Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam

Dosen pengampu:

Sholehuddin Al Ayyubi M.Pd.I


Di susun oleh :
Ary Rachman
Ahmad Ardiansyah

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL AZHAR
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang keberadaannya telah
menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang berpikiran maju -yang ditandai dengan sifat
terbuka, rasional, kritis obyektif, berorientasi ke depan, dinamis dan mau mengikuti zaman, tanpa
meninggalkan prinsip atau ajaran dasar yang bersifat asasi- dan bersifat liberal cenderung mau
menerima pemikiran Filsafat Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni
berpegang teguh kepada doktrin ajaran al-Qur‟an dan al-Hadist secara tekstual, cenderung kurang
mau menerima filsafat, bahkan menolaknya karena takut dapat melemahkan iman.

Itulah beberapa masalah yang mewarnai perkembangan penyebaran Islam pada masa lalu.
Hal tersebut menjadi latar belakang dari pembuatan makalah ini. Dengan harapan dapat
mengembangkan wawasan kita mengenai filsafat Islam, juga untuk mengetahui metode dan
pendekatan yang digunakan para peneliti dalam meneliti filsafat Islam pada masa lalu beserta
kehidupan dan ajaran para tokohnya tersebut. Sehingga pada giliranya kita dapat mengembangkan
pemikiran filsafat Islam dalam rangka menjawab berbagai masalah yang muncul dimasyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi filsafat dan filsafat Islam?

2. Siapa tokoh-tokoh penting dalam filsafat Islam?

3. Bagaimana sejarah dan perkembangan pemikiran filsafat Islam?


C. Tujuan

1. Menjelaskan definisi filsafat dan filsafat Islam.

2. Menjelaskan tokoh-tokoh penting dalam filsafat Islam.

3. Menjelaskan sejarah dan perkembangan pemikiran filsafat Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat dan Filsafat Islam

Kata filsafat berasal dari Bahasa Yunani yakni “philosophia”. Kata philosophia
merupakan gabungan dari dua kata, yakni “philo” yang berarti cinta dan “sophos” yang berarti
kebenaran atau kebijaksanaan. Sehingga philosophia diartikan mencintai kebijaksanaan atau
kebenaran (love of wisdom).1

Kata philosophia dari Yunani tersebut diserap ke dalam Bahasa Arab menjadi falsafah.
Penyerapan kata tersebut terjadi dengan adanya penerjemahan karya-karya teks Yunani ke dalam
Bahasa Arab yang dilakukan pada abad ke-2 hingga abad ke-3 Hijriah. Falsafah dimaknai sebagai
pengetahuan tentang segala yang ada dan tentang ilahiah dan insaniah.2

Pondasi mengenai filsafat dibangun oleh Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322
3
SM). Plato merupakan murid dari Socrates (470-399 SM), yang sebelumnya juga telah
memberikan pengajaran mengenai filsafat khususnya filsafat moral. Namun Socrates tidak
meninggalkan karya tulis apapun, jadi pemikirannya diambil dari muridnya. Plato kemudian
menjadi guru Aristoteles. Ketiga tokoh tersebut, Socrates, Plato, dan Aristoteles merupakan tokoh-
tokoh kunci dalam filsafat.

B.Tokoh-Tokoh dalam Filsafat Islam

1. Al-Kindi

Abu Yu‟qub ibnu Ishaq ibnu Sabbah ibnu Imran ibnu Ismail al-Ash‟ats ibnu Qais
al-Kindi dianggap sebagai filsuf muslim pertama. Al-Kindi lahir pada tahun 185 H dan
wafat tahun 260 H. Al-Kindi lahir pada masa Dinasti Abbasiyah satu dasawarsa sebelum
wafatnya Khalifah Harun al-Rasyid.3

Al-Kindi adalah filsuf muslim Arab pertama yang merintis jalan penetrasi filsafat ke dunia
Islam. Sedangkan pada saat itu, dunia filsafat Islam diramaikan oleh mayoritas filsuf yang berasal
dari Persia, Turki, atau Berber. Keseluruhan karya tulis al-Kindi berjumlah 270 buah, namun
sebagiannya dinyatakan raib. Ibnu al-Nadim dan al-Qifti mengklasifikasikan karya al-Kindi ke
dalam 17 bidang. Bidang-bidang tersebut meliputi filsafat, logika, ilmu hitung, globular, musik,

1
Roy Jackson, What is Islamic Philosophy?, (New York: Routledge, 2014), hlm. 3.
2
Hossein Nasr, Oliver Leaman, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Terjemah History of Islamic
Philosophy, (Bandung: Mizan Press, 2003), hlm. 29-30. 3 Roy Jackson, Op. Cit., hlm. 3.
3
Sayyes Hossein Nashr, Three Muslim Sages, Avicenna, Suhrawardi, Ibnu „Arabi, (Cambridge,
Massachusetts: Hardvard University Press, 1964), hlm. 19.

3
astronomi, geometri, sperikal, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik, metereologi, dimensi,
benda-benda pertama, logam, dan kimia.

Konsep Filsafat pertama al-Kindi menyatakan:

“Yang paling luhur dan mulia di antara segala seni manusia adalah filsafat yang
bertujuan menyingkap hakikat kebenaran, dan bertindak sebagai kebenaran itu sendiri.”

2. Al-Farabi

Al-Kindi telah meletakkan dasar-dasar filsafat Islam, kemudian datanglah dizaman


berikutnya Abu Nasr al-Farabi dan memperkokoh dan memantapkan dasardasar yang telah
diletakkan oleh Al-Kindi. Beliau dapat memecahkan masalah dengan jalan menyesuaikan yang
satu dengan yang yang lainnya, misal antara aliran filsafat Aristoteles dengan filsafat Plotinus, hal
itu terdapat dalam buku al-Farabi dengan judul al-Jama‟ Baina Ra‟y al-Hakimain.

3. Ibnu Sina

Filsafat Islam mencapai puncak kecemerlangannya pada zaman hidupnya Syaikh ar-Rais
Abu Ali al-Husein bin Abdullah Ibn Sina. Dialah filosof Islam yang paling banyak menulis buku-
buku ilmiah sampai soal-soal yang bersifat cabang dan ranting. Ibnu Sina menulis filsafatnya
mengikuti pendapat Aristoteles. Filsafatnya itu dipaparkan dalam buku as-Syifa, kemudian
diringkas dalam bukunya an-Najat. Dalam as-Syifa dikatakan bahwa, “tujuan filsafat adalah
mencari hakekat segala sesuatu sebatas kemungkinan yang dapat dilakukan oeh manusia.”

4. Ibnu Bajjah

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Yahya Ibn Bajah. Selama hidupnya
Ibn Bajah mendalami ilmu alam,, ilmu matematika, ilmu astronomi dan musik. Ia banyak menulis
uraian penjelasan tentang filsafat Aristoteles, dengan demikian ia membuka pintu bagi Ibnu Rusyd.
Ibnu Rusyd banyak mengambil intisari pemikiran Ibnu Bajah bahkan dalam batas-batas tertentu ia
terpengaruh olehnya.

Ibnu Bajah memang mengikuti filsafat Yunani, terutama pendapat Pyhitagoras yang
menggolongkan manusia menjadi dua yaitu kaum awam (dapat menjangkau gambaran yang masuk
akal lewat penglihatannya kepada alam nyata, atau dari ketergantungannya kepada alam wujud),
dan kaum khawas (berhubungan dengan soal-soal yang masuk akal lebih dulu, barulah kemudian
berhubungan alam nyata).

4
5. Ibnu Thufail

Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail,
berasal dari Cordova. Ibnu Thufail menyusun risalah dalam bentuk hikayat yang dalam
mukadimahnya Ibnu Thufail menjelaskan tujuan buku yang ditulisnya yaitu menyaksikan
kebenaran menurut cara yang ditempuh para ahli tasawuf yang mencapai kewalian. Dalam
mukadimahnya beliau menegaskan pendapatnya sesuai dengan filsafat al-Farabi, Ibnu Sina, al-
Ghazali dan Ibnu Bajah.

6. Ibnu Rusyd

Nama lengkapnya Abul Wahid Muhammad bin Ahmad bin Rusyd yang lahir di Cordova.
Beliau belajar ilmu fiqh, ilmu pasti dan ilmu kedokteran. Pemikiran filsafatnya dapat diketahui
dengan jelas dari bukunya yang sangat terkenal, Tahafutut-Tahafut yang ditulis sebagai
sanggahan terhadap buku al-Ghazali yang berjudul Tahafutul-Falasifah.4

C. Sejarah dan Perkembangan Pemikiran Filsafat Islam

Setelah hancurnya kekuasaan Bani Umayah munculah kekuasaan Bani Abbas (132 H/750 M).
Pada masa itu, usaha umat Islam untuk membangun segala bidang ilmu dan filsafat semakin gencar
dilakukan. Perkembangan yang mendukung gerakan tersebut ialah:

• Aksara Arab dan tanda-tanda baca telah mengambil bentuk yang sempurna

• Tata-bahasa Bahasa Arab telah dirumuskan secara mantap

• Industri kertas telah dapat diusahakan pada masa Harun al-Rasyid (170-193 H/786-

809 M)

• Bahan-bahan pengetahuan baik tentang agama apun bukan, tersimpan dalam ingatan atau
tercatat dalam lembaran-lembaran menumpuk untuk ditulis dengan cara yang lebih sistematis

• Perdebatan di golongan umat islam dan antar agama banyak merangsang para ulama
menekuni bidang ilmu yang ingin dikuasai.

Filsafat bukanlah hal yang dikenal sejak awal peradaban Bangsa Arab maupun peradaban Islam.
Namun konsep mengenai hikmah dan hakim telah ada. Bahkan dalam Al-Qur‟an berulang kali
disebutkan kata hikmah yang merupakan pemberian dari Al-Hakim (Tuhan). Konsep hikmah ini

4
Ahmad Fuad Al-Ahwani, Filsafat Islam, Cet.7. (Jakarta; Pustaka Firdaus, 1995), hlm 64-113.

5
dimaknai sebagai petunjuk yang diberikan Tuhan kepada orang yang dikehendaki-Nya untuk
menjalani kehidupan. Masuknya filsafat ke dalam kehidupan Bangsa Arab dan Islam disebabkan
oleh beberapa faktor berikut.

1. Penakhlukan Alexander Yang Agung ke Timur

Alexander Yang Agung dalam literature Barat dikenal dengan Alexander The Great.
Sementara dalam literature Arab dikenal dengan Iskandar Zulkarnain. Alexander berhasil
menakhlukkan Persia pada tahun 331 SM. Setelah penakhlukan tersebut, Alexander menyatukan
budaya Yunani yang ia bawa dengan kebudayaan Parsi. Pertemuan antara kedua budaya ini
membentuk suatu kebudayaan baru yang bernama Hellenisme.5

Penakhlukan Alexander atas Persi merupakan awal masuknya kebudayaan Yunani,


termasuk filsafat, ke dalam dunia Timur. Latar belakang Alexander sebagai murid dari Aristoteles
pasti membawa pengaruh bagi daerah takhlukannya dalam menyebarkan ilmu yang ia dapatkan
dari gurunya. Kebudayaan Hellenismi hasil ciptaan Alexander inilah yang menjadi cikal bakal
filsafat di Timur (Arab).

2. Penyebaran Kebudayaan Yunani Melalui Kristen

Benih kebudayaan Hellenisme pada masa selanjutnya tumbuh di dalam agama Kristen.
Sehingga ajaran-ajaran agama Kristen diwarnai dengan pemikiran filsafat. Filsafat digunakan
oleh kalangan Gereja sebagai pemecahan masalah bila terjadi pertentangan di dalam Gereja.
Perkembangan filsafat di Gereja Kristen membawa dampak bagi Islam tatkala Islam telah
menakhlukkan pusat-pusat kebudayaan Yunani di Asia Barat.

3. Penerjemahan Buku

Penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam Bahasa Arab menjadi faktor paling dominan
dalam mengenalkan filsafat kepada Bangsa Arab. Semenjak itu pula kata filsafat atau falsafah
semakin popular di kalangan kaum muslim, khususnya kaum intelektualnya.

Penerjemahan buku-buku Yunani berjalan dalam tiga periode:

a. Periode pertama

Penerjemahan buku-buku Yunani pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Al-Mansur
sampai penghujung masa Khalifah Harun al-Rasyid pada abad ke-8 M. Pada masa ini, Muktazilah

5
Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafah dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),
hlm. 4-5.

6
mulai mengenal filsafat dan logika yang nantinya membawa pengaruh yang besar bagi peradaban
Islam.

b. Periode kedua

Periode kedua dilakukan pada masa Khalifah Al-Makmun bin Harun al-Rasyid pada abad
ke-9 M. Pada masa ini Al-Makmun mendirikan institusi untuk penerjemahan yang diberi nama
Bait al-Hikmah(The House of Wisdom) di Baghdad.

Bait al-Hikmah adalah suatu lembaga yang dilengkapi observatorium, perpustakaan


besar, dan majlis terjemah.

c. Periode ketiga

Periode ketiga merupakan periode terakhir penerjemahan besar-besaran karya Yunani ke


dalam Bahasa Arab. Periode ini terjadi pada abad ke-10 M. Buku yang diterjemahkan semakin
banyak dan semakin beragam. Sehingga pada periode ini pemikiran kaum muslim semakin terbuka
untuk berfilsafat dengan metode berfikir ala Aristoteles.6

4. Renaissance Ilmu dan Kebudayaan

Setelah penerjemahan besar-besaran karya Yunani, bangsa Islam Arab menjadi lebih
berkembang dalam pemikiran berbagai ilmu pengetahuan. Sehingga tidak hanya menerjemahkan
karya Yunani, namun kaum muslim bisa mengomentari bahkan menulis karya tulis baru yang
orisinil. Dalam hal ini kaum muslimin memiliki dua peran; pertama sebagai penyelamat warisan
pemikiran ilmu pengetahuan Yunani, dan kedua sebagai penemu atau pengembang suatu ilmu
pengetahuan atau hikmah.

Kecenderungan kaum muslimin untuk berfilsafat didahului oleh kecenderungan dalam


mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu praktis. Seperti ilmu kedokteran, ilmu falak
(astronomi), ilmu kimia, matematika, dan lain lain. Namun dengan penguasaan ilmu-ilmu tersebut
belum dapat memecahkan beberapa permasalahan. Sehingga filsafat dirasa harus dipelajari lebih
lanjut untuk menjawab permasalahan yang belum terpecahkan.

6
Ibid., hlm. 8-10.

7
5. Muktazilah

Muktazilah bukanlah aliran filsafat, namun Muktazilah menggunakan filsafat untuk


mempertahankan kebenaran akidah Islam dari gangguan kebatilan. Kemunculan Muktazilah
bermula dari perbedaan murid yang bernama Washil bin Atha dengan gurunya yakni Hasan al-
Bashri. Hasan al-Bashri berpendapat bahwa seorang mukmin yang melakukan dosa besar tetaplah
mukmin, hanya saja telah jatuh ke dalam lembah dosa. Sementara Washil bin Atha berpendapat
bahwa orang yang demikian bukanlah mukmin lagi, tapi juga bukan kafir, namun disebut fasik.
Perbedaan pendapat ini menjadi konflik yang meluas sehingga Washil memisahkan diri dari
gurunya, dan mengadakan pengajiannya sendiri.

Jika pada mula terbentuknya Muktazilah hanya mempermasalahkan mengenai pelaku


dosa besar, pasca mempelajari filsafat Muktazilah semakin meluaskan pemikirannya. Muktazilah
mulai membicarakan masalah ketuhanan, qadar, dan masalah nilai baik dan buruk. Kesemuanya
itu dibahas dengan filsafat yang berdasar akal (rasio).7

BAB III
PENUTUP

1. Filsafat berasal dari kata philosophia yang diartikan mencintai kebijaksanaan atau
kebenaran (love of wisdom) dan juga dari kata falsafah dimaknai sebagai pengetahuan
tentang segala yang ada dan tentang ilahiah dan insaniah. Sedangkan filsafat Islam
diartikan sebagai kegiatan pemikiran yang bercorak islami. Islam di sini menjadi jiwa yang
mewarnai suatu pemikiran. Filsafat dikatakan islami bukan karena yang melakukan
aktifitas kefilsafatan itu orang yang beragama Islam, atau orang yang berkebangsaan Arab,
akan tetapi objeknya mengenai pokok-pokok keislaman.

2. Penetrasi filsafat dilakukan oleh al-Kindi sebagai filosof pertama dalam dunia
Islam dengan cara meletakkan pondasi dasar filsafat Islam. Pondasi tersebut
disempurnakan oleh al-Farabi, dan filosof muslim yang datang setelahnya.

3. Sejarah filsafat Islam dimulai dengan adanya pengaruh dari filsafat Yunani yang
masuk ke dunia Timur melalui penakhlukan oleh Alexander. Selanjutnya perubahan besar
terjadi dengan adanya upaya menerjemahkan literature-literatur Yunani, termasuk filsafat,
ke dalam Bahasa Arab. Penerjemahan tersebut menyebabkan muncul para pemikir filsafat
(filosof) dari dunia Islam. Selain itu, ada pula Muktazilah sebagai sebuah sekte yang
menggunakan filsafat rasional sebagai senjata pembenar pendapat mereka.

7
Ibid., hlm. 15-16.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahwani, Ahmad Fuad al-. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1995.
Ali Yunasril.Perkembangan Pemikiran Falsafah dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
1991.

Asy‟arie, Musa. Filsafat Islam Suatu Tinjauan Ontologi.Yogyakarta: Lembaga


Studi Filsafat. 1992.
Dahlan, Abdul Aziz. Pemikiran Filsafat dalam Islam. Jakarta: Perpustakaan
Nasional. 2003.
Ghorab, Ahmad „Abd al-Hamid. al-I‟lam bi Manaqib al-Islam li Abi al-Hasan
Muhammad bin Yusuf al-Amiri. Kairo: Dar al-Kutfib al-„Arabi li ath-Thuiba‟ah wa an-
Nasyr. 1967.
Hadiwiyono, Harun.Sari Sejarah Filsafat Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1989.

Jackson, Roy.What is Islamic Philosophy?.New York: Routledge. 2014.


Mustofa, A. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2004.
Nashr Hossein. Leaman, Oliver.Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam. Terjemah History of Islamic
Philosophy.Bandung: Mizan Press. 2003.

Nashr Sayyed Hossein.Three Muslim Sages, Avicenna, Suhrawardi, Ibnu „Arabi.Cambridge,


Massachusetts: Hardvard University Press. 1964.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010.
Supadjar, Damardjati.Sosok dan Perspektif Filsafat Islam Tinjauan Aksiologis.
Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat. 1992.
Titus, Harold H., dkk..Persoalan-Persoalan Filsafat, terjemahan Prof. Dr. H.M.
Rasyidi.Jakarta: Bulan Bintan. 1984.

9
10

Anda mungkin juga menyukai