al-Azhar. Kemudian di Dar al-Ulum
dan ia juga mengajar di rumahnya sendiri. Buku-buku yang diajarkannya
adalah buku akhlak karangan Ibnu Miskawaih, Mukaddimah Ibnu Khaldun
dan Sejarah Kebudayaan Eropa karya Guizot. Posisinya sebagai ulama yang
dipandang, mendorong Mohammad Abduh untuk mewakafkan sisa
umurnya demi melakukan reformasi pemikiran Islam dan kegiatan amal.
Berikut ini merupakan beberapa pemikiran dan pembaharuan
Mohammad Abduh.
1) Pintu Ijtihad Terbuka
16
Quddus, Islam modernis : sejarah, ide & pembaharuan di dunia Islam.
17
Mohammad Khozin, “Muhammad Abduh dan Pemikiran-Pemikirannya,” SASTRANESIA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3, no. 3 (2018),
https://doi.org/10.32682/sastranesia.v3i3.850.
Mohammad Abduh meyakini bahwa untuk melawan kebekuan
berpikir dan pola pikir yang condong kebarat-baratan serta taqlid buta
adalah dengan kembali kepada ajaran murni Islam. Mohammad Abduh
menolak adanya kepercayaan bahwa pintu ijtihad telah ditutup. Beliau
mencetuskan pemikiran untuk membuka pintu ijtihad serta pengembangan
pemikiran dan penelitian Islam. Beliau meyakini bahwa ijtihad harus
dilakukan oleh mereka yang memang layak untuk berfatwa. Menurut Abduh
ijtihad merupakan jalan terbaik untuk memecahkan kebekuan pemikiran
umat.
2) Bidang Politik
Dalam bidang politik, Muhammad Abduh berpandangan bahwa
Islam tidak menetapkan suatu bentuk pemerintahan. Muhammad Abduh
berpendirian bahwa pemerintahan itu tidak berdasarkan agama, tetapi
pemerintahan harus memiliki tugas keagamaan untuk memelihara nilai-nilai
dan prinsip-prinsip Islam pada umumnya. Bagi Abduh, kekuasaan politik
tidak hanya mengurus dunia, akan tetapi juga harus melaksanakan prinsip-
prinsip Islam.
3) Bidang Pendidikan
Muhammad Abduh menyatakan bahwa kewajiban belajar itu tidak
hanya mempelajari buku-buku klasik berbahasa Arab yang berisi dogma
ilmu kalam untuk membela Islam saja, tetapi juga mempelajari sains-sains
modern, serta sejarah dan agama Eropa. Hal ini bertujuan agar dapat
diketahui sebab-sebab kemajuan yang telah mereka capai. Pembaharuan
lainnya dalam pendidikan ini yaitu dalam segi metodologi. Pada segi
metodologi ini, Muhammad Abduh juga menghidupkan metode munazarah
(discussion). Reformasi pendidikan tinggi Islam difokuskan Muhammad
Abduh pada Universitas Al-Azhar. Adapun beberapa pembaharuan yang
dilakukan Muhammad Abduh untuk kemajuan Al-Azhar ialah:
- Mendirikan Dewan Administrasi Al-Azhar.
- Memperbaiki kondisi perpustakaan yang sangat menyedihkan.
- Menambahkan beberapa mata pelajaran berhitung seperti aljabar,
sejarah Islam, bahasa dan sastra, prinsip-prinsip geometri dan geografi ke
dalam kurikulum al-Azhar. Dan sebagainya.

C. Hubungan Modernisme Mesir dengan Kolonialisme

Adanya Campur tangan Barat terhadap Dunia Islam tentunya


memiliki efek tersendiri, khususnya dalam bidang politik dan ekonomi.
Adanya disintegrasi politik, masuknya paham kapitalis, perdagangan
eksploratif yang mengeruk banyak sumber daya alam, dan merosotnya
industri lokal menjadi dampak Kolonialisme.18 Kendati demikian, ada
aspek‐aspek lain yang dapat dikatakan memberi keuntungan kepada
Islam, seperti terbukanya lapangan kerja bagi yang terpelajar dan terlatih,
adanya peluang menjalin perdagangan dengan Eropa, serta adanya
perkembangan komunikasi.

Harun Nasution menggambarkan ketika Kedatangan Napoleon ke


Mesir tidak hanya membawa tentara tetapi Napoleon membawa 500
wanita dan 500 warga sipil (167 di antaranya merupakan ahli dalam
berbagai bidang pengetahuan). Napoleon juga membawa dua set alat
percetakan dengan huruf Latin, Arab, dan Yunani dengan tujuan untuk
kepentingan ilmiah yang pada akhirnya dibentuk sebuah lembaga ilmiah
dinamai Institut D’Egypte. Institut ini mengajarkan ilmu pasti, ilmu
alam, ekonomi politik, dan sastra seni. Lembaga ini boleh dikunjungi
terutama oleh para ulama dengan harapan akan menambah pengetahuan
tentang Mesir dan mulailah terjadi kontak langsung dengan peradaban
Eropa yang baru bagi mereka.19

Di Mesir dampak dari kolonialisme Perancis sangat dapat


dirasakan. Pembangunan berbagai fasilitas oleh Napoleon kala itu

18
Maulana Yusuf, “DUNIA ISLAM ABAD 19: Penetrasi Kolonial Barat,” AL-RISALAH 11 (2011.): 121,
diakses 17 Februari 2023.
19
Verlina Suzani, “PEMBAHARUAN ISLAM DI MESIR,” Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017.
menjadikan sebagian masyarakat Mesir merasa tak terjajah. Mereka
menjadikan adanya fasilitas dengan kebebasan memakainya sebagai
alasan utama. Selain itu pengaruh dan Invasi Napoleon ini sangat berarti,
sebab darinya timbul pola pendidikan dan pengajaran Barat yang sedikit
demi sedikit mengubah persepsi pola pemikiran umat Islam pada
umunnya dan masyarakat Mesir khususnya.20

Menurut Philip K. Hitti, Napoleon Bonaparte mendarat di


Alexandria pada Juli 1798 M dengan tujuan menghukum kaum Mamluk
yang dituduh dalam pidato kedatangannya dalam bahasa Arab sebagai
muslim yang tidak baik, tidak seperti dirinya dan orang Prancis untuk
mengembalikan kekuasaan Porte. Tujuan utama Napoleon adalah
melancarkan serangan hebat kepada kerajaan Inggris dengan cara
memutus jalur komunikasinya dengan wilayah Timur (India), sehingga ia
memiliki daya tawar untuk menguasai dunia.21

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa modernisme di Mesir


merupakan dampak dari adanya Kolonialisme. Pengaruh dan ide-ide
baru Napoleon selaku penakluk menjadikan masyarakat Mesir dapat
merasakan pendidikan ala Barat beserta fasilitas-fasilitas yang di bawa
dari Eropa maupun yang di buat di Mesir. Persentuhan dengan Barat
yang terjadi secara mendadak ini menyentak perhatian masyarakat Mesir,
membangunkan mereka dari tidur panjangnya. Fenomena ini menyalakan
api intelektual yang membakar semangat Umat Islam.22

20
Ibid.
21
Ibid.
22
PHILIP K. HITTI, HISTORY OF THE ARABS, 954.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Invasi Napoleon atas Mesir dengan membawa ide-ide baru


menjadi alasan berubahnya pola pikir dan bangkitnya semangat
intelektual masyarakat Mesir. Ide mengenai pemerintahan republik dan
nasionalisme menjadi pemantik pembaharuan Mesir yang pertama kali di
lakukan oleh Muhammad Ali Pasha yang memimpin Mesir pasca
Pasukan Perancis meninggalkan Mesir pada 31 Agustus 1801 M.

Ide dan corak modernisme di Mesir sangat menonjol pada bidang


pendidikan karena dengan adanya pengiriman para pelajar Mesir ke
Eropa dan adanya penerjemahan literatur modern ke dalam bahasa Arab
diharapkan masyarakat menjadi lebih minat untuk belajar. Adapun Para
tokoh pembaharu di Mesir antara lain Muhammad Ali Pasha, Rifa’ah
Badawi Rafi’ al-Tahtawi, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad
Abduh.

Munculnya modernisme di Mesir ini merupakan dampak dari


kolonialisme yang dilakukan Perancis ke Mesir. Persentuhan masyarakat
Mesir dengan Barat menjadikan terbakarnya semangat intelektual
mereka. Hal itu di dukung dengan adanya fasilitas yang Napoleon bawa
serta fasilitas yang di bangun di Mesir.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
celah dan kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Maka dari itu alangkah baiknya para pembaca juga mengkaji
lebih jauh lagi mengenai modernisme di Mesir. Selain itu, kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Abdul Quddus. M. A. ISLAM MODERNIS Sejarah, Ide & Gerakan Pembaharuan
di Dunia Islam. Disunting oleh Dr. Syamsul Arifin. M.Ag. Cetakan 1. Mataram:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, 2019.

Dr. Badri Yatim, M. A. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. 1 ed. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2003. http://www.rajawalipers.com.

Khozin, Mohammad. “Muhammad Abduh dan Pemikiran-Pemikirannya.”


SASTRANESIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 3, no.
3 (2018). https://doi.org/10.32682/sastranesia.v3i3.850.

Maulana Yusuf. “DUNIA ISLAM ABAD 19: Penetrasi Kolonial Barat.” AL-RISALAH
11 (2011). Diakses 17 Februari 2023.

PHILIP K. HITTI. HISTORY OF THE ARABS Rujukan Induk Paling otoritatif tentang
Sejarah peradaban Islam. Diterjemahkan oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi. Revisi ke-10. Jakarta: PT SERAMBI ILMU SEMESTA, 2013.

Suzani, Verlina. “Pembaharuan Islam Di Mesir.” E-Journal, 2017, 2–20.

Verlina Suzani. “PEMBAHARUAN ISLAM DI MESIR.” Jurusan Aqidah dan Filsafat


Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017.

Anda mungkin juga menyukai