Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. SUWITO,. M. A.
DiSusun Oleh :
Sri Rahayu
NIM : 170211020068
1
Filsuf Pertama dari Era Muslim
Sri Rahayu
Program Pasca Sarjana UIN ANTASARI BANJARMASIN
Email : aeyucute90@gmail.com
Mata Kuliah Sejarah pemikiran dan perkembangan Budaya Islam
Religion and Science such as Water and oil that is side by side but not
united, then Science without Religion as walking in darkness without
a goal that is blind to the heresy religion without science. With the
conclusion obtained from this research is that according to Al-Kindi
Science can not be separated from Religion, because in Religion there
is God that is Allah and Allah is the Creator / first reason. The first
reason is the most eternal Intellect while the human mind has limits /
weakness. Then according to Kholili Hasib in his Journal entitled
"Philosophy and Concept of Godhead according to Al-Kindi" stated
2
that the concept of philosophy is based on Al-Kindi thinking about
Metaphysics that rubs against Aristotle is only based on Physics. In
this respect I agree with him, because Al-Kindi describes his
Philosophy simply in metaphysics. The source of this primary study
comes from Harun Nasution's book "Falsafat and Misitism in Islam".
Keyword : Al-Kind, Philosopy
I.Pendahuluan
3
Meskipun begitu, pemikiran al-Kindī yang dikatakan mirip
dengan sistem rasionalitasMu’tazilah mendapat kritikan oleh para
ulama’. Karyanya yang berjudul Risālah fi Hudūd al-Asyya’ yang
berbicara eksistensi alam yang dianggap bersumber dari tradisi
Yunani dan adapsiMu’tazilah ditentang kaum muslim.4
Suatu pertanyaan yang mendasar, kenapa pemikiran-pemikiran
tersebut tidak muncul justru filsafat Yunani lebih tenar dibanding
filsafat mereka? Hal ini disebabkan apa yang ditulis oleh pemikir-
pemikir Yunani lebih sistematis dan metodis. Karena mereka
mengenal secara realitas.Seperti tokoh filosuf Yunani adalah Plato,
Aristoteles, Platinus dan lain sebagainya.
Permasalahan filsafat islam yang ada kaitannya dengan filsafat
Yunani, ada pendapat bahwa filsafat Islam adalah hasil plagiat dari
filsafat Yunani. Para Filosuf Islam meniru dan membuat bingkai
dengan ajaran Islam. Anggapan ini keliru, sebab pendapat itu hanya
melihat dari segi aktifitas filosuf Yunani dalam bergumul dengan
filsafat Yunani. Bahkan mereka tidak memandang dari sudut ajaran
yang ada dalam Islam dan pemikiran-pemikirannya.5
Contoh, menurut Aristoteles bahwa Tuhan adalah zat yang
memberi arti kepada alam, akan tetapi dapat kita hubungi, artinya
bukan Tuhan yang dapat kita sembah dan kita mintai. Tuhan
menurut aristoteles lebih lanjut adalah it dan bukan he.Dan ia
mengatakan bahwa Allah (Tuhan) bukan pencipta alam. Sedangkan
Al-Kindi (Filosuf Islam) dapat membuktikan pendapat Aristoteles,
bahwa Allah adalah pencipta alam. Pendapat Aristoteles yang tidak
dapat diterima oleh Islam adalah dalam hal penciptaan alam secara
bertingkat, dengan alasan bahwa hal demikian akan membawa ke
perbuatan syirik. Sebagaimana pendapat Al-Kindi yang menentang
keras terhadap pendapat Aristoteles , dengan mengatakan bahwa
seluruh alam ini diciptakan oleh Allah SWT. Dengan tidak
dicampuri oleh sesuatu kekuatan lain. Al-Kindi menyerang pendapat
Aristoteles disebabkan ajaran Aristoteles mengandung ajaran syirik,
juga Al-Kindi adalah tokoh Islam yang menolak terhadap pendirian
pendapat yang menyatakan akan adanya penciptaan pertama dan
akhir. Al-Kindi mengembalikan pemikiran pemikiran di atas kepada
4
Hana’ Abduh Sulaiman Ahmad,Atsaru al-Mu’tazilah fi al-Falsafah al-Ilahiyah‘inda
al-Kindi,(Maktabah al-Tsaqafiyah al-Diniyyah, 1425/2005)
5
Ibid, Hal 29
4
keyakinan bahwa Allah itu satu, tunggal, awal dan akhir dengan
ajaran Islam mengenai tauhid wahdaniyat dan tauhid rububiyah.
Dari sikap dan pernyataan Al-Kindi sebagai seorang filosuf
Islam, ia adalah orang yang senang menterjemahkan filsafat Plato
dan Aristotles, semata-mata meniru yang persis terhadap pemikiran
Filsafat Yunani. Al-Kindi adalah tokoh filosuf Islam memiliki
kemandirian sikap dalam mengupas dan menguraikan masala-
masalah yang berada pada filsafat Yunani.Ia menyaring dan
membuat ada hubungan atau setidaknya terhadap ajaran-ajaran
Islam.
Dengan adanya bukti-bukti yang diungkapkan oleh sebagian
filosuf Islam, maka salah apabila filsafat Islam dianggap plagiat
terhadap filsafat Yunani. Namun akan lain permasalahannya, jika
filsafat Yunani. Namun akan lain permasalahannya, jika filsafat
Islam mendapat motivasi dari filsafat Yunani.dalam arti para filosuf
Islam termotivator dalam berpikir tentang manusia, kosmos (alam),
dan zat pencipta (Allah). Juga sebagian bahan-bahan pemikiran
filsafat Yunani dijadikan bahan bagi filosuf Islam dalam
mengembangkan filsafatnya dengan salah satu upayanya
menterjemahkan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab.
Dengan demikian kepribadian filsafat Islam memang mandiri
dalam berpikir tentang sesuatu.Ia dapat berkembang dengan subur,
sudah memiliki ciri khas asli dan tidak bertentangan dengan Al-
Quran dan Al-hadis. Dapat dijadikan acuan berpikir dalam
kehidupan sehari-hari, dalam hal memecahkan problema kehidupan
secara Islami. Walaupun disadari pula, bahwa sebagai obyek
pembahasannya sama yaitu soal manusia, alam semesta (kosmos),
dan zat pencipta.6
Al-Kindi, nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’cub ibnu Ishak
ibnu Al-Shabbah ibnu ‘Imran ibnu Muhammad ibnu Al-Asy’as ibnu
Qais Al-Kindi. Kindah pada siapa nama Al-Kindi dinisbatkan,
adalah suatu kabilah terkemuka pra-Islam yang merupakan cabang
dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman. Kabilah in pulalah yang
melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar kesusteraan Arab,
6
Mustofa, H.A, Ibid, Hal 30-31
5
sang penyair-pangeran Imr Al-Qais, yang gagal untuk memulihkan
tahta kerajaan Kindah setelah pembunuhan ayahnya7
Berdasarkan dari diskripsi di atas, maka didapatkan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Agama dan Ilmu saling bertentangan?
2. Bagaimanakah hubungan antara Agama dengan Ilmu? Apakah
hunbungannya …. Ataukah …?
(Rumusan masalah hendaknya sesuai dengan kesimpulan. Karena
itu, rumusan masalah arahkan saja ke satu kesimpulan saja.
Disarankan agar rumusan masalahnya bersifat hipotetis saja agar
mudah membuat kesimpulan)
7
Sirrajuddin Zarr, Filsafat Islam, Raja Grafindo, Jakarta,2004, Hal.37
8
Sirrajuddin Zarr, ibid, Hal.99
6
orang berada ia dapat membayar orang-orang untuk
menterjemahkan buku-buku yang perlu baginya.9
Kemudian ia sendiri mengarang buku-buku dan menurut
keterangan Ibn al-Nadim buku-buku yang ditulisnya. (besar dan
kecil) berjumlah 241vdalam falsafat, logika, ilmu hitung,
astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, music,
matematika, dan sebagainya.
Memperhatikan tahun lahirnya, dapat diketahui bahwa Al-
Kindi hidup pada masa keemasan kekuasaan Bani ‘Abbas. Pada
masa kecilnya, Al-Kindi sempat merasakan masa pemerintahan
Khalifah Harun Al-Rasyid yang terkenal sangat memperhatikan
dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan bagi kaum
muslim. Pada masa pemerintahannya, Baghdad menjadi pusat
perdagangan sekaligus pusat ilmu pengetahuan.Al-Rasyid
mendirikan semacam akademi atau lembaga, tempat pertemuan
para ilmuwan yang disebut Bayt Al-Hikmah (Balai Ilmu
Pengetahuan).Al-Rasyid wafat pada tahun 193 H (809 M) ketika
Al-Kindi masih berumur 9 tahun. Sepeninggal putranya, Al-Amin
menggantikannya sebagai Khalifah, tetapi pada massanya tidak
tercatat ada usaha –usaha untuk mengembangkan lebih lanjut ilmu
pengetahuan yang telah dirintis dengan mengembangkan usaha
susah payah ayahnya.Al-Amin wafat pada tahun 198 H (813 M),
kemudian digantikan oleh saudaranya Al-Makmun. Pada masa
pemerintahan Al-Makmun (198-228 H) perkembangan ilmu
pengetahuan amat pesat.Fungsi Bayt Al-Hikmah lebih
ditingkatkan, sehingga pada masanya berhasil dipertemukan antara
ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu asing, khususnya dari
Yunani.Pada masa ini juga dilakukan penerjemahan besar-besaran
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab, sehingga perkembangan
ilmu pengetahuan di kalangan kaum Muslim sangat pesat karena
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri. Dan pada
waktu inilah Al-Kindi muncul sebagai salah seorang tokoh yang
mendapat kepercayaan untuk menerjemahkan kitab-kitab Yunani
9
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta,
1973, Cet 9, Hal.14
7
ke dalam bahasa Arab, ahkan ia memberi komentar terhadap
pikiran-pikiran pada Filosuf Yunani.10
Nama Al-Kindi menanjak setelah hidup di istana pada masa
pemerintahan Al-Mu’tashim yang menggantikan Al-Makmun pada
tahun 218 (833M) karena pada waktu itu Al-Kindi dipercaya pihak
istana menjadi guru pribadi pendidik puteranya, yaitu Ahmad bin
Mu’tashim. Pada masa inilah Al-Kindi berkesempatan menulis
karya-karyanya, setelah pada masa Al-Makmun menerjemahkan
kitab-kitab Yunani ke dalam bahasa Arab.11
10
Sirrajuddin Zarr, Op. Cit,2004, Hal.100
11
Ibid,.Hal. 101
12
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta 2005, Cet.4.
Hal.17
8
8. Kitab fi Ibarah al_Jawani ‘ al-Fikriyah (tentang ungkapan-
ungkapan mengenai ide-ide komprehensif)
9. Risalah al-Hikmiyah fi Asrar al-Ruhaniyah (sebuah tulisan
filosofis tentang rahasia-rahasia spiritual).
10. Risalah fi al-Ibanah al-Illat al-Fa’ilat al-Qoribah li al-kawn wa
al-Fasad (tentang penjelasan mengenai sebab dekat yang aktif
terhadap alam dan kerusakan)
13
M.Gharib, 147 ILMUWAN TERKEMUKA, Pustaka Al Kautsar, Jakarta
Timur;2007, Hal.96
9
5. Perhatiannya dalam bidang kimia terbatas pada manfaatnya
secara ilmiah, yaitu pada bidang industri pengobatan. Dia
menolak pemanfaatan sebagai cara untuk pekerjaan seperti
ini hanya membuang waktu para ilmuwan pada sesuatu yang
tidak banyak manfaatnya.
10
definisi tentang filsafat. Definisi-definisi Al-Kindi sebagai
berikut:
11
tentang kebenaran, tetapi disamping itu juga merupakan
aktualisasi atau pengamalan dari kebenaran itu.Filosof yang sejati
adalah yang mampu memperoleh kebijaksanaan dan mengamalkan
kebijaksanaan itu.
F. EPISTEMOLOGI
Pengetahuan Indrawi
Pengetahuan indrawi terjadi secara langsung ketika orang
mengamati terhadap obyek-obyek material
(sentuhan,penglihatan, pendengeran,pengecapan dan
penciuman). Kemudian dalam proses yang sangat singkat tanpa
tenggang waktu dan tanpa berupaya, obyek-obyek yang telah
ditangkap oleh indera tersebut berpindah ke imajinasi
(musyawwiroh), kemudian diteruskan ke tempat
penampungannya yang disebut hafizhah (recolection).
Pengetahuan yang diperoleh dengan jalan ini (Inderawi) tidak
tetap dan akan selalu berubah; karena obyek yang diamati pun
tidak tetap, selalu dalam keadaan menjadi, berubah setiap saat,
bergerak, berlebih-berkurang kuantitasnya, dan berubah-ubah
pula kualitasnya.
Pada dasarnya pengetahuan inderawi ini mempunyai
kelemahan yang cukup banyak, sehingga pengetahuan yang
12
didapatkan belum tentu benar. Kelemahan-kelemahan tersebut
antara lain Indera terbatas, benda yang jauh terlihat kecil
berbeda ketika benda tersebut berada di dekat kita, lalu apakah
benda tersebut memang berubah menjadi kecil?tidak,
keterbatasan kemampuan indera ini dapat memberikan
pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua adalah Indera
menipu, gula yang rasanya manis akan terasa pahit ketika
dirasakan oleh orang yang sakit, begitu juga udara yang yang
panas akan terasa dingin. Sehingga hal ini akan memberikan
pengetahuan yang salah juga. Kelemahan ketiga ialah Obyek
yang menipu, seperti ilusi, fatamorgana.Di sini Indera
menangkap obyek yang sebenarnya tiada. Kelemahan keempat
berasal dari indera dan obyek sekaligus, indera misalnya mata
tidak dapat melihat obyek secara keseluruhan dan begitu juga
obyek yang tidak memperlihatkan dirinya secara keseluruhan,
sehingga hal ini akan memberikan informasi pengetahuan yang
salah pula.
Pengetahuan Rasional
Pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan
menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial dan bersifat
immaterial.Obyek pengetahuan rasional bukan individu; tetapi
genus dan spesies. Orang mengamati manusia sebagai yang
berbadan tegak dengan dua kaki, pendek, jangkung, berkulit putih
atau berwarna, yang semua ini akan menghasilkan pengetahuan
inderawi. tetapi orang yang mengamati manusia, menyelidiki
hakikatnya sehingga sampai pada kesimpulan bahwa manusia
adalah makhluk berfikir (rational animal = hewan nathiq), telah
memperoleh pengetahuan rasional yang abstrak universal,
mencakup semua individu manusia. Manusia yang telah ditajrid
(dipisahkan) dari yang inderawi tidak mempunyai gambar yang
telukis dalam perasaan.
Kelihatannya sudah cukup jelas bahwa pengetahuan hanya
terbagi menjadi dua, karena keduanya sudah saling melengkapi,
tapi ternyata hal tersebut belum cukup.Indera (empiris) dan akal
(rasio/logis) yang bekerjasama belum mampu mendapatkan
pengetahuan yang lengkap dan utuh.Indera hanya mampu
13
mengamati bagian-bagian tertentu tentang obyek.Dibantu oleh
akal, manusia juga belum mapu memperoleh pengetahuan yang
utuh.Akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari obyek.
Al-Kindi memperingatkan agar orang tidak mengacaukan
metode yang ditempuh untuk memperoleh pengetahuan, karena
setiap ilmu mempunyai metodenya sendiri yang sesuai dengan
wataknya.Watak ilmulah yang menentukan metodenya. Adalah
suatu kesalahan jika kita menggunakan suatu metode suatu ilmu
untuk mendekati ilmu lain yang mempunyai metodenya sendiri.
Adalah suatu kesalahan juga jika kita menggunakan metode ilmu
alam untuk metafisika.
Pengetahuan Isyraqi
Al-Kindi mengatakan bahwa pengetahuan inderawi saja tidak
akan sampai pada pengetahuan yang hakiki tentang hakikat-
hakikat. Pengetahuan rasional terbatas pada pengetahuan tentang
genus dan spesies.Banyak filosof yang membatasi jalan
memperoleh pengetahuan pada dua macam jalan ini. Al-Kindi,
sebagaiman halnya banyak filosof isyraqi, mengingatkan adanya
jalan lain untuk memperoleh pengetahuan lewat jalan isyraqi
(iluminasi), yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh dari
pancaran Nur Ilahi. Puncak dari jalan ini adalah yang diperoleh
para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari
wahyu kepada umat manusia.Para Nabi memperoleh pengetahuan
yang berasal dari wahyu tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah
untuk memperolehnya.Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak
Tuhan semata-mata.Tuhan mensucikan jiwa mereka dan
diterangkan-Nya pula jiwa meraka untuk memperoleh kebenaran
dengan jalan wahyu.Akal meyakinkan pengetahuan pengetahuan
mereka berasal dari tuhan, karena pengetahuan itu ada ketika
manusia tidak mampu mengusahakannya, karena hal itu memang
di luar kemampuan manusia. Bagi manusia tidak ada jalan lain
kecuali menerima dengan penuh ketaatan dan ketundukan mereka
kepada kehendak tuhan, membenarkan semua yang dibawakan
para nabi.
Untuk memberi contoh perbedaan pengetahuan manusia yang
diperoleh dengan jalan upaya dan pengetahuan para nabi yang
14
diperoleh dengan jalan wahyu, Al-Kindi mengemukakan
pertanyaan orang-orang kafir tentang bagaimana mungkin tuhan
akan membangkitkan kembali manusia dari dalam kuburnya
setelah tulang-belulangnya hancur menjadi tanah; sebagaimana
termaktub dalam Al-Qur’an surah Yasin ayat 78-82. Keterangan
yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an ini amat cepat diberikan
oleh nabi Muhammad saw. karena berasal dari wahyu tuhan, dan
tidak yakin akan dapat dijawab dengan cepat dan tepat serta jelas
oleh filosuf.
15
lawannya, maka akan lebih mungkin lagi sesuatu terjadi dari
dirinya sendiri.
Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa tuhan yang telah
menciptakan langit dan bumi berkuasa pula menciptakan yang
serupa itu, karena Dia adalah Tuhan yang maha pencipta lagi maha
mengetahui.Al-Kindi menjelaskan bahwa hal tersebut dapat
diyakini kebenarannya secara amat jelas tanpa memerlukan
argumentasi apapun.Orang-orang kafir mengingkari penciptaan
langit, karena mereka mengira bagaimana langit itu diciptakan,
berapa lama waktu yang diperlukan jika dibandingkan dengan
perbuatan manusia melakukan suatu pekerjaan.Sangkaan mereka
itu tidak benar, tuhan tidak memerlukan waktu jika
menghendakiuntuk menciptakan sesuatu.Tuhan berkuasa
menciptakan sesuatu dari yang bukan sesuatu dan mengadakan
sesuatu dari tiada.Sesuatu ada bersamaan dengan kehendak-Nya.
Al-Kindi mengakhiri penjelasannya tentang ayat-ayat Al-Qur’an
yang dijadikan contoh-contoh di atas sebagai berikut: “Tak ada
manusia yang dengan filsafat manusia sanggup menerangkan
sependek huruf-huruf yang tercantum dalam ayat-ayat al-Qur’an
yang diwahyukan kepada Rasul-Nya itu, yang menerangkan bahwa
tulang-belulang akan hidup setelah membusuk dan hancur, bahwa
kekuasaan tuhan seperti menciptakan langit dan bumi, bahwa
sesuatu dapat terjadi dari lawannya. Kata-kata manusia tidak
sanggup menuturkannya, kemampuan manusia tidak sanggup
melakukannya; akal manusia yang bersifat parsial tidak terbuka
untuk sampai pada jawaban yang demikian itu.”
Pengetahuan Isyraqi ini, selain didapatkan oleh para nabi.Ada
kemungkinan juga didapatkan oleh orang-orang yang bersih, suci
jiwanya, walaupun tingkatan atau derajatnya berada dibawah dari
pengetahuan yang dipeoleh para nabi.Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan para nabi yang diperoleh dengan wahyu lebih
meyakinkan kebenarannya daripada pengetahuan para filosuf yang
tidak dari wahyu.
16
Sebagaimana telah disebutkan terdahulu tadi bahwa Al-Kindi
adalah juga orang pertama yang dipandang sebagai filosof dalam
Islam. Oleh karena itu, dalam sejarah pemikiran Islam pada
Aspek pemikiran filsafat Al-Kindi ialah tentang aspek persamaan
filsafat dengan agama. Selain itu, ia juga mengemukakan
pemikiran filsafatnya tentang ketuhanan dan tentang jiwa.15
1. Falsafat Ketuhanan
Falsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar
(knowledge of truth).Di sinilah terlihat persamaan falsafat
dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar
dan apa yang baik; falsafat itulah pula tujuannya. Agama, di
sampingwahyu, mempergunakan akal, dan falsafat juga
mempergunakan akal. Yang benar pertama (the First True )
bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Falsafat dengan demikian
membahas soal Tuhan danagama ini pulalah dasarnya.Dan
falsafat yang paling tinggi ialah falsafat tentang Tuhan.
Sebagai kata Al-Kindi :
17
ia lebih dekat dalam hal ini pada falsafat Plotinus yang
mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari alam
ini dan sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah
emanasi dari Yang Maha Satu.Tetapi faham emanasi ini
kelihatannya tidak jelas dalam falsafat Al-Kindi.Al-Farabilah
yang dengan jelas menulis tentang hal itu.17
2. Falsafat Kejiwaan
Jiwa dipandang inti-inti dari manusia dan filosuf-filosuf
Islam banyak memperbincangkan hal ini, apalagi karena
ayat-ayat Qur’an atau Hadits Nabi tidak menjelaskan
hakekat roh itu. Bahkan menurut sugesti yang ada dalam
Qur’an, manusia tidak akan mengetahui hakekat roh. Roh
adalah urusan Tuhan dan bukan urusan manusia.Tetapi
sungguh pun demikian filosof-filosof Islam membahas soal
ini berdasar pada falsafah tentang roh yang mereka jumpai
dalam falsafat Yunani.
Menurut Al-Kindi roh tidak tersusun ( simple,sederhana)
tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia.
Substansinya berasal dari substansi Tuhan. Hubungannya
dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan
matahari.
Roh adalah lain dari badan dan mempunyai wujud
sendiri. Argumen yang dimajukan Al-Kindi tentang
perlainan roh dari badan ialah keadaan badan mempunyai
hawa nafsu (carnel desire) dan sifat pemarah (passion).Roh
menentang keinginan hawa nafsu dan passion. Sudah jelas
bahwa yang melarang tidak sama, tetapi berlainan dari,
yang dilarang.
Dengan perantara rohlah manusia memperoleh
pengetahuan yang sebenarnya. Ada dua macam pengetahuan
: pengetahuan pancaindera dan pengetahuan akal.
Pengetahuan pancaindera hanya mengenai yang lahir-lahir
saja. Dalam hal ini manusia dan binatang sama.
Pengetahuan akal merupakan hakekat-hakekat dan hanya
17
18
dapat diperoleh oleh manusia tetapi dengan syarat ia harus
melengkapi dirinya dari sifat binatang yang ada dalam
tubuhnya. Melepaskan diri dari sifat ini ialah dengan
meninggalakan dunia dan berpikir serta berkontemplasi
tentang wujud.roh bersifat kekal dan tidak hancur dengan
hancurnya badan. Ia tidak hancur, karena substansinya
berasal dari substansi Tuhan. Ia adalah cahaya yang
dipancarkan Tuhan. Selama dalam badan, roh tidak
memperoleh kesenangan yang sebenarnya dari
pengetahuannya tidak sempurna.Hanya setelah bercerai
dengan badan roh memperoleh kesenangan sebetulnya
dalam bentuk pengetahuan yang sempurna. Setelah bercerai
dengan badan roh pergi ke Alam Kebenaran atau Alam
Kekal diatas bintang-bintang, didalam lingkungan cahaya
Tuhan, dekat dengan Tuhan dan dapat melihat Tuhan.
Disinilah terletak kesenangan abadi dari roh.18
Jiwa mempunyai 3 daya : daya bernafsu, daya pemarah
dan daya berpikir (appetitive : irascible dan cognitive
faculty). Daya berpikir itu disebut akal. Menurut Al-Kindi
ada tiga macam akal : akal yang bersifat potensil, akal yang
telah keluar dari sifat potensil menjadi aktuil, dan akal yang
telah mencapat tingkat kedua dari aktualitas, yang artinya:19
19
c. Ia merupakan species dan genus
d. Ia membuat akal potensil menjadi aktuil berpikir
e. Ia tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari
padanya
III. Penutup
20
DAFTAR PUSTAKA
21
AUTOBIOGRAFI
22
berpikir lebih tajam lagi, agar pemahaman yang didapatkan bisa
berkembang lebih dari yang didapat. Kemudian untuk pesan kepada
pembaca, semoga ilmu yang saya dapatkan tidak hanya terhenti disini
tapi juga dikembangkan agar bermanfaat untuk semua orang
terutama bagi setiap insan yang meluangkan waktunya untuk Ilmu
Pengetahuan.
23