Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Filsafat Islam 1”

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah filsafat umum

Dosen pengampu Bapak Muhni, S.Pd.I., S. Kom., S.H., M.Pd., M. Ag.

Disusun Oleh:

Kelompok 7

1) Halimatus Sa’diah NIM: 23144025

2) Nazmiatun Nanda Saidah NIM: 23144028

3) Rizkia Handayani NIM : 23144033

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL WASHLIYAH BARABAI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


JURUSAN TARBIYAH
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah dunia filsafat, Yunani merupakan tempat awal munculnya
filsafat. Pemikiran filosuf masuk ke dalam dunia IsIam melalui ahli- ahli filsafat
Yunani islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Budaya dan filsafat Yunani
masuk ke negeri - negeri tersebut dengan adanya ekspansi Iskandar Zulkarnain .
Pada zaman bani Umayyah perhatian lebih dipusatkan terhadap kebudayaan
Arab, maka pengaruh kebudayaan Yunani dalam islam belum kelihatan jelas. Baru
setelah pemerintahan bani abbasiyyah pengaruh kebudayaan Yunani lebih jelas
karena pada pemerintahan waktu itu bukan lagi hanya orang-orang Arab, tetapi
orang- orang persia yang berkecimpung di pemerintahan pusat.
Filsafat islam dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan islamic
philosophy, hakikinya yaitu filsafat yang bersifat islami. Filsafat islam yaitu
suatu jalan dan usaha dalam menguraikan kenyataan adanya ajaran agama islam
yang diturunkan oleh Allah SWT dalam bahasa keilmuan dan dapat diterima oleh
akal pikiran. Maka dari itu filsafat islam muncul untuk membuktikan adanya
Allah SWT, Islam menghendaki agar umatnya memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. Dan penciptaan tersebut tentu ada yang menciptakannya, dengan
pemikiran yang demikian itu kemudian menimbulkan penyelidikan dengan
pemikiran filsafat. Maka filsafat islam yaitu berpandangan kritis, mendalam, dan
beroprasi pada tingkat penerjemahan yang bertujuan untuk menolong dan
menghadirkan ketenangan. Dengan begitu pada dasarnya adanya filsafat islam
yaitu demi menjaga ketenangan dan ketentraman dalam dunia islam. Filsafat islam
murni diterima dan ada dalam islam untuk suatu tujuan yaitu ketenangan dan
ketentraman dalam islam. Adapun perkembangan peradaban filsafat Yunani yang
berada diluar Yunani disebut dengan Hellenisme. Hellenisme memiliki pengaruh
terhadap masuknya filsafat dalam Islam. Sebab, ketika islam berhasil menaklukan

1
Mesir, syiria dan bagdad, wilayah tersebut sudah maju oleh peradaban Yunani.
Pada masa al-Ma’mun, Harun al Rasyid dan al-Amin, mereka berusaha
mengembangkan tradisi tersebut dengan memberikan dorongan dan intensif yang
cukup besar bagi perkembangan filsafat dan ilmu. Perkembangan kemajuan sains
dan teknologi pada zaman khilafah islamiah yang dicapai kaum muslimin dimulai
dengan pengalihan pengetahuan yang ada pada filsafat yunani ke lingkungan
dunia islam. Pengalihan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari yaitu dengan
cara menerjemahkan karya-karya filsuf Yunani ke dalam bahasa arab agar dapat
dibaca oleh masyarakat, baik untuk kepentingan pengetahuan maupun untuk
pengkajian lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Islam ?

2. Bagaimana Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani?

3. Bagaimana Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu-Ilmu Islam?

4. Bagaimana pemikiran-pemikiran tokoh tersebut?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Filsafat Islam.
2. Menjelaskan Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani.
3. Menjelaskan Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu-Ilmu Islam.
4. Menjelaskan tokoh-tokoh Filsafat Islam.
5. Menjelaskan pemikiran-pemikiran tokoh Filsafat Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat Islam


Filsafat Islam (bahasa Inggris: Islamic philosophy) merupakan suatu kajian
sistematis terhadap kehidupan, alam semesta, etika, moralitas, pengetahuan,
pemikiran, dan gagasan politik yang dilakukan dalam peradaban umat Muslim,
yang berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam. Dalam Islam, terdapat dua istilah
yang erat kaitannya dengan pengertian filsafat: falsafa, (secara harfiah berarti
"filsafat") yang merujuk pada kajian filosofi, ilmu pengetahuan alam, dan logika;
dan kalam (secara harfiah berarti "berbicara") yang merujuk pada kajian teologi
keagamaan. Adapun definisinya secara khusus seperti apa yang dituliskan oleh
penulis Islam sebagai berikut :
a. Ibrahim Madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalamdunia Islam
untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta, wahyu
dan akal, agama dan filsafat.
b. Ahmad Fuad Al-Ahwany, filsafat Islam adalah pembahasan tentangalam dan
manusia yang disinari ajaran Islam.
c. Muhammad Atif Al-ËIraqy, filsafat Islam secara umum di dalamnyatercakup
ilmu kalam, ilmu ushul fiqh, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya yang
diciptakan oleh intelektual Islam.Pengertiannya secara khusus adalah pokok-
pokok atau dasar-dasar pemikiran filosofis yang dikemukakan para filosof
muslim.Jelaslah bahwa filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umatislam secara
keseluruhan. Pemikiran umat Islam ini merupakan buah daridorongan ajaran Al
Quran dan hadis.

2. Hubungan Filsafat Islam Dengan Filsafat Yunani


Proses sejarah masalalu, tidak dapat dielakkan begitu saja bahwa pemikiran
1

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Filsafat_Islam/23september2023/19.57
3
filsafat islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Para filsuf islam banyak mengambil
pemikiran Aristoteles dan mereka banyak tertarik terhadap pikiran-pikiran
Platinus. Sehingga banyak teori-teori filsuf Yunani diambil oleh filsuf Islam.
Misalnya Ibnu Sina yang meskipun menjadi murid yang setia dari Arisototeles, ia
mempunyai pemikiran yang berbeda.
Para filsuf islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang
berbeda dari apa yang dialami oleh filsuf-filsuf lain.sehingga pengaruh
lingkungan terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya,
tidaklah dapat dipungkiri bahwa dunia islam berhasil membentuk filsafat yang
sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat islam itu sendiri.

3. Hubungan Filsafat Islam Dengan Ilmu-Ilmu Islam


Keungulan khusus bagi filsafat islam dalam masalah pembagiancabang-
cabangya adalah mencakup ilmu kedokteran, biologi, kimia, musik atapun ilmu
falak yang semuanya menjadi cabang filsafat islam. Dengan demikian filsafat
islam secara khusus memisahkan diri sebagai ilmu yang mandiri. Walaupun hasil
juga ditemukan keidentikan dengan pemandangan orang Yunani dalam masalah
teori tentang pembagian filsafat oleh filosuf-filosuf islam.
Filsafat memasuki lapangan-lapangan ilmu keislaman dan mempengaruhi
pembatasan-pembatasannya penyelidikan terhadap keilmuan meliputi kegiatan
filsafat dalam dunia islam. Dan menjadiperluasan ilmu dengan tidak membatas di
dari hasil-hasil karya filosuf islam saja, tetapi dengan memperluas
pembahasannya. Hal ini meliputi ilmu kalam, tassawuf, ushul fiqih dan tarikh
tasyri'.
Para ulama islam memikirkan sesuatu dengan jalan filsafat ada yang lebih
berani dan lebih bebas daripada pemikiran-pemikiran mereka yang biasa dikenal
dengan nama filosuf-filosuf islam. Di mana perlu diketahui bahwa pembahasan
ilmu kalam dan tasawuf banyak terdapat pikiran dan teori-teori yang tidak kalah
2

2
https://id.scribd.com/document/541537286/Makalah-Filsafat-Islam/23september2023/20.10
4
teliti daripada filosuf-filosuf islam. Pemikiran islam mempunyai ciri khas
tersendiri dibanding dengan filsafat Aristoteles, seperti halnya pemikiran islam
pada ilmu kalam dan tasawuf. Demikian pula pada pokok-pokok hukum
islam(tasyri') dan ushul Fiqh juga terdapat beberapa uraian yang logis dan
sistematis dan mengandung bbuk segi-segi kefilsafatan. Syekh Mustofa Abdur
Raziq adalah orag pertama mengusukan ilmu Fiqh menjadi bagian dari filsafat.
Berikut ini ada beberapa hubungan filsafat islam dengan Ilmu tasawuf, Ilmu fiqih.
a. Filsafat dengan Ilmu-Ilmu Kalam
Menurut prof. Tara Cana istiah filsafat islam adalah untuk arti dari ilmu
kalam. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa filsafat itu telah lahir dari kebutuhan
islam dan perdebatan keagamaan dan pada dasamya mementingkan landasan
aqidah atau mencarikan dasar filosofisnya, ataupun untuk membangun pemikiran-
pemikiran theologi keagamaan. Prof. Fuad Al-Ahwani juga mengemukakan
pendapatnya. bahwa filsafat telah bercampur dengan ilmu kalam, sampai yang
terakhir ini telah menelan filsafat sedemikian memasukkannya di kitab-kitabnya.
Sehingga kitab-kitab Tauhid yang rupa dan membahas ilmu kalam didahului
dengan pendahuluan mengenai logika Aristoteles dengan mengikuti cara para
filosuf.
b. Filsafat dan Tassawuf
Filsafat dan tassawuf mempunyai perbedaan yang keduanya dalam hal
pembahasan, berbeda pada metoda dan objeknyaApabila berbicara filsafat berarti
dalam memandang harus dengan akal, dan menggunakan metoda argumentasi dan
logika. Akan tetapi tassawuf dengan jalan mujahadah (pengekangan hawa nafsu) serta
musyahadah (pandangan batin). Di samping itu tassawuf dalam berbicara memakai
bahasa intuisi dan pengalaman batin. Dan menurut Dr. Fuad Al-Ahwani, bahwa para
filosuf sebagai pemilik-pemilik argumentasi, sedangkan tassawuf adalah pemilik
intuisi dan perasaan batin. Demikanlah perbedaan prinsip dari keduanya. Al-Jurjani
dalam kitabnya AT-Tarifat yang diuraikan oleh Dr. Fuad mengatakan bahwa tassawuf
3

3
https://id.scribd.com/document/541537286/Makalah-Filsafat-Islam/23september2023/20.10
5
adalah pembersihan hati dari mengikuti kehendak manusia, melepaskan akhlak
alamiah dengan memadukan sifat-sifat manusiawi menjauhi panggilan-panggilan
hawa nafsu, menempati sifat-sifat kerohanian, terpaut dengan ilmu-ilmu hakikat,
selama-lamanya memakai sifat-sifat keutamaan, memberi nasihat bagi semua umat,
setia kepada Allah. Secara hakiki dan mengikuti Rasullulah dalam syariat. Gejala
timbul pada abad sekarang, bahwa ada percampuran antara tassawuf dengan filsafat.
Sebagaimana pada ajaran tassawuf yang menguraikan tentang ittihad (persatuan
dengan Tuhan). Hulul (inkarnasi Tuhan) dan Wahdatul wujud (Phanteisme). Namun
hal ini hanya sebagai suatu hal kemiripan proses seperti apa yang terjadi pada ilmu
tassawuf ketika memasuki aliran-aliran filsafat Filsafat dan Figh.
c. Fiqh sebagai ilmu yang spesifik di dalam ilmu-ilmu lama.
Sebagaimana juga tassawuf atau ilmu kalam, sehingga dasar figh
adalah ajaran agama. Sehingga fiqh sebagai kajian ilmu berbeda dengann filsuf
Namun Imam Syafi'i dalam kitabnya Ar-Risalah menjelaskan bahwa antara fiqh
dan ushul fiqh adalah lain permasalahan. Di mana ushul fiqh menurut kitab ini
adalah kitab yang ilmiah dengan pembahasan yang sistematis susunannya dalam
disiplin ilmu. Juga terlihat adanya pemikiran filosofi dalam islam yang
dicerminkan adanya perhatian dalam mengukur suatu hal yang mendetail dan
partial meurut kaidah-kaidah umum dengan tidak mengabaikan aspek fiqqhnya
yakni menarik hukum-hukum syariat secara mendetail dengan alasan-alasan yang
terperinci. Di samping itu Ar-Risalah telah memunculkan pikiran fiosofis dengan
kecenderungan mengikuti ilmu mantiq dengan memberian definisi-definisi
terlebih dahulu, dipandang dari sudut terminologis antara fiqh atau ushul fiqh
berbeda dengan filsafat. Walaupun perkembangan beritanya, ushul fiqh juga
terpengaruh oleh logika Aristoteles. Hal ini dapat dilihat dalam melakukan
istimbat hukum dengan cara qiyas atau silogisme, sebagai salah satu metoda
berfilsafat. Secara global dapat diketahui sekarang, bahwa antara tassawuf, ilmu
kalam dan fiqh dapat di identikkan dengan filsafat oleh sebgaian orang. Walaupun
4

4
https://id.scribd.com/document/541537286/Makalah-Filsafat-Islam/23september2023/20.10
6
juga tidak dapat disangkal lagi bahwa fisafat dengan ketiganya jelas berbeda
dalam permasalahan objek pembahasannya.

4. Pembagian Aliran Pemikiran Filsafat Islam


Pembagian ini berdasarkan pada hubungan dengan sistem pemi- kiran
Yunani, sebagai berikut.
a. Periode Mu'tazilah. Periode ini berlangsung mulai abad ke-8 sam- pai abad ke-
12, yang merupakan sebuah teologi rasional yang berkembang di Bagdad dan
Basrah. Golongan ini memisahkan diri dari Jumhur 'ulama' yang dikatakan
menyeleweng dari ajaran Islam.
b. Periode Filsafat pertama. Periode ini berlangsung mulai dari abad ke-8 sampai
dengan abad ke-11, memakai sistem pemikiran yang dipakai para ahli pikir Islam
yang bersandar pada pemikiran Hellenisme, seperti Al-Kindî, Al-Râzî, Al-Fârâbî,
dan Ibnu Sina.
c. Periode Kalam Asy'ari. Periode ini berlangsung mulai abad ke-9 sampai abad
ke-11, pusatnya di Bagdad. Aliran pemikiran ini mengacu pada sistem Elia
(Atomistis). Sistem ini mempunyai dominasi besar, sejajar dengan Sunnisme dan
Ahli Sunnah wal-Jamaah.
d. Periode Filsafat kedua. Periode ini berlangsung mulai abad ke-11 sampai abad
ke-12, yang berkembang di Spanyol dan Magrib. Aliran ini mengacu pada sistem
peripatetis. Tokohnya Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, dan Ibnu Rusyd. Dalam periode
Mutakallimin (700-900), muncul mazhab-mazhab al-Khawaril, Murji'ah,
Qadariyyah, Jabariyyah, Mu'tazilah, Ahli Sunnah wal-Jama'ah.

5. Pemikiran tokoh islam


1. AL-KINDI
a. Riwayat Hidupnya
"Nama Al-Kindi adalah nisbat pada suku yang menjadi asal cikal-
5

5
Anton Bakker, sejarah Filsafat dalam islam, Kanisius, Yogyakarta, 1978,hlm 68
7
bakalnya, yaitu Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah yang
sejak dulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki
apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi orang. Nama
lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya'qup bin Ishaq Ash-Shabbah bin 'Imran bin
Isma'il bin Al Asy'ats bin Qays Al- Kindi, la dilahirkan di Kuffah tahun 185 H
(801 M). Ayahnya, Ishaq Ash-Shabbah, adalah Gubernur Kuffah pada masa
pemerintahan Al- Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani 'Abbas. Ayahnya
meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi lahir. Dengan demikian Al-Kindi
dibesarkan dalam keadaan yatim. Memperhatikan tahun lahirnya, dapat diketahui
bahwa Al-Kindi hidup pada masa keemasan kekuasaan Bani 'Abbas, Pada masa
kecilnya, Al-Kindi sempat merasakan masa pemerintahan Khalifah Harun Al-
Rasyid yang terkenal sangat memperhatikan dan mendorong perkembangan ilmu
pengetahuan bagi kaum Muslim. Pada masa pemerintahannya, Baghdad menjadi
pusat perdagangan sekaligus pusat ilmu pengetahuan. Al-Rasyid mendirikan
semacam akademi atau lembaga, tempat pertemuan para ilmuwan yang disebut
Bayt Al-Hikmah (Balai Ilmu Pengetahuan). Al-Rasyid wafat pada tahun 193 H
(809 M) ketika Al-Kindi masih berumur 9 tahun. Sepeninggal Al-Rasyid,putranya,
Al-Amin menggantikannya sebagai Khalifah, tetapi pada massanya tidak tercatat
ada usaha-usaha untuk mengembangkan lebih lanjut ilmu pengetahuan yang telah
dirintis dengan mengembangkan usaha susah payah oleh ayahnya. Al-Amin wafat
pada tahun 198 H (813 M), kemudian digantikan oleh saudaranya Al-Makmun.
Pada masa pemerintahan Al-Makmun (198-228 H) perkembangan ilm
pengetahuan amat pesat. Fungsi Bayt Al-Hikmah lebih ditingkatkan sehingga
pada masanya berhasil dipertemukan antara ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-
ilmu asing, khususnya dari Yunani. Pada masa ini juga dilakukan penerjemahan
besar-besaran kitab-kitab Yunan ke dalam bahasa Arab, sehingga perkembangan
ilmu pengetahua di kalangan kaum Muslim sangat pesat karena memperoleh
6

6
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm138
8
kesempatan untuk mengembangkan diri. Dan pada waktu inilah Al-Kindi muncul
sebagai salah seorang tokoh yang mendapat kepercayaan untuk menerjemahkan
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab, bahkan ia memberi komentar terhadap
pikiran-pikiran pada filosof Yunani.
Al-Kindi yang dilahirkan di Kuffah pada masa kecilny memperoleh
pendidikan di Bashrah. Tentang siapa guru-gurunya tidu dikenal, karena tidak
terekam dalam sejarah hidupnya. Tetapi dapa dipastikan ia mempelajari ilmu-ilmu
sesuai dengan kurikulum pada masanya. Ia mempelajari Al- Qur'an, membaca,
menulis, dan berhitung Setelah menyelesaikan pelajaran (dasar)nya di Bashrah, ia
melanjutkan ke Baghdad hingga tamat, ia mahir sekali dalam berbagai macam
cabang ilmu yang ada pada waktu itu, seperti ilmu ketabiban (kedokteran
ilmu hitung, manthiq (logika), geometr astronomi, dan lain-lain. Pendeknya ilmu-
ilmu yang berasal dari Yunani juga ia pelajari, dan sekurang-kurangya salah satu
bahasa yang menjad bahasa ilmu pengetahuan kala itu ia kuasai dengan baik yaitu
bahas Suryani. Dari buku-buku Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Suryani inilah Al-Kindi mener-jemahkannya ke dalam bahasa Arab.
Nama Al-Kindi menanjak setelah hidup di istana pada masa pemerintahan
Al-Mu'tashim yang menggantikan Al-Makmun padatahun 218 H (833 M) karena
pada waktu Al-Kindi dipercaya pihak istana menjadi guru pribadi pendidik
puteranya, yaitu Ahmad bin Mu'tashim. Pada masa inilah Al-Kindi berkesempatan
menulis karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun menerjemahkan kitab-
kitab Yunani ke dalam bahasa Arab.
b. Karya-karya Al-Kindi

Karya ilmiah Al-Kindi kebanyakan hanya berupa makalah- makalah, tetapi


jumlahnya amat banyak, Ibnu Nadim, dalam kitabnya Al-Fihrits, menyebutkan
lebih dari 230 buah.) George N. Atiyeh menyebutkan judul-judul makalah dan

7
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm139
9
kitab-kitab karangan Al-Kindi sebanyak 270 buah. Dalam bidang filsafat,
karangan Al-Kindi pernah diterbitkan oleh Prof. Abu Ridah (1950) dengan judul
Rasail Al-Kindi Al-Falasifah (Makalah-makalah Filsafat Al-Kindi), yang berisi 29
makalah. Prof. Ahmad Fuad Al-Ahwani pernah menerbitkan makalah Al-Kindi
tentang filsafat pertamanya dengan judul Kitab Al-Kindi Ila Al-Mu'tashim Billah
fi-Al-Falsafah Al-Ula (Surat Al-Kindi kepada Mu'tashim Billah tentang Filsafat
Pertama). Al-Kindi mengenai filsafat menunjukkan ketelitian dan kecermatannya
dalam memberikan batasan-batasan makna istilah-istilah yang dipergunakan
dalam terminologi ilmu filsafat. Masalah-masalah filsafat yang ia bahas mencakup
epistemologi, metafisika, etika, dan sebagainya. Sebagaimana halnya para
penganut aliran Phythagoras, Al-Kindi juga mengatakan bahwa dengan
matematika orang tidak bisa berfilsafat dengan baik. Dari karangan-karangannya
dapat diketahui bahwa Al-Kindi penganut aliran eklektisisme dalam metafisika
dan kosmologi ia mengambil pendapat-pendapat Aristoteles; dalam psikologi ia
adalah mengambil pendapat Plato; dalam bidang etika ia mengambil pendapat-
pendapat Socrates dan Plato. Meskipun demikian, kepribadian Al Kindi sebagai
filosof Muslim tetap bertahan., "Sebagai seorang filosuf yang memelopori
mempertemukan agama dan filsafat Yunani, Al-Kindi banyak menghadapi
tantangan para ahli agama. la dituduh meremehkan dan membodoh-bodohkan
ulama yang tidak mengetahui filsafat Yunani. Usaha menjauhkan Al-Kindi dari
Khalifah Mu'tashim dengan berbagai macam dalih sering dilakukan oleh orang-
orang yang tidak senang kepadanya. Fitnah. fitnah yang ditujukan kepadanya
semakin deras dan keras, terutama sekali ketika pemerintahan dikendalikan oleh
Mutawakkil. Akhirnya Al-Kindi menyingkir dari kemelut yang sudah berdimensi
politis ini, hingga pada masa pemerintahan Al-Musta'im Billah yang menjadi
korban fitnah dan wafat pada tahun 252 H (866 M) ia meninggal di Baghdad
dalam tahun yang sama. Sebagai seorang pelopor yang dengan sadar berusaha

8
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm139
10
mempertemukan agama dengan filsafat Yunani, Al-Kindi mengatakan bahwa
filsafat adalah semulia-mulia ilmu dan yang tertinggi martabatnya, dan filsafat
menjadi kewajiban setiap ahli pikir (ulul albab) untuk memiliki filsafat itu.
Pernyataan ini terutama tertuju kepada ahli-ahli agama yang mengingkari filsafat
dengan dalih sebagai ilmu syirik, jalan menuju kekafiran dan keluar dari agama.
Al-Kindi sendiri sebagai filosof Muslim tidak kehilangan kepribadiannya
berhadapan dengan pendapat filosof yang dianutnya. Misalnya dalam
membicarakan masalah kejadian alam, Al-Kindi tidak sependapat dengan
Aristoteles yang mengatakan bahwa alam itu abadi. la tetap berpegang pada
keyakinannya bahwa alam adalah ciptaan Allah diciptakan dari tiada dan akan
berakhir menjadi tiada pula. Dengan demikian, bagi Al-Kindi, berfilsafat tidaklah
berakiba mengaburkan dan mengorbankan keyakinan agama, seperti yang sering
dituduhkan orang kepadanya. Filsafat sejalan dan dapat mengabdi kepada agama.

c. Definisi Filsafat Al - Kindi


Al - kindi menyajikan banyak definisi Filsafat tanpa menyatakan bahwa
definisi mana yang menjadi miliknya. Yang disajikan adalah definisi-definisi dari
filsafat terdahulu, itu pun tanpa menegaskan dari siapa diperolehnya. Hal ini
berarti bagi Al-Kindi, bahwa untuk memperoleh pengertian lengkap tentang apa
filsafat itu harus memperhatikan semua unsur yang terdapat dalam semua definisi
tentang filsafat. Definisi-definisi Al-Kindi sebagai berikut:
a) Filsafat terdiri dari gabungan dua kata, philo, sahabat dan sophia,
kebijaksanaan. Filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan. Definisi ini berdasar
atas etimologi Yunani dari kata-kata itu.
b) Filsafat adalah upaya manusia meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh
dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Definisi ini merupakan definisi
fungsional, yaitu meninjau filsafat dari segi tingkah laku manusia.
c) Filsafat adalah latihan untuk mati. Yang dimaksud dengan mati adalah
9

9
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm140
11
bercerainya jiwa dari badan. Atau mematikan hawa nafsu adalah mencapai
keutamaan. Oleh karenanya, banyak orang bijak terdahulu yang mengatakan
bahwa kenikmatan adalah suatu kejahatan. Definisi ini juga merupakan definisi
fungsional, yang bertitik tolak pada segi tingkah laku manusia pula.
d) Filsafat adalah pengetahuan dari segala pengetahuan dan kebijaksanaan dari
segala kebijaksanaan. Definisi ini bertitik tolak dari segi kausa.
e) Filsafat adalah pengetahuan manusia tentang dirinya. Definisi ini
menitikberatkan pada fungsi filsafat sebagai upaya manusia untuk mengenal
dirinya sendiri. Para filosof berpendapat bahwa manusia adalah badan, jiwa dan
aksedensial Manusia yang mengetahui dirinya demikian itu berarti mengetahui
segala sesuatu. Dari sinilah para filosof menamakan manusia sebagai
mikrokosmos.
f) Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan bersifat
menyeluruh (umum), baik esensinya maupun kausa- kausanya. Definisi ini
menitik beratkan dari sudut pandang materinya.Dari beberapa definisi yang amat
beragam di atas, tampaknya Al-Kindi menjatuhkan pilihannya pada definisi
terakhir dengan - menambahkan suatu cita filsafat, yaitu sebagai upaya
mengamalkan nilai keutamaan. Menurut Al-Kindi, filosof adalah orang yang
berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang
diperolehnya yaitu orang yang hidup menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup
adil. Dengan demikian, filsafat yang sebenarnya bukan hanya pengetahuan
tentang kebenaran, tetapi di samping itu juga merupakan aktualisasi atau
pengamalan dari kebenaran itu. Filosof yang sejati adalah yang mampu
memperoleh kebijaksanaan dan mengamalkan kebijaksanaan itu. Hal yang disebut
terakhir menunjukkan bahwa konsep Al-Kindi tentang filsafat merupakan
perpaduan antara konsep Socrates dan aliran Stoa. Tujuan terakhir adalah dalam
hubungannya dengan moralita.
10

10
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm141

12
Al-Kindi menegaskan juga bahwa filsafat yang paling tinggi tingkatannya
adalah filsafat yang berupaya mengetahui kebenaran yang pertama, kausa
daripada semua kebenaran, yaitu filsafat pertama. Filosof yang sempurna dan
sejati adalah yang memiliki tentang yang paling utama ini. Pengetahuan tentang
kausa ('illar) lebih utama dari pengetahuan tentang akibat (ma'lul, effact). Orang
akan pengetahuan mengetahui tentang realitas secara sempurna jika mengetahui
pula yang menjadi kausanya.

2. Al-Farabi
A. Riwayat Hidup Al-Farabi
Al-farabi mempunyai nama lain abu nashr ibnu audagh ibn thorhan al-
farabi. Sebenarnya nama al-farabi diambil dari namakota fatub, tempat in
dilahirkan di desa wasij dalam kota farab pada tahun 257 h. (870 m). Kadang-
kadang ia mendapat sebutan orang turki, sebab ayah al-farabi sebagai orang iran
menikah dengan wanita tiki sepertinya nama sebutan orang turki kepadanya
karena ibunya berasal dari negara turki. Kepribadian al-farabi, sejak kecil ia tekn
dan rajin belajar, dalam berolah kata, tutur bahasa, ia mempunya kecakapan yang
luar biasa. Penguasaan terhadap bahasa iran, turkistan dan kurdistan sangat ia
pahami. Justru bahasa yunani dan suryan sebagai bahasa ilmu pengetahuan pada
waktu itu, al- farabi belum bisa menguasai. Untuk memulai karir dalam
pengetahuannya, ia hijrah dari negerinya ke kota baghdad, yang pada waktu itu
disebut sebaga kota ilmu pengetahuan. Dia belajar di sana selama kurang lebih du
paluh tahun ja betul-betul memanfaatkan untuk menimba ilm pengetahuan
kepada: ibnu suraj untuk belajar tata bahasa arab, abu bisyr matta ibn yunus untuk
belajar ilmu mantiq (logika), dari baghdad al-farabi mencoba pergi ke harran
sebagai salah satu pusat kebudayaan yunani di asia kecil. Di sini ia berguru
dengan yohana ibn hailan, namun tidak lama kemudian, ia meninggalkan kota ini
11

11
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm143
13
untuk kembali ke kota baghdad. Di sini kembali mendalam filsafat.Ia juga mampu
mencapai ahli ilmu mantiq (logika), kemudian mendapat predikat guru kedua,
maksudnya, ia adalah orang yang pertama kali memasukkan ilmu logika ke dalam
kebudaya arab. Keahlian ini rupanya sama yang dialami oleh aristoteles sebagi
guru pertama, ia (aristoteles) orang yang pertama menemukan ilma logika.
Pada tahun 350 h. (941 m.), al-farabi pindah ke damsyik. La menetap di
kota ini, kedudukan al-farabi sangat diperhatikan secara baik oleh saif al-dullah,
kholifah dinasti al-hamdan di alleg (halab). Sampai wafat a-farabi berusia 80
tahun, pengalaman selara di istana saif al-dullah, al-farabi dapat mengembangkan
ilmunya dengan para sastrawan, ahli bahasa, para penyair dan ilmuan lainny
menjadilah ia filosuf yang terkenal pada masanya di istana ini. Dalam kepandaian
al-farabi dibidang filsafat, membawa pengaruh hale kemajuan pemerintah saif al-
dullah, sebagaimana al-kindi ya dapat mencemerlangkan pemerintahan al
mu'tasyim. Riwayat lainyang dikemukakan oleh dr. Fuad al ahwani bahwa al-
farabi masuk ke istana pemerintahan saif al-dullah dengan pakaian sufi pemikiran
al farabi pun datang dari banyak para ahli. Di antaranya massignon (ahli masalah
ketimuran dari perancisje bahwa al farabi merupakan filosuf islam yang pertama,
dan al kindi adalah orang yang membuka pintu filsafat yunani bagi dunia islam,
akan tetapi persoalan-persoalan yang memuaskan. Akan tetapi al farabi telah
menciptakan suatu sistem filsafat yang lengkap. Bahkan al farabi dapat memain
kan peranan penting di dunia islam. Dalam pengembangan keilmuannya agar
dapat meluas, ia telah memberikan keilmuannya kepada ibnu sina, ibnu rasyd
serta filosuf-filosuf lainnya.
Karya al-farabi bila dibanding dengan karya muridnya seperti ibnu sina
masih kalah dalam jumlahnya. Dengan modal karangannya yang pendek
berbentuk risalah dan sedikit sekali jenis karangannya yang berupa buku besar dan
mendalam dalam pembicaraannya. Sebagian karangan al-farabi masih
12

12
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm144
14
diketemukan dibeberapa perpustakaan, sehingga di dunia islam dapat mengenang
dan mengabadikan namanya. Ciri khas tertentu yang ada pada karangannya adalah
bukan saja mengarang kitab besar atau makalah-makalah, namun juga memberi
ulasan-ulasan dan penjelasan terhadap karya aristoteles, iskandar al fraudismy dan
plotinus. Sebagai contoh ulasan al-farabi; terhadap karya aristoteles adalah
masalah burhan (dalil), ibarat (keterangan), khitobah (cara berpidato), al jadal
(argumentasi/berdebat). Qiyas (analogi). Mantiq (logika), adapun ulasan ia
terhadap karya plotinus adalah kitab al majesti fi-ihnil falaq, juga terhadap karya
iskandar al dfraudisiy tentang magalah fin-nafsi.

Karya-karya nyata dari al-farabi adalah:


1) Al jami'u baina ra'yai al hakimain afalatoni al hahiy wa aristho-thails
(pertemuan/penggabungan pendapat antara plato dan aristoteles).
2) Tahsilu as sa'adah (mencari kebahagiaan).
3) Fususu al haram( hakikat kebenaran).
4) Arroo'u ahli madunati al fadilah ( pemikiran - pemikiran utama pemerintahan).
5) As syiyasyah ( ilmu politik).
6) Fi ma'ani al aqli.
7) Ihsho'u al ulum (kumpulan berbagai ilmu).
8) At tangibu ala as sa'adah.
9) Isbatu al mufaragat.
10) Al ta'ligat.

Upaya-upaya untuk menyebarluaskan pemikiran-pemikiran al farabi,


maka kitab-kitabnya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin, inggris,
almania, bahasa arab dan prancis, adapun karya yang pertama dari al farabi yaitu,
isho'u al ulum membahas berbagai ilmu dan cabang-cabangnya. Sebagaimana di
dalamnya memuat ilmu-ilm bahasa, ilmu matematika, ilmu logika, ilmu
13

13
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm145
15
ketuhanan, ilmu musik. Astronomi, ilmu perkotaan, ilmu fiqh, ilmu fisika, ilmu
mekaniky dan ilmu kalam. Ilmu tersebut yang mendapat perhatian besar oleh al
farabi adalah ilmu fiqh dan ilmu kalam. Sedangkan ilmu mantiq membahas
delapan bagian yaitu:
1) al maqulaati al asyr (kategori)
2) al ibarat (ibarat) 3) al qiyas (analogi)
4) al burhan (argumentasi) 5) al mawadi al jadaliyah (the topics)
6) al hikmatu mumawahan (sofistika)
7) al hithobah (ilmu pidato)
8) al syi'ir (puisi)
B. Filsafat Al-Farabi
Al-farabi mendefinisikan filsafat adalah: al ilmu bilmaujudan bima hiya
al maujudaat, yang berarti suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari
segala yang ada ini. Al-farabi berhasil meletakkan dasar-dasar filsafat ke dalam
ajaran islam. Dia juga berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat
plato dan aristoteles, sebab kelihatan berlainan pemikirannya tetapi hakikatnya
mereka bersatu dalam tujuannya memahami atas pemikiran di atas, seolah-olah
filsafatnya adalah perpaduan/campuran dari filsafat aristoteles danplato, dalam
masalah alam, al-farabi sependapat dengan pemikiran plato bahwa alam ini baru,
yang terjadi dari tidak ada (sama dengan pendapat al-kindi). Ide plato tentang
alam mirip suatu pengertian alam akhirat pada dunia islam. Persoalan tentang
terjadinya alam serta bagaimana hubungan pencipta (khaliq) dengan makhluknya,
al- farabi setuju atas teori emanasi neo platonisme (sebagaimana pendapat al-
kindi), lebih jauh al-farabi merinci lagi teori emanasi dengan istilah nama
nadhariyatul faidl, dengan pemikiran dan uraiannya sendiri. Pola pikir pada
bidang mantiq dan fisika. Al-farabi sependapat dengan alur pikir aristoteles, dalam
bidang etika dan politik, is sependapat dengan plato dan persoalan metafisika ia
sependapat dengan plotinus.
14

14
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm146
Pendapat al-farabi mengenai akal itu esa adanya, bahwa akal berisi hanya satu
pikiran yang memikirkan akan dirinya sendiri. Jadi akal tuhan adalah aqil
(berpikir) dan ma'qul (dipikirkan), melalui ta'aqul. Tuhan dapat mulai ciptaan-nya.
Ketika tuhan mulai memikirkan, timbullah suatu wujud baru atau akal baru yang
disebut oleh al-farabi dengan sebutan al aqlul awwal (akal yang pertama).
Berkelanjutan dari akal pertama yang ta'aqqul tentang pemikiran tuhan dan
dirinya sendiri. Dengan ta'aqqul tuhan melimpah ke al aglis tsani (akal kedua),
yang dapat menimbulkan al falakul aqsha (langit yang paling luar), maka timbul
sifat pluralitas dari alam makhluk. Al-aqlits tsani, menimbulkan al aqluts tsalis
(akal ketiga) bersama timbulnya karatul kawakibits tsabitah, langit bintang-
bintang tetap, kemudian akal ketiga melimpah ke al aqlur rabi' (akal keempat)
yang menimbulkan langit bintang zuhal (saturnus), kemudian melimpah ke al
aqlul khamis (akal kelima) dengan munculnya langit bintang musytari (yupiter),
lalu ke al aqlul sadis (akal keenam) bersama bintang mirris (mars), selanjutnya al
aqlust tsabi' (akal ketujuh) dengan munculnya langit matahari, al aqluts tsamin
(akal kedelapan) bersama langit bintang zuhrah (venus), al aqlut-tasi (akal
kesembilan) dengan langit bintang 'utharid (merkurius), akhirnya, al aqlul asyir
bersama dengan langit bulan. Adapun al aalul asyir (akal kesepuluh) ini
dinamakan al aqlul fa'al (akal yang aktif bekerja), orang barat menyebut active
intellect.

C.Filsafat Politik Al-Farabi


Al-Farabi berpendapat, bahwa ilmu politik adalah ilmu yang meneliti
berbagai bentuk tindakan, cara, hidup, watak, disposisi positif dan akhlak Semua
tindakan dapat diteliti mengenai tujuannya, dan apa yang membuat manusia dapat
melakukan seperti itu, dan bagaimana yang mengatur memelihara tindakan
dengan cara yang baik dapat diteliti. Kebahagiaan manusia diperoleh karena
15

16

15
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm147
17
perbuatan/tindakan dan cara hidup yang dijalankan. Lebih lanjut Al-Farabi
berpendapat bahwa kebahagiaan yang hakiki (sebenarnya) tidak mungkin dapat
diperoleh sekarang (di dunia ini), tetapi sesudah kehidupan sekarang yaitu al
akhirat. namun sekarang ini juga ada kebahagiaan yang nisbi seperti halnya
kehormatan, kekayaan dan kesenangan yang dapat nampak dan dijadikan
pedoman hidup. Kebahagiaan sejati senantiasa dengan suatu tindakan-tindakan
yang mulia, kebajikan-kebajikan dankeutamaan-keutamaan. Maka untuk menuju
ke arah itu terwujud melalui kepemimpinan yang tegak dan benar-benar.
Kepemimpinan tumbuh dari Keahlian dan pembawaan manusia. Hal ini dapat
mengarahkan manusia dalam menegakkan nilai-nilai utama dan tindakan-tindakan
yang bakal memelihara sebagai kemantapan Keahlian dapat disebut pemerintahan
dan raja. Adapun politik adalah bentuk operasional dari keahlian tersebut.
Ada dua macam problem politik yaitu:
1) Pemerintahan atas dasar penegakan terhadap tindakan-tindakan yang sadar, cara
hidup, disposisi positif. Dasar ini dapat dijadikan upaya untuk memperoleh
kebahagiaan. Pemerintahan atas dasar demikian disebut pemerintahan utama,
dimana sebagai ciri kota- kota dan bangsa-bangsanya tunduk terhadap
pemerintahan.
2) Pemerintahan atas dasar penegakan terhadap tindakan-tindakan dan watak-
watak dalam rangka mencapai sesuatu yang diperkirakan mendapat suatu
kebahagiaan, maka muncul beraneka ragam bentuk pemerintah, apabila yang
dikejar kejayaan semata dapat dianggap sebagai pemerintah yang rendah, jika
mengejar kehormatan, disebut pemerintahan kehormatan, dan pemerintahan
bergantung kepada apa yang menjadi tujuannya. Sedangkan dipandang dari
kemampuan suatu pemerintahan, ilmu politik terbagi menjadi dua yaitu:
a) Kemampuan dalam melahirkan peraturan-peraturan yang bersifat universal.
b) Kemampuan yang disebabkan oleh adanya ketekunan dalam aktivitas politik.16
D. Filsafat Metafisika Al-Farabi
16
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm148
18
Persoalan-persoalan filsafat telah dibahas oleh filosuf sebelumnya baik
dari Yunani, Persia atau yang lainnya, meski pemecahan yang dilakukan mereka
saling berlawanan. Al-Farabi dalam usahamemecahkan persoalan tersebut tidak
terlepas murni dari pembahasan- pembahasan yang dilakukan oleh mereka itu. Di
antara persoalan u adalah Esa dan berbilang. Filsafat Yunani membahas persoalan
ini berlandaskan pada filsafat fisika semata-mata. Sedang aliran Iskandariyah
(Neo Platonisme) dan filsafat Islam, persoalan ini dipindahkan kepada landasan-
landasan agama. Meskipun dua aliran terakhir ini caranya sama, namun tujuannya
sangat bertolak belakang. Aliran Islam Iskandariyah dan filsafat Islam bertujuan
membentuk susunan alam yang dapat mempertemukan hasil-hasil pemikiran
dengan ketentuan-ketentuan agama. Kondisi semacam ini soal Esa dan berbilang
menjadi dasar utama bagi bangunan filsafat keseluruhan. Pembicaraan metafisika
ini berkisar pada masalah Tuhan, wujud- Nya atau kehendak-Nya.
a) Ilmu Ketuhanan Al-Farabi membagi ilmu ketuhanan menjadi tiga yaitu :
1) Membahas semua wujud dan hal-hal yang terjadi padanya sebagai wujud.
2) Membahas prinsip-prinsip burhan dalam ilmu-ilmu teori juz'iyat (paticulars)
yaitu ilmu yang berdiri sendiri karena penelitiannya tentang wujud tertentu,
Seperti ilmu mantiq (logika), matematika, atau ilmu juzz'iyyat lainnya.
3) Membahas semua wujud yang tidak berupa benda-benda ataupun berada dalam
benda-benda itu, Kemudian terlebih dahulu dibahas apakah wujud serupa itu ada
atau tidak, kemudian dibuktikan dengan burhan bahwa wujud serupa itu ada.
Apakah wujud serupa itu sedikit atau banyak. Apakah wujud serupa itu
berketerbatasan atau tidak, kemudian dibuktikan dengan burhan bahwa
berketerbatasan. Kemudian diperiksa lagi apakah martabat wujud itu tunggal
ataukah banyak dengan sebagian lebih tinggi dari yang lainnya, dan ditunjukkan
dengan burhan bahwa martabat wujud itu banyak dengan sebagian lebih tinggi
17

17
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm149
19
dari yang lain dalam kesempurnaan rendah hingga yang paling sempurna, di mana
tidak ada yang lebih Melalui burhan, martabat-martabat itu meningkat dari yang
paling rendah hingga paling sempurna, dimana tidak ada yang lebihsempurna dari
padanya, dan secara urutlah tidak ada sesuatu yang menyamai tingkat wujudnya,
dan tidak ada yang menyaingi dan menandingi. Peningkatan ini sampai kepada
tingkat yang pertama, yang sebelumnya tidak ada yang pertama. la yang terdahulu
yang tidak mungkin ada yang mendahuluinya. Wujudnya itu tidak disebabkan
oleh sesuatu yang lain. Maka Yang Maha Esa adalah Yang Pertama dan Yang
terdahulu secara mutlak. Sedang adanya wujud yang lain adalah disebabkan
adanya wujud yang pertama itu.
Ilmu ini juga membuktikan adanya kepalsuan pendapat yang mengatakan
bahwa Tuhan Yang Maha Agung dalam karya-karya Nya kemasukan segi-segi
kekurangan baik pada diri-Nya maupun yang diciptakan-Nya. Kemudian
disanggahnya pendapat itu dengan dalil-dalil burhani yang menghasilkan
pengetahuan yang pasti (Al Yaqin) yang tidak seorangpun akan bimbang dan ragu
kepadanya.
b) Wujud Al-Farabi membagi wujud kepada dua bagian yaitu :
1) Wujud yang mungkin atau wujud yang nyata karena lainnya, Seperti wujud
cahaya yang tidak akan ada, kalau sekiranya tida ada matahari. Cahaya itu sendiri
menurut tabiatnya bisa wad dan bisa tidak wujud. Dengan kata lain cahaya adalah
wujud yang mungkin. Karena matahari telah wujud maka cahaya in menjadi
wujud yang nyata karena matahari. Wujud yang mungkin itu menjadi bukti
adanya sebab yang pertama, karena segala yang mungkin harus berakhir kepada
sesuatu wujud yang nyata dan yang pertama kali ada.
2) Wujud nyata dengan sendirinya, Wujud ini adalah wujud yang tabiatnya itu
sendiri menghendaki wujud-Nya yaitu wujud yang diperkirakan tidak ada, maka
akan timbul kemusyrikan.
18

18
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm150
20
Sampailah kini pada kajian hakikat Tuhan yang dikemukaka oleh Al-Farabi. Ia
menyatakan bahwa Allah adalah wujud yangsempurna dan ada tanpa suatu sebab,
karena apabila ada sebab bagi-Nya berarti la tidak sempurna sebab bergantung
kepadanya la wujud yang paling dahulu dan paling mulia. Karena itu Tuhan
adalah zat yang azali dan yang selalu ada. Zat-Nya itu sendiri sudah cukup
menjadi sebab bagi keabadian wujud-Nya. Wujud-Nya tidak terdiri dari matter
(benda) dan form (bentuk/surah), yaitu dua bagian yang terdapat pada makhluk.
Apabila la terdiri dari dua bentuk tadi berarti la terdapat di dalamnya susunan
pada zat-Nya. Dan ini tidak mungkin bagi wujud yang sempurna. Karena
kesempurnaan itu, maka tidak ada sesuatu yang sempurna yang terdapat pada
selain-Nya. la menyendiri dengan kesempurnaan-Nya. Oleh sebab itulah la Esa.
tidak ada sekutu bagi-Nya.Apabila Tuhan lebih dari satu, maka Tuhan itu ada
kalanya sama-sama sempurna wujudnya atau barang kali berbeda dalam sesuatu
sifat-sifat tertentu. Dengan demikian tiap-tiap Tuhan mempunyai dua macam sifat
yaitu sifat umum yang dimiliki bersama-sama oleh Tuhan- Tuhan itu dan sifat-
sifat khusus yang hanya terdapat pada masing- masing Tuhan. Inilah sesuatu yang
tidak mungkin. Demikian pula karena Tuhan itu tunggal, maka la tidak dapat
diberi batasan (definite), karena batasan berarti penyusunan yaitu dengan
memakai spices dan differentia atau dengan memakai matter dan form, seperti
halnya dengan jauhar (benda), sedang kesemuanya itu adalah mustahil bagi
Tuhan. Oleh karena itu Tuhan yang tidak dapat dibatasi ini tidak akan dapat
dicapai oleh manusia yang terbatas ini dengan sempurna. Sebagaimana suatu
cahaya yang sangat kuat yang menyilaukan mata, sehingga kita sulit menguraikan
sifat sifat cahaya itu yang sebenarnya. Adanya kesulitan tentang pengetahuan kita
mengenai Dia, di samping keterbatasan yang dimiliki kita, dan wujud yang tidak
terbatas itu, juga karena kita telah tenggelam dalam alam kebendaan yang
menutup mata hati kita. Semakin jauh kita menghindari benda itu, semakin
dekatlah kita kepada pengetahuan tentang Tuhan yang lebih jelas.
19

19
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm151
21
c) Sifat-sifat Tuhan
Tuhan adalah tunggal. Ia tidak berbeda dari zat-Nya. Tuhan merupakan
akal (pikiran) murni, karena yang menghalang-halangisesuatu untuk menjadi
obyek pemikiran adalah benda, maka sesuatu itu berada. Apabila wujud sesuatu
tidak membutuhkan benda, maka demikian juga zat-Nya juga menjadi obyek
pemikiran Tulan sesuatu itu benar-benar akal. sendiri (ma'qul), karena yang
menghalang-halangi untuk menjadi obyek pemikiran adalah benda pula. Jadi la
adalah obyek pemikiran, karena ia adalah akal pikiran. Ia tidak membutuhkan
sesuatu yang lain untuk memikirkan zat-Nya sendiri, tetapi cukup dengan zat-Nya
sendin itu pula untuk menjadi obyek pemikiran. Dengan demikian zat Tuhan yang
satu itu juga akal (pikiran), zat yang berpikir dan zat yang dipikirkan atau ia
menjadi aqal, 'agil, dan ma'qul.
Tuhan adalah Zat Maha Mengetahui ('alim) Ia tanpa memerlukan sesuatu
yang lain untuk dapat mengetahui, Demikian pula Tuhan untuk dapat diketahui,
oleh zat-Nya sendiri (menjadi obyek ilme Nya), juga memerlukan sesuatu yang
mengetahuinya. Jadi Tuhan cukup dengan zat-Nya sendiri untuk mengetahui dan
diketahui. Ilm Tuhan terhadap diri-Nya tidak lain hanyalah zat-Nya itu sendiri
pula Dengan demikian, ilmu dan zat yang mempunyai ilmu adalah satu Atau la
adalah ilmu yang mengetahui dan menjadi obyek ilmu-Ny (Al ilmu, Al'alim, Al
Ma'lum). Karena Tuhan itu agung dan sempurna, maka la mencintai dan
merindukan zat-Nya sendiri. Dengan demikian, maka Tuhan itu adalah zat yang
merindukan pula (al asyiq dan al ma'suq). Dari uraian di atas nampaklah bahwa
Al-Farabi berusaha keras dalam menunjukkan ke-Esaan Tuhan dan ketunggalan-
Nya dan bahwa sifat-sifat-Nya tidak lain adalah zat-Nya sendiri. Adapun Asma'ul
Husna yang ada dalam Al Qur'an, kita dapa menyebut nama-nama itu sebanyak
yang kita, kehendaki. Akan tetap ke semuanya itu hanya menunjukkan macam-
macam hubungan Tuhan dengan makhluk dari segi keagungan-Nya.
20

20
Filsafat Umum/Asmoro Achmadi. Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.hlm152
22
BAB 3
PENUTUP

A. Simpulan
Filsafat mempunyai banyak peranan bagi manusia seperti mendobrak
keterkungkungan pikiran manusia, pembebas pikiran manusia,sebagai
pembimbing, penghimpun ilmu pengetahuan, dan sebagai pembantu pengetahuan.
Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat membawa
manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.Mengenai
kronologis munculnya filsafat Islam beberapa ilmuan mengalami sedikit
perbedaan, seperti yang dijelaskan Hasyimah Nasution pada bukunya “Filsafat
Islam" ada yang mengatakan bahwa filsafat Islamterlahir hanya gara-gara adanya
penerjemahan buku-buku pengetahuan berbahasa Yunani kedalam bahasa
Arab.Lain halnya dengan yang dipaparkan oleh Hadariansyah dalam bukunya
“Pengantar Filsafat Islam" bahwa filsafat Islam, terlahir dari kitab suci umat Islam
itu sendiri, dikarenakan banyaknya terkandung ayat-ayat yang menyuruh untuk
berpikir. Di sisi lain karena gencarnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Alexander
the Great dengan menaklukkan kota-kota pentingseperti Mesir, Irak, Suriah dan
Persia, yang kemudian di kota-kota pentingtersebut didirikan pusat-pusat
kebudayaan yang membantu mengembangkan usaha Alexander dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan Filsafat Yunani.

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kamimengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.

23
DAFTAR PUSTAKA

Filsafat islam/Drs. H. A. Mustofa; Editor: Drs. Maman Abd. Djaliel.


Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Filsafat Umum/Asmoro Achmadi.

Jakarta: Rajawalin Pers, 2016.

Anda mungkin juga menyukai