Anda di halaman 1dari 14

POLITI PENDIDIKAN ISLAM

ISLAM DAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

MHD. ARFANDI HSB

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe, M.A

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, taufik serta hidayahnya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Politik Pendidikan Islam
Shalawat beserta salam saya hadiahkan kepada nabi besar nabi Muhammad SAW
yang telah kita harapkan syafa’atnya diyaumil akhir nanti.
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang membawa mata kuliah Politik
Pendidikan islam, oleh bapak Dr. Sehat Sultoni Dalimunthe, M.A sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Islam Dan Negara Republik Indonesia.
Dan saya menyadari banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini, karena
kesempurnaan hanya milik Allah.

Padangsidimpuan, 28 Februari 2020


Penulis

MHD. ARFANDI HSB

2
A. Pendahuluan
Masalah politik termasuk salah satu bidang studi yang menarik perhatian
masyarakat pada umumnya. Hal ini antara lain disebabkan karena masalah politik selal
umempengaruhi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang tertib, aman, damai, sejahtera
lahir batin, dan seterusnya tidak bias dilepaskan dari system politik yang diterapka. Karena
demikian pentingnya masalah politik ini, telah banyak studi dan kajian yang dilakukan
para ahli terhadapnya. Demikian pula ajaran Islam sebagai ajaran yang mengatur
kehidupan manusia secara menyeluruh juga diyakini mengandung kajian masalah politik
dan kenegaraan.
Dalam hubungan ini, Ibn Khaldun berpendapat bahwa agama memperkokoh
kekuatan yang telah dipupuk oleh Negara dan solidaritas dan jumlah penduduk. Sebabnya
adalah karena semangat agama bias meredakan pertentangan dan irihati yang dirasakan
oleh satu anggota dari golongan itu terhadap anggota lainnya, dan menuntun mereka
kearah kebenaran.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, masalah politik dalam pandangan Islam yang
meliputi pengertiannya, sejarah perpolitikan dalam Islam, prinsip-prinsip dasar politik
Islam, dan ruang lingkup politik Islam. Supaya tidak ada lagi pemikiran-pemikiran yang
bersifat fanatic terhadap pemikiran barat yang mengatakan bahwa Islam adalah agama
yang hanya mengatasi urusan hamba dengan Tuhannya dan tidak mengatur masalah-
masalah sosial termasuk politik ini. Padahal, persoalan yang pertama-tama timbul dalam
Islam menurut sejarah bukanlah persoalan tentang keyakinan melainkan persoalan politik.
B. Pengertian Islam Dan Negara Republik Indonesia
1. Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja – ‫اسلم‬
‫ اسالما‬- ‫يسلم‬   yang secata etimologi mengandung makna arti : kedamaian, Kepatuhan, dan
penyeraha diri.1 Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian :
Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu
pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.2
2. Negara Republik Indonesia

1
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976, ). hlm.
48
2
Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, (Jakarta : Rajawali Prees, 1992), hlm. 84

3
Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan pancasila sebagai suatu
Negara kesatuan yang termuat dalam pembukaan UUD 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Ditegaskan kembali dalam pokok
pikiran pertama bahwa Negara Indonesia adalah Negara persatuan yang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945 pasal; 1 ayat 1 ditentukan bahwa Negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang berbentuk republic. Berdasarkan ketentuan pasal ini jelas bahwa bentuk
Negara Indonesia adalah Negara kesatuan, bentuk pemerintahan Indonesia adalah
republik. Hakikat Negara kesatuan adalah Negara yang merupakan suatu kesatuan dari
unsur yang membentuknya yaitu rakyat, suku bangsa, golongan, kebudayaan serta
agama.3
C.  Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Indonesia
Suatu kenyataan bahwa islam datang keindonesia dilakukan scara damai. Berbeda
dengan penyebatran islam di timur tengah yang dalam beberapa kasus. Disrtai dengan
pendudukan wilayah oleh militer muslim. Islam dalam batas tertentu  disebarkan oleh
pedagang, kemudin dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Oeh
kaena itu, wjar kalau terjadiperbedaan pendapat tentang kpan, dari mana, dan dimana
pertama kali islam datang kenusantara. Namun, secara garis besar perbedaan pendapat
itu dapat dbagi menjadi sebagai berikut :
1. Islam datang keindonesia pada abad ke- 13 M dari Gujarat (bukan dari arab langsung)
dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama islam pertama malik as-
Sholeh, raja pertama kerajaan samudra oleh, raja pertama kerajaan Samudra pasai
yang dikatakan berasal dari Gujarat.
2.  Islam datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( abad ke-7 sampai 8) langsung
dari arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat itetrnasional sudah
dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudah ada sejak abad ke-7 M) melalui selat
Malaka yang menghubungkan Dnasti Tang di Cina ( Asia Timur), Sriwijaya di Asia
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.4
3.  Sarjan Muslim kontemporer seperti Taufiq Abdullah mengkompromikan kedua
pendapat tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke
Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 Masehi, tetapi baru

3
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta : Paradigma) Hal: 141-145
4
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung:Al-Ma’arif, 1981),
hlm.358.

4
dianut oleh para pedagang Timur Tengah dipelabuhan-pelabuhan. Barulah islam
masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan
berdirinya kerajaan Samudra Pasai.5
Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam keindonesia
adalah melalui salura-saluran sebagai berikut:
1) Perdagangan, ang mempergunakan saran pelayaran.
2) Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama  parapedagang.
3) Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, Mubalig dengan anak
bangsawan Indonesia.
4) Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai
kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-
pusat pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas
penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama
Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon
pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi;
Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi
Sultan Banten pertama.6
5) Tasawuf dan Tarekat, sudah diterangkan pula bahwa bersamaan dengan pedagang,
datang pula para ulama, da’I, dan sufi pengembara. Kemudian mereka diangkat
menjadi penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. Seperti  di Aceh ada Syaikh
Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Nurudin ar-Raniri, Abd. Rauf Singkel.
Demikian pula kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasuhat yang mempunyai
gelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
6) Kesenian, saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di
Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, juga mempergunakan
banyak cabang seni untuk Islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian,
dan seni busana.
D. Islam Indonesia Dalam Masa Revolusi
Pada masa awal Jepang datang ke Indonesia, mereka anti Barat. Oleh karena itu,
mereka berusaha untuk merangkul Islam, terutama pemimpin-pemimpinya . Oleh Karena
itu, kelompok Islam, baik yang berasal Muhammadiyah maupun persantren,
dipersatukan, diikutsertakan dalam birokasi, dilatih dalam bidang politik. Pemuda-

5
Taufik Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia,  (Majelis Ulama Indonesia, 1991), hlm. 39.
6
Taufik Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam …., hlm.118

5
pemuda Islam, dan kiai-kiai dilibatkan dalam latihan militer, didirikan laskar Hisbullah,
Sabilillah. Sejumlah pemimpin tentara ketika perjuangan revolusi antara lain jenderal
sudirman dan Kasman Singodimejo adalah tokoh Islam yang dilatih Jepang.  
Pada akhir masa pendudukan Jepang , perhatian penguasa militer Jepang beralih
dari golongan Islam kegolongan nasionalis sekular. Sewaktu Jepang menjanjikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dan membentuk BPUPKI wakil golongan Islam
yang didudukkan dalam badan itu ternyata tidak proporsional. Dari 68 anggota badan itu
hanya 15 orang mewakili golongan Islam . Dalam panitia kecil yang terdiri dari 9 orang ,
4 orang mewakili aspirasi Islam, satu orang (A.A Maramis) adalah non-muslim, 4 orang
lagi golongan nasionalis sekular . Pada tanggal 22 juni 1945 berhasil menyetujui Piagam
Jakarta yang mencantumkan keharusan menjalankan syariat agama Islam bagi
pemeluknya dalam negara Indonesia yang merdeka nanti.
Tema penting dalam perdebatan BPUPKI adalah mengenai landasan ideologi
Indonesia merdeka , apakah negara Islam atau pemisahan antara agama dan negara
(sekular)? Wakil-wakil Islam yang menonjol seperti Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Ahmad
Sanusi, Wahid Hasyim, Abd. Kahar Muzakkir berpendapat bahwa Islam adalah agama
yang berkepentingan dengan masalah politik duniawi. Islam adalah din wa daulah. Islam
tidak membedakan masalah agama dari keduniaan , tidak memisahkan urusan akhirat dan
dunia. Oleh karena itu, negara Indonesia haruslah negara Islam. Namun tidak jelas apa
dan bagaimana rumusan negara Islam itu. Dalam Khazanah pemikiran Islam Indonesia
pada awal abad ke-20 pernah lahir gagasan Tjkroaminoto mengenai sosialisme Islam,
juga ada gagasan mengenai nasionalisme Islam, atau dasar-dasar demokrasi Islam dari
pemikir-pemikir Islam seperti A. Hassan, Nasir dan Agus Salim, tetapi pemikiran –
pemikiran itu kemudian tenggelam dalam kebisingan pertempuran revolusi. Bahkan, para
pemikir Islam menyatakan bahwa memanggul senjata melawan penjajah untuk membela
negara merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari agama. Sikap mereka itu
menentukan perjuangan masa revolusi. Baru nanti pada masa demokrasi parlementer
gagasan mengenai Islam sebagai ideologi dan dasar negara menghangat kembali.7
E. Peradaban Islam dan Negara Indonesia
Suasana sosial politik Indonesia pada tahun-tahun pertama kemerdekaan
memperlihatkan tidak adanya hambatan penting yang menghalangi hubungan politik
antara arus utama intelektual-aktivis Islam dan kelompok nasionalis. Perdebatan diantara

7
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT  Raja Grafindo persada, 2005 hlm
46-53

6
mereka mengenai corak hubungan antara Islam dan negara seperti terhenti. Paling tidak
untuk sementara kedua kelompok ini merupakan perbedaan teologis antara mereka
karena muncul kesadaran bahwa pada masa itu para pendiri republik harus
menumpahkan seluruh energi kemampuan untuk mempertahankan Republik Indonesia
yang baru berdiri dan mencegah Belanda masuk kembali (Abdullah, 1974 : 98). Hanya
saja saat itu benturan- benturan tidak dapat dihindarkan antar kelompok Islam dan
nasionalis. Tetapi tetap dilihat harmonis dengan cara para kelompok nasionalis tetap
memegang kemudi kepemimpinan, menyusul kemudian diserahkanya kekuasaan oleh
pihak Belanda kepada Republik Indonesia pada Desember 1949 M, dimana kelompok
Islam mulai menunjukkan potensi yang besar dalam percaturan politik nasional.
Melalui Masyumi, sebuah federasi organisasi Islam yang kemudian diubah
menjadi partai politik umat Islam pada 7 November 1945 M kelompok Islam berhasil
memobilisasi kekuatan politik cukup besar. Karena perkembangan demikian, pada awal
1946 M, Sultan Sjahrir ketua umum Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang tiga kali
menjabat sebagai perdana menteri semasa revolusi memprediksi bahwa jika pemilihan
umum diselenggarakan pada sekitar tahun-tahun itu, kemungkinan besar Masyumi yang
pada saat itu merupakan gabungan kalangan Muslim modernis seperti (Muhammadiyah,
dengan jumlah anggotanya yang terbesar diwilayah perkotaan) dan kalangan muslim
tradisionalis (seperti NU dengan jumlah anggotanya yang terbesar diwilayah pedesaan)
akan memperoleh kemenangan dengan meraih 80% suara.
Tidak ada perdebatan politik ideologis terbuka pada saat itu, hubungan politik
yang relatif harmonis antara kelompok Islam dan kelompok nasionalis harus benar-benar
tercipta. Perkembangan demikian terus berlangsung selama hampir 5 tahun politik
Indonesia pasca revolusi (antara 1950-1953 M). Ungkapan yang mencoba persoalkan
pancasila secara terang-terangan dari para pemimpin politik Islam juga jarang terjadi.
Bahkan Mohammad Natsir, ketua umum Partai Masyumi yang di masa-masa
sebelumnya kiat mengkampanyekan gagasan negara Islam , pada sekitar 1951 M
menyatakan bahwa karena dimasukkanya prinsip “Percaya kepada Tuhan” kedalam
pancasila, Indonesia tidak menyingkirkan agama dari masalah negara. Kenyataan ini
menunjukkan perkembangan hubungan politik antara Islam dan Negara pada dasarnya
relatif baik. Penerimaan pancasila sebagai ideologi negara tidak dianggap sebagai
perwujudan keinginan untuk memisahkan agama (Islam) dari negara. Bahkan dengan
dimasukkanya pernyataan monoteistik  “Ketuhanan Yang Maha Esa“ ke dalam dasar
negara, Indonesia sudah dipandang seolah-olah sebuah “Negara Islam“ . Hal ini

7
merupakan sebuah ilustrasi yang dapat menggambarkan sikap para pemimpin Muslim
tentang penerimaan mereka terhadap pancasila.
Hubungan politik yang Harmonis antara Islam dan Negara seolah-olah berakhir
dengan memanasnya situasi politik tanah air karena persiapan pemilu yang direcanakan
pada 1955 M. Perkembangan ini mengakibatkan kesepakatan ideologis yang dicapai
sehari setelah proklamasi pudar. Para tokoh politik kelompok Islam dan nasionalis
tampat menyadari bahwa langkah mereka mulai rentan. Karena alasan ini, para elit
politik negara terlibat dalam perdebatan ideologis-politik mengenai bentuk negara dan
kerangka konstitusionalnya. Dengan mengangkat kembali isu ideologi negara kedua
kelompok politik berlomba memperebutkan jumlah kursi di Majelis Konstituante, dan
dengan sendirinya mempertegas posisi politik masing-masing.8
Adapun yang mejadi peradaban islam di dalam Negara Indonesia adaalah sebagai
berikut :
1. Bidang Pendidikan
Dengan demikian salah satu target yang harus diusahakan semaksimal
mungkin adalah revitalisasi pelaksanaan pendidikan bagi umat Islam melalui cara-
cara yang sesuai dengan nilai-nilai dan motif ajaran Islam sehingga tidak salah arah
dengan pelaksanaan pendidikan dengan ala Barat. Sistem pendidikan Islam di
Indonesia merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional di Indonesia.
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 15 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003, mendeklarasikan bahwa pendidikan formal termasuk pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan magang, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesi (Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaanya, 1996).
Pendidikan Islam di Indonesia di berikan pada tiga sektor, yaitu non-formal,
informal, dan formal. Yang bersifat non-formal biasanya diberikan di masjid-masjid,
surau dan langgar.  Penekanan utama yang diberikan pada sektor ini adalah
pendidikan Al-Qur’an, tajwid dan ibadah seperti wudlu dan sholat. Pendidikan
informal, diberikan dirumah dengan menekankan kepada pengajaran individu,
khususnya dalam  belajar al-Qur’an sesuai dengan tingkatan pelajar. Sedangkan
sistem pendidikan formal diberikan di sekolah, madrasah dan pesantren. Bagi
lembaga-lembaga organisasi Islam yang mengelola lembaga pendidikan Islam yang

8
Machfud Syaefudin dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, Yogyakarta : Pustaka Ilmu,
2013, hlm. 301-303

8
mengelola lembaga pendidikan Islam, kecuali pesantren, mempergunakan kurikulum
pemerintah dalam lembaga pendidikan mereka, dengan memberi penekanan sedikit
pada pengajaran agama Islam. Jadi, dapat dikatakan bahwa madrasah dikategorikan
kedalam dua bentuk kurikulum, yaitu: madrasah yang menyediakan ilmu-ilmu umum
dan ilmu ilmu ke Islaman.
2. Bidang Politik
Sejak di tumpasnya peristiwa “G30 S/PKI” pada tanggal 30 Oktober 1965 M,
bangsa Indonesia telah memasuki fase baru yang di namakan Orde Baru. Orde Baru
bukan merupakan golongan tertentu, sebab Orde Baru bukan berupa penyelewengan
fisik. Perubahan Orde Lama (sebelum 30 September 1965) ke Orde Baru berlangsung
melalui kerja sama erat antara pihak ABRI atau tentara dan gerakan-gerakan pemuda
yang di sebut Angkatan 1966. Pada tahun 1966 M, mahasiswa mulai melakukan
demonstrasi memprotes segala macam penyalahgunaan kekuasaan, harga yang
meningkat dan korupsi yang merajalela. Protes itu berkembang dan berhulu protes
terhadap Soekarno. Akhirnya pada tahun itu Soekarno didesak untuk menandatangani
surat yang memerintahkan Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan guna
keselamatan dan stabilitas negara serta pemerintahan. Dekrit 5 Juli 1959, di samping
mengukuhkan kembali UUD 1945 dan pembubaran Majelis Konstituante, juga
menandai datangnya suatu sistem politik yang disebut Demokrasi Terpimpin. Dekrit
ini lahir atas dasar kekecewaan terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.
Selain proses tersebut, beberapa mahasiswa dikirim ke barat untuk
mempelajari Islam juga untuk ikut mewarnai kehidupan Islam di Indonesia. Hampir
semua pemikir Islam di Indonesia pernah belajar Islam di Barat dan disaat yang sama
juga pernah mengecap pendidikan islam di pesantren seperti di tegaskan rumadi
bahwa akhir tahun 80an, mulai ramai anak-anak NU yang belajar ke barat seiring
berbagai kebijakan pemerintah. Para pemuda muslim banyak yang belajar keluar
negeri.9
3. Bidang Budaya
Berkaitan dengan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia yang lain, juga
dapat terlihat  dari ciri dan corak bangunan masjid di Indonesia yang lain, juga dapat
terlihat dari ciri dan corak bangunan masjid di Indonesia yang juga mengalami
tumbuh kembang, baik terdiri dari masjid-masjid tua maupun yang baru, misalnya

9
Bustamam Ahmad Kamaruzzam, Wajah Baru Islam di Indonesia,  (Yogyakarta: UII Press, 2004), Cet. 1,
hlm. 139-142

9
masjid yang di bangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, pada umumnya 
hampir mirip dengan joglo yang berseni budaya Jawa. Perkembangan budaya Islam
yang terdapat pada masjid secara nyata dapat di tunjukkan yaitu adanya masjid-masjid
tua yang kemudian diperbaiki dengan ditambah konstruksi baru atau mengganti tiang-
tiang kayu dengan tiang batu dan atau beton, lantai batu dengan ubin dan dinding
sekat dengan tembok kayu. Misalnya, Masjid Agung Banten (bangunan menara dan
madrasah), masjid Menara Kudus  (bangunan bagian depan berwujud pintu gerbang
dan kubah dengan gaya arsitektur kayu Indonesia), Masjid Sumatera Barat
(pembangunan puncak tumbang dengan mahkota kubah) dan. Setelah bangsa
Indonesia meraih kemerdekaan juga banyak berdiri masjid-masjid model baru yaitu
masjid Raya Makassar (Ujung Pandang), masjid Syuhada (Yogyakarta), masjid
Agung al-Azhar (Jakarta), masjid Istiqlal (Jakarta), masjid Salman ITB (Bandung).
Peran pemerintah dalam perkembangan Islam pasca kemerdekaan:
a. Hari-hari besar sebagai hari nasional, seperti 1 Muharrom, Maulid Nabi, nuzulul
Quran, Isra’ Mi’raj, Idul Fitri dan Idul Adha.
b. Mendirikan departemen Agama RI pada 3 Januari 1945 M.10
Dalam struktur pemerintahan Republik Indonesia dibentuk Departemen Agama
(dulu namanya Kementrian Agama). Yang pertama kalinya didirikan pada masa
kabinet Syahrir untuk memberikan sebuah konsepsi kepada kaum Muslimin.Dapat
dikatakan bahwa berdirinya Departemen Agama merupakan penyesuaian pihak
pemerintah kala itu dengan keinginan mayoritas Muslim. Menteri agama pertama
adalah Muhammad Rasyidi yang diangkat pada tanggal 12 Maret 1946.11
c. Membentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI). MUI didirikan pada masa
pemerintahan Soekarno, berdiri pertama kali didaerah-daerah karena untuk
menjamin keamanan. Di Jawa Barat berdiri pada tanggal 12 Juli 1985. Pada
tanggal 8 September 1969, di Jakarta didirikan Pusat Dakwah Islam Indonesia
(PDII). Dan pada tanggal 26-29 November 1974 menyelenggarakan Loka Karya
Mubaligh se-Indonesia. Dalam tahun 1975 usaha-usaha dimulai untuk mendirikan
Majelis-majelis ulama di tiap ibu kota propinsi dibentuk, atau bagi yang masih
aktif diteruskan dalam rangka pembentukan majelis ulama yang baru. Sementara
itu, di Jakarta dibentuk panitia Musyawarah Nasional I Majelis Ulama seluruh
10
Machfud Syaefudin dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, Yogyakarta : Pustaka Ilmu,
2013, hlm. 303-310
11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyyah II, Jakarta: PT Rajagrafindo   Persada, 2003,
hlm. 306

10
Indonesia. Musyawarah itu sendiri dilangsungkan pada tanggal 21-27 Juni 1975,
dihadiri oleh wakil-wakil Majelis Ulama propinsi. Dalam periode pertama (1975-
1980) jabatan umum ketua Majelis Ulama Indonesia adalah Prof. Dr. Hamka
yang terpilih kembali untuk masa jabatan 1980-1985. Namun beliau
mengundurkan diri dari jabatannya pada bulan Mei 1981 karena persoalan
fatwa ‘’natal bersama.12
4. Bidang Ekonomi
Dari waktu ke waktu kondisi Bank Syariah Indonesia mengalami banyak
perubahan. Dan pada akhirnya memunculkan lembaga bisnis Syariah, yang
perkembangannya di Idonesia  sangat pesat. Dalam bidang akademik, beberapa
universitas terkemuka di Indonesia juga giat mengembangkan kajian akademik
tentang ekonomi syariah. Hal itu ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga
pendidikan yang menawarkan program pendidikan formal maupun pelatihan dalam
bidang Ekonomi Islam, Keuangan Islam dan Perbankan Syariah baik pada tingkat S1,
S2, maupun S3. Melihat kondisi di atas maka pertumbuhan dan perkembangan
Ekonomi Islam di Indonesia semakin lebih baik, terutama pada era reformasi
memberikan harapan dan menumbuhkan rasa optimisme  serta semangat untuk
mengembangkan Ekonomi  Islam di Indonesia.13
F. Kesimpulan
1. Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja ‫اسلم‬
‫ اسالما‬- ‫– يسلم‬   yang secata etimologi mengandung makna arti : kedamaian,
Kepatuhan, dan penyeraha diri.14 Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah
dengan pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari
uraian kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri
kepada Allah
Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan pancasila sebagai suatu
Negara kesatuan yang termuat dalam pembukaan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat
Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke
masa  sejak kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya
12
Ibid.., 320
13
Ibid.., 315
14
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976, ). hlm.
48

11
Kesultanan Kesultanan bahkan mencapai keemasannya terasa telah terjadinya dinamika
histories yang menggembirakan.. Di zaman Keemasan Kesultanan-Kesultanan di
Indonesia sebagaimana telah dicontohkan terutama abad ke-17 M. telah memberikan
warisan sejarah yang gemilang dalam berbagai aspek: Sosial- politik Sosial-ekonomi-
perdagangan,  Sosial –keagamaan dan kebudayaan, ternyata telah memberikan citra yang
dapat dibanggakan. Namun demikian setelah mulai dimasuki pengaruh baik politik,
ekonomi-perdagangan maupun system pemerintahan maka umat Islam mengalami
keresahan yang akibatnya muncul perlawanan atau pemberontakan melwan politik
penjajahan baik melalui gerakan politik mapun gerakan keagamaan dan gerakan
pendidikan. Namun upaya perjuangan masyarakat Musilm di bawah pimpinan para
ulama itu mengalami kegagalan akibat berbagai factor antara lain: perselisihan internal
yang kemudian dimasuki politik divide et empera, pemisahan persatuan antara ulama dan
umara, antara perjuangan dari satu daerah dengan daerah lainnya belum ada persatuan,
pendidikan masyarakat yang dengan sengaja oleh pokitik Belanda dibedakan terutama
menuju sekulerasmi dengan pengawasan ketat terhadap pendidikan non-pemerintah yang
berlandaskan keagamaan dsb.
Pada masa awal Jepang datang ke Indonesia, mereka anti Barat. Oleh karena
itu, mereka berusaha untuk merangkul Islam, terutama pemimpin-pemimpinya. Sejumlah
pemimpin tentara ketika perjuangan revolusi antara lain jenderal sudirman dan Kasman
Singodimejo adalah tokoh Islam yang dilatih Jepang. Sewaktu Jepang menjanjikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dan membentuk BPUPKI wakil golongan Islam
yang didudukkan dalam badan itu ternyata tidak proporsional. Dari 68 anggota badan itu
hanya 15 orang mewakili golongan Islam . Dalam panitia kecil yang terdiri dari 9 orang,
4 orang mewakili aspirasi Islam. Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Ahmad Sanusi, Wahid
Hasyim, Abd. Kahar Muzakkir berpendapat bahwa Islam adalah agama yang
berkepentingan dengan masalah politik duniawi. Islam adalah din wa daulah. Islam tidak
membedakan masalah agama dari keduniaan , tidak memisahkan urusan akhirat dan
dunia. Oleh karena itu, negara Indonesia haruslah negara Islam. Namun tidak jelas apa
dan bagaimana rumusan negara Islam itu. Para pemikir Islam menyatakan bahwa
memanggul senjata melawan penjajah untuk membela negara merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari agama. Sikap mereka itu menentukan perjuangan masa
revolusi.
Suasana sosial politik Indonesia pada tahun-tahun pertama kemerdekaan
memperlihatkan tidak adanya hambatan penting yang menghalangi hubungan

12
politik antara arus utama intelektual-aktivis Islam dan kelompok nasionalis. Hubungan
politik yang Harmonis antara Islam dan Negara seolah-olah berakhir dengan
memanasnya situasi politik tanah air karena persiapan pemilu yang direcanakan pada
1955 M. Peradaban Islam Indonesia Pasca Kemerdekaan menghasilkan kemajuan
diberbagai bidang yaitu : bidang pendidikan, bidang ekonomi, bidang budaya dan bidang
politik.

13
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, (Jakarta : Bulan Bintang,
1976, )
Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, (Jakarta : Rajawali Prees, 1992)
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta : Paradigma)
A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, (Bandung:Al-Ma’arif,
1981)
Taufik Abdullah, (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama Indonesia, 1991)
Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta : PT  Raja Grafindo
persada, 2005)
Machfud Syaefudin dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, (Yogyakarta :
Pustaka Ilmu, 2013)
Bustamam Ahmad Kamaruzzam, Wajah Baru Islam di Indonesia,  (Yogyakarta: UII Press,
2004)
Machfud Syaefudin dkk, Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis, (Yogyakarta :
Pustaka Ilmu, 2013)
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyyah II, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2003)
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, (Jakarta : Bulan Bintang,
1976, )

14

Anda mungkin juga menyukai