Anda di halaman 1dari 6

TUGAS HUKUM FILSAFAT DAN ETIKA PROFESI

Mencari 2 Pengertian Filsafat yang tidak Ada dimateri

Dosen Hj Retno Sariwati, S.H M.Hum

Oleh

NAMA : AGUNG RAHADI YUNIARTO


NIM : 20010000014

Malang, Maret 2022


FILSAFAT ISLAM

1. Pengertian

Filsafat Islam juga sering disebut filsafat Arab dan filsafat Muslim merupakan suatu
kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas, pengetahuan, pemikiran,
dan gagasan politik yang dilakukan di dalam dunia Islam atau peradaban umat Muslim dan
berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam. Dalam Islam, terdapat dua istilah yang erat kaitannya
dengan pengertian filsafat— falsafa (secara harfiah "filsafat") yang merujuk pada kajian filosofi,
ilmu pengetahuan alam dan logika, dan Kalam (secara harfiah berarti "berbicara") yang merujuk
pada kajian teologi keagamaan.

Merujuk pada periodisasi yang dicetuskan Harun Nasution, perkembangan kajian filsafat
Islam dapat dibagi ke dalam tiga periode yaitu periode klasik, periode pertengahan,dan periode
modern. Periode klasik dari filsafat Islam diperhitungkan sejak wafatnya Nabi Muhammad
hingga pertengahan abad ke 13, yaitu antara 650-1250 M. Periode selanjutnya disebut periode
pertengahan yakni antara kurun tahun 1250-1800 M. Periode terakhir yaitu periode modern
atau kontemporer berlangsung sejak kurun tahun 1800an hingga saat ini.

Aktifitas yang berhubungan dengan kajian filsafat Islam kemudian mulai berkurang
pascakematian Ibnu Rusyd pada abad ke-12 M. Terdapat banyak pendapat yang menganggap
Al-Ghazali sebagai sosok utama dibalik kemunduran kajian filsafat Islam. Gagasan-gagasan Al-
Ghazali yang diterbitkan dalam bukunya Tahafut al-Falasifa dipandang sebagai pelopor lahirnya
kalangan Islam konservatif yang menolak kajian filsafat dalam Islam. Buku ini memuat kritik
terhadap kajian filsafat yang ditawarkan oleh filsuf seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi yang
dianggap mulai menjauhi nilai-nilai keislaman. Namun, pandangan ini kemudian menjadi
perdebatan dikarenakan Al-Ghazali juga dikenal secara luas oleh pemikir-pemikir Islam sebagai
seorang filsuf. Bahkan, dalam pendahuluan di buku tersebut Al-Ghazali menuliskan
bahwasannya, kaum fundamentalis adalah "kaum yang beriman lewat contekan, yang
menerima kebohongan tanpa verifikasi". Ketertarikan dalam kajian filsafat Islam dapat dikatakan
mulai hidup kembali saat berlangsungnya pergerakan Al-Nahda pada akhir abad ke-19 di Timur
Tengah yang kemudian berlanjut hingga kini. Beberapa tokoh yang dianggap berpengaruh
dalam kajian filsafat Islam kontemporer diantaranya Muhammad Iqbal, Fazlur Rahman, Syed
Muhammad Naquib al-Attas, dan Buya Hamka.

2. Sejarah

Secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh
pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur (Persia) dan
kebudayaan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar Agung (Alexander the Great)
yang merupakan salah satu murid dari Aristoteles berhasil menduduki wilayah Persia pada 331
SM. Alkulturasi kebudayaan ini mengakibatkan munculnya benih-benih kajian filsafat dalam
masyarakat Muslim di kemudian hari. Penerjemahan literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan
budaya lainnya ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran pada era Bani Abbasiyah (750-
1250an M) dapat dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan dan
perkembangan kajian filsafat Islam klasik. Peristiwa tersebut kemudian menjadikan periode ini
2

sebagai zaman keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus menunjukan keterbukaan umat
Muslim terhadap berbagai pandangan yang berkembang saat itu, baik dari para penganut
keyakinan monoteis lainnya, seperti kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu di
negeri-negeri Islam (Ravertz, 2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari ketertarikan
umat Muslim terhadap literatur bangsa Yunani Kuno yang mana sering diidentikan dengan
ritual-ritual Paganisme.

Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu pengetahuan


dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat dan
ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan yang di
kemudian hari berkembang lebih lanjut pada Abad Pencerahan di Eropa. Dunia pemikiran Islam
kemudian semakin terfokus pada pendamaian antara filsafat dan agama ataupun akal dan
wahyu, yang kemudian mempengaruhi semakin diusungnya integrasi antara akal dan wahyu
sebagai landasan epistemologis yang berpengaruh pada karakter perkembangan ilmu
pengetahuan dalam dunia Islam. Kondisi tersebut memunculkan semakin banyaknya cabang-
cabang keilmuan dalam dunia Islam, yang tidak hanya bersifat teosentris dengan merujuk pada
dalil-dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber kebenarannya oleh para Mutakalim (ahli
kalam), tetapi juga bersifat antroposentris dengan rasio dan pengalaman empiris manusia
sebagai landasannya tanpa menegasikan dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits. Pada periode ini,
dunia Islam menghasilkan banyak filsuf, teolog, sekaligus ilmuwan ternama seperti Ibnu Sina,
Al-Farabi, Al-Kindi, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Kajian filsafat Islam di periode ini umumnya
mengkaji lebih lanjut pandangan-pandangan perguruan filsafat peripatetik di Eropa seperti
logika, metafisika, filsafat alam, dan etika, sehingga periode ini disebut juga sebagai periode
peripatetik dari kajian filsafat Islam (Islamic/Arabic peripatetic school).

Pasca kematian Ibn Rusyd pada abad ke-12 M, kajian-kajian peripatetik dalam filsafat
Islam mulai meredup.

3. Kritik terkait kajian filsafat dalam Islam

Terdapat kalangan dalam umat Islam menentang gagasan dari kajian ilmu filsafat dan
menganggapnya tidak Islami. Situs jejaring populer terkait paham Salafi, IslamQA.info
(dibimbing dan dikelola oleh Syekh Muhammad Shaleh al-Munajjid dari Arab Saudi)
menyatakan bahwasannya ilmu filsafat merupakan "entitas asing" dalam Islam :
Fatwa ini juga mengklaim bahwa mayoritas ahli fiqhtelah menyatakan bahwa
pembelajaran filsafat merupakan sesuatu yang haram dalam Islam. Beberapa dari ahli fiqh
tersebut teredapat dalam daftar ini:

 Ibnu Nujaym (Imam Hanafi); dalam tulisannya pada Al-asybah wan-Nazaa muth'im.
 Al-Dardeer (Imam Maliki); perkataan beliau dalam Al-Syarh al-Kabir;
 Al-Dasuki; dalam tulisannya, Haashiyah (2/174);
 Zakariya al-Anshari (Imam Syafi'i) dalam Asna al-Mathalib (4/182);
 Al-Bahooti (Imam Hambali); mengatakan dalam Kashshaaf al-Qinaa' (3/34);
IslamQA mengutip pendapat Al-Ghazali yang menyatakan bahwa "empat cabang" dalam ilmu
filsafat (geometri dan matematika, logika, teologi, dan ilmu pengetahuan alam)
3

"melawan syariat, Islam dan kebenaran", dan terkecuali untuk ilmu medis, "tidak ditemukan
kebutuhan untuk dilakukannya pembelajaran terhadap ilmu alam".
Maani' Hammad al-Juhani, (anggota dewan konsultasi dan direktur umum dari
Perkumpulan Pemuda Muslim Dunia) dikutip dari pernyataannya, menyatakan bahwa, kajian
ilmu filsafat tidak mengikuti pedoman moral dari Sunnah, "ilmu filsafat, seperti yang didefinisikan
oleh para filsuf, adalah salah satu kepalsuan yang paling berbahaya dan kejam di dalam
pertempuran iman dan agama terhadap dasar-dasar logika, yang mana hal ini kemudian sangat
mudah digunakan untuk membingungkan orang-orang dengan memakai nama akal,
interpretasi, dan metafora yang kemudian mendistorsi makna dari teks-teks keagamaan".
Ibnu Abi al-Izz, salah seorang penafsir Al-Tahhaawiyyah, mengutuk para filsuf sebagai
orang-orang yang "paling menyangkal kebenaran dari Hari Akhir dan kejadian-kejadian di
dalamnya. Dalam pandangan mereka Surga dan Neraka tidak lebih dari perumpamaan yang
dibutuhkan agar konsep agama dapat dipahami oleh masyarakat, sehingga di luar itu, surga
dan neraka bukan merupakan sesuatu yang nyata."

FILSAFAT PANCASILA

1. Pengertian Umum

Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bernegara. Sebagai informasi, filsafat adalah suatu bidang ilmu yang
senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia. Istilah 'filsafat' secara etimologis merupakan
padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani filosofia
(philosophia).
Sementara itu, pada hakikatnya, Pancasila memiliki sistem nilai yang didapat dari
pengertian nilai-nilai dasar luhur kebudayaan bangsa Indonesia. Dari unsur-unsur kebudayaan
tersebut berakar dan mengalir sehingga membuat secara keseluruhan menjadi terpadu menjadi
kebudayaan bangsa Indonesia. Melalui penjelasan tersebut bisa
disimpulkan, Pancasila sebagai suatu produk filsafat yang digunakan sebagai suatu
pandangan hidup.
Filsafat Pancasila juga memiliki fungsi dan peran sebagai pedoman dan pegangan
sikap, tingkah laku serta perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk bangsa Indonesia. Setiap nilai-nilai yang ada dalam sila
Pancasila perlu dijadikan sebagai dasar dalam hidup berbangsa dan bernegara. Untuk
mengetahui dan memahami lebih dalam tentang filsafat Pancasila, bisa membaca pengertian
para ahli maupun fungsinya.

2. Pengertian Filsafat Pancasila Menurut Ahli

1). IR. Soekarno


Menurut Soekarno, filsafat Pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang
diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha),
Barat (Kristen), dan Arab (Islam).
2). Soeharto
4

Filsafat Pancasila mulai mengalami perubahan, melalui para filsuf yang lahir dari
Depdikbud. Semua elemen Barat disingkirkan dan diganti dengan interpretasi dalam
budaya Indonesia (Pancasila truly Indonesia).
3). Ruslan Abdulgani
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila itu adalah filsafat dari negara yang terlahir
sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
4). Notonagoro
Notonagoro mengatakan bahwa filsafat Pancasila memberikan pengetahuan dan
pengertian ilmiah mengenai hakikat Pancasila. Menurutnya, secara ontologi, kajian
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila yang
terkandung di dalam Pancasila.

3. Fungsi Filsafat Pancasila

 Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

Setiap bangsa di dunia memiliki jiwanya sendiri. Hal ini disebut dengan istilah
Volkgeish, yang berarti 'jiwa bangsa' atau 'jiwa rakyat'. Bagi bangsa Indonesia,
Pancasila adalah jiwa yang telah memainkan peranan penting dalam kehidupan.

 Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia

Filsafat Pancasila berfungsi sebagai kepribadian dan ciri khas bangsa Indonesia
serta menjadi ciri pembeda di antara bangsa lain di dunia.

 Sebagai Sumber dari Semua Sumber Hukum

Indonesia adalah negara hukum yang menerapkan hukum secara adil


berdasarkan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, fungsi filsafat Pancasila merupakan
sumber dari seluruh sumber daya hukum di Indonesia. Masing-masing dari sila yang
terkandung dalam Pancasila berfungsi sebagai nilai dasar, sedangkan hukum adalah
nilai instrumental atau keterangan tentang sila Pancasila.

 Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Filsafat Pancasila juga berfungsi sebagai cara hidup dari Indonesia. Dengan kata
lain, Pancasila merupakan pedoman dan instruksi dalam kehidupan sehari-hari.

 Menjadi Falsafah Hidup Bangsa

Filsafat Pancasila memiliki fungsi kesatuan bangsa. Hal ini dikarenakan


pandangan bahwa Pancasila mengandung nilai kepribadian yang paling tepat dan
sesuai dengan bangsa Indonesia. Pancasila juga dianggap sebagai nilai yang paling
bijaksana, paling adil, dan paling tepat untuk menyatukan seluruh rakyat Indonesia.
5

 Sebagai Dasar Negara

Filsafat Pancasila berfungsi sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan atau


penyelenggaraan negara. Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan bangsa
Indonesia, baik rakyat, pemerintah, wilayah maupun aspek negara lainnya, harus
didasarkan pada Pancasila.

 Memberi Hakikat Kehidupan Bernegara

Filsafat Pancasila memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan mendasar


atau sangat mendasar, seperti sifat kehidupan negara. Dengan filsafat Pancasila, kita
dapat mengetahui sifat kehidupan pedesaan dan semua aspek yang memiliki hubungan
erat dengan kehidupan sosial dan kelangsungan hidup negara.

 Memberi Substansi tentang Hakikat Negara, Ide Negara ,dan Tujuan Bernegara

Dengan filsafat Pancasila kita dapat menemukan kebenaran yang penting


tentang sifat negara, gagasan negara, dan tujuan negara Indonesia. Hal ini dikarenakan
adanya substansi yang memiliki kebenaran universal bagi bangsa Indonesia selama
berabad-abad.

 Menjadi Perangkat Ilmu Kenegaraan

Fungsi filsafat Pancasila yang terakhir ialah sebagai perangkat ilmu pengetahuan
yang berbeda, khususnya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan negara.
Hal ini dapat tercermin dalam berbagai contoh Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah.

4. Tujuan Filsafat Pancasila

1). Untuk menciptakan bangsa yang religius dan patuh kepada Allah yang Maha kuasa.
2). Menjadi bangsa yang menjaga keadilan baik secara sosial maupun ekonomi.
3). Untuk menjadi bangsa yang menghormati hak asasi manusia, untuk dapat berada
dalam kaitannya HAM dengan Pancasila sebagai dasar negara kita.
4). Untuk menciptakan sebuah bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi.
5). Menjadi negara nasionalis dan cinta tanah air Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai