OLEH:
HADI SISWOYO
NIM: 3003163006
M. HANZALAH
NIM: 3003163004
DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. Dja’far Siddik, M.A
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 39.
2
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 28-33.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ramayulis, SejarahPendidikan Islam (Jakarta: KalamMulia, 2011), h. 53.
4
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 29.
2
3
5
Andik Wahyun Muqoyyidin, “Pembaruan Pendidikan Islam di Mesir,” dalam Hunafa:
Jurnal Hunafa, Vol. XXVIII No. 2 2013/1434.
6
M.Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada 2008), h. 67.
7
Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesi, h. 40.
4
8
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), h. 98.
9
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencaa Prenada Media, 2011), h. 112.
10
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 36.
5
2. Al Tahtawi (1801-1873 M)
a. Biografi Al Tahtawi
Al Tahtawi adalah pimpinan mahasiswa yang diutus Muhammad Ali
Pasya ke Perancis. Ketika beumur 16 tahun, ia belajar di Kairo selama lima
tahun. Kemudian mengajar di Al Ahzar selama dua tahun hingga pada tahun
1824 M diangkat menjadi imam tentara dan dua tahun setelahnya baru
dikirim ke Perancis. Selama di Perancis dia belajar bahasa Perancis dan
berhasil menerjemahkan dua belas buku. Di antaranya buku sejarah
Alexander Makedonia, buku pertambangan, adat-istiadat berbagai bangsa,
akhlak dan sebagainya.12
Setelah kembali ke Kairo, dia menjadi pengajar bahasa Perancis dan
penerjemah di Sekolah Kesehatan. Dua tahun setelahnya dipindah di
sekolah Artileri untuk memimpin menerjemahkan buku teknik dan
kemiliteran. Dia juga pernah menjabat kepala sekolah penerjemah.
Menerjemahkan Undang-undang Perancis dalam Bahasa Arab dan karya-
11
Ibid., h. 40.
12
Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 34-35.
6
3. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang sarjana, pendidik, mufti, ‘alim, teolog
dan tokoh pembaharu Islam terkemuka dari Mesir. Muhammad Abduh
memiliki nama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah. Ia
dilahirkan dari keluarga petani pada tahun 1849 M atau 1266 H, di suatu desa
di Mesir Hilir. Mengenai di desa mana ia dilahirkan masih belum diketahui
secara pasti. Sedangkan tahun 1849 M adalah tahun yang umum dipakai
sebagai tahun kelahirannya. Namun, ada yang mengatakan bahwa ia lahir
pada tahun sebelumnya yaitu 1848 M. Perbedaan pendapat tentang tempat,
tanggal dan tahun lahirnya disebabkan karena pada saat itu terjadi kekacauan di
akhir kepemimpinan Muhammad Ali (1805-1849 M).16
Beberapa pemikiran Muhammad Abduh dalam pembaharuan pendidikan
Islam yaitu sebagai berikut:17
a. Menentang dan menghilangkan dualisme dalam pendidikan.
Gagasan Abduh yang paling mendasar dalam sistem pendidikan adalah
bahwa ia sangat menentang sistem dualism, menurutnya dalam sekolah
sekolah umum harus diajarkan agama, sedangkan dalam sekolah-sekolah
agama harus diajarkan ilmu pengetahuan modern. Abdul Mu’in Hamadah
mengemukakan bahwa salah satu agenda pembaharuan pendidikan yang
dilakukan oleh Muhammad Abduh adalah perlunya perluasan dalam kajian
pengetahuan.
Atas usahaanya didirikanlah Majelis Pendidikan Tinggi. Muhammad
Abduh melihat adanya bahaya yang akan timbul dari sistem dualisme dalam
pendidikan. Sistem madrasah lama akan mengeluarkan ulama-ulama yang
ahli agama tetapi tak ada pengetahuannya tentang ilmu-ilmu modern,
15
Ibid., h. 48.
16
M. Quraish Shihab, Studi Kritis Tafsir Al-manar (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), h.
11.
17
Dudung Abdurrahman, Sejarah Pendidikan Islam (Jogjakarta: LESFI, 2004), h. 80.
8
20
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Islam, h. 50.
10
4. Rasyid Ridha
Rasyid Ridha sangat terkenal bersama dengan Abduh (gurunya)
menerbitkan majalah al-Manar yang kemudian menjadi sebuah tafsir modern
yang bernama Tafsir al-Manar.21
Dalam bidang pendidikan, Rasyid Ridha memandang bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi tidak bertentangan dengan Islam. Oleh karena itu,
peradaban Barat modern harus dipelajari oleh umat Islam. Hal ini relevan
dengan pendapat gurunya (Muhammad Abduh) bahwa ilmu pengetahuan yang
berkembang di Barat wajib dipelajari umat Islam untuk kemajuan mereka.
Beliau juga berpendapat bahwa mengambil ilmu pengetahuan Barat modern
sebenarnya mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki umat
Islam.22
Usaha yang dilakukan di bidang pendidikan adalah membangun sekolah
misi Islam dengan tujuan utama untuk mencetak kader-kader Muballig yang
tangguh, sebagai imbangan terhadap sekolah misionaris Kristen. Sekolah
tersebut didirikan pada tahun 1912 di Kairo dengan nama Madrasah al-
21
A. Munir dan Sudarsono, Aliran Modern dalam Islam (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994),
h. 163.
22
Ibid., h. 164.
11
23
Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, diterjemahkan oleh Pustaka Firdaus dengan judul
Seratus Tokoh Muslim Terkemuka (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 269.
24
Ibid., h. 270.
12
6. Ali Mubarak
Beliau dipandang sebagai pelopor pendidikan modern di Mesir, karena
mampu memadukan antara pendidikan yang berazaskan Islam dengan
pendidikan Barat yang diperolehnya ketika belajar di Prancis.25
Pemikirannya:
Ali Mubarak dipandang sebagai peletak dasar dari Laihah Rajab, semacam
rencana pendidikan yang terpadu bagi bangsa Mesir yang berdasarkan
kerakyatan dengan sasaran pengembangan lembaga pendidikan, penelitian
lembaga pendidikan di daerah dan penerbitan administrasi pendidikan yang
dipusatkan di kantor pemerintah daerah.26
Sebagai hasil dari Laihah Rajab itu, lembaga-lembaga pendidikan
berkembang dengan pesat, baik kualitas maupun kuantitas, tetapi keasliannya
tetap terpelihara. Pada perkembangan selanjutnya mendapat pengakuan yang
wajar dari pemerintah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
7. Thaha Husain
Beliau sangat berhasil dalam bidang pendidikan. Terbukti setelah selesai
di al-Azhar, kemudian ke Prancis untuk memperdalam ilmu pengetahuannya.
Dan sekembalinya di Mesir, beliau diangkat menjadi pejabat penting dalam
pemerintahan khususnya dalam urusan kementerian pendidikan.27
Pemikirannya:
Untuk meningkatkan intelektual umat Islam, beliau melihat bahwa
perguruan tinggi adalah sarana terbaik mencetak ilmuwan dan tenaga ahli yang
diharapkan melakukan perubahan-perubahan fundamental yang dapat
memajukan Mesir yang saat itu masih berada pada kondisi yang
memprihatinkan dan terkebelakang dalam berbagai bidang khususnya
pendidikan, di banding dengan Dunia Barat.
Menurut beliau, universitas tersebut mencerminkan intelektual,
keilmiahan, dan memiliki metode analisis modern. Kemerdekaan intelektual
25
Tim Penyusun Text Book Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Alauddin, Sejarah dan
Kebudayaan Islam (Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1993), h. 222.
26
Ibid., h. 223.
27
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Cet. III (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994), h. 137.
13
28
Ibid., h. 8.
14
29
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Islam, h. 50.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abad XIX, Mesir memasuki babak baru dalam lembaran sejarah Islam.
Era tersebut dikenal dengan masa pembaharuan. Hal ini dilatarbelakangi oleh
pendudukan Napoleon Bonaparte atas Mesir. Dari situlah diperkenalkan
peradaban dan teknologi Barat kepada rakyat Mesir. Akibat diperkenalkannya
berbagai bentuk peradaban baru yang modern, melahirkan tokoh-tokoh intelektual
pembaharuan di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan.
Tokoh-tokoh tersebut adalah Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi, Abduh,
Ridha, Jamaluddin, Ali Mubarak, dan Thaha Husain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994.
Munir, A dan Sudarsono, Aliran Modern dalam Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1994.
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencaa Prenada Media, 2011.
Suwendi. Sejarah dan Pemikiran Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Tim Penyusun Text Book Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Alauddin. Sejarah
dan Kebudayaan Islam. Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1993.
16