PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam
dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat
dengan epistemologi dan ontologi.
Filsafat ilmu berusaha menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana
konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan
serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari
sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam
penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi
metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Filsafat ilmu merupakan pengembangan atau komplemen dari filsafat
pengetahuan yang dikenal sebagai Theory of Knowledge atauErkennist Lehre
(Jerman), ken leer (kennies theorie) Belanda. Sebagai cabang ilmu dari filsafat,
maka filsafat ilmu mempunyai obyek sendiri, sehingga filsafat ilmu sering disebut
dengan ilmu tentang ilmu pengetahuan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum posisi peradaban Islam di tengah-tengah
revolusi sains saat ini?
2. Ada konflik intelektual antara pemikiran Timur Islam dan ideologi
intelektual Barat, dan Islam juga yang menjadi sasaran utama kritik epistemologi
Barat. Bagaimana Filsafat Ilmu dapat berperan dalam dialektika keilmuan Timur
dan Barat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradaban Islam dan Revolusi Sains
Titik penting dari kelahiran sains dalam peradaban Islam dimulai dengan
penerjemahan karya-karya klasik sains dan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab,
yang diawali oleh Hunayn ibn Ishaq (809-873) dan kemudian diteruskan oleh
Ishaq, Hubaish dan Isa bin Yahia. Perkembangan ini kemudian memicu
penerjemahan berbagai karya – karya sains seperti Matematika dari India dan
Cina, sedangkan karya –karya dalam bidang kedokteran banyak diterjemahkan
3
dari Persia. Pertukaran dan transformasi sains merupakan hal yang biasa dalam
Peradaban Islam.
Sebagaimana kita dapat melihat betapa terbukanya kota – kota besar yang
menjadi “Center of Excellent” (Pusat kemajuan), dengan berdatangannya para
intelektual dari berbagai penjuru dunia. Selain memang secara infrastruktur, kota-
kota tersebut sangatlah siap untuk membangun atmosfir ilmiahnya, seperti tiga
perpustakaan terbesar di dunia, Fatimiyyah di Mesir, Abbasiyah di Baghdad dan
Umayyah di Kordoba. Pada akhirnya, Kordoba sebagai pusat peradaban kaum
muslim di belahan Eropa, telah menjadi cahaya penerang bagi seantero jagad
Eropa. Seluruh ide awal masa Renaissance dan Revolusi sains Eropa berawal dari
Kordoba. Ribuan Peneliti, Pengajar dan Siswa dari seluruh dunia dan
terkhusus ,Eropa, telah menjadikan Kordoba sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan
kemajuan sains. Banyak berdirinya akademi-akademi di sana merupakan daya
tarik utama bagi seluruh peneliti, pengajar dan siswa untuk mengembangkan
ilmunya.
Akademi merupakan sebuah tradisi ilmiah yang telah dibangun sejak lama
oleh kaum Muslim mulai tahun 600 – 700. Dimana hal yang sama justru baru
dilakukan oleh peradaban Eropa pada abad 13 dengan Universitas Paris dan
Universitas Oxford sebagai avant garde. Pembentukan –pembentukan pendidikan
pascasarjana di Eropa merupakan kelanjutan dari ide orisinal pola pendidikan
Islam, seperti Sarjana (Undergraduate) atau Mutafaqqih, dan Pascasarjana
(Graduate) atau Sahib.
Antara abad ke-9 dan ke-13, peradaban Islam berkontribusi besar terhadap
perkembangan sains pramodern dan pengetahuan yang diteruskan dari Yunani ke
Eropa melalui penerjemahan secara besar-besaran. Seiring waktu, keadaan
berubah. Tiga abad kemudian, yaitu abad ke-16, muncul perkembangan sains
modern di Eropa.
Terjadi revolusi besar metode keilmuan. Peristiwa ini membuat hubungan
kekuasaan antarnegara diukur berdasarkan penguasaan teknologi. Akhirnya, hal
itu mengarah pada kolonisasi bangsa-bangsa Eropa terhadap dunia Islam. Di sisi
4
lain, ada upaya yang ditempuh sejumlah figur di negara-negara Islam dengan
mengadopsi teknologi mereka.
Hal itu terjadi sekitar abad ke-19. Menurut Ensiklopedi Oxford Dunia
Islam Modern, setelah Mesir ditaklukkan Napoleon Bonaparte, Muhammad Ali
mengambil alih kekuatan negara dan berkuasa pada 1805 sampai 1848. Selama
berkuasa, ia mengalihkan teknologi Prancis dan Inggris ke Mesir dengan
mengandalkan para pekerja asing di Mesir.
5
Afghani menegaskan, tak ada kontradiksi antara Islam dan sains. Islam, kata dia,
justru menganjurkan pemikiran rasional dan melarang taklid buta.
6
Disamping itu, Jika filsuf Yunani dan banyak filsuf lainnya masih
berspekulasi tentang asal mula dan masa depan kehidupan, maka filsafat dalam
Islam yang berdasarkan wahyu sudah memberikan ilmu yang jelas dan tidak
spekulatif. Asal usul manusia sudah sangat jelas, yaitu beradal dari keturunan
Adam as. Ketika manusia menolak informasi dari wahyu, maka secara otomatis,
mereka akan berspekulasi. Malangnya berspekulasi kemudian diberi nilai yang
sangat tinggi, yaitu sedang berfilsafat.
Masalah epistemologi ilmu theory of knowledge ini adalah masalah yang
penting. Epistemologi berbicara tentang sumber-sumber ilmu dan bagaimana
manusia bisa meraih ilmu. Sementara itu knowledge atau ilmu pengetahuan
merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Islam adalah
agama yang sangat menghargai ilmu. Al Quran adalah kitab yang begitu besar
perhatiannya terhadap aktivitas pemikiran dan keilmuan. Ini misalnya tergambar
dari penyebutan kata “al ilm” dan derivasinya, mencapai 823 kali.
Adapun cara dan sebab musabab manusia menerima ilmu serta jalan mana
saja memperolehnya (asbabul-‘ilm), yang pertama melalui panca indera yang lima
(khawasul-khamsah). Dan jalan kedua adalah melalui al-‘aqlus-salim (akal yang
sehat). Dan selanjutnya melalui khabar shadiq (berita yang benar). Melalui ketiga
jalur inilah manusia bisa menerima ilmu.
7
Dalam bahasa kontemporer, dikenal sumber empiris (al-haqiqah at-
tajribiyyah), sumber rasional (al-haqiqah al-‘aqliyyah), dan sumber otoritas (al-
haqiqah al-muthlaqah). Jika kita mendapatkan ilmu dengan cara melihat, berpikir,
dan menerima berita. Bagaimana Anda tahu bahwa burung gagak itu hitam?
Benarkah pelangi itu berwarna-warni? Apakah bisa dipertanggungjawabkan
bahwa warna cahaya matahari itu putih? Saya melihatnya sendiri. Melihat itu
suatu bukti empiris yang paling dasar.
8
banyak dikaji dalam pembahasan tentang akal, objek akal, akal teoritis dan
praktis, wujud pikiran, dan tolok ukur kebenaran dan kekeliruan suatu proposisi.
Dalam perkembangan filsafat Islam, epistemologi menjadi suatu bidang disiplin
baru ilmu yang mengkaji sejauh mana pengetahuan dan makrifat manusia sesuai
dengan hakikat, objek luar, dan realitas eksternal.
Epistemologi yang telah tumbuh sejak ratusan tahun silam, kini berada
pada posisi perkembangan yang semakin menggairahkan. Kehadiran perguruan
tinggi di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sesuai dengan fungsi
utamanya untuk mengembangkan ilmu, telah memberikan kontribusi signifikan
dalam memelihara semangat perkembangan ilmu. Berbagai temuan dalam bidang
sains, teknologi dan seni telah ikut memperkaya khazanah intelektual, sekaligus
memberikan kontribusi penting bagi kehidupan manusia.
Hampir semua disiplin ilmu yang saat ini berkembang baik di dunia
pendidikan maupun di lingkungan para penggunanya, pada dasarnya bermula dari
buah pemikiran para penggagas atau penemunya. Mereka telah memberikan
sumbangan besar dalam proses transformasi budaya masyarakat dunia. Informasi
para penggagas dan penemu teori yang telah memperkaya ilmu pengetahuan itu,
kini tersebar dalam berbagai literatur khususnya berkaitan dengan sejarah
perkembangan sesuatu ilmu.
9
Dalam perspektif epistemologi Islam, tidak dikenal adanya dikhotomi
antara ilmu agama dengan ilmu non-agama (umum). Ilmu adalah ilmu, Ia berasal
dari sumber yang sama, kemudian berkembang sesuai dengan wilayah obyeknya
masing-masing, baik menyangkut obyek material maupun obyek forma. Ia terus
bersentuhan dengan fenomena alam, manusia dan apapun yang berada di luar
keduanya. Melalui persentuhan itulah ilmu pengatahuan terus berkembang
memasuki ruang sejarah dari waktu ke waktu.
10
Hilangnya kedaulatan dan martabat ini bermuara pada terpisahnya sains,
kosmos, dan teologi dari setiap diri Muslim. Singkatnya adalah karena
sekulerisasi yang telah merasuk ke dalam pikiran dan jiwa kaum Muslimin di
semua bidang kehidupan, seperti sains, politik, budaya, ekonomi, pendidikan, dan
sosial. Keprihatinan inilah yang kemudian memunculkan ide untuk menyiapkan
kader-kader umat terbaik, yang akan meneruskan penegakan kembali peradaban
Islam yang telah lama runtuh. Kini umat sedang tidur, tapi tidurnya terasa terlalu
panjang. Mesti begitu, ada kader umat yang menjadi pelopor yang menggali dan
mencari mutiara yang hilang. Pemikiran Islam yang dulu menguasai dunia adalah
mutiara paling berharga, yang harus 'direbut' kembali. Kader pelopor kebangkitan
peradaban Islam inilah yang disebut cendekiawan Muslim dalam arti yang luas.
Karena itu, tugas seorang yang menyandang gelar cendekiawan Muslim
tidaklah ringan di mata Islam. Seluruh cendekiawan Muslim, ilmuwan Muslim,
dan para ulama terdahulu telah dengan gamblang memberikan contoh, bagaimana
mereka menghabiskan waktu demi meraih kemuliaan dan martabat Islam dan
kaum Muslimin sebagai sebuah bangsa. Dengan seluruh potensi yang dimiliki,
para pendahulu telah menorehkan sejarah kegemilangan kemajuan Islam, yang
adil dan beradab bagi seluruh manusia tanpa memandang ras, agama, suku, warna
kulit, dan bahasa.
Usaha bijak dan pengorbanan yang cerdas para cendekiawan Muslim,
pertama kali harus diorientasikan bagi pembangunan masyarakat yang baik.
Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dibangun di atas manhajAllah. Hal
ini relevan dengan kondisi masyarakat negeri ini yang semakin mengalami
degradasi sains dan moral. Usaha ini memerlukan keimanan dan pemahaman
tentang realitas sebagai hakikat keimanan dan wilayahnya dalam sistem
kehidupan. Para cendekiawan Muslim harus berani memikul tanggung jawab
besar ini, tanpa menunggu imbalan duniawi jika masih ingin melihat bangsa ini
bangkit dan bermartabat. Bukankah Allah sendiri yang mengaitkan keimanan
suatu masyarakat dengan kesejahteraan dan keberkahan kehidupan. "Jika
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya." (Qs al-A'raf: 96).
Menjadikan Islam sebagai dasar manhajberpikir dan bertindak menuju
bangsa yang bermartabat, bukanlah jalan yang pendek dan mudah. Usaha besar ini
membutuhkan waktu yang panjang dan usaha yang berkesinambungan. Para
cendekiawan Muslim mesti berhenti sejenak untuk merenungkan langkah-langkah
strategis fundamental, yang genuinedan tidak terkontaminasi dengan nilai-nilai
yang bertentangan dengan Islam. Jika konsisten, gerakan peradaban cendekiawan
11
Muslim ini, dengan izin Allah, akan membawa bangsa ini lebih bermartabat dalam
arti yang sesungguhnya. Meski harus disadari juga, sampai kapan pun
kebangkitan peradaban Islam akan terus menuai hambatan dan ujian.
D. Landasan Ilmu Keislaman dan Integrasi Ilmu
Pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus
mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan
pendidikan Islam itu di hubungkan.Landasan Islam itu terdiri dari Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al
maslahah al mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.
1.Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran
yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang
berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut AQIDAH, dan yang
berhubungan dengan amal yang disebut Syariah.
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan
dalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan.
Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan, sebab
semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
sendiri, dengan manusia sesamanya (masyarakat), dengan alam dan
lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal
saleh (syari’ah).
Didalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat
dibaca dalam kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Lukman ayat 12 s/d
19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah
iman, akhlak ibdah, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan
hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti bahwa
kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu
pendidikan islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam
12
merumuskan berbagai teori tentang pendidikan islam. Dengan kata lain,
pendidiakn Islam harus berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya
dapat dilakukan berdasarkan ijtihad di sesuaikan dengan perubahan dan
pembaharuan.
2.AS-SUNNAH
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah
SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang
lain yang diketaui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan
itu berjalan.
Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti Al-
Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk
(pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.
Oleh karena itu, sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan
pribadi manusia muslim. Seunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran
berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam
memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.
3.IJTIHAD
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, berfikir dengan menggunakan seluruh
ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at islam untuk menetapkan atau
menentukan sesuatu hukum syari’at islam dalam hal-hal yang ternyata belum
ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja
meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap
berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus
mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan
dengan isi Al-Qur’an dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagi
salah satu sumber hukum islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah
Rasul Allah wafat.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan
Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad
13
tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan
hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu.
Ijtihad dibidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran islam
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat pokok-pokok dan
prinsip-prinsipnya saja. bila ternyata ada yang agak terperinci, maka perincian itu
adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip itu.sejak diturunkan
sampai Nabi Muhammad SAW wafat, ajaran Islam telah tumbuh dan berkembang
melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang
tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran Islam sendiri telah berperan
mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim.
Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang merupakan tugas setiap warga
negara dan pemerintah, harus berlandaskan filsafat dan pandangan hidup bangsa
ini, dan harus dapat membina warga negara yang berfilsafat dan berpandangan
hidup yang sama. Oleh karena itu, landasan pendidikannya harus sesuai dengan
filsafat dan pandangan hidup itu. Dan sebagai penganut suatu agama yang taat,
seluruh aspek kehidupannya harus disesuaikan dengan ajaran agamanya. Maka
warga negara yang setia pada bangsa dan taat pada agama, harus dapat
menyesuaikan filsafat dan pandangan hidup pribadinya dengan ajaran agama serta
filsafat dan pandangan hidup bangsanya.
Bila ternyata ada ketidaksesuaian atau pertentangan, maka para mujtahid
di bidang pendidikan harus berusaha mencari jalan keluarnya dengan
menggunakan ijtihad yang digariskan oleh agama, dengan ketentuan bahwa ajaran
agama yang prinsip tidak boleh dilanggar atau ditinggalkan.
Filsafat dan pandangan hidup bangsa indonesia adalah pancasiala yang
digali dan diramu dari berbagai filsafat dan pandangan hidup yang terdapat dalam
kelompok-kelompok masyarakat yang bergabung dalam masyarakat besar bangsa
indonesia.
Pancasila adalah rumusan manusia, hasil kombinasi dan godakan yang
diserasikan dari berbagai unsur tradisi dan kebudayaan daerah. Pekerjaan ini
merupakan ijtihad manusia, ijtihad para pemimpin bangsa dalam menciptakan
prinsip idea kesatuan seluruh rakyat indonesia. Semua ajaran yang terdapat dalam
14
negara indonesia tidak boleh bertentangan dengan pancasila sebagai filsafat dan
pandangan hidup bangsa dalam bernegara. Dilain pihak ajaran Islam harus
diamalkan oleh penganutnya dalam kehidupan bernegara dengan cara yang tidak
dipertentangkan dengan pancasila.
Sejalan dengan itu maka pendidikan agama (Islam) sebagai suatu tugas
dan kewajiban pemerintah dalam mengemban aspirasi rakyat, harus
mencerminkan dan menuju kearah tercapainya masyarakat pancasila dengan
warna agama. Dalam kegiatan pendidikan, agama dan pancasila harus dapat
meningkatkan dan mengembangkan kehidupan beragama, termasuk pendidikan
agama. Ini berarti bahwa pendidikan Islam itu, selain berlandaskan Al-Qur’an dan
Sunnah, juga berlandaskan Ijtihad dalam menyesuaikan kebutuhan bangsa yang
selalu berubah dan berkembang. Dengan ijtihad itu ditemukan persesuaian anatara
pancasila dengan ajaran agama yang secara bersamaan dijadikan landasan
pendidikan, termasuk pendidikan agama.
Usaha untuk menuju integrasi keilmuan sejatinya telah dimulai sejak abad
ke 9, meski mengalami pasang surut. Pada masa al-Farabi dimanifestasikan dalam
hirarki ilmu yang muncul sebagai hasil penyelidikan tradsional epistemology serta
merupakan basis bagi penyelidikan hidup subur dan mendapat tempatnya.
15
Kriteria ilmu al-Farabi, Karena bukan didsarkan pada ilmu-ilmu tetapi
berdasarkan ketiga factor diatas, maka yang terdjadi adalah upaya pengintegralan
(islamisasi) ilmu pengetahuan. Dalam klasifikasi ini , belum terlihat jelas integrasi
antaara agama dan rasional.dalam.
Dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita
disuguhi banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam,
yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita.
Dengan televisi, masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Hal ini menyebabkan
16
terpinggirkannya kesenian asli Indonesia. Perkembangan dunia IPTEK yang
demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa
bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya
menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan
oleh perangkat mesin-mesin otomatis, Demikian juga ditemukannya formulasi -
formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi
kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia.
Akan tetapi jangan pernah lupa akan janji Allah yang senantiasa
menyempurnakan cahaya agama yang diturunkan-Nya seklipun orang-orang islam
selalu mengusik ketenangan islam sekalipun, dan islam adalah agama yang akan
tetap jaya samapi akhir zaman, oleh karena itu jangan pernah putus dari
pertolongan Allah di setiap kesusahan kita, terlebih masalah akidah umat islam.
17
Manusia adalah kholifah yang mengemban amanat untuk menegakkan
jalan lurus kepada semua umat islam. Wujud awal akan kesadaran sebagai
kholifah yang mengemban tugas adalah sebuah keresahan dalam menyikapi
problematika yang tersembunyi dan mempertanyakan apa yang seharusnya
diperbuat untuk memecahkan problematika saat ini adalah sebagai wujud
kesadaran awal membentuk pola fikir untuk terus mencari solusi dan jalan keluar
problematika tersebut. Banyak hal yang seharusnya menjadi bahan pencarian
diantarnya mengkaji ilmu-ilmu agama, dan ilmu-ilmu umum lainnya dalam
rangka menutup pintu orientalisme. Kecerdasan bangsa orientalis dalam
menyerang islam dengan memutar balikkan fakta kebenaran agama islam
sangatlah nyata adanya sabagai bentuk misi utamanya untuk meruntuhkan agama
islam maka dengan seperti itu apakah umat islam masih saja terdiam terpaku
dengan keadaan ini.
18
proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.
19
F. Islam dan Wacana Keilmuan
Pada hakekatnya ilmu pengetahuan berasal dari Tuhan pencipta Alam,
yang berupa wahyu, alam semesta beserta hukum yang ada di dalamnya, manusia
dengan perilakunya dalam kehidupannya, pemikiran dan pemahamannya serta
seluruh ciptaan dan anugrah Allah yang diturunkan ke Bumi demi menghormati
manusia yang ada di dalamnya. Dengan demikian pencipta ilmu pengetahuan
adalah Tuhan dan yang menemukan ilmu pengetahuan tersebut adalah manusia.
Atas dasar pandangan ini kita memahami bahwa dari sekian banyak ilmu yang
kita pahami (Ilmu hadits, Ilmu al-qur’an, matematika, fisika, biologi, geologi,
antropologi, seni, kedokteran, politik, hukum dan lain sebagainya) secara
substansial merupakan rangkaiyan ilmu pengetahuan yang satu yaitu berasal dari
Tuhan.
20
Haitham, Al-Biruni dan lain sebagainya. Pemisah kedua ilmu tersebut pada
awalnya hanya sekedar spesifikasi, agar terjadi penggalian ilmu secara mendalam
yang professional dan mampu mengaktualisasikan untuk kemajuan peradaban,
hanya saja belakangan ini telah terjadi stigma (anggapan) yang sangat jauh,
sehingga timbul kesan ilmu agama hanya mengarah pada pembentukan spiritual
saja dan tidak menganggap menyentuh pergaulan sosial sehingga menjadi pemicu
kemunduran peradaban islam.
Dalam kajian keilmuan pembagian adanya ilmu agama dengan ilmu umum
adalah kesimpulan manusia yang mengidentifikasikan ilmu berdasarkan objek
kajian. Tetapi ketika kita melihat bahwa Al-qur’an dan Sunnah sesungguhnya
tidak membedakan antara ilmu agama dengan ilmu umum, bahkan menurut Imam
Suprayogo dalam bukunya Rekonstruksi Paradigma Keilmuan Perguruan Tinggi
Islam menyetakan bahwa posisi ilmu agama dan umum digambarkan dalam
bentuk pohon ilmu, dimana Al-qur’an dan sunnah diposisikan sebagai hasil
eksperimen dan penalaran logis atau menjadi sumber keilmuan.
21
1.Jika objek antologis yang dibahasnya adalah wahyu (al-qu’an) termasuk
penjelasan Nabi saw berupa hadist dengan menggunakan metode ijtihad maka
ilmu yang dihasilkan adalah ilmu-ilmu agama seperti teologi islam, fiqih, tafsir,
hadist dan tasawuf.
2.Jika objek antologis yang dibahasnya adalah alam semesta, jagat raya
termasuk Galaxi bima sakti seperti langit bumi berserta segala isinya maka ilmu
yang dihasilkan adalah Natural Sciences (ilmu alam) yaitu astronomi, astrologi,
geologi, fisika, kimia, matematika, biologi dan lain sebagainya.
22
diturukan di Bumi (sesuai dengan keadaan dan permintaan penghuni Bumi) maka
sebaiknya ilmu tersebut di kembalikan ke Langit saja agar langit tidak repot lagi
memikirkan keadaan Bumi.
Salah satu tantangan terbesar umat Islam saat ini adalah perang pemikiran
(al-ghazwul al-fikr). Perang pemikiran memang bukan hal yang baru dalam Islam.
Meskipun demikian, ancaman inilah yang justru mampu mengeluarkan umat
Islam dari agamanya. Bahkan, lebih bahaya lagi, perang ini bisa mengakibatkan
muslim memerangi agamanya sendiri.
Karena masalah pemikiran, maka tidak dapat terlepas dari konteks
keilmuan saat ini. Al-Attas mengatakan bahwa konsep ilmu yang dipahami umat
Islam saat ini lebih mengedepankan akal dari pada wahyu. Inilah yang menjadi
salah satu penyebab kemunduran umat Islam.
Akal yang seharusnya tunduk kepada wahyu kini dibalik. Wahyu (al-
Qur’an) dihujat dan akal pun dituhankan. Karena meninggikan akal di atas wahyu,
maka ilmu yang dihasilkan pun akhirnya menjadi sekular. Paham sekular ini
berusaha untuk melepaskan unsur agama dari keilmuan.
Selain itu, arus globalisasi yang dibawa oleh peradaban Barat pun menjadi
bagian dari tantangan Islam. Arus ini telah menebarkan benih-benih sekularisme,
liberalisme, dan pluralisme. Paham-paham tersebut ingin menghapuskan agama
dari tataran kehidupan manusia. Faktanya, ilmu ekonomi, sosial, politik,
pendidikan bahkan budaya kini benar-benar menjauh dari unsur-unsur agama.
Artinya, globalisasi telah sukses memisahkan agama dari semua bidang keilmuan.
Itulah hakekat dari peradaban Barat.
Berbeda dengan Islam. Islam justru mengikat semua bidang ilmu
pengetahuan dengan agama. Sebab, agama (Islam) adalah inti dari segala segi
kehidupan. Tanpa agama, Islam akan sulit untuk membangun peradaban dunia.
Dan tentunya, itu bukan prinsip agama Islam.
Islam sebagai agama (din) sejatinya telah memiliki konsep peradaban. Hal
ini dapat ditinjau dari kata din itu sendiri, seperti yang disampaikan oleh al-Attas
dalam Prolegomena bahwa din telah membawa makna keberhutangan, susunan
kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk
masyarakat yang mentaati hukum dan mencari pemerintah yang adil.
Dalam konsep din tersembunyi sistem kehidupan. Sebuah sistem yang
berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Ketika agama Islam (din) telah
disempurnakan dan diterapkan, maka tempat itu diberi nama madinah. Dari akar
kata tersebut terciptalah kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan
23
kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan. Dan akhirnya, tamaddun atau
peradaban.
Menurut Yves Brunsvick dalam “Lahirnya Sebuah Peradaban” (2005),
arus globalisasi telah membawa dampak perubahan peradaban. Baik dari budaya,
bahasa, agama dan sistem. Semuanya telah berubah. Tergantung oleh siapa yang
mampu mengiringi globalisasi tersebut. Ini menunjukkan bahwa saat ini,
peradaban yang menguasai dunia datang dari peradaban Barat. Pernyataan ini
diamini oleh Budi Winam dalam bukunya “Globalisasi & Krisis Demokrasi”
(2007). Ia menyatakan bahwa salah satu bukti suksesnya arus globalisasi ialah
terjadinya perubahan sistem pemerintahan yang demokratis.
Peradaban Barat yang dibawa oleh globalisasi tidak sejalan dengan konsep
peradaban Islam. Jika Barat maju karena meninggalkan agama, Islam tidak
demikian. Justru ketika umat Islam memisahkan diri dari agama, maka
kehancuran atau kebiadaban akan semakin berkuasa. Untuk itu, diperlukan suatu
perubahan peradaban dunia yang sarat akan nilai-nilai Islam.
Menurut Ibn Khaldun dalam “The Muqaddimah: an Introduction to
History” (1978 : 54-57), suatu peradaban akan mampu terwujud apabila tiga hal
pokok telah terpenuhi, yaitu, Kemampuan manusia untuk berpikir yang
menghasilkan sains dan teknologi, Kemampuan berorganisasi dalam bentuk
kekuatan politik dan militer dan kesanggupan berjuang untuk hidup.
Lebih lanjut, Ibn Khaldun mengatakan bahwa tanda terwujudnya
peradaban ialah di mana ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri,
aritmatika, astronomi, optik, kedokteran, dsb. berkembang secara pesat. Bahkan
maju mundurnya suatu peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju
mundurnya ilmu pengetahuan. Jadi substansi peradaban yang terpenting dalam
teori Ibn Khaldun adalah ilmu pengetahuan. Namun, bukan berarti itu adalah satu-
satunya substansi peradaban.
Sayid Husein Nasr –Seorang tokoh pertama dalam pembicaraan wacana
baru tentang “Ilmu Pengetahuan dan Islam”, di Teheran, Iran– menyebut ilmu
pengetahuan dengan Scientia Sacra (Sacred Science, Ilmu Sacral) untuk
menunjukkan bahwa aspek kearifan ternyata jauh lebih penting dari pada aspek
teknologi yang sampai saat ini masih menjadi ciri utama ilmu pengetahuan
modern.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas itulah yang menjadi landasan sehingga filsafat
menjadi dasar dari segala bidang ilmu terlepas dari segi ilmu filsafatlah yang
mempunyai peran penting dalam kemajuan ilmu yang ada dan para filsuf islam
yang mengembangkan gagasan mereka disertai dengan interkoneksi dalam
pengetahuan Sains dan Al-Quran.
A. Saran
bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca, dan terutama bagi
penulis sendiri. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan agar
kedepannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Analisis & Paradigma Penulis
2. Buku Filsafat Islam karangan Amroeni Drajat
3. Buku Filsafat Islam karangan Haidar Bagir
4. Buku Filsafat Ilmu Dr. Sumanto, M.Pd.I
5. Ebooks Kamus Filsafat Ilmu Karangan Lorens Bagus
6. Catatan Penulis dari MK FILSAFAT ILMU yang di mentori oleh Ibu
Husna Amin, Dr, M.Hum
7. Situs Online Hidayatullah.com
26