Anda di halaman 1dari 22

THE FIRST PHILOSOPER OF MOESLIM

(FILSUF PERTAMA DARI ERA MUSLIM)


AL-KINDI

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Ilmu Sejarah Perkembangan Pemikiran Dan
Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. SUWITO,. M. A.

DiSusun Oleh :

Sri Rahayu
NIM : 170211020068

JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


PROGRAM PASCASARJANA BANJARMASIN
TAHUN 2017/1439 H

1
Filsuf Pertama dari Era Muslim
Sri Rahayu
Program Pasca Sarjana UIN ANTASARI BANJARMASIN
Email : aeyucute90@gmail.com
Mata Kuliah Sejarah pemikiran dan perkembangan Budaya Islam

Agama dan Ilmu Pengetahuan seperti Air dan minyak yaitu


berdampingan namun tidak menyatu, kemudian Ilmu tanpa Agama
seperti berjalan dikegelapan tanpa tujuan yaitu buta terhadap agama
sesat tanpa ilmu pengetahuan. Dengan kesimpulan yang didapatkan
dari penelitian ini adalah bahwa menurut Al-Kindi Ilmu pengetahuan
tidak dapat dipisahkan dari Agama, karena di dalam Agama ada
Tuhan yaitu Allah dan Allah adalah Sang Pencipta/akal pertama. Akal
pertama adalah Akal paling kekal sedangkan akal manusia
mempunyai batasan/lemah. Kemudian menurut Kholili Hasib dalam
Jurnal nya yang berjudul “Filsafat dan Konsep Ketuhanan menurut Al-
Kindi” menyatakan bahwa Konsep Filsafat berlandaskan pada
pemikiran Al-Kindi tentang Metafisika yang bergesekan dengan
Aristoteles yang hanya berlandaskan Fisika belaka. Dalam hal ini saya
sependapat dengan beliau, karena Al-Kindi mendiskripsikan
Filsafatnya dengan sederhana terutama dalam metafisika. Sumber
penelitian primer ini berasal dari Buku Harun Nasution yang berjudul
“Falsafat dan Misitisme dalam Islam”.
Kata Kunci: Al-Kindi, Filsafat

The First Philosoper Of Moeslim

Religion and Science such as Water and oil that is side by side but not
united, then Science without Religion as walking in darkness without
a goal that is blind to the heresy religion without science. With the
conclusion obtained from this research is that according to Al-Kindi
Science can not be separated from Religion, because in Religion there
is God that is Allah and Allah is the Creator / first reason. The first
reason is the most eternal Intellect while the human mind has limits /
weakness. Then according to Kholili Hasib in his Journal entitled
"Philosophy and Concept of Godhead according to Al-Kindi" stated
that the concept of philosophy is based on Al-Kindi thinking about
Metaphysics that rubs against Aristotle is only based on Physics. In
this respect I agree with him, because Al-Kindi describes his
Philosophy simply in metaphysics. The source of this primary study
comes from Harun Nasution's book "Falsafat and Misitism in Islam".
Keyword : Al-Kind, Philosopy

2
THE FIRST PHILOSOPER OF MOESLIM
(FILSUF PERTAMA DARI ERA MUSLIM)

I. Pendahuluan

Argumen-argumen yang dibawa Qur’an lebih meyakinkan dari


pada argumen-argumen yang ditimbulkan falsafat. Tetapi falsafat
dan Qur’an tak bertentangan; kebenaran yang diberitakan wahyu
tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa falsafat.
Mempelajari falsafat dan berfalsafat tidak dilarang, karena teologi
adalah bagian dari falsafat, dan umat islam diwajibkan belajar
teologi.1
Dengan adanya usaha dari kaum muslimin yang
menterjemahkan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa Arab,
maka mereka telah mendapatkan suatu ilmu baru yang memiliki
corak sendiri. Walaupun demikian, perbedaan pendapat dari
berbagai pihak muncul akibat pemikiran-pemikiran filsafat. Ada
sikap yang menolak atas pemikiran filsafat Yunani, ada yang secara
keseluruhan menerima dan ada yang menerima sebagian dan
menolak sebagian.2 Filsafat Yunani paling dominan masuk kedunia
Islam ditandai dengan adanya penerjemahan buku-buku filsafat.
Upaya-upaya umat Islam ini dapat memunculkan tokoh filosuf islam
terkenal ke dalam atau luar islam. Sebagaimana nama: Al-Kindi,
Ibnu Rusyd, Al-Fabi, Ibnu Sina, Ibnu Bajah, dan masih banyak lagi.3
Meskipun begitu, pemikiran al-Kindī yang dikatakan mirip
dengan sistem rasionalitas Mu’tazilah mendapat kritikan oleh para
ulama’. Karyanya yang berjudul Risālah fi Hudūd al- Asyya’ yang
berbicara eksistensi alam yang dianggap bersumber dari tradisi
Yunani dan adapsi Mu’tazilah ditentang kaum muslim.4
Suatu pertanyaan yang mendasar, kenapa pemikiran-pemikiran
tersebut tidak muncul justru filsafat Yunani lebih tenar dibanding

1
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta,
1973, Cet 9, Hal.15
2
Mustofa, H.A, FIlsafat Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2004, Cet 1, Hal.25
3
Ibid, Hal. 27
4
Hana’ Abduh Sulaiman Ahmad,Atsaru al-Mu’tazilah fi al-Falsafah al-Ilahiyah
‘inda al-Kindi,(Maktabah al-Tsaqafiyah al-Diniyyah, 1425/2005)

3
filsafat mereka? Hal ini disebabkan apa yang ditulis oleh pemikir-
pemikir Yunani lebih sistematis dan metodis. Karena mereka
mengenal secara realitas. Seperti tokoh filosuf Yunani adalah Plato,
Aristoteles, Platinus dan lain sebagainya.
Permasalahan filsafat islam yang ada kaitannya dengan filsafat
Yunani, ada pendapat bahwa filsafat Islam adalah hasil plagiat dari
filsafat Yunani. Para Filosuf Islam meniru dan membuat bingkai
dengan ajaran Islam. Angga pan ini keliru, sebab pendapat itu
hanya melihat dari segi aktifitas filosuf Yunani dalam bergumul
dengan filsafat Yunani. Bahkan mereka tidak memandang dari sudut
ajaran yang ada dalam Islam dan pemikiran-pemikirannya.5
Contoh, menurut Aristoteles bahwa Tuhan adalah zat yang
memberi arti kepada alam, akan tetapi dapat kita hubungi, artinya
bukan Tuhan yang dapat kita sembah dan kita mintai. Tuhan
menurut aristoteles lebih lanjut adalah it dan bukan he. Dan ia
mengatakan bahwa Allah (Tuhan) bukan pencipta alam. Sedangkan
Al-Kindi (Filosuf Islam) dapat membuktikan pendapat Aristoteles,
bahwa Allah adalah pencipta alam. Pendapat Aristoteles yang tidak
dapat diterima oleh Islam adalah dalam hal penciptaan alam secara
bertingkat, dengan alasan bahwa hal demikian akan membawa ke
perbuatan syirik. Sebagaimana pendapat Al-Kindi yang menentang
keras terhadap pendapat Aristoteles , dengan mengatakan bahwa
seluruh alam ini diciptakan oleh Allah SWT. Dengan tidak
dicampuri oleh sesuatu kekuatan lain. Al-Kindi menyerang pendapat
Aristoteles disebabkan ajaran Aristoteles mengandung ajaran syirik,
juga Al-Kindi adalah tokoh Islam yang menolak terhadap pendirian
pendapat yang menyatakan akan adanya penciptaan pertama dan
akhir. Al-Kindi mengembalikan pemikiran pemikiran di atas kepada
keyakinan bahwa Allah itu satu, tunggal, awal dan akhir dengan
ajaran Islam mengenai tauhid wahdaniyat dan tauhid rububiyah.
Dari sikap dan pernyataan Al-Kindi sebagai seorang filosuf
Islam, ia adalah orang yang senang menterjemahkan filsafat Plato
dan Aristotles, semata-mata meniru yang persis terhadap pemikiran
Filsafat Yunani. Al-Kindi adalah tokoh filosuf Islam memiliki
kemandirian sikap dalam mengupas dan menguraikan masala-
masalah yang berada pada filsafat Yunani. Ia menyaring dan
5
Ibid, Hal 29

4
membuat ada hubungan atau setidaknya terhadap ajaran-ajaran
Islam.
Dengan adanya bukti-bukti yang diungkapkan oleh sebagian
filosuf Islam, maka salah apabila filsafat Islam dianggap plagiat
terhadap filsafat Yunani. Namun akan lain permasalahannya, jika
filsafat Yunani. Namun akan lain permasalahannya, jika filsafat
Islam mendapat motivasi dari filsafat Yunani.dalam arti para filosuf
Islam termotivator dalam berpikir tentang manusia, kosmos (alam),
dan zat pencipta (Allah). Juga sebagian bahan-bahan pemikiran
filsafat Yunani dijadikan bahan bagi filosuf Islam dalam
mengembangkan filsafatnya dengan salah satu upayanya
menterjemahkan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab.
Dengan demikian kepribadian filsafat Islam memang mandiri
dalam berpikir tentang sesuatu. Ia dapat berkembang dengan subur,
sudah memiliki ciri khas asli dan tidak bertentangan dengan Al-
Quran dan Al-hadis. Dapat dijadikan acuan berpikir dalam
kehidupan sehari-hari, dalam hal memecahkan problema kehidupan
secara Islami. Walaupun disadari pula, bahwa sebagai obyek
pembahasannya sama yaitu soal manusia, alam semesta (kosmos),
dan zat pencipta.6
Al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’cub ibnu
Ishak ibnu Al-Shabbah ibnu ‘Imran ibnu Muhammad ibnu Al-
Asy’as ibnu Qais Al-Kindi. Kindah pada siapa nama Al-Kindi
dinisbatkan, adalah suatu kabilah terkemuka pra-Islam yang
merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman.
Kabilah in pulalah yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang
terbesar kesusteraan Arab, sang penyair-pangeran Imr Al-Qais, yang
gagal untuk memulihkan tahta kerajaan Kindah setelah pembunuhan
ayahnya7
Berdasarkan dari diskripsi di atas, maka didapatkan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Agama dan Ilmu saling bertentangan?
2. Bagaimanakah hubungan antara Agama dengan Ilmu?

6
Mustofa, H.A, Ibid, Hal 30-31
7
Sirrajuddin Zarr, Filsafat Islam, Raja Grafindo, Jakarta,2004, Hal.37

5
II. Landasan Teori

A.Biografi Al-Kindi

Nama Al-Kindi adalah nisbat pada suku yang menjadi asal


cikal bakalnya. Yaitu Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku
keturunan Kindah yang sejak dulu menempati daerah selatan
Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang
cukup tinggi dan banyak dikagumi orang.
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak
Ash-shabbah bin ‘Imran bin Isma’il bin Al Asy’ats bin Qays Al-
Kindi. Ia dilahirkan di Kuffah tahun 185 H(801M). ayahnya, Ishaq
Ash-Shabbah, adalah Gubernur Kuffah pada masa pemerintahan
Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani ‘Abbas. Ayahnya
meninggal beberapa tahun setelah Al-Kindi lahir. Dengan
demikian Al-Kindi lahir. Dengan demikian Al-Kindi dibesarkan
dalam keadaan yatim.8Al-Kindi menganut aliran Mu’tazilah dan
kemudian belajar filsafat. Zaman itu adalah zaman penterjemahan
buku-buku Yunani dan Al-Kindi kelihatannya turut juga aktif
dalam gerakan penterjemahan ini, tetapi usahanya lebih banyak
dalam memberi kesimpulan dari pada menterjemah. Karena ia
orang berada ia dapat membayar orang-orang untuk
menterjemahkan buku-buku yang perlu baginya.9
Kemudian ia sendiri mengarang buku-buku dan menurut
keterangan Ibn al-Nadim buku-buku yang ditulisnya. (besar dan
kecil) berjumlah 241vdalam falsafat, logika, ilmu hitung,
astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, music,
matematika, dan sebagainya.
Memperhatikan tahun lahirnya, dapat diketahui bahwa Al-
Kindi hidup pada masa keemasan kekuasaan Bani ‘Abbas. Pada
masa kecilnya, Al-Kindi sempat merasakan masa pemerintahan
Khalifah Harun Al-Rasyid yang terkenal sangat memperhatikan
dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan bagi kaum
muslim. Pada masa pemerintahannya, Baghdad menjadi pusat
8
Sirrajuddin Zarr, ibid, Hal.99
9
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta,
1973, Cet 9, Hal.14

6
perdagangan sekaligus pusat ilmu pengetahuan. Al-Rasyid
mendirikan semacam akademi atau lembaga, tempat pertemuan
para ilmuwan yang disebut Bayt Al-Hikmah (Balai Ilmu
Pengetahuan). Al-Rasyid wafat pada tahun 193 H (809 M) ketika
Al-Kindi masih berumur 9 tahun. Sepeninggal putranya, Al-Amin
menggantikannya sebagai Khalifah, tetapi pada massanya tidak
tercatat ada usaha –usaha untuk mengembangkan lebih lanjut ilmu
pengetahuan yang telah dirintis dengan mengembangkan usaha
susah payah ayahnya.Al-Amin wafat pada tahun 198 H (813 M),
kemudian digantikan oleh saudaranya Al-Makmun. Pada masa
pemerintahan Al-Makmun (198-228 H) perkembangan ilmu
pengetahuan amat pesat. Fungsi Bayt Al-Hikmah lebih
ditingkatkan, sehingga pada masanya berhasil dipertemukan antara
ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu asing, khususnya dari
Yunani. Pada masa ini juga dilakukan penerjemahan besar-besaran
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab, sehingga perkembangan
ilmu pengetahuan di kalangan kaum Muslim sangat pesat karena
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri. Dan pada
waktu inilah Al-Kindi muncul sebagai salah seorang tokoh yang
mendapat kepercayaan untuk menerjemahkan kitab-kitab Yunani
ke dalam bahasa Arab, ahkan ia memberi komentar terhadap
pikiran-pikiran pada Filosuf Yunani.10
Nama Al-Kindi menanjak setelah hidup di istana pada masa
pemerintahan Al-Mu’tashim yang menggantikan Al-Makmun pada
tahun 218 (833M) karena pada waktu itu Al-Kindi dipercaya pihak
istana menjadi guru pribadi pendidik puteranya, yaitu Ahmad bin
Mu’tashim. Pada masa inilah Al-Kindi berkesempatan menulis
karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun menerjemahkan
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab.11

B. Karya-Karya Al-Kindi
Sebagai seorang filsuf Islam yang sangat produktif,
diperkirakan karya yang pernah di tulis Al-Kindi dalam berbagai

10
Sirrajuddin Zarr, Op. Cit ,2004, Hal.100
11
Ibid,. Hal. 101

7
bidang tidak kurang dari 270 buah. Dalam bidang falsafat,
diantaranya adalah :12

1. Kitab Al-Kindi ila al-Mu’tasim Bilah fi al-Falsafah al-Ula


(tentang filsafat pertama)
2. Kitab al-Falsafah al Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyah wa
al-Muqtashah wa ma Fawqa al-Thabi’iyyah (tentang filsafat
yang diperkenalkan dan maslah-masalah logika dan muskil,
serta metafisika)
3. Kitab fi Annahu la Tanalu al-Falsafah illa bi’Ilm al-
Riyadhiyyah (tentang filsafat tidak dapat dicapai kecuali
dengan ilmu pengetahuan dan matematika)
4. Kitab fi Qashd Aristhatalis fi al-Maqulat (tentang maksud-
maksud Aristoteles dalam kategori-kategorinya)
5. Kitab fi Ma’iyyah al-ilm wa Aqsamihi (tentang sifat ilmu
pengetahuan dan klasifikasinya)
6. Risalah fi Hudud al-Asyya’ wa Rusumiha (tentang difinisi
benda-benda dan urainya)
7. Risalah fi annahu Jawahir la Ajsam (tentang substansi –
substansi tanpa badan)
8. Kitab fi Ibarah al_Jawani ‘ al-Fikriyah (tentang ungkapan-
ungkapan mengenai ide-ide komprehensif)
9. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tulisan
filosofis tentang rahasia-rahasia spiritual).
10. Risalah fi al-Ibanah al-Illat al-Fa’ilat al-Qoribah li al-kawn wa
al-Fasad (tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif
terhadap alam dan kerusakan)

C. Pemikiran Ilmiah Al-Kindi

Secara Global, fenomena pemikiran ilmiah Al-Kindi dan


Indikator yang menunjukkan pada keistimewaannya adalah sebagai
berikut 13:

12
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta 2005, Cet.4.
Hal.17
13
M.Gharib, 147 ILMUWAN TERKEMUKA, Pustaka Al Kautsar, Jakarta
Timur;2007, Hal.96

8
1. Dia termasuk diantara para ilmuwan pertama yang
berpedoman pada metode eksperimen sebagai suatu cara
untuk menyimpulkan hakekat ilmiah. Dalam hal ini, telah
dipaparkan pengakuan ilmuwan Belanda, De Bour.
2. Dia mengetahui peranan ilmu matematika dalam
membangun akal dan melatihnya untuk konsisten dengan
kebiasaan berpikir yang benar. Dalam hal itu, dia berkata,
“filsafat tidak dapat dipeorleh kecuali dengan menguasai
ilmu matematika.”
3. Al-Kindi menyadari bahwa hakekat teori ilmiah dan
pemikiran tidak akan benar kecuali setelah melalui proses
pematangan yang lama. Dalam hal itu, dia berkata,
“kebenaran yang sempurna tidak akn didapat oleh seseorang,
karena ia akan sempurna secara bertahap dengan
disempurnakan oleh para generasi pemikir.”
4. Sebagai ilmuwan yang memiliki jiwa srhat, dia mengingkari
pengaruh bintang-bintang kepada keadaan manusia dan
membantah perkataan paranormal tentang pergerakan benda-
benda langit. Sekalipun demikian, dia termasuk pemerhati
astronomi sebagai salah satu ilmu pengetahuan alam dan
mengetahui manfaatnya secara ilmiah dalam berbagai
kehidupan manusia.
5. Perhatiannya dalam bidang kimia terbatas pada manfaatnya
secara ilmiah, yaitu pada bidang industri pengobatan. Dia
menolak pemanfaatan sebagai cara untuk pekerjaan seperti
ini hanya membuang waktu para ilmuwan pada sesuatu yang
tidak banyak manfaatnya.

D. Komentar Tentang Al-Kindi14

1. Seorang orientalis Prancis, Cara De Vaux, mengatakan ‘Al-


Kindi merupakan salah satu dari dua belas ilmuwan yang
terkemuka di dnuia”
2. Pendeta Ilmuwan Inggris, Roger Bacon mengatakan “Al-
Kindi dan Al-Hasan bin Al-Haitsam berada di barisan
pertama bersama Ptolemaeus.”

14
M.Gharib, Ibid, Hal 97

9
3. Seorang politikus dan pemikir Inggris, Antony Nating
mengatakan, “Apabila Ibnu Sina merupakan filsuf terbesar
yang memadukan antara pemikiran arestoteles, Plato dan
Islam, maka sebenarnya dia bukan satu-satunya dalam hal
itu. Karena dia telah didahului oleh Ya’Qub bin Ishaq Al-
Kindi satu abad sebelumnya. Dia seperti Ibnu Sina, seorang
filsuf dan dengan penguasaannya terhadap ilmu astronomi,
tekhnik, kimia, kedokteran mata dan musik, dia mampu
mengarang lebih dari dua ratus lima puluh ribu buku. Banyak
diantara buku-buku tersebut yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa latin.

E. Definisi Filsafat Al-Kindi

Al-Kindi menyajikan banyak definisi filsafat tanpa


menyatakan bahwa deinisi mana yang menjadi miliknya. Yang
disajikan adalah definisi-definisi dari filafat terdahulu, itu pun
tanpa menegaskan dari siapa diperolehyna. Mungkin dengan
menyebut berbagai macam definisi itu dimaksudkan bahwa
pengertian yang sebenarnya tercakup dalam semua definisi yang
ada, tidak hanya pada salah satunya. Hal ini berarti bagi Al-kindi,
bahwa untuk memperoleh pengertian lengkap tntang filsafat itu
harus memperhatikan semua unsur yang terdapat dalam semua
definisi tentang filsafat. Definisi-definisi Al-Kindi sebagai
berikut:

1. Filsafat terdiri dari dua kata, philo, sahabat dan shopia,


kebijaksanaan. filsafat ini adalah cinta kepada
kebijaksanaan. definisi ini berdasar atas etimologi Yunani
dari kata-kata itu.
2. Filsafat adalah upaya manusia meneladani perbuatan-
perbuatan. Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh
kemampuan akal manusia. Definisi ini merupakan definisi
fungsional, yaitu meninjau filsafat dari segi tingkah laku
manusia.
3. Filsafat adalah latihan untuk mati. Yang dimaksud dengan
mati adalah bercerainya jiwa dari badan. Atau mematikan

10
hawa nafsu adalah mencapai keutamaan. Oleh karenanya,
banyak orang bijak terdahulu yang mengatakan bahwa
kenikmatan adalah suatu kejahatan. Definisi ini juga
merupakan definisi fungsional, yang bertitik tolak pada
segi tingkah laku manusia pula.
4. Filsafat adalah pengetahuan dari segala pengetahuan dan
kebijaksanaan. definisi ini bertitik tolak dari segi kausa.
5. Filsafat adalah pengetahuan manusia tentang dirinya.
Definisi ini menitik beratkan pada fungsi filsafat sebagai
upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri. Para
Filosof berpendapat bahwa mengetahui dirinya demikian
itu berarti mengetahui segala sesuatu. Dari sinilah para
filosof menamakan manusia sebagai mikrokosmos.
6. Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang
abadi dan bersifat menyeluruh (umum), baik esensinya
maupun kausa-kausanya. Definisi ini menitikberatkan dari
sudut pandang materinya.

Dari berbagai definisi yang amat beragam di atas, tampaknya


Al-Kindi menjatuhkan pilihannya pada definisi terakhir dengan
menambahkan suatu filsafat, yaitu sebagai upaya mengamalkan
nilai keutamaan. Menurut Al-Kindi ,filosof adalah orang yang
berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan
kebenaran yang diperolehnya yaitu orang yang hidup menjujung
tinggi nilai keadilan atau hidup adil. Dengan demikian, filsafat
yang sebenarnya bukan hanya pengetahuan tentang kebenaran,
tetapi disamping itu juga merupakan aktualisasi atau pengamalan
dari kebenaran itu. Filosof yang sejati adalah yang mampu
memperoleh kebijaksanaan dan mengamalkan kebijaksanaan itu.

F. EPISTEMOLOGI

Al-Kindi telah mengadopsi ilmu-ilmu filsafat dari pemikiran


tokoh filsafat Yunani, namun sebagai seorang filosuf Muslim, ia
mempunyai kepribadian seorang Muslim sejati yang tak tergoda
dan tetap mayakini prinsip-prinsip di dalam Islam.

11
Al-Kindi mempunyai pandangan tersendiri tentang
pengetahuan, menunrutnya pengetahuan manusia itu pada
dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :

1. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera


disebut pengetahuan indrawi,
2. Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal
disebut pengetahuan rasional,
3. Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut
dengan pengetahuan isyraqi atau iluminatif.

Pengetahuan Indrawi
Pengetahuan indrawi terjadi secara langsung ketika orang
mengamati terhadap obyek-obyek material (sentuhan,
penglihatan, pendengeran, pengecapan dan penciuman).
Kemudian dalam proses yang sangat singkat tanpa tenggang
waktu dan tanpa berupaya, obyek-obyek yang telah ditangkap
oleh indera tersebut berpindah ke imajinasi (musyawwiroh),
kemudian diteruskan ke tempat penampungannya yang disebut
hafizhah (recolection). Pengetahuan yang diperoleh dengan
jalan ini (Inderawi) tidak tetap dan akan selalu berubah; karena
obyek yang diamati pun tidak tetap, selalu dalam keadaan
menjadi, berubah setiap saat, bergerak, berlebih-berkurang
kuantitasnya, dan berubah-ubah pula kualitasnya.
Pada dasarnya pengetahuan inderawi ini mempunyai
kelemahan yang cukup banyak, sehingga pengetahuan yang
didapatkan belum tentu benar. Kelemahan-kelemahan tersebut
antara lain Indera terbatas, benda yang jauh terlihat kecil
berbeda ketika benda tersebut berada di dekat kita, lalu apakah
benda tersebut memang berubah menjadi kecil? tidak,
keterbatasan kemampuan indera ini dapat memberikan
pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua adalah Indera
menipu, gula yang rasanya manis akan terasa pahit ketika
dirasakan oleh orang yang sakit, begitu juga udara yang yang
panas akan terasa dingin. Sehingga hal ini akan memberikan
pengetahuan yang salah juga. Kelemahan ketiga ialah Obyek
yang menipu, seperti ilusi, fatamorgana. Di sini Indera
menangkap obyek yang sebenarnya tiada. Kelemahan keempat

12
berasal dari indera dan obyek sekaligus, indera misalnya mata
tidak dapat melihat obyek secara keseluruhan dan begitu juga
obyek yang tidak memperlihatkan dirinya secara keseluruhan,
sehingga hal ini akan memberikan informasi pengetahuan yang
salah pula.

Pengetahuan Rasional
Pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan
menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial dan bersifat
immaterial. Obyek pengetahuan rasional bukan individu; tetapi
genus dan spesies. Orang mengamati manusia sebagai yang
berbadan tegak dengan dua kaki, pendek, jangkung, berkulit putih
atau berwarna, yang semua ini akan menghasilkan pengetahuan
inderawi. tetapi orang yang mengamati manusia, menyelidiki
hakikatnya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa manusia
adalah makhluk berfikir (rational animal = hewan nathiq), telah
memperoleh pengetahuan rasional yang abstrak universal,
mencakup semua individu manusia. Manusia yang telah ditajrid
(dipisahkan) dari yang inderawi tidak mempunyai gambar yang
telukis dalam perasaan.
Kelihatannya sudah cukup jelas bahwa pengetahuan hanya
terbagi menjadi dua, karena keduanya sudah saling melengkapi,
tapi ternyata hal tersebut belum cukup. Indera (empiris) dan akal
(rasio/logis) yang bekerjasama belum mampu mendapatkan
pengetahuan yang lengkap dan utuh. Indera hanya mampu
mengamati bagian-bagian tertentu tentang obyek. Dibantu oleh
akal, manusia juga belum mapu memperoleh pengetahuan yang
utuh. Akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari obyek.
Al-Kindi memperingatkan agar orang tidak mengacaukan
metode yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan, karena
setiap ilmu mempunyai metodenya sendiri yang sesuai dengan
wataknya. Watak ilmulah yang menentukan metodenya. Adalah
suatu kesalahan jika kita menggunakan suatu metode suatu ilmu
untuk mendekati ilmu lain yang mempunyai metodenya sendiri.
Adalah suatu kesalahan juga jika kita menggunakan metode ilmu
alam untuk metafisika.

13
Pengetahuan Isyraqi
Al-Kindi mengatakan bahwa pengetahuan inderawi saja tidak
akan sampai pada pengetahuan yang hakiki tentang hakikat-
hakikat. Pengetahuan rasional terbatas pada pengetahuan tentang
genus dan spesies. Banyak filosof yang membatasi jalan
memperoleh pengetahuan pada dua macam jalan ini. Al-Kindi,
sebagaiman halnya banyak filosof isyraqi, mengingatkan adanya
jalan lain untuk memperoleh pengetahuan lewat jalan isyraqi
(iluminasi), yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari
pancaran Nur Ilahi. Puncak dari jalan ini adalah yang diperoleh
para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari
wahyu kepada umat manusia. Para Nabi memperoleh
pengetahuan yang berasal dari wahyu tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka
terjadi atas kehendak Tuhan semata-mata. Tuhan mensucikan
jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula jiwa meraka untuk
memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu. Akal meyakinkan
pengetahuan pengetahuan mereka berasal dari tuhan, karena
pengetahuan itu ada ketika manusia tidak mampu
mengusahakannya, karena hal itu memang di luar kemampuan
manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima
dengan penuh ketaatan dan ketundukan mereka kepada kehendak
tuhan, membenarkan semua yang dibawakan para nabi.
Untuk memberi contoh perbedaan pengetahuan manusia yang
diperoleh dengan jalan upaya dan pengetahuan para nabi yang
diperoleh dengan jalan wahyu, Al-Kindi mengemukakan
pertanyaan orang-orang kafir tentang bagaimana mungkin tuhan
akan membangkitkan kembali manusia dari dalam kuburnya
setelah tulang-belulangnya hancur menjadi tanah; sebagaimana
termaktub dalam Al-Qur’an surah Yasin ayat 78-82. Keterangan
yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an ini amat cepat diberikan
oleh nabi Muhammad saw. karena berasal dari wahyu tuhan, dan
tidak yakin akan dapat dijawab dengan cepat dan tepat serta jelas
oleh filosuf.

Pertanyaan yang diajukan pada nabi Muhammad saw. adalah


sebagai berikut: Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-
belulang yang telah membusuk? Segeralah tuhan menurunkan

14
wahyu jawabannya: Katakanlah yang memberinya hidup adalah
penciptanya yang pertama kali yang mengetahui segala kejadian,
Dia yang menjadikan bagimu api dari kayu yang hijau, kemudian
kamu menyalakan api darinya. Tiadakah yang telah menciptakan
langit dan bumi sanggup menciptakan yang serupa itu? Tentu saja
karena Dia maha Pencipta, maha Tahu. Bila Dia menghendaki
sesuatu, cukuplah Dia perintahkan,”jadilah”, maka iapun menjadi.
Al-Kindi memberikan penjelasannya tentang ilmu yang berasal
dari Tuhan sebagaimana dicerminkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an
tersebut sebagai berikut:
Tidak ada bukti bagi akal yang terang dan bersih yang lebih
gamblang dan ringkas daripada yang tertera dalam ayat-ayat Al-
Qur’an tersebut, yaitu bahwa tulang-belulang yang benar-benar
telah terjadi setelah tiada sebelumnya, adalah sangat mungkin
apabila telah rusak dan busuk ada kembali. Mengumpulkan
barang yang berserakan lebih mudah daripada membuatnya dari
tiada, meskipun bagi Tuhan tidak ada hal yang dapat dikatakan
lebih mudah ataupun lebih sulit. Kekuatan yang telah
menciptakan mugkin menumbuhkan sesuatu yang telah
dihancurkan. Al-Qur’an menyebutkan bahwa tuhan telah
menjadikan kayu hijau dan dapat dibakar menjadi api; hal ini
mengandung ajaran bahwa sesuatu mungkin bisa terjadi dari
lawannya. Tuhan menjadikan api dari bukan api dan menjadikan
panas dari bukan panas. Jika sesuatu mungkin terjadi dari
lawannya, maka akan lebih mungkin lagi sesuatu terjadi dari
dirinya sendiri.
Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa tuhan yang telah
menciptakan langit dan bumi berkuasa pula menciptakan yang
serupa itu, karena Dia adalah Tuhan yang maha pencipta lagi maha
mengetahui. Al-Kindi menjelaskan bahwa hal tersebut dapat
diyakini kebenarannya secara amat jelas tanpa memerlukan
argumentasi apapun. Orang-orang kafir mengingkari penciptaan
langit, karena mereka mengira bagaimana langit itu diciptakan,
berapa lama waktu yang diperlukan jika dibandingkan dengan
perbuatan manusia melakukan suatu pekerjaan. Sangkaan mereka
itu tidak benar, tuhan tidak memerlukan waktu jika menghendak
iuntuk menciptakan sesuatu. Tuhan berkuasa menciptakan sesuatu

15
dari yang bukan sesuatu dan mengadakan sesuatu dari tiada.
Sesuatu ada bersamaan dengan kehendak-Nya.
Al-Kindi mengakhiri penjelasannya tentang ayat-ayat Al-Qur’an
yang dijadikan contoh-contoh di atas sebagai berikut: “Tak ada
manusia yang dengan filsafat manusia sanggup menerangkan
sependek huruf-huruf yang tercantum dalam ayat-ayat al-Qur’an
yang diwahyukan kepada Rasul-Nya itu, yang menerangkan bahwa
tulang-belulang akan hidup setelah membusuk dan hancur, bahwa
kekuasaan tuhan seperti menciptakan langit dan bumi, bahwa
sesuatu dapat terjadi dari lawannya. Kata-kata manusia tidak
sanggup menuturkannya, kemampuan manusia tidak sanggup
melakukannya; akal manusia yang bersifat parsial tidak terbuka
untuk sampai pada jawaban yang demikian itu.”
Pengetahuan Isyraqi ini, selain didapatkan oleh para nabi. Ada
kemungkinan juga didapatkan oleh orang-orang yang bersih, suci
jiwanya, walaupun tingkatan atau derajatnya berada dibawah dari
pengetahuan yang dipeoleh para nabi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan para nabi yang diperoleh dengan wahyu lebih
meyakinkan kebenarannya daripada pengetahuan para filosuf yang
tidak dari wahyu.

F. Pemikiran Filsafat Al-Kindi

Sebagaimana telah disebutkan terdahulu tadi bahwa Al-Kindi


adalah juga orang pertama yang dipandang sebagai filosof dalam
Islam. Oleh karena itu, dalam sejarah pemikiran Islam pada
Aspek pemikiran filsafat Al-Kindi ialah tentang aspek persamaan
filsafat dengan agama. Selain itu, ia juga mengemukakan
pemikiran filsafatnya tentang ketuhanan dan tentang jiwa.15

1. Falsafat Ketuhanan
Falsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar
(knowledge of truth). Di sinilah terlihat persamaan falsafat
dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang
benar dan apa yang baik; falsafat itulah pula tujuannya.

15
Hadariansyah, Pemikiran-pemikiran Filsafat Dalam Sejarah Pemikiran
Islam,Kafusari press, Banjarmasin, 2012, cet.1.Hal.18

16
Agama, di sampingwahyu, mempergunakan akal, dan
falsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama (the
First True ) bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Falsafat dengan
demikian membahas soal Tuhan danagama ini pulalah
dasarnya. Dan falsafat yang paling tinggi ialah falsafat
tentang Tuhan. Sebagai kata Al-Kindi :

“Falsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah


falsafat utama, yaitu ilmu tentang Yang Benar Pertama,
yang menjadi sebab bagi segala yang benar”

Tuhan dalam falsafat al-Kindi tidak mempunyai hakekat


dalam arti aniah atau mahiah. Tidak aniah karena Tuhan
tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam,
bahkan ia adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun dari materi
dan bentuk. juga Tuhan tidak mmerupakan genus atau
spesies. Tuhan hanya satu, dan tidak ada yang serupa dengan
Tuhan. Tuhan adalah unik. Ia adalah yang Benar Pertama
dan Yang Benar Tunggal, ia semata-mata satu. Hanya ialah
yang satu, selain dari Tuhan semuanya mengandung arti
banyak.16
Sesuai dengan paham yang ada dalam Islam, Tuhan bagi
al-Kindi adalah Pencipta dan bukan penggerak Pertama
sebagai pendapat Aristoteles. Alam bagi Al-Kindi bukan akal
di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan. Karena itu
ia lebih dekat dalam hal ini pada falsafat Plotinus yang
mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari
alam ini dan sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah
emanasi dari Yang Maha Satu. Tetapi faham emanasi ini
kelihatannya tidak jelas dalam falsafat Al-Kindi. Al-
Farabilah yang dengan jelas menulis tentang hal itu.17

16
Harun Nasution, Op. Cit., Cet 9, Hal.16

17
2. Falsafat Kejiwaan
Jiwa dipandang inti-inti dari manusia dan filosuf-filosuf
Islam banyak memperbincangkan hal ini, apalagi karena
ayat-ayat Qur’an atau Hadits Nabi tidak menjelaskan
hakekat roh itu. Bahkan menurut sugesti yang ada dalam
Qur’an, manusia tidak akan mengetahui hakekat roh. Roh
adalah urusan Tuhan dan bukan urusan manusia. Tetapi
sungguh pun demikian filosof-filosof Islam membahas soal
ini berdasar pada falsafah tentang roh yang mereka jumpai
dalam falsafat Yunani.
Menurut Al-Kindi roh tidak tersusun ( simple,sederhana)
tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia.
Substansinya berasal dari substansi Tuhan. Hubungannya
dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan
matahari.
Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud
sendiri. Argumen yang dimajukan Al-Kindi tentang
perlainan roh dari badan ialah keadaan badan mempunyai
hawa nafsu (carnel desire) dan sifat pemarah (passion). Roh
menentang keinginan hawa nafsu dan passion. Sudah jelas
bahwa yang melarang tidak sama, tetapi berlainan dari,
yang dilarang.
Dengan perantara rohlah manusia memperoleh
pengetahuan yang sebenarnya. Ada dua macam
pengetahuan : pengetahuan pancaindera dan pengetahuan
akal. Pengetahuan pancaindera hanya mengenai yang lahir-
lahir saja. Dalam hal ini manusia dan binatang sama.
Pengetahuan akal merupakan hakekat-hakekat dan hanya
dapat diperoleh oleh manusia tetapi dengan syarat ia harus
melengkapi dirinya dari sifat binatang yang ada dalam
tubuhnya. Melepaskan diri dari sifat ini ialah dengan
meninggalakan dunia dan berpikir serta berkontemplasi
tentang wujud. roh bersifat kekal dan tidak hancur dengan
hancurnya badan. Ia tidak hancur, karena substansinya
berasal dari substansi Tuhan. Ia adalah cahaya yang
dipancarkan Tuhan. Selama dalam badan, roh tidak
memperoleh kesenangan yang sebenarnya dari

18
pengetahuannya tidak sempurna. Hanya setelah bercerai
dengan badan roh memperoleh kesenangan sebetulnya
dalam bentuk pengetahuan yang sempurna. Setelah bercerai
dengan badan roh pergi ke Alam Kebenaran atau Alam
Kekal diatas bintang-bintang, didalam lingkungan cahaya
Tuhan, dekat dengan Tuhan dan dapat melihat Tuhan.
Disinilah terletak kesenangan abadi dari roh.18
Jiwa mempunyai 3 daya : daya bernafsu, daya pemarah
dan daya berpikir (appetitive : irascible dan cognitive
faculty). Daya berpikir itu disebut akal. Menurut Al-Kindi
ada tiga macam akal : akal yang bersifat potensil, akal yang
telah keluar dari sifat potensil menjadi aktuil, dan akal yang
telah mencapat tingkat kedua dari aktualitas, yang artinya:19

Dalam keadaan aktuil nyata, ketika ia aktuil, akal yang


kami sebut “Yang Kedua”

Akal yang bersifat potensil tak bisa mempunyai sifat


aktuil jika tidak ada kekuatan yang menggerakkannya dari
luar. Dan oleh karena itu bagi Al-Kindi ada lagi satu macam
akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan
bernama : akal yang selamanya dalam aktualitas. Akal ini,
karena selamanya dalam aktualitas, ialah yang membuat
akal yang bersifat potensil dalam roh manusia menjadi
aktuil. Sifat-sifat akal :20
a. Ia merupakan akal Pertama
b. Ia selamanya dalam aktualitas
c. Ia merupakan species dan genus
d. Ia membuat akal potensil menjadi aktuil berpikir
e. Ia tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari
padanya

18
Harun Nasution, Ibid., Hal.19
19
Harun Nasution, Loc. Cit., Hal 19
20
Harun Nasution, Loc. Cit., Hal 19

19
III. Penutup

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil


kesimpulan bahwa Al-Kindi adalah orang Islam pertama yang
berupaya menyatukan filsafat dan agama, atau akal dan
wahyu yang diumpamakan seperti Air dan minyak yaitu
berdampingan namun tidak menyatu, kemudian Ilmu tanpa
Agama seperti berjalan dikegelapan tanpa tujuan yaitu buta
terhadap agama sesat tanpa ilmu pengetahuan. Kemudian
Dengan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah
bahwa menurut Al-Kindi Ilmu pengetahuan tidak dapat
dipisahkan dari Agama, karena didalam Agama ada Tuhan
yaitu Allah dan Allah adalah Sang Pencipta/akal pertama.
Akal pertama adalah Akal paling kekal sedangkan akal
manusia mempunyai batasan/lemah.dan terakhir Al-Kindi
mengatakan bahwa kebenaran yang diberitakan wahyu
tidaklah bertentangan dengan kebenaran yang dibawa oleh
filsafat, karena filsafat adalah pengetahuan tentang yang
benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hadariansyah, Dr.H., Pemikiran-Pemikiran FILSAFAT


Dalam Sejarah Pemikiran Islam, Banjarmasin:Kafusari, 2012

Hana’ Abduh Sulaiman Ahmad,Atsaru al-Mu’tazilah fi al-


Falsafah al-Ilahiyah ‘inda al-Kindi,(Maktabah al-Tsaqafiyah al-
Diniyyah, 1425/2005)

Hasib, Kholili. “Filsafat Dan Konsep Ketuhanan Menurut


Al-Kindi”, di akses pada tanggal 2 Januari 2018 jam 20.00 WITA
https://www.academia.edu/6516416/AlKindi_Thougt_on_Philoso
phy_and_the_Concept_of_God

al-Kindi A Muslim Peripatetic Philosopher, Handout for


The Course of Islamic Philosophy, First Pubished, 2006

Gaudah, M.Gharib, 147 ILMUWAN TERKEMUKA Dalam


Sejarah Islam, Jakarta Timur; Pustaka Al-Kautsar, 2007

Mustofa, Drs. H. A, FALSAFAT ISLAM, Bandung: Pustaka


Setia 2004

Nasution, Dr.Hasyimsyah, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya


Media Pratama, 2002

Nasution, Prof. Dr. Harun, Falsafat dan Misitisme dalam


Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1995

Zarr, Prof.Dr.H Sirajuddin. FILSAFAT ISLAM, Jakarta:


PT.Raja Grapindo, 2010

21
AUTOBIOGRAFI

Nama Sri Rahayu lahir di Banjarmasin 31


Desember 1990, saya adalah seorang wanita karir yang
mempunyai hobby menggambar/melukis, saya suka
dipanggil dengan nama Ayu/Sri/Rahayu oleh orang tua
maupun teman-teman saya, saya tinggal di banjarmasin
tepatnya di alamat Jl. Mahligai A.Yani KM7, RT 11/ RW
002, No. 78, kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar,
Kalsel. Saya sangat menyukai Martabak Telor dan Orange
Jus, selain memiliki hobby menggambar, saya juga suka
memasak, membaca Novel, bernyanyi, serta browsing untuk
menambah pengetahuan yang luas.
Saya adalah siswa lulusan dari SMA PGRI 7 Banjarmasin,
kemudian studi slanjutnya adalah Akademi Kebidanan Sari Mulia
Banjarmasin tahun 2012 yang ditempuh selama 3 tahun dan
kemudian melanjutkan studi ke diploma 4 STIKES SARI MULIA
Banjarmasin serta melanjutkan studi Pascasarjana di UIN Antasari
Banjarmasin yang sekarang masih berproses sebagai mahasiswa di
tempat tersebut. Saya beralasan, bahwa ilmu tidak mengenal profesi
apapun, selama ia masih gigih dan tekun dalam menjalaninya maka
Insya Allah, Allah akan selalu memberikan kemudahan-NYA dan
yang terasa sulit akan menjadi nikmat yang luar biasa.
Pada awalnya cita-cita saya dari kecil bukan menjadi seorang
Bidan/Dosen, melainkan menjadi seorang Arsitek yang merancang
bangunan-bangunan tinggi menjulang, tetapi takdir berkata lain, saya
tetap menggambar/melukis namun itu dituangkan hanya lewat hobby
saja.
Kesan saya selama menjalani proses belajar pada mata kuliah
Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam dan dosen pengampuh adalah
Prof. Suwito, MA. Antusiasme saya sangat tinggi terhadap mata
kuliah ini dan terutama arahan-arahan serta metode-metode dalam
pembelajaran yang disampaikan secara sederhana membuat saya
berpikir lebih tajam lagi, agar pemahaman yang didapatkan bisa
berkembang lebih dari yang didapat. Kemudian untuk pesan kepada
pembaca, semoga ilmu yang saya dapatkan tidak hanya terhenti disini
tapi juga dikembangkan agar bermanfaat untuk semua orang
terutama bagi setiap insan yang meluangkan waktunya untuk Ilmu
Pengetahuan.

22

Anda mungkin juga menyukai