Anda di halaman 1dari 14

TUGAS UAS FILSAFAT DAKWAH

Filsafat Dakwah dan Pengembangan Keilmuan Dakwah


Mualam Alan Alhadad1, M. Davin Gardianto2, Naufal Azmi3
04020121054 (1), 04020121055 (2), 04020121059 (3)

Definisi Umum Filsafat Beserta Asal Usulnya

Berdasarkan beberapa teori mengungkapkan bahwasannya asal usul kata


filsafat berasal dari kata Yunani filosofia jika diterjemahkan bermakna cinta akan
hikmat. A. C. Grayling mendefinisikan filsafat sebagai kajian masalah mendasar
dan umum tentang persoalan seperti eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran,
dan bahasa.1

Pada dasarnya filsafat merupakan akar dari segala ilmu, yang dimana
penulis mendefinisikan ini atas dasar bahwasannya segala ilmu pastinya tidak
serta merta ada langsung di muka bumi ini tanpa ada proses berpikir yang
mendasari terbentuknya suatu bidang ilmu tersebut. Salah satu contohnya yaitu
karya Newton yang berjudul Prinsip Matematika Filosofi yang dibuat sekitar abad
ke-17 yang kelak pada abad ke-19 diklasifikasikan menjadi materi fisika. 2 Dari
sebuah contoh tersebut dapat kita ketahui bahwasannya filsafat merupakan cikal
bakal terbentuknya sebuah bidang ilmu yang dimana dimulai dari proses berfikir
seseorang penggagas bidang ilmu baru tersebut.

Sejak abad ke-17 hingga saat ini filsafat telah dikaji secara mendalam
hingga terbentuklah sistem paradigma filsafat baru yang membuat bidang filsafat
dapat dibedakan dari segala aspek pemikiran. Hingga pada abad ini banyak filsuf
modern yang sangat berkontribusi dalam segala bidang keilmuan dan pengabdian
pada masyarakat seperti menjadi profesor, peneliti, dan penulis. Namun dari
mereka juga ada yang mempelajari dan berkontribusi pada bidang keilmuan

1
A.C. Grayling, Philosophy 1: A Guide through the Subject (Oxford University Press,
1998), p. 1: "The aim of philosophical inquiry is to gain insight into questions about
knowledge, truth, reason, reality, meaning, mind, and value.
2
Shapin, Steven (1 January 1998). The Scientific Revolution (edisi ke-1st). University Of
Chicago Press
hukum, jurnalisme, politik, agama, sains, bisnis, dan segala bidang kesenian serta
hiburan.3

Kategori Filsuf Berdasarkan Pertanyaan[ CITATION Sha98 \l 1057 ][ CITATION


Why21 \l 1057 ]nya

Filsuf dapat kita kategorikan pada segala sudut pandang pembaca.


Menurut sebuah artikel yang berbahasa Inggris berjudul A Taxonomy of
Philosophy disebutkan bahwasannya kita dapat mengkategorikan pemikiran filsuf
berdasarkan lima cabang utama yang dipisahkan oleh sub cabang dan setiap sub
cabang memiliki banyak bidang studi spesifik, diantara kelima cabang utama itu
ialah metafisika dan epistemologi; teori nilai; sains, logika dan matematika;
sejarah filsafat barat; tradisi filosofis.4

Filsafat Agama

Filsafat agama merupakan suatu paradigma ilmu yang menjelaskan asal


muasal terbentuknya suatu kepercayaan mistik dan logis. Filsafat agama sangat
berhubungan erat pada pertanyaan pertanyaan yang melibatkan agama dan ide ide
agama dari sudut pandang filosofis netral (berlawanan dengan teologi, yang
dimulai dari keyakinan agama)5

Permasalahan dalam cabang filsafat ini diantaranya berupa tentang bukti


keberadaan Tuhan, hubungan antara akal dan iman, pertanyaan seputar
epistemologi agama, hubungan antara agama dan sains, kehidupan setelah
meninggal (akhirat), tanggapan mengenai pluralisme agama dan keberagaman,
penafsiran mengenai pengalaman keagamaan, masalah pembahasan bidang
keagamaan, keberadaan jiwa atau ruh.

Perkembangan Filsafat Dalam Dunia Islam

3
"Why Study Philosophy? An Unofficial "Daily Nous"
Affiliate". www.whystudyphilosophy.com. Diakses tanggal 2016-05-02
4
http://consc.net/taxonomy.html, A Taxonomy of Philosophy
5
Encyclopædia Britannica: Theology; Relationship of theology to the history of religions
and philosophy; Relationship to philosophy.
Filsafat Islam merupakan ebuah kajian sistematis terstruktur mengenai
kehidupan, alam semesta, etika, moralitas, pengetahuan, pemikiran dan gagasan
politik yang dilakukan dalam dunia Islam dan berhubungan dengan ajaran ajaran
Islam. Terdapat dua istilah yang berkaitan dengan definisi filsafat atau disebut
dengan falsafah yang merujuk pada kajian filosofi, ilmu pengetahuan dan logika
berpikir. Dan kalam yang secara makna harfiah bermakna berbicara hal ini
merujuk pada konsepsi teologi keagamaan (Islam).

Menurut Harun Nasution, perkembangan kajian filsafat Islam dibagi ke


dalam tiga periode yakni, periode klasik, periode pertengahan, dan periode
modern. Periode klasik dimaksudkan pada periode setelah wafatnya Rasulullah
SAW hingga pertengahan abad ke-13. Periode selanjutnya yaitu periode
pertengahan yang dimulai antara tahun 1250-1800 M. Periode terakhir yakni
periode modern yang berlangsung sejak awal abad ke-19 hingga saat ini.

Secara teori historistik perkembangan kajian filsafat Islam dipengaruhi


oleh segala faktor eksternal salah satunya yaitu pengaruh kebudayaan Hellenis
yaitu sebuah pengaruh kebudayaan yang disebabkan oleh pertemuan kebudayaan
Timur (Persia) dan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai sejak Iskandar Agung
(Alexander The Great) yang merupakan salah satu murid Aritoteles seorang filsuf
Yunani kuno itu berhasil menduduki wilayah Persia pada abad ke-4 SM. Karena
kejadian tersebut akhirnya terjadilah akulturasi kebudayaan yang menyebabkan
munculnya benih benih kajian filsafat pada masyarakat Muslim di kemudian hari.

Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu


pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut
pada Abad Pencerahan di Eropa. Dunia pemikiran Islam kemudian semakin
terfokus pada pendamaian antara filsafat dan agama ataupun akal dan wahyu,
yang kemudian mempengaruhi semakin diusungnya integrasi antara akal dan
wahyu sebagai landasan epistemologis yang berpengaruh pada karakter
perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Kondisi tersebut
memunculkan semakin banyaknya cabang-cabang keilmuan dalam dunia Islam,
yang tidak hanya bersifat teosentris dengan merujuk pada dalil-dalil Al-Qur'an
dan Al-Hadits sebagai sumber kebenarannya oleh para Mutakalim (ahli kalam),
tetapi juga bersifat antroposentris dengan rasio dan pengalaman empiris manusia
sebagai landasannya tanpa menegasikan dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Pada periode ini, dunia Islam menghasilkan banyak filsuf, teolog, sekaligus
ilmuwan ternama seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Ghazali, dan Ibnu
Rusyd. Kajian filsafat Islam di periode ini umumnya mengkaji lebih lanjut
pandangan-pandangan perguruan filsafat peripatetik di Eropa seperti logika,
metafisika, filsafat alam, dan etika, sehingga periode ini disebut juga sebagai
periode peripatetik dari kajian filsafat Islam6

Manfaat Filsafat Bagi Kebutuhan Berdakwah

Manusia pada dasarnya diciptakan Allah (Tuhan) dan dibedakannya dari


binatang terletak pada kemampuan berpikirnya. Jika hewan hanya mampu
berpikir secara sederhana (sebatas hanya untuk mencari makan dan melindungi
diri dari mangsa), manusia diciptakan oleh Tuhan dibekali dengan otak yang dapat
bekerja lebih dari berpikir sederhana. Manusia memiliki kelebihan dalam hal
paradigma berpikir ketimbang hewan. Maka dengan ini dapat diketahui
bahwasannya nenek moyang manusia adalah manusia.

Alur berpikir ini juga berlaku bagi seorang Da’i atau pendakwah karena
dengan pola pikir yang luas seorang Da’i dapat dengan mudah menyampaikan
dakwahnya sekaligus mempermudah mad’u untuk menerima materi dakwah yang
ia sampaikan. Maka dengan itu juga dibutuhkannya pola pikir kompleks mendasar
yaitu paradigma berpikir filsosfis yang dimana Da’i dituntut mengetahui asal
muasal materi dakwah yang ingin ia sampaikan. Dengan begini Da’i bisa dengan
mudah menguasai materi dan dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh mad’u.

6
Islamic/Arabic peripatetic school
Fungsi filsafat tidak hanya sebatas pola pikir saja namun dapat membentuk
karakter seseorang dalam bergaul karena dengan kita berpikir kritis dan mendalam
maka kita dapat mengerti dan memilih memilah masukan masukan dari lawan
bicara kita. Oleh karena itu berfikir yang filosofis sangat dibutuhkan bagi
makhluk sosial.

Filsafat Dakwah

Dalam tradisi filsafat Islam, para filsuf Muslim lebih cenderung mengkaji
hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan, manusia, penciptaan alam, metafisika,
logika, dan etika. Oleh karena itu dalam beberapa literatur filsafat Islam tidak
dikenal istilah filsafat Dakwah. Filsafat dakwah menjadi berkembang menjadi
kajian dan pengetahuan tersendiri setelah keilmuan dakwah tersistematisir dan
diakui keberadaannyapada pertengahan abad ke-20 M. Pengakuan dakwah sebagai
ilmu bukan hanya pertimbangan atas berdirinya Fakultas Dakwah di Mesir
ataupun di Indonesia. Tetapi karena kegiatan dakwah merupakan fenomena sosial
yang dapat dipelajari dan dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan.7

Kata dakwah adalah sebuah tata-nama dari kata yang berasal dari bahasa
Arab. “Da’wah”. Kata kerjanya da’â yang berarti memanggil, mengundang atau
mengajak. Isim fa’il (pelaku)-nya adalah dâ’i yang berarti pendakwah, pelaku
dakwah. Didalam kamus Al-Munjid fî al-Lughah wa al-A’lâm disebutkan makna
dâ’i sebagai orang yang memanggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau
[ CITATION Fil21 \l 1057 ] mazhabnya. Merujuk pada Ahmad Warson Munawir, kata
da’â mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta
tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong,
menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi.8 Dalam al-
Qur’an asal kata dakwah dalam berbagai bentuknya (fi’il dan isim), terulang
dalam Al-Qur'an sebanyak 211 kali.9

7
Dr. Abdul Basit,M.Ag. “Filsafat Dakwah”, 2013, hal. 13
8
Moh. Ali Aziz, 2004. Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana), hal. 6
9
Muhammad Fu'ad 'abdu al-baqi, Al mu'jam, Almufahras li alfazsh al-qur'an Dar
alma'rifah, Beirut, 1992, hal. 326
Definisi dakwah menurut para ahli dan pakar-pakar dakwah dari berbagai
literatur adalah:

1. Dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia


untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh
kebijaksanaan dan nasihat yang baik.10
2. Dakwah menurut Syekh Muhammad al-Khadir Husain berarti: menyeru
manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan
dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Dakwah menurut M. Abul Fath al-Bayanuni adalah: menyampaikan dan
mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan memraktikkannya
dalam kehidupan nyata.
4. Dakwah menurut A. Masyhur Amin adalah: suatu aktivitas yang
mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana,
dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini
(dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).

Dari berbagai penjelasan para ahli dan pakar-pakar dakwah diatas dapat
kita simpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan mengajak manusia kembali kejalan
kebajikan dan meninggalkan kemungkaran baik untuk orang Islam maupun non-
Islam, hal ini dilakukan agar manusia mendapatkan kehidupan yang bahagia baik
di dunia maupun nanti dialam akhirat. Setelah kita mengetahui makna dari
dakwah secara etimologis dan terminologis maka dapat dikatakan bahwa dakwah
membawa misi persuasif bukan represif, karena sifatnya hanyalah panggilan dan
seruan bukan paksaan.

Adapun pengertian dari filsafat dakwah adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari secara kritis dan mendalam tentang dakwah (tujuan dakwah,
mengapa diperlukan proses komunikasi dan transformasi ajaran dan nilai-nilai
Islam dan untuk mengubah keyakinan, sikap dan perilaku seseorang khas Islam)
dan respon terhadap dakwah yang dilakukan oleh para dâ’i dan mubaligh,

10
Aboebakar Atjeh, 1971, Beberapa Tjatatan Mengenai Da'wah Islam Untuk Perguruan
Tinggi Islam (Semarang: Ramadhani), hal. 6.
sehingga orang yang didakwahi dapat menjadi manusia-manusia yang baik dalam
arti beriman, berakhlak mulia seperti yang diajarkan oleh Islam. 11 Sedangkan
menurut Sukriyanto dalam bukunya mengatakan bahwa filsafat dakwah
merupakan relasi dan aktualisasi imani manusia dengan agama Islam, Allah dan
alam (lingkungan dunia),12

Objek Filsafat Dakwah

Membahas objek filsafat dakwah berarti kita membahas fokus yang akan
menjadi kajian dalam filsafat dakwah. Kajian filsafat dakwah tidak jauh mengkaji
tentang Tuhan, manusia, lingkungan, dan ajaran islam. Pembahasan Tuhan
menjadi fokus dalam kajian filsafat dakwah dikarenakan Tuhan menurunkan
ajaran melalui Rasul yang merupakan ajaran kebenaran. Karenanya Tuhan perlu
dikenal agar kita dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran yang
telah disampaikan Tuhan melalui Rasul. Selain itu menjadikan manusia dapat
mengabdi dan berterima kasih kepada-Nya.

Aktivitas dakwah juga berkaitan dengan manusia, disini kita juga


mengkaji tentang manusia agar mengetahui lebih dalam mengenai manusia.
Seperti Siapa manusia, apa hakikat manusia, apa tugas manusia, dan bagaimana
manusia mengembangkan dirinya. Dengan kita mengkaji manusia kita dapat
mengetahui lebih dalam tentang manusia dan bermanfaat bagi kita sebelum
melakukan dakwah untuk mengetahui kondisi manusia yang akan kita dakwahi.

Tujuan Filsafat Dakwah

Secara umum tujuan filsafat dakwah adalah untuk membekali mahasiswa


atau da’i agar berpikir kritis, analitis, dan sistematis guna mengembangkan
kegiatan dakwah. Namun menurut Syukriadi Sambas13 tujuan filsafat dakwah
dalah sebagai berikut:

11
Ki Musa A. Machfoeld, 2004, Filsafat Dakwah (Jakarta: PT Bulan Bintang), hal. xv.
12
Sukriyanto, “Filsafat Dakwah”, Dalam Andy Dermawan (Ed.), Metodologi Ilmu
Dakwah, (Yogyakarta: LESFI, 2002), hal. 2.
13
Syukriadi Sambas, Sembilan …, hal. 8.
1. Memberikan landasan dan sekaligus menggerakkan proses dakwah Islam
yang bersumber pada alQur’an dan as-Sunnah secara objektif-
proporsional.
2. Melakukan kritik dan koreksi proses dakwah Islam dan sekaligus
mengevaluasinya.
3. Menegakkan kebenaran dan keadilan di atas dasar tauhidullah dan tauhid
risalah.
4. Mensyukuri nikmat akal dengan menerangkannya sesuai fungsi
peruntukkannya.
5. Upaya penyempurnaan jiwa manusia baik dari sudut teoritis maupun
praktis.

Tujuan filsafat dakwah adalah dapat memberikan pemahaman yang


bersifat universal tentang suatu unit ajaran Islam secara mendalam, mendasar dan
radikal sampai ke akar-akarnya, sehingga akhirnya dapat membawa kepada
kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut terlaksanakan dalam sikap
kesehariannya sebagai seorang Islam.

Perkembangan Keilmuan Dakwah

Di Indonesia, keberadaan Ilmu Dakwah tidak bisa lepas dari lembaga


pendidikan yang mencetak pendakwah, seperti madrasah, pesantren, dan
perguruantinggi islam. Sejak islam pertama kali masuk di wilayah Nusantara, para
ulama dan sultan telah memikirkan upaya menyebarkan islam secara efektif.
Untuk itu,kemudian dilakukan kederisasi melalui pendidikan islam. A. Hasjmi
(1974 : 383)menyebut Dayah Cot Kala yang didirikan oleh Muhammad Amin
sebagai perguruan tinggi islam pertama di bangun di rantau Asia tenggara ,
Muhammad Amin behasilmengembangkan Dayah Cot Kala dalam mencetak
pendakwah yang menyebarkan islam di penjuru nusantara. Para kiai Jawa juga
mengemban misi yang sama dengan para ulama Aceh, yakni mencetak
pendakwah. Penting dicatat bahwa saat itu pendakwah lebih populer dari pad\a
guru Agama. Sebagai pendakwah, para ulama banyak menghabiskan
waktunyauntuk berkelana menyebarkan agama islam. Kita mendapatkan
informasi dakwah Wali Songo dari artefak yang di tinggalkan dan cerita rakyat
secara lisan.Sebelum dakwah menjadi jurusan tersendiri, ia kerap dijadikan tema
dalam perdebatan di media massa silam maupun forum forum ilmiah, di padang
sumatera barat, kaum modernis membuat sebuah majalah berbahasa melayu
dengan nama Al-munir, majalah yang didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad ini
mengedepankandakwah purifikatif (pemurnian tauhid) dan menyuarakan ide-ide
metode pembaruanislam. Dari majalah Al-Munir tersebut, muncul beberapa
majalah islam lainnya diindonesia.14

Perbedaan budaya, agama, suku, dan golongan memerlukan model


pemerintahan yang tepat agar dakwah tidak menyimpang dari cita-cita luhurnya.
Esensi multikulturalisme yang dikembangkan untuk memenuhi kondisi didorong
oleh keragaman budaya atau masyarakat multikultural, terutama masyarakat
yang maju. Konsep Dakwah Multikultural memiliki dua perspektif dengan
makna yang saling terkait. Pertama, multikulturalisme sebagai kondisi
pluralisme budaya atau pluralisme budaya suatu masyarakat. Kondisi ini
dikatakan mampu membentuk sikap toleransi. Kedua, multikulturalisme adalah
seperangkat kebijakan pemerintah pusat yang dirancang sedemikian rupa
sehingga masyarakat secara keseluruhan dapat memperhatikan budaya dari
kelompok etnis atau kelompok etnis. Hal ini wajar, karena bagaimanapun juga,
suku bangsa atau suku bangsa telah berkontribusi dalam pembentukan dan
pembangunan suatu bangsa.15

Sedangkan cara berdakwah dijelaskan pada tahun dalam surat An Nahl


ayat 125 yang dalam dakwah tahun dapat dilakukan dengan tiga cara; Itu adalah;
Pertama, Dakwah Bil Hikmah. Kata al-Hikmah berarti yang terpenting dari
segala sesuatu, baik dalam tindakan maupun dalam pengetahuan. Kebijaksanaan
bertindak tanpa kesalahan. Kebijaksanaan juga dapat dipahami dari hakamah
atau kontrol karena digunakan untuk mengendalikan hewan agar tidak menjadi
liar, jadi arti dari kebijaksanaan adalah semua yang bila digunakan akan
membawa hal yang kurang lebih menguntungkan. Raghib al-Ashfahani
14
Hasjmi, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995
15
Alo, Liliweri. (2005). Komunikasi Antarpribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti
mengatakan bahwa Hikmah adalah sesuatu yang berhubungan dengan kebenaran
berdasarkan pengetahuan dan akal.16

Kesimpulan

Dakwah menyampaikan, menjelaskan dan mengajak orang untuk


kembali ke jati diri mereka melalui pesan ilahi dan mencoba untuk menghindari
atau mencegah hal yang berbeda terkait dengan pengingkaran kodrat ilahi dan
kemanusiaan. Dakwah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu , tetapi dapat
menyentuh dan memutus semua jalur kehidupan, demi kehidupan manusia
(amar ma'ruf nahiy munkar). Oleh karena itu, transfer dakwah membutuhkan
pendekatan yang berbeda, disesuaikan dengan kondisi objektif yang dihadapi.
Dakwah tidak bisa kaku kaku hanya dalam mimbar , tetapi menembus semua
dimensi secara dinamis dengan cara bijak, yaitu melalui kata-kata yang pasti
dan benar, telah dapat membedakan antara yang benar dan yang . salah, bisa
mengajarkan dan ketegangan yang baik. Dakwah tidak hanya dalam bentuk
verbal (bil lisan) tetapi juga dapat diterapkan dalam praktik sosial (bil hal).

Dengan demikian, esensi dakwah multikultural adalah upaya seseorang


atau organisasi untuk mengajak atau menyeru orang kepada kebenaran dan
keindahan dan untuk mencegah kejahatan. Jadi dakwah ini berarti ajakan kepada
seluruh umat manusia tanpa memandang suku, ras, jenis kelamin dan usia untuk
memahami, untuk beriman dan untuk mengamalkan ajaran Islam, juga untuk
mengajak kebaikan dan untuk menangkal kejahatan. definisi budaya mencakup
pendukung budaya, baik secara individu maupun kelompok.

Dakwah multikultural di era globalisasi ini adalah . Pertama, umat Islam


harus mampu menguasai dan memanfaatkan sepenuhnya perkembangan
teknologi informasi. Di sisi dakwah, kekuatan Internet berpotensi untuk
dimanfaatkan oleh . Kedua, mengingat perkembangan globalisasi dan informasi
saat ini, media Internet menyediakan berbagai aplikasi yang dapat digunakan
sebagai tempat bagi untuk menyampaikan pesan dakwah. Ketiga, dengan

16
[ CITATION Atj71 \l 1057 ]
adanya perbedaan perkembangan teknologi informasi di era internet , hal ini
disebabkan karena teknologi informasi telah membuka mata dunia terhadap dunia
baru, interaksi baru dan jaringan baru. Global tanpa batas.

Filsafat dakwah adalah ilmu yang mengkaji dakwah secara kritis dan
menyeluruh (tujuan dakwah, mengapa diperlukan proses penyampaian dan
transformasi ajaran), doktrin dan nilai-nilai Islam dan untuk mengubahnya.
keyakinan, sikap dan perilaku khas orang Islam) dan bereaksi terhadap dakwah
yang dipimpin oleh para da'i dan misionaris, agar mereka yang dikhotbahkan
menjadi orang-orang yang baik dalam arti iman, berakhlak mulia seperti yang
diajarkan oleh Islam. Atau dalam tafsir lain, dikatakan bahwa dari tafsir di atas,
falsafah dakwah dapat dipahami sebagai suatu kajian yang utuh dan lengkap dari
entri dakwah yang bersifat all-inclusive.

Selanjutnya, filsafat dakwah dapat dikatakan sebagai kajian filosofis


dakwah, yang dapat dipahami dalam tiga hal. Pertama, kajian tentang dasar,
prinsip, dan yang terpenting menyangkut dakwah. Kedua, kajian rasional atau
filosofis terhadap prinsip dakwah yang diambil dari sumber Islam yang shahih
(al-Qur'an dan as-Sunnah), serta pemikiran ulama, sebagai pedoman dakwah. i
dalam mencapai misi dakwah untuk mencapai keridhaan Allah. Ketiga, kajian
dakwah yang menunjukkan perbedaan berpola ( pola pikir) pada tema-tema
utama dakwah.17

Selanjutnya pemahaman filsafat dakwah didasarkan pada makna filsafat


bahwa kegiatan berpikir sesuai dengan hukum pemikiran, dapat dibentuk sebagai
berikut:

1. Dasar pemikiran Dokumenter, sistematis, logis dan komprehensif tentang Islam


dakwah sebagai sistem memperbarui 27 ajaran Islam di perjalanan.

2. Aktivitas pikiran diatur, diselaraskan dan diintegrasikan ke dalam deskripsi


esensi dakwah Islam pada tingkat konseptual dan praktis .

17
Ilyas Ismail-Prio Hotman, Filsafat …, hal. 4-5.
3. Pengetahuan murni tentang proses internalisasi, transmisi, transformasi dan
penyebaran Islam di sepanjang zaman. . Analisis logis, radikal, objektif dan
profesional dengan membahas istilah Dakwah Islam, baik dari sudut pandang
teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA

A.C., G. (1998). The aim of philosophical inquiry is to gain insight into questions
about knowledge, truth, reason, reality, meaning, mind, and value.
Oxford: Oxford University Press.
Alo, L. (2005). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Atjeh, A. (1971). Beberapa Tjatatan Mengenai Da'wah Islam Untuk Perguruan
Tinggi Islam. Semarang: Ramadhani.
Azis, M. (2004). Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana.
Basit, A. (2013). Filsafat Dakwah. Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Britannica, E. (t.thn.). Theology; Relationship of theology to the history of
religions and philosophy; Relationship to philosophy.
Filsafat Dakwah (Draft Naskah Buku). (diakses pada 8 Desember 2021).
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2941/Filsafat
%20Dakwah%20%28Draft%20Naskah%20Buku%29.pdf?
sequence=1&isAllowed=y.
Fu'ad, M. (1992). 'abdu al-baqi, Al mu'jam, Almufahras li alfazsh al-qur'an Dar
alma'rifah. Beirut.
Hasjmi, A. (1995). Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Machfoeld, M. (2004). Filsafat Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya.
Jakarta: Bulan Bintang.
Sambas, S. (1999). Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP
Hadid.
Shapin, S. (1998). The Scientific Revolution (edisi ke-1st). University Of Chicago
Press.
Shihab, M. (2007). Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Sukriyanto. (2002). Filsafat Dakwah. Yogyakarta: LESFI.
Why Study Philosophy? An Unofficial "Daily Nous" Affiliate. (Diakses 15
Desember 2021).

Anda mungkin juga menyukai