Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-nya, penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Istiqamah dan perilaku yang mencerminkan sifat istiqamah”.
Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga
berharap semoga tugas makalah ini mampu memberikan pengetahuan dan
bermanfaat bagi peneliti dan pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak akhir abad ke-19 hingga kini, salah satu persoalan besar yang
diangkat para pemikir Muslim adalah sikap yang mesti diambil terhadap
ilmu pengetahuan modern di dunia Barat. Perdebatan mereka
dilatarbelakangi kesadaran bahwa dunia Islam pernah menjadi pusat ilmu
pengetahuan, tetapi pada Zaman Baru telah jauh tertinggal oleh dunia
Barat. Perbincangan tentang Islam dan ilmu pengetahuan sejak akhir abad
ke-19 itu memiliki dua aspek penting. Pertama, periode tersebut ditandai
banyak perkembangan baru dalam pemikiran Islam. Penyebab utamanya
adalah kontak yang semakin intensif – pada beberapa kasus bahkan berupa
benturan fisik – antara dunia Islam dan peradaban Barat.
Rumusan Masalah
Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
memberikan tanggapan dalam dua hal, yaitu merumuskan sikap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban Barat modern,
dan terhadap tradisi Islam. Kedua unsur ini sampai kini masih mewarnai
pemikiran Muslim hingga kini.
3
filsafat ilmu pengetahuan yang berkembang di Barat sejak akhir abad ke-
19 dan inilah salah satu ciri pembeda dengan para pemikir pada wacana
kedua.
Manuskrip yang telah berusia beberapa abad baru mulai digali dari
perpustakaan. Sesungguhnya, dalam salah satu esai pendeknya, “A Plea
for A Deeper Study of Muslim Scientists” (Imbauan bagi Kajian Lebih
Dalam Mengenai Ilmuwan Muslim), Iqbal pernah secara khusus berbicara
tentang hal ini. Ia menyeru kepada Muslim sezamannya untuk secara
serius mempelajari karya-karya ilmuwan Muslim terdahulu. Dalam esai itu
ia memberikan beberapa contoh tentang betapa majunya pikiran para
ilmuwan Muslim di zamannya.
4
Arab), yang menyurvei tak kurang dari 1,5 juta manuskrip berbahasa
Arab, telah mampu menampilkan nama-nama ilmuwan Muslim berserta
karyanya serta ruang lingkup pengkajian mereka yang amat luas.
5
C. Islamisasi Ilmu pengetahuan
6
sebabnya berkembang istilah seperti Islamic science dan terjemahan
science dan Islamic science oleh sejumlah orang Indonesia dan Malaysia
dengan “sains” dan “sains Islam”. Namun, karena istilah “sains”
merupakan alih istilah dari bahasa Inggris, dan alih peristilahan yang
berdasarkan suatu pembedaan antara cabang ilmu pengetahuan yang
“eksakta” dan yang “kurang eksakta”, yang telah sering dipermasalahkan,
artikel ini lebih menggunakan istilah “ilmu pengetahuan” daripada “sains”.
Perlu ditambahkan bahwa wacana “islamisasi ilmu” dan “ilmu
pengetahuan islam” terpusat pada ilmu pengetahuan alam, walaupun tidak
terbatas padanya.
7
penguasa, para ilmuwan Muslim (dan, sebagian kecilnya, non-muslim)
menghasilkan karya-karya besar dalam bidang ilmu pengetahuan.
Orientalis George Anawati bahkan menyebutkan adanya upaya-upaya
“islamisasi” cabang-cabang ilmu yang diperoleh terutama dari tradisi
Yunani itu. Ia juga menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan alam adalah
bidang yang paling sedikit terkena islamisasi dibandingkan dengan,
misalnya, metafisika. Jadi, di sini istilah “Islam(i)” digunakan untuk
menyebut dua hal sekaligus: yang pertama adalah suatu periode sejarah,
sebagaimana istilah “modern”, “abad pertengahan”, “klasik” atau
“Yunani” digunakan; yang kedua, suatu aktivitas yang disusupi nilai-nilai
Islam. Kedua makna ini kerap muncul dalam perbincangan kontemporer
tentang ilmu pengetahuan modern dan Islam. Empat pemikir muslim
kontemporer yang dapat mewakili wacana baru ini adalah Syed Hossein
Nasr, Syed Muhammad Naquib al-Attas, Ismail Raji al-Faruqi, dan
Ziauddin Sardar. Bukanlah suatu kebetulan jika keempatnya terdidik di
universitas-universitas Amerika dan Eropa dan terutama menulis dalam
bahasa Inggris. Wacana baru ini memang berkembang terutama di
kalangan komunitas intelektual Islam berbahasa Inggris, yang baru muncul
secara jelas setelah paruh pertama abad ke-20 ini.
8
sebenarnya termasuk dalam disiplin sejarah ilmu pengetahuan, namun
amat kental diwarnai (atau ditafsirkan dengan menggunakan) gagasan
metafisis-mistis – dan karenanya mendapat kritik tajam dari beberapa
sejarawan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini di
dunia Islam boleh dikatakan mundur dengan ukuran apa pun, tetapi
sebagai gagasan ilmu pengetahuan Islam selalu hidup, dan inilah yang
tampaknya diharapkan kebangkitannya oleh Nasr.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
Anees, Munawar Ahmad, Islam and the Biological Futures, Ethics, Gender
and Technology, Mansell. London , 1989 (terj. Islam dan Masa Depan Biologis,
Penerbit Mizan, 1991).
11