Nim : 211003010
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Prodi : PAI
Semester : Ganjil/2020-2021
Pengasuh : Prof. Dr. Hasbi Amiruddin, MA/ Dr. Nurma Dewi, MA.
Tugas : Resume buku Filsafat Ilmu dalam Perspektif Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat Ilmu dalam sejarahnya dikenalkan dan dikembangkan oleh
ilmuwan-ilmuwan dari peradaban Barat. Malah ada yang berpendapat bahwa
Yunani lah kota yang menjadi tonggak kelahiran filsafat ilmu. Apalagi jika
ditelusuri dijejeran buku yang dijual di toko-toko buku tidak jauh berbeda, bahkan
dapat dikatakan lebih banyak buku-buku filsafat berasal dari pikiran Barat, karena
pembelinya juga para mahasiswa dari fakultas atau jurusan filsafat yang banyak
terdapat di universitas-universitas umum.
Ilmuwan muslim sebagai penegak peradaban Islam harus mampu dan
berani mengedepankan gagasasn Islam tentang ilmu, dan memberikan pengajaran
filsafat Islam tentang ilmu kepada seluruh calon ilmuwan muslim sebagai ujung
tombak peradaban Islam masa depan. Jika Ilmuwan Muslim tidak berusaha
mengkaji lagi sumber-sumber yang ada dalam khazanah warisan kaum muslimin
mengenai ilmu filsafat ilmu, seperti komentar Prof.Juhaya, generasi muslim masa
datang akan larut dengan perkembangan pemikiran Barat yang telah berkembang
pesat. Dan sangat mungkin mereka juga akan ikut seperti kecenderungan ilmuwan
Barat yang menganggap bahwa sesungguhnya tidak ada akar filsafat dalam tradisi
Islam, karena itu apa yang dilakukan oleh ilmuwan Muslim selama ini hanya
menjadi peniru para filosof Yunani saja atau filsafat yang dikembangkan oleh
ilmuwan-ilmuwan Barat modern.
B. Pertanyaan-Pertanyaan yang Mengusik
Dari sejarah dapat kita lihat Islam lahir setelah sekian ratus tahun
berkembangnya berbagai ilmu dikalangan manusia. Namun, bila kita
memperhatikan sejarah lahirnya Islam sesungguhnya justru ingin meluruskan
berbagai ilmu dan keyakinan yang keliru dipraktekan oleh manusia ketika itu.
Penelitian ini merumuskan beberapa pertanyaan sebagai masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diantaranya (1)
Apakah ada akar filsafat dalam tradisi Islam?.(2) Kalau ada bagaimana filsafat
ilmu dalam Islam?.(3) Apa perbedaan filsafat Ilmu dalam tradisi Islam dan konsep
Barat?.(4) Apa dampak negatifnya jika ilmuwan Islam secara tidak sadar terus
terpengaruh dan mengikuti hanya tradisi filsafat Barat termasuk dalam filsafat
ilmu.
C. Signifikansi Buku ini
Buku ini yang berasal dari sebuah penelitian berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan pada point diatas. Dengan
ditemukan jawaban-jawaban ini akan dapat memberikan pencerahan kepada umat
manusia, bahwa Islam memeiliki konsep tersendiri terhadap ilmu mulai dari mana
sumber ilmu, bagimana cara memperolehnya, dan untuk apa ilmu dikembangkan.
D. Perlunya Mengangkat Tradisi Ilmu dalam Islam
Pengkajian filsafat ilmu dalam perpektif Islam bertujuan untuk
menemukan teori filsafat ilmu dari akar tradisi filsafat Islam sendiri yang
kemudian diharapkan dapat membekali para ilmuwan muslim kemampuan
memahami apa hakikat ilmu itu sendiri, dari mana ilmu diperoleh dan untuk apa
ilmu itu dimiliki. Diharapkan para ilmuwan muslim menyadari potensi dirinya,
kesempatan, tanggung jawab dan amanah yang diemban sehingga tidak akan salah
dalam penggunaannya.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatatif yang bersifat deskriptif
analistis. Data yang digunakan adalah data kualitatif. Data kualitatif merupakan
sumber dari deskripsi yang luas, serta memuat penjelasan dalam lingkup segmen
tertentu. Adapun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui
teknik dokumentasi. Kegiatan analisis data terjadi secara bersamaan, melalui
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
BAB II
FILSAFAT
A. Pemikiran Filsafat dan Sejarahya
Pemikiran merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari manusia.
Manusia (Adam) sejak diciptakan oleh Allah dinobatkan sebagai makhluk
mulia karena kelebihan dalam bidang akal, yaitu suatu alat yang dapat
memiliki ilmu. Namun tidak ada informasi pasti mengenai pemikiran-
pemikiran manusia yang tidak dapat diwariskan kepada kita sebelum sampai
pada masa bahasa tulisan ditemukan.
Ahli pikir pertama kali muncul adalah Thales (±625-645 SM) yang
berhasil mengembangkan geometri matematika. Liokippos dan democritos
mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan teori tentang moral.
Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles mengembangkan teori
yang menyangkut dunia dan benda, dan berhasil mengumpulkan data 500 jenis
binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles
adalah menemukan system pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai
sekarang masih dikenal.
Para ahli pikir Yunani kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal
mula alam semesta. Walaupun sebelumnya sudah ada konsep tersebut. Akan
tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul alam
semesta) mite kosmogonis (tentang asal usul serta sifat kejadian-kejadian dalam
alam semesta). Karena konsep mereka sebagai mencari asal mula alam
semesta, maka mereka disebutnya sebagai filosof alam.
Di abad pertengahan, lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun di
Eropa dicirikan dengan dominasi gereja termasuk lembaga pendidikan tingkat
universitas. Sebenarnya saat itu sudah mulai lagi berkembangnya filsafat. Di
antara tokoh yang dikenal ketika itu Santo Agustinus, dialah yang berusaha
mencoba menggunakan prinsip-prinsip filsafat, terutama pandangan-pandangan
Plato dan neo Platonis, untuk menjabarkan dogma-dogma kekristenan.
B. Konsep Dasar Filsafat
1. Pengertian filsafat
Filsafat yang secara etimologis berasal dari bahasa Yunani,
philosophia, philos artinya suka, cinta atau kecendrungan pada sesuatu dan
sopia artinya kebijaksanaan. Ketika digabung menjadi Philosophia yang
dalam bahasa Indonesia mejadi filsafat secara sederhana berarti cinta kepada
kebijaksanaan. Kata falsafah dalam bahasa Arab juga sering dibuat padanan
dengan ilmu hikmah. Jadi dapat kita katakana bahwa filsafat adalah ilmu
yang dengan ilmu itu akan melahirkan kebijaksanaan.
2. Ciri-ciri berpikir filsafat
Berfikir filsafat memiliki karakteristik tersendiri yang dapat
dibedakan dari bidang ilmu lain. Di antara ciri berfikir kefilsafatan misalnya
radikal, universal, konseptual, koheren, sistematik, komprehensif dan bebas
dari prasangka social historis cultural bahkan juga bisa bebas dari pengaruh
agama dan yang paling penting lagi adalah bertanggungjawab.
Definisi lain, berfikir secara filsafat dicirikan secara bebas, sampai
batas-batas yang luas, maka setiap filsafat boleh dikatakan merupakan suatu
hasil pemikiran yang bebas dari prasangka-prasangka social, historis,
cultural bahkan juga ada yang berpendapat bebas dari pengaruh pemahaman
agama-agama tertentu.
3. Objek filsafat
Inu Kencana Syafi’I ketika membahas objek filsafat menyebutkan
yang dimaksud objek filsafat adalah sesuatu yang akan diamati, diteliti dan
dipelajari serta dibahas sebagai kajian inti. Dalam penjabarannya objek
tersebut terdiri dari objek material dan objek formal.
4. Cabang-cabang filsafat
Bidang utama filsafat yaitu ontology, epistimologi, dan aksiologi
merupakan landasan pengembangan ilmu pengetahuan. Landasan ontology
merupakan ilmu yang berkaitan dengan hakikat ilmu. Sebab secara
ontologis, ilmu mengkaji realitas sebagaimana adanya (das sein). Landasan
epistimologis ilmu berkaitan dengan aspek-aspek metodologis ilmu dan
sarana berfikir ilmiah lainnya seperti bahasa, logika, matematika, statistika.
Landasan aksiologi ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi umat manusia.
BAB III
AKAR DAN FILSAFAT ISLAM
2َ ِفَلَ َّما َجنَّ َعلَ ْي ِه اللَّ ْي ُل َرَأى َك ْو َكبًا قَا َل َه َذا َربِّي فَلَ َّما َأفَ َل قَا َل اَل ُأ ِح ُّب اآْل فِل
ين
َفَلَ َّما َرَأى ا ْلقَ َم َر بَا ِز ًغا قَا َل َه َذا َربِّي فَلَ َّما َأفَ َل قَا َل لَِئنْ لَ ْم يَ ْه ِدنِي َربِّي َأَل ُكونَنَّ ِمن
2َ ِّضال
ين َّ ا ْلقَ ْو ِم ال
س بَا ِز َغةً قَا َل َه َذا َربِّي َه َذا َأ ْكبَ ُر فَلَ َّما َأفَلَتْ قَا َل يَا قَ ْو ِم ِإنِّي بَ ِري ٌء َّ فَلَ َّما َرَأى ال
َ ش ْم
َش ِر ُكون
ْ ُِم َّما ت
Artinya: 76. ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang
(lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu
tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
77. kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah
Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu,
pastilah aku Termasuk orang yang sesat." 78. kemudian tatkala ia
melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang
lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai
kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.