Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT ISLAM DALAM TINJAUAN HISTORIS

Moh. Hasan
mohhasan82@gmail.com
Rofidain Azizah

Abstrak: filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi yang


keberadaannya telah menimbulkan banyak pro dan kontra. Ditinjau
dari sudut pandang tradisi intelektual barat, filsafat islam kelihatan
hanya sekedar filsafat Yunani-Alexandrian dalam ’baju’ Arab,
sebuah filsafat yang peran satu-satunya adalah menyalurkan unsur
penting tertentu warisan zaman kuno kepada Barat Abad
pertengahan. Akan tetapi jika dilihat dari perspektifnya sendiri dan
dinilai berdasarkan keutuhan tradisi filosofis islam yang mempunyai
sejarah yang berkesinambungan selama 12 abad dan masih tetap
hidup hingga kini, menjadi sangat jelas bahwa filsafat islam, seperti
hal-hal lainnya yang berlabel ‘islam’, berakar pada Al-Qur’an dan
Hadits.i Filsafat dunia islam tidaklah bersimpangan dengan filsafat
yunani, akan tetapi hal ini bukan berarti mengekor ataupun
mengikuti secara keseluruhan, mereka memiliki alur dan jalan
pemikiran masing-masing. Dan bisa dikatakan bahwa para filosofis
muslim mulai terlibat dalam upaya rekonsiliasi filsafat yaitu dengan
cara mengemukakan pandangan-pandangannya yang relatif baru
dan sangat menarik.

Kata kunci: filsafat Islam, historis.

Pendahuluan

Filsafat selalu dikaitkan dengan Yunani sebagai tempat lahirnya ilmu ini,
dan hal ini menjadikan salah satu alasan kaum muslimin khususnya di beberapa
negara di wilayah timur. Oleh sebab itu, muncullah para filsuf yang mencelupkan
ajaran-ajaran islam kepada setiap pembahasan mencapai hakikat yang
sebenarnya.ii
Filsafat kemudian menciptakan kategori-kategori atas berbagai fenomena,
mencari kesatuan makna dari berbagai hal yang beragam (craving for generality),
dan melakukan penunggalan atas kemajemukan (craving for unity).Segala hal
yang berbeda dari kategori tersebut direduksi dan dicari titik-titik kesama-annya
sehingga bisa dihasilkan sebuah metonimi yang padu dan baku. Filsafat dengan
melakukan hal ini sebenarnya telah mereduksi the other dalam economy of the
same dan menyeragamkan perbedaan ke dalam suatu sistem homogen. iii(Eko
Ariwidodo:2013).
Melacak akar historis filsafat Islam secara akurat, tepat dan komprehensif
bukanlah persoalan yang mudah. Secara historis-sosiologis, rentangan masa
Islam yang begitu panjang serta persentuhannya dengan aneka kebudayaan
Yunani, Suryani, Persia, dan India merupakan aspek-aspek yang menjadikan
semakin sulit untuk memberikan penjelasan definitif mengenai filsafat Islam.
Sebagian besar filsuf muslim dalam merumuskan postulat-postulat filosofisnya
berpijak kepada Al-Qur’an dan Hadits. Para filsuf muslim menimba inspirasi
filosofisnya dari kedua sember fundamental tersebut.

1
Prinsip-prinsip fundamental agama yang termaktub dalam Al-Qur’an dan
Hadits sesungguhnya merupakan kebenaran filosofis, tetapi mengungkapkan
dirinya dalam simbol-simbol imajinatif dengan tujuan agar mudah diterima dan
bermanfaat bagi masyarakat awam, serta untuk memudahkan penyebaran dan
penerimaan dikalangan kebanyakan manusia. Jadi, agama yang terumuskan
dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak lain adalah sebagai filsafat bagi masyarakat
awam dengan fungsi utamanya mendidik dan menyucikan akhlak mereka.iv
Dalam menggagas konsep-konsep filosofisnya, para filsuf Muslim tentunya
menangkap makna batin dari Al-Qur’an dan Hadits sehingga dapat membuahkan
produk-produk filsafat yang berbeda diantara mereka sesuai dengan wawasan
dan kapasitas intelektual mereka dalam memaknai makna kedua dasar sumber
doktrin tersebut. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri fakta sejarah bahwa, islam
juga bersentuhan dengan tradisi-tradisi kebudayaan lain, terutama filsafat Yunani,
yang secara otomatis sedikit banyak mewarnai pemikiran sebagian filsuf muslim
dalam memformulasikan konsep-konsep filosofisnya.
Keterlibatan dengan tradisi filsafat terjadi sesaat setelah penaklukan Islam
mencapai pusat-pusat peradaban Timur Tengah yang berdampingan dengan
kawasan kebudayaan Yunani. Para penguasa muslim tertarik dengan warisan
kultural Yunani yang sangat kaya termasuk didalamnya filsafat. Antusiasme
lantas mendorong proyek penerjemahan besar-besaran dari bahasa Yunani ke
bahasa arab, terkadang melalui bahasa Suryani sebagai mediator orang-orang
kristen. Hasilnya tersedialah serangkaian teks filosofis dalam bahasa Arab,
termasuk karya-karya Aristoteles, plato, dan Neoplatonis yang mendominasi
dunia Yunani setelah kematian Aristoteles.
Kehadiran filsafat Yunani banyak memotivasi pengembangan filsafat Islam
walaupun hal ini tidak berarti bahwa para pemikir Islam sepenuhnya mengikuti
ide-ide orang Yunani. Sebab sekiranya demikian, niscaya mereka akan menjadi
pemikir-pemikir yang miskin mengenai teori pemikiran filosofis. Akan tetapi
mereka menerapkan pemikiran Yunani hanya sebagai metodologi untuk
menelaah subjek-subjek keislaman, dan dalam tataran tertentu mereka
mengembangkan pula metodologi-metodologi baru sehingga dapat membuahkan
gagasan-gagasan cemerlang yang belum pernah ada sebelumnya di negeri
Yunani.v

Metode

Penelitian ini mengambil metode penelitian kepustakaan yang bercorak


deskriptif, yaitu penelitian yang mengambil bahan-bahan kajiannya pada
berbagai sumber, baik yang di tulis oleh tokoh yang diteliti (sumber primer)
maupun sumber yang ditulis oleh orang lain mengenai tokoh yang diteliti (sumber
sekunder).
Penelitian ini juga menggunakan campuran. Yaitu, selain menggunakan
pendekatan historis juga menggunakan pendekatan substansi. Melalui
pendekatan historis, peneliti mencoba meneliti latar belakang munculnya
berbagai pemikiran filsafat dalam Islam, dan dengan pendekatan substansi,
peneliti mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat yang dihasilkan
oleh berbagai tokoh tersebut.

2
Pengertian Filsafat Islam

Kendati Islam sudah di kenal oleh dunia sejak awal abad VII masehi,
namun filsafat di kalangan kaum muslimin baru di mulai pada awal abad VIII. Hal
ini disebabkan karena pada abad pertama perkembangan islam tidak terdapat
isme-isme atau paham-paham selain wahyu. Di kalangan kaum muslimin filsafat
dianggap berkembang dengan baik mulai abad IX masehi sampai abad XII.
Keberadaan filsafat pada masa ini juga menandai masa kegemilangan dunia
Islam, yaitu selama masa Daulah Abbasiyah di Bagdad (750-1258) dan Daulah
Amawiyah di Spanyol (755-7492).
Menurut Hasbullah Bakry, istilah skolastik Islam jarang dipakai dalam
khazanah pemikiran Islam. Istilah yang sering dipakai adalah ilmu kalam atau
filsafat islam.vi
Filsafat Islam meerupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat dan
Islam. Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu kata philein
atau philos dan sophia. Kata philein atau philos berarti cinta (love) akan tetapi
dalam maknanya yang lebih luas yaitu berupa hasrat ingin tahu seseorang
terhadap kebijaksanaan, ilmu pengetahuan atau kebenaran. Sedangkan kata
sophia berarti kebijaksanaan (wisdom). Sehingga secara sederhana, filsafat
adalah mencintai kebijaksanaan (the love of wisdom).
Secara terminologi, filsafat merupakan kontempalasi atau mempelajari
pertanyaan-pertanyaan penting mengenai eksistensi kehidupan yang berakhir
dengan pencerahan dan pemahaman (illumination and understanding), sebuah
visi mengenai keseluruhan.vii
Filsafat adalah pandangan yang menyeluruh dan sistematis, dikatakan
begitu karena filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan suatu
pandangan yang dapat menembus sampai dibalik pengetahuan itu sendiri.
Dikatakan sistematis karena filsafat menggunakan metode berfikir secara sadar,
teliti, teratur serta sesuai dengan hukum-hukum yang ada.
Sementara itu, kata islam secara semantik berasal dari akar kata salima
yang berarti menyerah, tunduk, dan selamat. Islam artinya menyerahkan diri
kepada Allah SWT, dan dengan menyerahkan diri kepada-Nya maka akan
memperoleh keselamatan dan kedamaian.
Jadi, Filsafat Islam pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami.
Islam menempati posisi sebagai sifat, corak, dan karakter dari filsafat. Filsafat
islam artinya berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada pada taraf
makna, yang mempunyai sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkan dan
memberi kedamaian hati.viii
Filsafat Islam adalah pemikiran-pemikiran filsafat yang memberikan
kontribusi pada islam dan sebaliknya islam menggunakn filsafat untuk
memperkuat prinsip-prinsip agama. Dimana salah satu prinsip dalam filsafat
adalah berpikir radikal, yang berujung pada pengakuan bahwa alam ini
disebabkan oleh suatu dzat yang tidak tergantung siapapun. Yaitu dalam agama
dzat tersebut adalah tuhan.
Filsafat islam juga tidak semata-mata bersifat rasional yang hanya
bersandar pada analisis logis terhadap suatu peristiwa, tetapi juga jejak spiritual
untuk memasuki dimensi kegaiban. Rasionalitas filsafat islam, terletak pada
kemampuannya menggunakan potensi berpikir secara bebas, radikal, dan
berada pada tataran makna, untuk menganalisis fakta-fakta empirik dari suatu
kejadian, dalam bangunan sistem pengetahuan yang ilmiah. Sedangkan

3
transendensinya terletak pada kesanggupan mendayagunakan kalbu dan intuisi
imajinatif, untuk menembus dan menyatu dalam kebenaran gaib secara langsung,
dan menjadi saksi kehadiran Allah dalam realitas kehidupan.
Secara sederhana karekteristik filsafat islam dapat dirangkum menjadi
tiga:ix
1. Filsafat islam membahas masalah yang sudah pernah dibahasfilsafat
yunani dan lainnya, seperti ketuhanan, alam, dan roh. Akan tetapi, selain
cara penyelesaian dalam filsafat islam berbeda dengan filsafat yang lain,
para filosof muslim juga mengembangkan dan menambahkan kedalamnya
hasil-hasil pemikiran mereka sendiri.
2. Filsafat islam membahas masalah yang belum pernah dibahas filsafat
sebelumnya seperti filsafat kenabian.
3. Dalam filsafat islam terdapat pemanduan antara agama dan filsafat, antara
akidah dan hikmah, antara wahyu dan akal, dimana bentuk seperti ini
banyak terlihat dalam pemikiran filosof Muslim.

Perbedaan Filsafat Islam dan Filsafat Barat

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani,


namun ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Dan ada lagi
yang berpendapat bahwa asal mula filsafat adalah gabungan dari keduanya.
Filsafat barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosof barat sejak
abad pertengahan sampai abad modern. Sedangkan filsafat islam adalah berpikir
bebas, radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat dan karakter
yang menyelamatkan dan kedamaian hati.
Perjalanan filsafat barat dimulai dari masa Yunani kuno, yang terfokus
pada pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu harus
berdasarkan logika. Kemudian masa abad pertengahan filsafat berubah arah
menjadi bersifat teosentrik, segala kebenaran ukurannya adalah ketaatan pada
gereja. Maka mereka banyak yang berasal dari kalangan pendeta (agamawan).
Dan pada perjalanan berikutnya para pedeta dogmatis tersebut ditinggal oleh
para ilmuwan yang kemudian beralih pada pemikiran yang bercorak bebas,
radikal, dan rasional yang realis.
Filsafat islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam
secara teoritis maupun empiris, bersifat universal yang berlandaskan wahyu.
Filsafat islam merupakan pengembangan filsafat plato dan Aristoteles yang telah
dilandasi dengan ajaran islam dan memadukan antara filsafat dan agama, filsafat
yang berciri religius dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama
dengan akal.
Adapun tujuan filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya mempunyai
kesamaan, akan tetapi, karena terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat
islam ada batasan-batasan, yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara
mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam
filsafat objeknya tidak membatasi diri.

Latar Belakang Lahirnya Filsafat Islam dan Tokoh-Tokohnya

Sudah kita ketahui bahwasanya sejarah filsafat islam tidak dapat


dilepaskan dari filsafat yunani. Filsafat yunani dikembangkan oleh Alexander
Agung yang kita kenal dengan Iskandar Zulkarnain. Alexander Agung adalah

4
Raja Macedonia yang juga merupakan murid dari Aristoteles, dia mempunyai
cita-cita ingin menguasai Mesir karena Mesir dianggap tempat yang strategis
untuk mengembangkan kekuasaan dan peradaban. Keinginannya tercapai
sehingga dia juga menguasai Syiria dan sebagian India.
Alexander mencoba memperkenalkan filsafat dan budaya Yunani di daerah
jajahannya yaitu dengan cara menganjurkan para prajurit dan intelektual Yunani
untuk mengawini penduduk setempat agar mereka betah hidup di tempat yang
dikuasai. Hal inilah yang menjadi cikal bakal perkembangan filsafat dan
peradaban Yunani di luar wilayah Yunani sehingga tidak heran jika lebih
berkembang. Peradaban Yunani lebih berkembang di Mesir, Syiria, dan
Yudinsapur. Adapun perkembangan peradaban filsafat Yunani yang berada
diluar Yunani disebut dengan Hellenisme.
Hellenisme memiliki pengaruh terhadap masuknya filsafat dalam Islam.
Sebab, ketika islam berhasil menaklukkan Mesir, syiria dan bagdad, wilayah
tersebut sudah maju oleh peradaban Yunani. Pada masa al-Ma’mun, Harun al-
Rasyid dan al-Amin, mereka berusaha mengembangkan tradisi tersebut dengan
memberikan dorongan dan intensif yang cukup besar bagi perkembangan filsafat
dan ilmu. Jadi dapat dikatakan bahwa perhatian khalifah yang begitu besar bagi
perkembangan ilmu dan filsafat merupakan salah satu faktor peradaban islam
maju dan dapat di banggakan. Disamping itu, adanya ayat-ayat Al-Qur’an yang
mendorong umat islam untuk selalu memaksimalkan daya akalnya. Perjumpaan
tradisi islam dengan tradisi-tradisi yang sudah maju merupakan faktor lain yang
cukup dominan dalam memberikan kontribusi positif bagi kemajuan ilmu dan
filsafat di dunia islam. Kemajuan Islam relatif mudah diraih karena bibit kemajuan
sudah berkembang di wilayah tesebut. Begitu juga filosof dan ilmuan muslim
bermunculan seiring dengan kemajuannya.x
Perkembangan kemajuan sains dan teknologi pada zaman khilafah
islamiah yang dicapai kaum muslimin dimulai dengan pengalihan pengetahuan
yang ada pada filsafat yunani ke lingkungan dunia islam. Pengalihan tersebut
dilakukan dengan cara mempelajari yaitu dengan cara menerjemahkan karya-
karya filsuf Yunani ke dalam bahasa arab agar dapat dibaca oleh masyarakat,
baik untuk kepentingan pengetahuan maupun untuk pengkajian lebih lanjut.xi
Timbulnya Filsafat Islam dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor dorongan ajaran Islam
Yaitu untuk membuktikan adanya Allah SWT, islam menghendaki agar
umatnya memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Dan penciptaan
tersebut tentu ada yang menciptakannya, dengan pemikiran yang demikian
itu kemudian menimbulkan penyelidikan dengan pemikiran filsafat.
2. Faktor perpecahan di kalangan umat islam
Setelah terbunuhnya kholifah Usman bin Affan, dikalangan umat islam
terjadi perpecahan dan pertentangan. Hal tersebut awal mulanya berawal
dari persoalan politik akan tetapi selanjutnya merambah pada bidang
agama dan yang lainnya. untuk membela dan mempertahankan pendapat
masing-masing mereka mencoba menggunakan logika dan khazanah
keilmuwan di masa lalu, terutama logika Yunani dan persi sehingga pada
akhirnya mereka dapat mendalami pemikiran-pemikiran yang berasal dari
kedua negeri tersebut, dan mereka membentuk filsafat sendiri yang dikenal
dengan Filsafat Islam.
3. Faktor dakwah Islam

5
Islam menghendaki supaya umatnya dapat menyampaikan ajaran islam
kepada sesama manusia, agar seseorang bisa menerima ajaran islam
secara rasional, maka islam harus disampaikan kepada mereka dengan
dalil-dalil yang rasional pula. Sehingga Filsafat sangatlah dibutuhkan dalam
hal tersebut.
4. Faktor menghadapi tantangan zaman
Pengembangan pemikiran berlangsung didalam filsafat, zaman pun juga
berkembang, islam adalah agama yang berkembang sesuai dengan
zamannya, akan tetapi hal tersebut sangatlah bergantung pada
pemahaman umatnya, sehingga setiap berkembangnya zaman diharapkan
pemikiran umat islam juga berkembang terhadap agamanya.
5. Faktor pengaruh kebudayaan lain
Setelah daerah kekuasaan islam meluas ke berbagai wilayah, umat islam
berjumpa dengan beberapa kebudayaan. Mereka menjadi tertarik dan
mempelajarinya sehingga pada akhirnya terjadi sentuhan budaya diantara
mereka. Hal ini banyak sekali ditemukan dalam beberapa teori filsafat Islam,
misalnya pada “teori emanasi” dari Al-Farabi.
Adapun tokoh filosof Islam yang terkenal sangatlah banyak, namun ada
beberapa tokoh yang sudah banyak dikenal, antara lain:
1. Al-kindi (185-252 H/806-873 M)
Al-kindi, dengan nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’cub ibnu Ishaq ibnu Al-
Shabbah ibnu ‘Imran ibnu Muhammad ibnu Al-Asy’as ibnu Qais Al-Kindi.xii
Dalam kalangan kaum muslimin, orang yang pertama kali memberikan
pengertian filsafat dan lapangannya ialah Al-Kindi. Dia membagi filsafat
menjadi tiga bagian, yaitu: a). Thibiyyat (ilmu fisika), sebagai tingkatan
yang paling bawah; b). Al-ilm ar-riyadhi (matematika), sebagai tingkatan
tengah-tengah; dan c). Ilm ar-rububiyyah (ilmu ketuhanan), sebagai
tingkatan yang paling tinggi. Alasan pembagian tersebut adalah ilmu
adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat di indra, adakalanya
berhubungan dengan benda, tetapi mempunyai wujud sendiri, dan tidak
berhubungan dengan benda, akan tetapi mempunyai wujud sendiri.xiii
Unsur-unsur filsafat yang terdapat pada pemikiran Al-Kindi:
a) aliran phythagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.
b) pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal fisika dan metafisika, meskipun al-
kindi tidak sepaham tentang qadimnya alam.
c) Pikiran-pikiran plato dalam soal kejiwaan.
d) Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam hal etika.
e) Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal yang berhubungan
dengan tuhan dan sifat-sifatnya.
f) Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam
menakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Falsafat bagi Al-Kindi merupakan pengetahuan tentang yang benar
(knowladge of truth). Dalam hal inilah terlihat persamaan antara filsafat dan
agama. Adapun tujuan agama adalah menerangkan apa yang benar dan
apa yang baik, dalam agama di samping wahyu, juga mempergunakan akal
begitupun juga dengan filsafat yang sama-sama mempergunakan agama
dan akal. Dan falsafat yang paling tinggi adalah falsafat tentang Tuhan.xiv
2. Al-Farabi (257-337 H/870-950 M)
Dengan nama lengkapnya, Abu Nashr Muhammad ibnu Muhammad
ibnu Tarkhan ibnu Auzalagh dan di singkat menjadi Al-Farabi.xv Filsafat Al-

6
Farabi sebenarnya merupakan campuran antara filsafat Aristoteles dan
Neo Platonisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran syiah
Imamiyah. Beliau mengatakan bahwa filsafat ialah mengetahui semua
yang wujud karena ia wujud (al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah) yang
artinya adalah suatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala
yang ada. Ia berhasil meletakkan dasar-dasar filsafat kedalam islam, ia
juga mengatakan bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat plato dan
Aristoteles. Al-Farabi mempunyai dasar berfilsafat dengan memperdalam
ilmu dengan segala hal yang maujudat hingga membawa pengenalan pada
Allah sebagai penciptanya.xvi
Dibidang filsafat Al-Farabi tergolong ke dalam kelompok filusuf
kemanusiaan, yakni lebih mementingkan soal-soal kemanusiaan seperti
akhlak (etika), kehidupan intelektual, polotik, dan seni. Menurutnya, tujuan
filsafat dan agama pada dasarnya adalah sama, yaitu untuk mengetahui
semua wujud. Hanya saja, filsafat memakai dalil-dalil yang yakin dan di
tujukan kepada golongan tertentu, sedangkan agama memakai cara iqna’i
(pemuasan perasaan) dan kiasan-kiasan serta gambaran yang di tujukan
pada semua orang, bangsa dan negara. xvii Ia juga mengatakan bahwa
agama dan filsafat tidaklah bertentangan, keduanya sama-sama membawa
kepada kebenaran.xviii Sehingga dalam hal ini Al-Farabi juga berkeyakinan
bahwa filsafat tidak boleh dibocorkan dan sampai kepada orang awam.
Oleh karena itu, para filosof harus menuliskan pendapat-pendapatnya
dalam gaya bahasa yang gelap agar jangan diketahui oleh sembarang
orang, hal ini di lakukan karena di khawatirkan dengan filsafat iman
seseorang akan menjadi rusak.
3. Ibnu Sina
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu ‘Ali al-Husain ibnu ‘Abd Allah ibn
hasan ibnu ‘Ali ibn sina. Di barat populer dengan Avicenna akibat dari
terjadinya metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Ibnu Sina mengusahakan
pemaduan (rekonsiliasi) antara agama dan filsafat.
Ibnu Sina merupakan seorang Filsuf, ilmuwan, dokter, dan penulis aktif
yang lahir di zaman ke emasan peradaban Islam. Pada zaman ini para
ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari
Yunani, Persia dan India. Pengembangan ini terutama dilakukan oleh
perguruan Al-Kindi. Pengembangan pada masa ini meliputi matematika,
astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan Ilmu pengobatan.
Ibnu Sina menulis secara ekstensif pada filsafat Islam awal, terutama
logika, etika dan metafisika.
Pembagian filsafat bagi Ibnu sina yaitu filsafat teori dan filsafat amalan.
Ia menghubungkan kedua bagian tersebut kepada agama. Dasar-dasar
filsafat tersebut terdapat dalam agama atau syariat tuhan. Hanya
penjelasan dan kelengkapannya didapatkan oleh kekuatan akal pikiran
manusia.
Menurutnya Nabi dan filosof menerima kebenaran dari sumber yang
sama, yakni malaikat jibril yang juga disebut akal kesepuluh atau akal aktif.
Perbedaannya hanya terletak pada cara memperolehnya, bagi Nabi
terjadinya hubungan dengan Malaikat jibril melalui akal materiil yang
disebut hads (kekuatan suci) sedangkan filosof melalui akal mustafad.
Pengetahuan yang diperoleh Nabi disebut wahyu, sedang yang diperoleh

7
filosof hanya d alam bentuk ilham, akan tetapi antara keduanya tidaklah
bertentangan.xix
4. Ibnu Rusyd (520-595 H/1126-1198 M)
Dia adalah Abul Walid Muhammad bin Ahmad ibnu Rusyd, kelahiran
Cordova pada tahun 520 H. Sering dilatinkan sebagai Averroes, seorang
filsuf dan pemikir dari Al-Andalus yang menulis dalam bidang disiplin ilmu,
termasuk filsafat, akidah atau teologi islam, kedokteran, astronomi, fisika,
fikih atau hukum islam, dan linguistik.
Ibnu Rusyd adalah pendukung ajaran filsafat Aristoteles
(Aristotelianisme). Ia tidak sependapat dengan tokoh-tokoh filosof muslim
sebelumnya, seperti al-Farabi dan Ibnu Sina dalam memahami filsafat
Aristoteles, meskipun pada dasarnya dalam hal filsafat ia tidak bisa lepas
dari keduanya. Menurutnya pemikiran Aristoteles telah bercampur baur
dengan unsur-unsur platonisme yang dibawa komentator-komentator
Alexandria. Oleh karena itu dia dianggap berjasa besar dalam memurnikan
kembali filsafat Aristoteles.Dia berusaha mengembalikan filsafat dunia
islam ke ajaran Aristoteles yang asli atas saran gurunya Ibnu Thufailyang
meminta untuk menerjemahkan fikiran-fikiran Aristoteles pada masa
dinasti Muwahhidun pada tahun 557-559 H.xx
Dia juga berpendapat bahwa dalam agama islam berfilsafat hukumnya
boleh, bahkan bisa menjadi wajib untuk kalangan tertentu. Ia jua
berpendapat bahwa teks Al-Qur’an dan Hadits dapat diinterpretasikan
secara tersirat atau kiasan jika teks tersebut terlihat bertentangan dengan
kesimpulan yang ditemukan melalui akal dan filsafat.
Ibnu Rusyd membedakan tiga metode membuktikan kebenaran yaitu:
1. Metode Retorika (Khatab)
Melalui kepandaian menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh
kebanyakan orang awam.
2. Dialektika (jidal)
Melalui argumen dan perdebatan yang dilakukan oleh para ulama’
mutakallimun pada zaman Ibnu Rusyd.
3. Metode demonstratif (burhan)
Melalui pembuktian dengan kaidah-kaidah logika.
Menurut Ibnu Rusyd, Al-Qur’an menggunakan metode retorika untuk
menyerukan manusia pada kebenaran, karena Al-Qur’an ditujukan kepada
semua orang termasuk pada orang awam. Sedangkan filsafat menggunakn
metode demonstratif yang hanya bisa dikonsumsi oleh orang-orang yang
berilmu, akan tetapi dapat menghasilkan pengetahuan dan pengertian yang
lebih baik bagi orang yang mampu.

Penutup

Lahir dan berkembangnya pemikiran filosofi dalam islam merupakan


sebuah realitas histori dan karena adanya interaksi yang terbangun antara
bangsa Arab muslim dengan daerah-daerah yang ditaklukkan yaitu bangsa non-
muslim yakni bangsa Persia, India, dan yang paling utama adalah bangsa
Yunani, sehingga filsafat Islam dikatakan banyak mengandung unsur Hellenisme.
Pada dasarnya pemikiran filsafat islam bukanlah berdasarkan atas
pemikiran filsafat Yunani akan tetapi dikembangkan dari sumber-sumber
khazanah keislaman sendiri karena adanya kebutuhan akan hal itu. Akan tetapi

8
harus diakui juga bahwa hasil-hasil peterjemahan Yunani telah membantu
perkembangan Filsafat Islam menjadi lebih pesat.
Para tokoh filsafat mulai dari Al-Kindi sampai Ibnu Rusyd, dengan caranya
masing-masing selalu senantiasa berusaha untuk menyelaraskan antara wahyu
dan rasio, antara agama dan filsafat, bukan memisahkannya seperti yang
dituduhkan oleh sebagian kalangan.
Dalam pengembangan selanjutnya pemikiran-pemikiran para filosofis
muslim berkembang sesuai dengan ajaran-ajaran dan akidah islam, agar tidak
bertentangan dengan hakikat islam yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asy’arie, Musa. 2002. Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam berpikir. Yogyakarta:
Lesfi.
Ariwidodo, Eko. 2013. Logosentrisme Jacques Derrida dalam Filsafat Bahasa.
Karsa vol. 21. No. 2. Desember.
al-Ahwani, Ahmad Fuad . 1997. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Bakhtiar, Amsal. 2005. Tema-Tema Filsafat Islam. Jakarta: UIN Jakarta Pers.
Hakim , Atang Abdul & Saebeni, Beni Ahmad. 2008. Filsafat Umum: Dari
Mitologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia.
Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Mustofa, Ahmad. 1977. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Mustofa. 2004. Filsafat Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Mahyudin, Anas. 1995. Membuka Pintu Ijtihad. Bandung: Penerbit Pustaka
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga postmodernisme.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Muzairi. 2015. Filsafat Umum . Yogyakarta: Teras.
Nasr, Seyyed Hossein & Leaman, Oliver. (eds.). 2003. Ensiklopedi Tematis
Filsafat Islam, terj. Tim penerjemah Mizan. Bandung: Mizan.
Rachmat, Aceng. et al., 2015. Filsafat Ilmu Lanjutan. Jakarta: Prenada Media
Group.
Zar, Sirajuddin. 2014. Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya. Jakarta: Rajawali
Pers.
Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam: Sebuah Kajian Tematik . Jakarta: Rajawali Pers.

i Sayyed Hossein Nasr & Oliver Leamen (eds): 2003:36


ii Ahmad Mustofa:1977:17.
iii Eko Ariwidodo:2013:
iv Anas Mahyudin:1995:189.
v Zaprulkhan:2014:3.
vi Ali Maksum:2016:84.
vii Zaprulkhan:2014:3
viii Musa Asy’arie:2002:5-6.
ix Sirajuddin:2014:14.
x Amsal Bakhtiar:2005:15.
xi Aceng Rahmat, et al:2015:65.
xii Sirajuddin Zar:2014:39.
xiii Atang Abdul Hakim&Beni Ahmad saebeni:2008:436
xiv Muzairi:2015:109.
xv Sirajuddin Zar:2014:67.

9
xvi Mustofa:2004:128.
xvii Atang abdul:2008:436.
xviii Hasyimsyah:1999:35.
xix Harun Nasution:1983:18
xx Ahmad Fuad al-Ahwani:1997:110.

10

Anda mungkin juga menyukai