Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. SUWITO,. M. A.
DiSusun Oleh :
Sri Rahayu
NIM : 170211020068
1
Filsuf Pertama dari Era Muslim
Sri Rahayu
Program Pasca Sarjana UIN ANTASARI BANJARMASIN
Email : aeyucute90@gmail.com
Mata Kuliah Sejarah pemikiran dan perkembangan Budaya Islam
Religion and Science such as Water and oil that is side by side but not
united, then Science without Religion as walking in darkness without
a goal that is blind to the heresy religion without science. With the
conclusion obtained from this research is that according to Al-Kindi
Science can not be separated from Religion, because in Religion there
is God that is Allah and Allah is the Creator / first reason. The first
reason is the most eternal Intellect while the human mind has limits /
weakness. Then according to Kholili Hasib in his Journal entitled
"Philosophy and Concept of Godhead according to Al-Kindi" stated
that the concept of philosophy is based on Al-Kindi thinking about
Metaphysics that rubs against Aristotle is only based on Physics. In
this respect I agree with him, because Al-Kindi describes his
Philosophy simply in metaphysics. The source of this primary study
comes from Harun Nasution's book "Falsafat and Misitism in Islam".
Keyword : Al-Kind, Philosopy
2
THE FIRST PHILOSOPER OF MOESLIM
(FILSUF PERTAMA DARI ERA MUSLIM)
I. Pendahuluan
1
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta,
1973, Cet 9, Hal.15
2
Mustofa, H.A, FIlsafat Islam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2004, Cet 1, Hal.25
3
Ibid, Hal. 27
4
Hana’ Abduh Sulaiman Ahmad,Atsaru al-Mu’tazilah fi al-Falsafah al-Ilahiyah
‘inda al-Kindi,(Maktabah al-Tsaqafiyah al-Diniyyah, 1425/2005)
3
filsafat mereka? Hal ini disebabkan apa yang ditulis oleh pemikir-
pemikir Yunani lebih sistematis dan metodis. Karena mereka
mengenal secara realitas. Seperti tokoh filosuf Yunani adalah Plato,
Aristoteles, Platinus dan lain sebagainya.
Permasalahan filsafat islam yang ada kaitannya dengan filsafat
Yunani, ada pendapat bahwa filsafat Islam adalah hasil plagiat dari
filsafat Yunani. Para Filosuf Islam meniru dan membuat bingkai
dengan ajaran Islam. Angga pan ini keliru, sebab pendapat itu
hanya melihat dari segi aktifitas filosuf Yunani dalam bergumul
dengan filsafat Yunani. Bahkan mereka tidak memandang dari sudut
ajaran yang ada dalam Islam dan pemikiran-pemikirannya.5
Contoh, menurut Aristoteles bahwa Tuhan adalah zat yang
memberi arti kepada alam, akan tetapi dapat kita hubungi, artinya
bukan Tuhan yang dapat kita sembah dan kita mintai. Tuhan
menurut aristoteles lebih lanjut adalah it dan bukan he. Dan ia
mengatakan bahwa Allah (Tuhan) bukan pencipta alam. Sedangkan
Al-Kindi (Filosuf Islam) dapat membuktikan pendapat Aristoteles,
bahwa Allah adalah pencipta alam. Pendapat Aristoteles yang tidak
dapat diterima oleh Islam adalah dalam hal penciptaan alam secara
bertingkat, dengan alasan bahwa hal demikian akan membawa ke
perbuatan syirik. Sebagaimana pendapat Al-Kindi yang menentang
keras terhadap pendapat Aristoteles , dengan mengatakan bahwa
seluruh alam ini diciptakan oleh Allah SWT. Dengan tidak
dicampuri oleh sesuatu kekuatan lain. Al-Kindi menyerang pendapat
Aristoteles disebabkan ajaran Aristoteles mengandung ajaran syirik,
juga Al-Kindi adalah tokoh Islam yang menolak terhadap pendirian
pendapat yang menyatakan akan adanya penciptaan pertama dan
akhir. Al-Kindi mengembalikan pemikiran pemikiran di atas kepada
keyakinan bahwa Allah itu satu, tunggal, awal dan akhir dengan
ajaran Islam mengenai tauhid wahdaniyat dan tauhid rububiyah.
Dari sikap dan pernyataan Al-Kindi sebagai seorang filosuf
Islam, ia adalah orang yang senang menterjemahkan filsafat Plato
dan Aristotles, semata-mata meniru yang persis terhadap pemikiran
Filsafat Yunani. Al-Kindi adalah tokoh filosuf Islam memiliki
kemandirian sikap dalam mengupas dan menguraikan masala-
masalah yang berada pada filsafat Yunani. Ia menyaring dan
5
Ibid, Hal 29
4
membuat ada hubungan atau setidaknya terhadap ajaran-ajaran
Islam.
Dengan adanya bukti-bukti yang diungkapkan oleh sebagian
filosuf Islam, maka salah apabila filsafat Islam dianggap plagiat
terhadap filsafat Yunani. Namun akan lain permasalahannya, jika
filsafat Yunani. Namun akan lain permasalahannya, jika filsafat
Islam mendapat motivasi dari filsafat Yunani.dalam arti para filosuf
Islam termotivator dalam berpikir tentang manusia, kosmos (alam),
dan zat pencipta (Allah). Juga sebagian bahan-bahan pemikiran
filsafat Yunani dijadikan bahan bagi filosuf Islam dalam
mengembangkan filsafatnya dengan salah satu upayanya
menterjemahkan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab.
Dengan demikian kepribadian filsafat Islam memang mandiri
dalam berpikir tentang sesuatu. Ia dapat berkembang dengan subur,
sudah memiliki ciri khas asli dan tidak bertentangan dengan Al-
Quran dan Al-hadis. Dapat dijadikan acuan berpikir dalam
kehidupan sehari-hari, dalam hal memecahkan problema kehidupan
secara Islami. Walaupun disadari pula, bahwa sebagai obyek
pembahasannya sama yaitu soal manusia, alam semesta (kosmos),
dan zat pencipta.6
Al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’cub ibnu
Ishak ibnu Al-Shabbah ibnu ‘Imran ibnu Muhammad ibnu Al-
Asy’as ibnu Qais Al-Kindi. Kindah pada siapa nama Al-Kindi
dinisbatkan, adalah suatu kabilah terkemuka pra-Islam yang
merupakan cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman.
Kabilah in pulalah yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang
terbesar kesusteraan Arab, sang penyair-pangeran Imr Al-Qais, yang
gagal untuk memulihkan tahta kerajaan Kindah setelah pembunuhan
ayahnya7
Berdasarkan dari diskripsi di atas, maka didapatkan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Agama dan Ilmu saling bertentangan?
2. Bagaimanakah hubungan antara Agama dengan Ilmu?
6
Mustofa, H.A, Ibid, Hal 30-31
7
Sirrajuddin Zarr, Filsafat Islam, Raja Grafindo, Jakarta,2004, Hal.37
5
II. Landasan Teori
A.Biografi Al-Kindi
6
perdagangan sekaligus pusat ilmu pengetahuan. Al-Rasyid
mendirikan semacam akademi atau lembaga, tempat pertemuan
para ilmuwan yang disebut Bayt Al-Hikmah (Balai Ilmu
Pengetahuan). Al-Rasyid wafat pada tahun 193 H (809 M) ketika
Al-Kindi masih berumur 9 tahun. Sepeninggal putranya, Al-Amin
menggantikannya sebagai Khalifah, tetapi pada massanya tidak
tercatat ada usaha –usaha untuk mengembangkan lebih lanjut ilmu
pengetahuan yang telah dirintis dengan mengembangkan usaha
susah payah ayahnya.Al-Amin wafat pada tahun 198 H (813 M),
kemudian digantikan oleh saudaranya Al-Makmun. Pada masa
pemerintahan Al-Makmun (198-228 H) perkembangan ilmu
pengetahuan amat pesat. Fungsi Bayt Al-Hikmah lebih
ditingkatkan, sehingga pada masanya berhasil dipertemukan antara
ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu asing, khususnya dari
Yunani. Pada masa ini juga dilakukan penerjemahan besar-besaran
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab, sehingga perkembangan
ilmu pengetahuan di kalangan kaum Muslim sangat pesat karena
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri. Dan pada
waktu inilah Al-Kindi muncul sebagai salah seorang tokoh yang
mendapat kepercayaan untuk menerjemahkan kitab-kitab Yunani
ke dalam bahasa Arab, ahkan ia memberi komentar terhadap
pikiran-pikiran pada Filosuf Yunani.10
Nama Al-Kindi menanjak setelah hidup di istana pada masa
pemerintahan Al-Mu’tashim yang menggantikan Al-Makmun pada
tahun 218 (833M) karena pada waktu itu Al-Kindi dipercaya pihak
istana menjadi guru pribadi pendidik puteranya, yaitu Ahmad bin
Mu’tashim. Pada masa inilah Al-Kindi berkesempatan menulis
karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun menerjemahkan
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab.11
B. Karya-Karya Al-Kindi
Sebagai seorang filsuf Islam yang sangat produktif,
diperkirakan karya yang pernah di tulis Al-Kindi dalam berbagai
10
Sirrajuddin Zarr, Op. Cit ,2004, Hal.100
11
Ibid,. Hal. 101
7
bidang tidak kurang dari 270 buah. Dalam bidang falsafat,
diantaranya adalah :12
12
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta 2005, Cet.4.
Hal.17
13
M.Gharib, 147 ILMUWAN TERKEMUKA, Pustaka Al Kautsar, Jakarta
Timur;2007, Hal.96
8
1. Dia termasuk diantara para ilmuwan pertama yang
berpedoman pada metode eksperimen sebagai suatu cara
untuk menyimpulkan hakekat ilmiah. Dalam hal ini, telah
dipaparkan pengakuan ilmuwan Belanda, De Bour.
2. Dia mengetahui peranan ilmu matematika dalam
membangun akal dan melatihnya untuk konsisten dengan
kebiasaan berpikir yang benar. Dalam hal itu, dia berkata,
“filsafat tidak dapat dipeorleh kecuali dengan menguasai
ilmu matematika.”
3. Al-Kindi menyadari bahwa hakekat teori ilmiah dan
pemikiran tidak akan benar kecuali setelah melalui proses
pematangan yang lama. Dalam hal itu, dia berkata,
“kebenaran yang sempurna tidak akn didapat oleh seseorang,
karena ia akan sempurna secara bertahap dengan
disempurnakan oleh para generasi pemikir.”
4. Sebagai ilmuwan yang memiliki jiwa srhat, dia mengingkari
pengaruh bintang-bintang kepada keadaan manusia dan
membantah perkataan paranormal tentang pergerakan benda-
benda langit. Sekalipun demikian, dia termasuk pemerhati
astronomi sebagai salah satu ilmu pengetahuan alam dan
mengetahui manfaatnya secara ilmiah dalam berbagai
kehidupan manusia.
5. Perhatiannya dalam bidang kimia terbatas pada manfaatnya
secara ilmiah, yaitu pada bidang industri pengobatan. Dia
menolak pemanfaatan sebagai cara untuk pekerjaan seperti
ini hanya membuang waktu para ilmuwan pada sesuatu yang
tidak banyak manfaatnya.
14
M.Gharib, Ibid, Hal 97
9
3. Seorang politikus dan pemikir Inggris, Antony Nating
mengatakan, “Apabila Ibnu Sina merupakan filsuf terbesar
yang memadukan antara pemikiran arestoteles, Plato dan
Islam, maka sebenarnya dia bukan satu-satunya dalam hal
itu. Karena dia telah didahului oleh Ya’Qub bin Ishaq Al-
Kindi satu abad sebelumnya. Dia seperti Ibnu Sina, seorang
filsuf dan dengan penguasaannya terhadap ilmu astronomi,
tekhnik, kimia, kedokteran mata dan musik, dia mampu
mengarang lebih dari dua ratus lima puluh ribu buku. Banyak
diantara buku-buku tersebut yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa latin.
10
hawa nafsu adalah mencapai keutamaan. Oleh karenanya,
banyak orang bijak terdahulu yang mengatakan bahwa
kenikmatan adalah suatu kejahatan. Definisi ini juga
merupakan definisi fungsional, yang bertitik tolak pada
segi tingkah laku manusia pula.
4. Filsafat adalah pengetahuan dari segala pengetahuan dan
kebijaksanaan. definisi ini bertitik tolak dari segi kausa.
5. Filsafat adalah pengetahuan manusia tentang dirinya.
Definisi ini menitik beratkan pada fungsi filsafat sebagai
upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri. Para
Filosof berpendapat bahwa mengetahui dirinya demikian
itu berarti mengetahui segala sesuatu. Dari sinilah para
filosof menamakan manusia sebagai mikrokosmos.
6. Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang
abadi dan bersifat menyeluruh (umum), baik esensinya
maupun kausa-kausanya. Definisi ini menitikberatkan dari
sudut pandang materinya.
F. EPISTEMOLOGI
11
Al-Kindi mempunyai pandangan tersendiri tentang
pengetahuan, menunrutnya pengetahuan manusia itu pada
dasarnya terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu :
Pengetahuan Indrawi
Pengetahuan indrawi terjadi secara langsung ketika orang
mengamati terhadap obyek-obyek material (sentuhan,
penglihatan, pendengeran, pengecapan dan penciuman).
Kemudian dalam proses yang sangat singkat tanpa tenggang
waktu dan tanpa berupaya, obyek-obyek yang telah ditangkap
oleh indera tersebut berpindah ke imajinasi (musyawwiroh),
kemudian diteruskan ke tempat penampungannya yang disebut
hafizhah (recolection). Pengetahuan yang diperoleh dengan
jalan ini (Inderawi) tidak tetap dan akan selalu berubah; karena
obyek yang diamati pun tidak tetap, selalu dalam keadaan
menjadi, berubah setiap saat, bergerak, berlebih-berkurang
kuantitasnya, dan berubah-ubah pula kualitasnya.
Pada dasarnya pengetahuan inderawi ini mempunyai
kelemahan yang cukup banyak, sehingga pengetahuan yang
didapatkan belum tentu benar. Kelemahan-kelemahan tersebut
antara lain Indera terbatas, benda yang jauh terlihat kecil
berbeda ketika benda tersebut berada di dekat kita, lalu apakah
benda tersebut memang berubah menjadi kecil? tidak,
keterbatasan kemampuan indera ini dapat memberikan
pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua adalah Indera
menipu, gula yang rasanya manis akan terasa pahit ketika
dirasakan oleh orang yang sakit, begitu juga udara yang yang
panas akan terasa dingin. Sehingga hal ini akan memberikan
pengetahuan yang salah juga. Kelemahan ketiga ialah Obyek
yang menipu, seperti ilusi, fatamorgana. Di sini Indera
menangkap obyek yang sebenarnya tiada. Kelemahan keempat
12
berasal dari indera dan obyek sekaligus, indera misalnya mata
tidak dapat melihat obyek secara keseluruhan dan begitu juga
obyek yang tidak memperlihatkan dirinya secara keseluruhan,
sehingga hal ini akan memberikan informasi pengetahuan yang
salah pula.
Pengetahuan Rasional
Pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan
menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial dan bersifat
immaterial. Obyek pengetahuan rasional bukan individu; tetapi
genus dan spesies. Orang mengamati manusia sebagai yang
berbadan tegak dengan dua kaki, pendek, jangkung, berkulit putih
atau berwarna, yang semua ini akan menghasilkan pengetahuan
inderawi. tetapi orang yang mengamati manusia, menyelidiki
hakikatnya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa manusia
adalah makhluk berfikir (rational animal = hewan nathiq), telah
memperoleh pengetahuan rasional yang abstrak universal,
mencakup semua individu manusia. Manusia yang telah ditajrid
(dipisahkan) dari yang inderawi tidak mempunyai gambar yang
telukis dalam perasaan.
Kelihatannya sudah cukup jelas bahwa pengetahuan hanya
terbagi menjadi dua, karena keduanya sudah saling melengkapi,
tapi ternyata hal tersebut belum cukup. Indera (empiris) dan akal
(rasio/logis) yang bekerjasama belum mampu mendapatkan
pengetahuan yang lengkap dan utuh. Indera hanya mampu
mengamati bagian-bagian tertentu tentang obyek. Dibantu oleh
akal, manusia juga belum mapu memperoleh pengetahuan yang
utuh. Akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari obyek.
Al-Kindi memperingatkan agar orang tidak mengacaukan
metode yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan, karena
setiap ilmu mempunyai metodenya sendiri yang sesuai dengan
wataknya. Watak ilmulah yang menentukan metodenya. Adalah
suatu kesalahan jika kita menggunakan suatu metode suatu ilmu
untuk mendekati ilmu lain yang mempunyai metodenya sendiri.
Adalah suatu kesalahan juga jika kita menggunakan metode ilmu
alam untuk metafisika.
13
Pengetahuan Isyraqi
Al-Kindi mengatakan bahwa pengetahuan inderawi saja tidak
akan sampai pada pengetahuan yang hakiki tentang hakikat-
hakikat. Pengetahuan rasional terbatas pada pengetahuan tentang
genus dan spesies. Banyak filosof yang membatasi jalan
memperoleh pengetahuan pada dua macam jalan ini. Al-Kindi,
sebagaiman halnya banyak filosof isyraqi, mengingatkan adanya
jalan lain untuk memperoleh pengetahuan lewat jalan isyraqi
(iluminasi), yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari
pancaran Nur Ilahi. Puncak dari jalan ini adalah yang diperoleh
para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari
wahyu kepada umat manusia. Para Nabi memperoleh
pengetahuan yang berasal dari wahyu tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah untuk memperolehnya. Pengetahuan mereka
terjadi atas kehendak Tuhan semata-mata. Tuhan mensucikan
jiwa mereka dan diterangkan-Nya pula jiwa meraka untuk
memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu. Akal meyakinkan
pengetahuan pengetahuan mereka berasal dari tuhan, karena
pengetahuan itu ada ketika manusia tidak mampu
mengusahakannya, karena hal itu memang di luar kemampuan
manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima
dengan penuh ketaatan dan ketundukan mereka kepada kehendak
tuhan, membenarkan semua yang dibawakan para nabi.
Untuk memberi contoh perbedaan pengetahuan manusia yang
diperoleh dengan jalan upaya dan pengetahuan para nabi yang
diperoleh dengan jalan wahyu, Al-Kindi mengemukakan
pertanyaan orang-orang kafir tentang bagaimana mungkin tuhan
akan membangkitkan kembali manusia dari dalam kuburnya
setelah tulang-belulangnya hancur menjadi tanah; sebagaimana
termaktub dalam Al-Qur’an surah Yasin ayat 78-82. Keterangan
yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an ini amat cepat diberikan
oleh nabi Muhammad saw. karena berasal dari wahyu tuhan, dan
tidak yakin akan dapat dijawab dengan cepat dan tepat serta jelas
oleh filosuf.
14
wahyu jawabannya: Katakanlah yang memberinya hidup adalah
penciptanya yang pertama kali yang mengetahui segala kejadian,
Dia yang menjadikan bagimu api dari kayu yang hijau, kemudian
kamu menyalakan api darinya. Tiadakah yang telah menciptakan
langit dan bumi sanggup menciptakan yang serupa itu? Tentu saja
karena Dia maha Pencipta, maha Tahu. Bila Dia menghendaki
sesuatu, cukuplah Dia perintahkan,”jadilah”, maka iapun menjadi.
Al-Kindi memberikan penjelasannya tentang ilmu yang berasal
dari Tuhan sebagaimana dicerminkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an
tersebut sebagai berikut:
Tidak ada bukti bagi akal yang terang dan bersih yang lebih
gamblang dan ringkas daripada yang tertera dalam ayat-ayat Al-
Qur’an tersebut, yaitu bahwa tulang-belulang yang benar-benar
telah terjadi setelah tiada sebelumnya, adalah sangat mungkin
apabila telah rusak dan busuk ada kembali. Mengumpulkan
barang yang berserakan lebih mudah daripada membuatnya dari
tiada, meskipun bagi Tuhan tidak ada hal yang dapat dikatakan
lebih mudah ataupun lebih sulit. Kekuatan yang telah
menciptakan mugkin menumbuhkan sesuatu yang telah
dihancurkan. Al-Qur’an menyebutkan bahwa tuhan telah
menjadikan kayu hijau dan dapat dibakar menjadi api; hal ini
mengandung ajaran bahwa sesuatu mungkin bisa terjadi dari
lawannya. Tuhan menjadikan api dari bukan api dan menjadikan
panas dari bukan panas. Jika sesuatu mungkin terjadi dari
lawannya, maka akan lebih mungkin lagi sesuatu terjadi dari
dirinya sendiri.
Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa tuhan yang telah
menciptakan langit dan bumi berkuasa pula menciptakan yang
serupa itu, karena Dia adalah Tuhan yang maha pencipta lagi maha
mengetahui. Al-Kindi menjelaskan bahwa hal tersebut dapat
diyakini kebenarannya secara amat jelas tanpa memerlukan
argumentasi apapun. Orang-orang kafir mengingkari penciptaan
langit, karena mereka mengira bagaimana langit itu diciptakan,
berapa lama waktu yang diperlukan jika dibandingkan dengan
perbuatan manusia melakukan suatu pekerjaan. Sangkaan mereka
itu tidak benar, tuhan tidak memerlukan waktu jika menghendak
iuntuk menciptakan sesuatu. Tuhan berkuasa menciptakan sesuatu
15
dari yang bukan sesuatu dan mengadakan sesuatu dari tiada.
Sesuatu ada bersamaan dengan kehendak-Nya.
Al-Kindi mengakhiri penjelasannya tentang ayat-ayat Al-Qur’an
yang dijadikan contoh-contoh di atas sebagai berikut: “Tak ada
manusia yang dengan filsafat manusia sanggup menerangkan
sependek huruf-huruf yang tercantum dalam ayat-ayat al-Qur’an
yang diwahyukan kepada Rasul-Nya itu, yang menerangkan bahwa
tulang-belulang akan hidup setelah membusuk dan hancur, bahwa
kekuasaan tuhan seperti menciptakan langit dan bumi, bahwa
sesuatu dapat terjadi dari lawannya. Kata-kata manusia tidak
sanggup menuturkannya, kemampuan manusia tidak sanggup
melakukannya; akal manusia yang bersifat parsial tidak terbuka
untuk sampai pada jawaban yang demikian itu.”
Pengetahuan Isyraqi ini, selain didapatkan oleh para nabi. Ada
kemungkinan juga didapatkan oleh orang-orang yang bersih, suci
jiwanya, walaupun tingkatan atau derajatnya berada dibawah dari
pengetahuan yang dipeoleh para nabi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan para nabi yang diperoleh dengan wahyu lebih
meyakinkan kebenarannya daripada pengetahuan para filosuf yang
tidak dari wahyu.
1. Falsafat Ketuhanan
Falsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar
(knowledge of truth). Di sinilah terlihat persamaan falsafat
dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang
benar dan apa yang baik; falsafat itulah pula tujuannya.
15
Hadariansyah, Pemikiran-pemikiran Filsafat Dalam Sejarah Pemikiran
Islam,Kafusari press, Banjarmasin, 2012, cet.1.Hal.18
16
Agama, di sampingwahyu, mempergunakan akal, dan
falsafat juga mempergunakan akal. Yang benar pertama (the
First True ) bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Falsafat dengan
demikian membahas soal Tuhan danagama ini pulalah
dasarnya. Dan falsafat yang paling tinggi ialah falsafat
tentang Tuhan. Sebagai kata Al-Kindi :
16
Harun Nasution, Op. Cit., Cet 9, Hal.16
17
2. Falsafat Kejiwaan
Jiwa dipandang inti-inti dari manusia dan filosuf-filosuf
Islam banyak memperbincangkan hal ini, apalagi karena
ayat-ayat Qur’an atau Hadits Nabi tidak menjelaskan
hakekat roh itu. Bahkan menurut sugesti yang ada dalam
Qur’an, manusia tidak akan mengetahui hakekat roh. Roh
adalah urusan Tuhan dan bukan urusan manusia. Tetapi
sungguh pun demikian filosof-filosof Islam membahas soal
ini berdasar pada falsafah tentang roh yang mereka jumpai
dalam falsafat Yunani.
Menurut Al-Kindi roh tidak tersusun ( simple,sederhana)
tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia.
Substansinya berasal dari substansi Tuhan. Hubungannya
dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan
matahari.
Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud
sendiri. Argumen yang dimajukan Al-Kindi tentang
perlainan roh dari badan ialah keadaan badan mempunyai
hawa nafsu (carnel desire) dan sifat pemarah (passion). Roh
menentang keinginan hawa nafsu dan passion. Sudah jelas
bahwa yang melarang tidak sama, tetapi berlainan dari,
yang dilarang.
Dengan perantara rohlah manusia memperoleh
pengetahuan yang sebenarnya. Ada dua macam
pengetahuan : pengetahuan pancaindera dan pengetahuan
akal. Pengetahuan pancaindera hanya mengenai yang lahir-
lahir saja. Dalam hal ini manusia dan binatang sama.
Pengetahuan akal merupakan hakekat-hakekat dan hanya
dapat diperoleh oleh manusia tetapi dengan syarat ia harus
melengkapi dirinya dari sifat binatang yang ada dalam
tubuhnya. Melepaskan diri dari sifat ini ialah dengan
meninggalakan dunia dan berpikir serta berkontemplasi
tentang wujud. roh bersifat kekal dan tidak hancur dengan
hancurnya badan. Ia tidak hancur, karena substansinya
berasal dari substansi Tuhan. Ia adalah cahaya yang
dipancarkan Tuhan. Selama dalam badan, roh tidak
memperoleh kesenangan yang sebenarnya dari
18
pengetahuannya tidak sempurna. Hanya setelah bercerai
dengan badan roh memperoleh kesenangan sebetulnya
dalam bentuk pengetahuan yang sempurna. Setelah bercerai
dengan badan roh pergi ke Alam Kebenaran atau Alam
Kekal diatas bintang-bintang, didalam lingkungan cahaya
Tuhan, dekat dengan Tuhan dan dapat melihat Tuhan.
Disinilah terletak kesenangan abadi dari roh.18
Jiwa mempunyai 3 daya : daya bernafsu, daya pemarah
dan daya berpikir (appetitive : irascible dan cognitive
faculty). Daya berpikir itu disebut akal. Menurut Al-Kindi
ada tiga macam akal : akal yang bersifat potensil, akal yang
telah keluar dari sifat potensil menjadi aktuil, dan akal yang
telah mencapat tingkat kedua dari aktualitas, yang artinya:19
18
Harun Nasution, Ibid., Hal.19
19
Harun Nasution, Loc. Cit., Hal 19
20
Harun Nasution, Loc. Cit., Hal 19
19
III. Penutup
20
DAFTAR PUSTAKA
21
AUTOBIOGRAFI
22