PENDAHULUAN
1
Makalah ini membahas mengenai latar belakang filsafat Islam, yaitu
bagaimana filsafat Islam muncul dan berkembang pada masa lalu, serta
kecenderungan kajian filsafat pada masa Islam. Selain itu, juga akan diulas
beberapa tokoh dan pemikirannya yang berperan penting dalam perkembangan
filsafat Islam, sehingga diharapkan makalah yang saya buat, membuat kita faham
tentang filsafat Islam. penulisan makalah ini, kami berusaha untuk menghindari
plagiasi dengan melakukan riset dan merujuk pada berbagai sumber referensi
yang relevan dan terpercaya. Diharapkan makalah ini membantu kita dalam
pemahaman dan berkontribusi dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan
dan pemikiran Islam.
PEMBAHASAN
Pada awalnya, banyak orang yang skeptis terhadap filsafat dan pandangan-
pandangan yang berbeda dari agama Islam. Namun, pemikiran-pemikiran ini
akhirnya diterima dan dikembangkan oleh para tokoh sarjana yang terkenal di
dalam islam,oleh Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rushd. Para filsuf Muslim ini
2
menciptakan karya-karya besar dalam bidang filsafat dan berkontribusi dalam
perkembangan intelektual Islam. Kemunculan filsafat Islam didorong oleh
beberapa faktor, di antaranya adalah
1
Prof. Dr. Syukran Abdurrahman, "Filsafat Islam: Antara Ajaran dan Kebudayaan"2015 Hlm 23-
31
Ahmad Dallal, Islam, Sains, dan Tantangan Sejarah (New Haven: Yale University Press, 2010),
hlm 34-38.
Seyyed husain nasr, Filsafat Islam dari Asal Mulanya Hingga Saat Ini: Filsafat di Tanah Nubuat
(new york 2006),Hlm 12-19
Majid fahkry, Sejarah filsafat islam III, (New York: Columbia University Press, 2004), Hlm 54-
60.
3
dipelopori Ibnu Hanbal (780-855 M) terhadap ilmu-ilmu filosofis di atas
mencapai puncak serta keberhasilannya di masa khalifah al-Mutawakkil (847-
861 M). Al-Kindi (801-878 M) yang pakar filsafat ialah keliru satu contoh,
dipecat asal jabatannya sebagai guru istana sebab tidak sepaham dengan oleh
khalifah yg salaf. Meski demikian, kendala tadi sesungguhnya hanya terjadi
pada lingkar sentra kekuasaan, di Baghdad. di luar Baghdad, di kota-kota
propinsi otonom, khususnya pada Aleppo dan Damaskus, kajian-kajian
filsafat tetap giat dilakukan, sebagai akibatnya melahirkan seorang filsuf besar
, yakni Abu Nasr al-Farabi (870-950).
2
Wahyuningsih, S. (2021). Sejarah Perkembangan Filsafat Islam. Jurnal Mubtadii, Vol. 7 82-99
4
Al Kindi atau yang bernama lengkap Abu Yusuf Ya’qub Ishaq ibnu
Sabbah ibnu Imran ibnu Ismail al-Ash’ats ibnu Qais al-Kindi, adalah seorang
filsuf muslim pertama, lahir pada tahun 185 H/801 M, Ia dikenang sebagai
filsuf Muslim Arab pertama yaitu sebagai perintis jalan bagi penetrasi filsafat
ke dunia Islam, Karya Al Kindi dibidang filsafat antara lain Kitab al-Kindi ila
al-Mu’tashim billah fi Falsafalah al-Ula, Kitab al Falsafalah al-Dakhilah wa
al-Masail al-Mantiqiyyah al-Muqtashah wa ma fauqa al-Thabi’iyyah dan lain
sebagainya, Al Kindi menyatakan konsep filsafat pertama yaitu “Yang paling
luhur dan mulia di antara segala seni manusia adalah filsafat yang bertujuan
menyingkap hakikat kebenaran, bertindak sebagai kebenaran itu sendiri”
sejalan dengan Aristoteles, menurutnya Filsafat harus diterima menjadi bagian
dari peradaban Islam. Al Kindi menyatakan bahwa filsafat dengan agama
tidaklah bertentangan, karena keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu
Tuhan. Oleh karena itu ia berusaha memadukan keduanya, Bagi Al Kindi
filsafat adalah ilmu dari segala ilmu dan kearifan bagi segala kearifan. Filsafat
dalam pandangannya, bertujuan guna memperkuat agama serta bagian dari
budaya islam.
3. Al Farabi
Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan Abu Nasr Al-Farabi adalah salah
satu tokoh filosof islam. Ia lahir di wasij dekat Farab, pada tahun 258 H/870
M, dan Wafat pada tahun 339 H/950 M, Ia telah membuat tonggak-tonggak
filsafat islam yang kemudian diikuti oleh banyak filosof islam lainnya. Tetapi
dari beberapa ajaran Al Farabi masih terdapat berbagai macam penyimpangan
terhadap ajaran islam yang murni, seperti teori emanasinya yang
menggambarkan sosok tuhan seakan akan hanyalah bagian dari system yang
terus berkelanjutan, serta pemahaman mengenai nabi dan filosof lainnya
disamakan oleh Al Farabi, menganggap bahwa kenabian adalah suatu yang
dapat dicapai oleh semua orang melalui tingkatan-tingkatan proses
pembelajaran. Al Farabi juga mengatakan bahwa bagian sebuah negri
hubungannya sangat era antara satu sama lain, layaknya anggota badan apabila
bagian yang satu sakit maka bagian lain ikut sakit pula.
4. Ibnu Sina
5
Abu ali Husein ibnu Abdullah ibnu Sina lahir pada tahun 980 H/1037 M di
Afsyna, ia adalah filsuf Muslim yang ternama dengan penguasaan filsafat
Aristoteles dan Neo Platonis, pada bidang filsafat ia menulis al-Najat dan al-
Syifa, Ia menyebutkan bahwa jiwa adalah jauhar rohani, yaitu kesatuan antara
jiwa dengan jasad yang memiliki sifat accident, yakni binasa. Hancurnya
sebuah jasad tidak membuat binasa suatu jiwa. Menurutnya manusia
ditentukan oleh jiwa yang menguasainya, apabila jiwa tumbuhan dan binatang
tampak lebih domina, maka manusia tersebut akan serupa dengan sifat
binatang, tetapi apabila al-nafs al-nathiqah yang berkuasa, maka manusia
tersebut mendekati kesempurnaan, Tugas seorang manusia adalah membunuh
jiwa kebinatangan tersebut dengan nathiqah. Ibnu sina mengatakan bahwa
jiwa merupakan satu kesatuan yang memiliki wujud sendiri. Karena jiwa
berhubungan dengan hal abstrak dari Tuhan, maka apabila perpisahan jiwa
dengan badan dengan cara yang tidak sempurna akan terjadi penyesalan pada
jiwa, serta terkutuk selamanya di akhirat.
5. Ibnu Miskawaih
Ibnu Maskawaih atau yang bernama lengkap Abu Ali Ahmad ibnu
Muhammad Ibnu Miskawaih, Lahir di Rayy. Ia dikenal sebagai Filosof
Akhlak (al-filsafat al-‘amaliyat). Menurutnya akhlak adalah sikap untuk
mendorong untuk berbuat tanpa berfikir dan menimbang-nimbang. Ia juga
membagi tingkah laku menjadi dua unsur, watak naluri dan watak kebiasaan.
Dalam karya tulisnya Ibnu maskawaih menyatakan tujuan dari karyanya
adalah mengembangkan nilai moralitas dalam jiwa. Dalam pandangannya ia
mewujudkan jiwa sebagaib suatu yang bersifat immaterial, bukan bagian dari
anggota tubuh, tidak memerlukan tubuh, tak dapat ditangkap oleh indera
jasmani. Ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa yang dapat membedakan jiwa
manusia dengan jiwa binatang adalah adanya potensi akal dalam suatu jiwa
manusia. Manusia yang benar benar sempurna kemanusiaanya adalah manusia
yang baik aktivitas berpikirnya dan mulia ikhtiarnya.
6
6. Al-Ghazali
7. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd atau Abu Al-Walid Muhammad Ibn Ahmad bin Rusyd, Lahir
dikota Kordoba, Andalus di tahun 1126, dari keluarga bangsawan dan
terpelajar. Jika Ibnu Miskawaih pemikirannya cenderung mengenai akhlak
maka ibnu Rusyd cenderung terhadap hubungan agama dengan akal. Pokok
pikiran terhebat dari Ibnu Rusyd adalah penggabungan antara agama dan akal,
hal ini berarti mempertemukan pandanfan Aristoteles dengan islam.
Menurutnya filsafat mempelajari segala sesuatu yang berwujud, adalah bukti
bahwa adanya seorang pencipta. Jadi menurut Ibnu Rusyd hubungan filsafat
dan agama tidaklah bertentangan, karena keduanya merupakan suatu
kebenaran. Menurutnya Realitas dari segi bentuk ada dua bagian yaitu wujud
7
terpisah dan wujud terindra. Konsep Ibnu Rusyd dalam kaitannya dalam
pengetahuan tak leps dari upaya mempertemukan agama dengan filsafat,
Menurutnya, pengetahuan berasal dari dua hal yaitu realitas dan waktu,
Realitas tersebut sebagaimana pandangan metafisiknya,, terdiri dari dua hal,
yaitu realitas metafisik (ma’qulat) dan material (mahsusat) realitis metafisik
tersebutlah yang melahirkan filsafat, sedangkan realitas material melahirkan
sains. Lalu, wahyu melahirkan ilmu keagamaa (ulum-al Syariah). Meski
begitu, kedua sumber pengetahuan ini tidak bertentangan satu sama lain
namun selaras dan saling berkaitan karena keduanya berasal dari satu sumber
yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. 3
E. Tanggapan Kelompok
2. M. Rizqi (1860405223172)
3
Khudori Soleh,Filsafat islam dari klasik hingga kontemporer, Halaman 72-13
Amroeni Drajat, Filsafat islam : buat yang pengen tahu 2006 Halaman 9-19,73-77,41-46
8
Saya berpendapat filsafat Islam tidak terlepas dari interaksi antara tradisi
intelektual Yunani dan tradisi intelektual Islam, serta dari usaha para ulama Islam
untuk memahami ajaran Islam secara lebih mendalam. Saya juga setuju bahwa
perkembangan filsafat Islam telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Namun, saya juga ingin menambahkan bahwa perkembangan filsafat
Islam tidak hanya terjadi di dunia Arab dan dunia Islam, tetapi juga menyebar ke
Eropa melalui perantaraan orang-orang Muslim seperti Averroes atau Ibn Rushd.
Karya-karya mereka telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan filsafat di Eropa pada abad pertengahan.
3. Eva Noviaizati (1860405223181)
9
PENUTUP
Kesimpulan
1. Filsafat Islam adalah ilmu tentang pemikiran dan ajaran Islam dalam
konteks filosofis. Filsafat Islam berkembang seiring dengan
berkembangnya kebudayaan. Pada abad ke-8 Masehi, dunia islam mulai
dimasuki filsafat yunani yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Oleh karena hal itu, Filsafat Islam diangap didasarkan pada Filsafat
Yunani, namun sebenarnya pemikiran islam sudah ada sejak dan mapan
sebelum kedatangan filsafat yunani. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
hasil terjemahan karya yunani juga telah membantu perkembangan filsafat
islam menjadi lebih pesat. Pada masa kejayaan kebudayaan Islam, yaitu
pada abad ke-9 hingga ke-12 Masehi, terdapat beberapa tokoh penting
yang berperan dalam perkembangan filsafat Islam, seperti Al-Kindi, Al-
Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Miskawaih, Al-Ghzali dan Ibnu Rushd. Pasang
surut yang terjadi dalam pemikiran islam yang pada akhirnya melahirkan
tokoh-tokoh filsuf besar yang mengangkat kembali nilai penting filsafat
dalam tradisi keilmuan islam.
DAFTAR PUSTAKA
10
Sholeh, K. (2016). Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer.
Jogjakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Nasr, S.H. (2006). Filsafat Islam dari Asal Mulanya Hingga Saat Ini:
Filsafat di Tanah Nubuat. New York: Columbia University Press
11