Anda di halaman 1dari 13

Makalah Filsafat Barat vs Islam

Mata Kuliah: Islam dan Ilmu Pengetahuan


Dosen Pengampu: Hilmy Firdausy S.Ag., M.A

Disusun Oleh:
_Adamas Taufik | 11200360000019
_Faishal Thariq | 11200360000022
_Maulana Fadlurrahman | 11200360000023
_Nur Asyifah Kosasih | 112003600000113

Program Studi Ilmu Hadis


Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2022 M/1444 H
PEMBAHASAN

 Filsafat Barat

Adapun pengertian dari Filsafat barat adalah hasil pemikiran


radikal oleh para filosof barat sejak abad pertengahan sampai abad
modern. Perlu didudukan terlebih dahulu, bahwa penyebutan “barat”
disini bukan dimaknai berdasarkan letak geografisnya, kanada itu di utara
Australia di selatan tapi digolongkan sebagai negara barat. Begitu juga
dengan negara-negara lain yang disebut negara barat, meskipun letak
geografisnya tidak di barat atau bahkan malah berseberangan. Filsafat
barat merupakan cara berpikir filsafat dengan berasas pada pandangan
hidup (world view) atau peradaban (culture) yang dianut oleh bangsa-
bangsa barat bahwa metode berpikir filsafat yang mereka pakai adalah
empiris dan rasionalis, mereka menyampingkan sifatnya agama(sekuler),
yang kemudian berimbas pada sikap mereka yang tidak mengakui wahyu
sebagai ilmu.1 Periodesasi filsafat barat terjadi dalam empat tahapan
diantaranya:
1. Filsafat yunani kuno
Sejarah Filsafat dimulai sekitar abad ke-6 SM. Zaman ini
sering disebut juga sebagai zaman peralihan dari mitos ke logos.
Sebelum masa ini, banyak orang yang bercerita tentang alam semesta
dan kejadian di dalamnya terjadi berkat kuasa gaib dan adikodrati,
seperti adanya kuasa para dewa-dewi. Mitos-mitos seperti ini kerap
sekali ditemukan di dalam sastra-sastra Yunani.
2. Filsafat abad pertengahan
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang
menyolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak
pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh
nabi Isa pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan keagamaan. Agama Kristen menjadi problem
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan
1
Zubaidi, Filsafat Barat, (Yogjakarta: Arruz Media, 2007), hal. 12.
Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh
kemampuan akal Mereka belum mengenal adanya wahyu.
3. Filsafat abad modern
Dimulai dari abad ke 16 samapi abad ke 19, Zaman modern
dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali,
yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik
(Yunani-Romawi). Pembauran terpenting yang kelihatan dalam
filsafat renaissance itu antroposentrismenya. Pusat perhatian
pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti zaman kuno, atau Tuhan
seperti abad pertengahan, melainkan manusia. Mulai zaman modern
inilah manusia yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.
4. Filsafat kontemporer
Masa ini dimulai pada abad ke 19 dan 20 dengan timbulnya
berbagai aliran yang berpengaruh seperti Positivisme, Marxisme,
Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo Kantianisme, Neo Tomisme, dan
Fenomenologi. Aliran-aliran ini sangat terkait dengan keadaan negara
maupun lingkungan bahasa sehingga dalam perkembangan terakhir
lahirlah filsafat analitis yang lahir sejak tahun 1950.

 Filsafat Islam

Filsafat islam adalah berpikir bebas, radikal dan berada pada


taraf makna yang mempunyai sifat dan karakter yang menyelamatkan dan
kedamaian hati. Filsafat islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim
yang mendalam secara teoritis maupun empiris, bersifat universal yang
berlandaskan wahyu. Filsafat islam merupakan pengembangan filsafat
plato dan Aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran islam dan
memadukan antara filsafat dan agama, filsafat yang berciri religius dan
berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal. Filsafat
Islam bukan filsafat tentang Islam bukan the philosophy of Islam, Filsafat
Islam selalu merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah
menyampaikan Kebenaran atau Yang Hakiki, dengan bahasa intelektual
dan rasional.
Filsafat Islam bukan filsafat yang dibangun dari tradisi
filsafat Yunani yang bercorak rasionalistik, tetapi dibangun dari tradisi
sunnah Nabi dalam berpikir yang rasional transendental. Rujukan filsafat
Islam bukan tradisi intelektual Yunani, tetapi rujukan filsafat Islam
adalah sunnah Nabi dalam berpikir, yang akan menjadi tuntunan dan suri
tauladan bagi kegiatan berpikir umatnya. Karena sesungguhnya dalam
diri Rasulullah itu terdapat tauladan bagi umatnya, baik tauladan dalam
bertindak, berperilaku maupun berpikir.2 Filsafat Islam mempunyai
metode yang jelas, yaitu rasional transendental, dan berbasis pada kitab
dan hikmah, pada dialektika fungsional Al-Quran dan aqal untuk
memahami realitas. Secara operasional bekerja melalui kesatuan organik
pikir dan qalb, yang menjadi bagian utuh kesatuan diri atau nafs. Filsafat
Islam tidak netral, tetapi bertujuan untuk melibatkan diri dalam proses
transformasi pembebasan dan peneguhan kemanusiaan mencapai
keselamatan dan kedamaian, baik dalam kehidupan di dunia maupun
akhirat.3
Faktor Munculnya Filsafat Islam Pemikiran filsafat masuk
ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum Muslimin
pada abad ke-8 Maschi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah Mesopotamia,
Persia, dan Mesir Latar belakang kemunculan filsafat Islam adalah
karena adanya penerjemahan buku-buku filsafat Yunani kedalam bahasa
arab yang tersimpan di perpustakaan kuno daerah-daerah yang telah
dikuasai oleh kaum muslim, seperti Alexandria, Antioch, Edessa, Harran
dan Judinsapur Kota-kota tersebut dulunya adalah pusat ilmu
pengetahuan.
Pada masa berakhirnya Bani Umayah dan permulaan Bani
Abbasiyyah penerjemahan buku-buku yang berbahasa Yunani atau pun
Suryani diterjamahkan dengan bantuan orang-orang terpelajar dari
berbagai pusat tersebut Penerjemahan tersebut memakan waktu sekitar
150 hingga 200 tahun Pada masa berikutnya bahasa Arab menjadi bahasa
ilmu pengetahuan selama 700 tahun. Filsafat Islam tumbuh oleh dua
lingkungan yang hidup sezaman yang sama-sama meletakkan sendi-sendi
2
Sayyed Hossein Nasr dan Oliver Leamen, bagian 1, him. 36-37. Bandingkan dengan penjelasan
Muhammad Yusuf Musa, Al-Quran wa al-Falsafah, (Mesir: Dar al-Ma'arif, 1966), hlm. 29.
3
Musa As'arie Filsafat Islam...op.cit. 2001 hal. 31.
kajian rasional Islam. Menurut Madkour pertama, lingkungan kaum
penerjemah yang memasok dunia Islam dengan buah pemikiran klasik
baik Timur maupun Barat. Kedua, lingkungan sekte teologis Islam,
khususnya Muktazilah.
Filsafat Islam mengalami masa gemilang mulai abad ke-8
sampai abad ke-13. Pada masa ini berkembang penerjemahan ke dalam
bahasa arab karya-karya filosof Yunani atas dorongan khalifah-khalifah
Bani Abbasiah, yaitu; Al-Mansyur, Harun Al-Rasyid, kemudian Al-
Makmun. Berdirilah Perguruan Bait al Hikmah selain sebagai pusat
penerjemahan, juga menjadi pusat pengembangan filsafat dan sains.
Kontak pertama orang Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan filsafat
Yunani adalah pada saat Khalifah Harun Al Rasyid mengirimkan orang-
orang Islam ke Kerajaan Romawi di Eropa. Orang-orang dikirim ke
Kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli manuskrip. Pada mulanya
yang dipentingkan adalah buku-buku mengenai kedokteran, tetapi juga
mengenai ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan lain dan falsafat. Buku-
buku itu diterjemahkan dulu ke dalam bahasa Syria, bahasa ilmu
pengetahuan di Mesopotamia di waktu itu, kemudian baru ke dalam
bahasa arab. Akhimya penerjemahan langsung ke dalam bahasa Arab".
Berkembangnya pengetahuan dalam Islam karena kebebasan
para intelektual muslim dalam menekuni bidang penelitian, bahkan
khalifah menyediakan sarana perpustakaan maupun laboratorium-
laboratorium untuk penemuan suatu ilmu, dibuktikan dengan banyaknya
Nizhamiyah berdiri. Menurut Koento Wibisono, di Abad pertengahan
inilah dikenal kehadiran para filsuf Arab seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn
Sina, Ibn Rosjd dan Al-Gazali yang telah menterjemahkan karya-karya
Aristoteles dan membawanya ke Cordova, yang pada
gilirannyadikembangkan oleh para filsuf di dunia Barat.4

 Perbedaan dan persamaan Filsafat Barat dengan Filsafat Islam

4
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), cet. ke-
12, hal. 7.
Metode berfikir Filsafat barat lebih mengedepankan hal empiris dan
rasionalis. Dalam pandangan mereka, ilmu pengetahuan hanya bisa
didapat dari hal hal yang bisa diindrai (empiris) dan masuk diakal
(rasional). Mereka cenderung berpikir dan berspekulasi terhadap segala
sesuatu dengan bebas sebebas-bebasnya, termasuk bebas dari dogma,
kepercayaan, dan agama, yang mereka anggap sebagai pengekang
kegiatan berpikir.
Sebenarnya filsafat islam memiliki dasar pemikiran yang
sama dengan filsafat lainnya tetapi Islam dengan sifat ketundukan dan
kepatuhannya terhadap aturan agama, tentu tidak menerapkan kegiatan
berfikir yang bebas-sebebas-bebasnya seperti metode berpikir filsafat
Barat, karena sikap bebas itu sendiri bertentangan dengan namanya Islam
= tunduk patuh, buka bebas tanpa batasan.
Perjalanan filsafat barat di mulai dari masa yunani kuno,
yang terfokus kepada pemikiran asal kejadian alam secara rasional,
segala bentuk harus berdasarkan logika kemudian pada abad pertengahan
berubah arah menjadi neo sentrik perjalanan berikutnya para pendeta
dogmatis tersebut ditinggal oleh para ilmuwan yang kemudian beralih
pada pemikiran yang bercorak bebas, radikal, dan rasional yang realis.
Secara teoritis maupun empiris, bersifat universal yang
berlandaskan wahyu yang telah dilandasi Dengan ajaran islam dan
memadukan filsafat dan agama.

- Persamaan

Tujuan filsafat barat dan islam mempunyai kesamaan, akan tetapi Karena
terjadinya perbedaan agama maka dalalm filsafat islam memiliki batasan-
batasan diantaranya menyelidiki sesuatu yang ada secra mendalam
dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat
objeknya tidak membatasi diri.

 Prinsip-prinsip filsafat barat dan filsafat islam


Filsafat Islam berlandaskan pada prinsip agama Islam dalam
hal ini Alquran dan hadis. Maka sumber ilmu dalam filsafat Islam
adalah dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil rasional (‘aqli). Secara umum,
seluruh sarjana baik timur ataupun barat meyakini bahwa Alquran
dan hadis berperan penting dalam perkembangan pemikiran filsafat
dalam Islam.
Secara metodologis, ada perbedaan mendasar antara
pemikiran filosofis dengan ilmu-ilmu keagamaan. Dalam metode
Arab Bayani, nalar (‘aql) yang digunakan dalam ilmu-ilmu
keagamaan lebih merupakan tindakan atau penjelasan bagaimana
seseorang harus berbuat. Sementara itu, dalam metode burhani yang
dipakai dalam pemikiran filosofis, akal lebih merupakan pemikiran
yang berkaitan dengan upaya mencari sebab dari hubungan antara
sesuatu dengan yang lain.5
Dalam tradisi intelektual Islam, kita temukan tiga istilah
umum untuk filsafat. Pertama istilah hikmah, yang tampaknya
sengaja dipakai agar terkesan bahwa filsafat itu bukan barang asing,
tetapi berasal dari pada al-Qur’an. Al-‘Amiri menulis bahwa hikmah
berasal dari Allah, dan di antara manusia yang pertama dianugerahi
hikmah oleh Allah ialah Luqman al-Hakim. Kedua istilah falsafah,
yang diserap ke dalam kosakata Arab melalui terjemahan karya-karya
Yunani kuno. Ketiga istilah ‘ulum awa’il yang artinya ilmu-ilmu
orang zaman dulu, maksudnya ilmu-ilmu yang berasal dari peradaban
kuno pra-Islam seperti India, Persia, Yunani, dan Romawi.
Terdapat beberapa pandangan mengenai matriks filsafat
Islam, pandangan pertama dipegang oleh mayoritas orientalis yang
mengatakan filsafat Islam itu kelanjutan dari filsafat Yunani kuno.
Pandangan kedua menganggap filsafat Islam itu reaksi terhadap
doktrin-doktrin agama lain yang telah berkembang pada masa lalu.
Yang ketiga pandangan revisionis yang memandang filsafat Islam itu
lahir dari kegiatan intelektual selama berabad-abad semenjak kurun
pertama Islam.

5
Abid Al-Jabiri, Takwin al-Aql al-Arabi (Markaz al-Tsaqafi al-Arabi, 1991), hlm. 29-30.
Dengan segala kemampuan yang dimilikinya dan
keterbatasan yang ada padanya, setiap manusia itu pada hakikatnya
dapat mengetahui dan mengenal, memilih dan memilah,
membedakan, menilai dan menentukan mana yang haq dan yang
bathil. Apa pun yang kita ketahui pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua: (1) ada yang hanya berupa ide atau
konsep. Misalnya, konsep tentang orang dan binatang. Dan (2) ada
yang sudah berbentuk kalimat, pernyataan, atau ungkapan. Misalnya,
setiap yang hidup pasti akan mati.6 Kombinasi konseptual tasdiq
merupakan pernyataan yang memuat nilai kebenaran dan merupakan
pengakuan kebenaran.
Apa yang kita ketahui dapat diekspresikan dalam bentuk
pernyataan, maka berdasarkan sumber-sumber tersebut pengetahuan
dapat kita klasifikasikan sebagai berikut: (1) pengetahuan berupa
pernyataan yang menunjuk obyek persepsi indrawi, seperti yang kita
tahu kalau madu itu manis rasanya. (2) berupa ungkapan yang
menunjuk hal-hal yang kita ketahui secara a priori, seperti ½ lebih
besar daripada ¼. (3) pernyataan yang mewakili intuisi, pengalaman
mistik, visi spiritual atau supernatural, seperti pengetahuan yang
diberikan kepada para nabi dan orang-orang shalih. (4) pernyataan
yang memuat berita wahyu yang didengar, diriwayatkan, dan sumber-
sumber otoritatif.
A. Karakteristik Filsafat Barat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakteristik
ialah tanda, ciri, atau fitur yang bisa digunakan sebagai identifikasi.
Adapun karakteristik dasar filsafat menurut Jan Hendrik Rapar
diungkapkan setidaknya ada lima hal, yaitu berpikir radikal, mencari
asas, memburu kebenaran, mencari kejelasan dan berfikir rasional.7
Filsafat dikenal sebagai mater scientiarium, yaitu induk dari segala
ilmu. Diikatakan sebagai induk dari segala ilmu8, karena kajian
6
Imam al-Ghazali, Mi’yar al-‘ilm, ed. Sulayman Dunya (Kairo: Dar al-Ma’anif, 1961), hlm. 67-
68.
7
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1996), h. 21-24.
8
Arkom kuswanjono, hakikat pemikiran ilmu dalam Islam, Agustus 2016, h.292
filsafat memiliki sifat begitu mendasar atau mengakar yang tidak lain
merupakan suatu pencarian abadi terhadap kebenaran.9
Sejarah mencatat pada abad ke 6 SM mempunyai sistem
kepercayaan, bahwa segala sesuatu yang bersumber dari dongeng
atau mitos yang berlaku dalam masayarakat harus diterima sebagai
suatu kebenaran yang mutlak. Dengan sistem kepercayaan yang
seperti itu, tentunya suatu kebenaran yang dihasilkan lewat akal pikir
(logos) apabila tidak sesuai dengan mitos atau dongeng yang berlaku
maka tidak bisa dikatakan sebagai suatu kebenaran. Maka dapat
dikatakan bahwa pada abad tersebut menjadikan tradisi lisan sebagai
peganggan.
Membahas mengenai kebenaran, setelah abad ke 6 SM,
mulai bermunculan para filsafat Yunani yang menentang adanya
sistem kepercayaan yang berdasar pada mitos. Dimasa inilah akal
sebagai tolak ukur kebenaran yang dimana mereka mulai
mempertanyakan wujud sesuatu dan sebab dari sesuatu itu. Filsafat
Yunani terbagi menjadi dua periode yaitu Yunani kuno dan Yunani
klasik dari kedua periode tersebut sama-sama membahas mengenai
alam semesta. Diantara tokoh-tokoh yang membahas alam semesta
pada masa itu ialah:10
Plato (427-347 SM). Menurutnya, pengetahuan indera dapat
berubah-ubah dan pengetahuan akal sifatnya tetap. Dalam bahasanya,
ada dua dunia yaitu dunia pengalaman dan dunia ide. Dunia
pengalaman bersifat tidak tetap, sedangkan dunia ide sifatnya tetap
dan dunia ide inilah dunia yang sesungguhnya yaitu dunia realitas.
Aristoteles (384-322 SM), orang pertama yang mengenalkan
ilmu logika. Pemikirannya mencakup beberapa aspek ilmu
pengetahuan, diantaranya tentang logika, silogisme, pengelompokan
ilmu pengetahuan, potensia dan dinamika, etika, politik dan negara.
Menurut Aristoteles, suatu pengertian memuat dua golongan yaitu

9
Arkom kuswanjono, hakikat pemikiran ilmu dalam Islam, Agustus 2016, h.292
10
Mahfudz elsaha, karakteristik filsafat barat, juli 2012
substansi (sebagai sifat yang umum) dan aksidensia (sebagai sifat
yang secara tidak kebetulan).
Menurut Kartodirdjo Kedua pemikiran tersebut memberikan
pijakan awal dalam perdebatan pemikiran filsafat yang kemudian
akan memunculkan berbagai aliran pemikiran, karena tidak dapat
dipungkiri, budaya pemikiran Barat tidak dapat terlepas dari
Platonisme dan Aristotelisme yang sangat bernafaskan jiwa
kebebasan Yunani, dan telah berpengaruh tidak hanya dalam
perkembangan filsafat, tetapi juga di bidang ketatanegaraan, etika,
dan pendidikan. Maka dapat dikatakan bahwa karakteristik filsafat
barat ialah Tradisi berpikir bebas (free thinking) dari bangsa Yunani
yang kemudian menjadi jiwa dari perkembangan pemikiran Barat,
yang juga menjadi nafas dari perkembangan ilmu pengetahuan.
B. Karakteristik filsafat Islam
Dalam pembahasan sebelumnya yaitu filsafat Barat memiliki
karakteristik, di filsafat Islam juga memiliki karakteristik tertentu
yang membedakan filsafat ini dengan cabang filsafat lainnya yaitu
keberadaan tokoh-tokoh pemikirnya yang berasal dari suatu umat
yaitu umat Muslim dan sumber utama pengetahuannya adalah wahyu,
yang dikodifikasi dalam Al-Qur'an. Dapat dikatakan bahwa
perkembangan filsafat Islam ini berasal dari satu titik yang tidak
dapat digoyahkan yaitu Al-Qur'an.11
Karakteristik dari filsafat Islam itulah yang kemudian
mempengaruhi karakter dalam dunia keilmuannya. Al-Qur'an yang
notabene adalah wahyu, dalam filsafat Islam berusaha
dirasionalisasikan agar membumi dan mampu dikomunikasikan
terhadap manusia, dan itulah fungsi dari akal manusia (al-'aql), yang
dalam Islam sangat bersamaan dengan keberadaan akal dalam proses
memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap dalil-dalil agama.
Diantara tokoh-tokoh pemikirnya ialah:

11
Musa As'arie Filsafat Islam...op.cit. 2001 hal. 31.
- Al-kindi menurutnya, filsafat dan agama atau antara akal dan wahyu
tidak akan bertentangan, karena keduanya merujuk pada satu
kebenaran. Apabila terjadi pertentangan antara nalar logika dengan
dalil dalil agama dalam Al-Qur'an, mestinya ditempuh dengan jalan
ta'wil yaitu penerjemah atau rasionalisasi atas teks-teks keagamaan.
Hal ini karena dalam bahasa (termasuk bahasa Arab), terdapat dua
makna: makna hakiki (hakikat, esensi) dan makna majasi (figuratif,
metafora). Selain itu, menerima dan mempelajari filsafat sejalan
dengan anjuran Al-Qur'an yang memerintahkan pemeluknya untuk
meneliti dan membahasa fenomena di alam semesta ini, terdapat
dalam Qur’an surah Al-Hasyr ayat 2.
- Akal dalam pandangan Al-Farabi Allah sebagai Akal; kedua, akal-
akal dalam filsafat emanasi: satu sampai sepuluh; Akal pada jenis
pertama dan yang kedua tidak berfisik (materi/rohani) dan tidak
menempati fisik, namun antara keduanya terdapat perbedaan yang
sangat tajam. Allah sebagai Akal adalah Pencipta dan Esa semutlak-
mutlaknya, Maha sempurna dan esa. Maka dapat dikatakan bahwa
filsafat Islam dengan proses rasionalisasi dengan fungsi akal (al-'aql)
mencoba membumikan dan mengkomunikasikan sumber-sumber
keagamaan kepada nalar manusia.
- Adapun hikmah menurut ibnu sina adalah mencari kesempurnaan
diri manusia sehingga dapat menggambarkan segala urusan dan
memberikan segala hakikat, baik yang bersifat teori maupun praktek
menurut kadar kemampuannya.
SIMPULAN
Filsafat barat merupakan hasil pemikiran radikal oleh para
filosof barat sejak abad pertama sampai abad modern, sedangkan filsafat
islam brfikir bebas, radikal, dan ber ada pada taraf makna yang
mempunyai sifat dan karakter yang menyelamatkan dan kedamaian hati.
filsafat islam di sebut religious karna filsafat ini berasal dari ajajran islam
yang dmna tokoh pemikirnya merupakan umat islam yang hidup dengan
kebudayaan islam filsafat ini hadir sebagai lanjutan dari pembahasan-
pembahasan keagamaan dan teologi yang ada sebelumnya.
Adapun karakteristik dasar filsafat menurut john hendrik
mengungkapkan ada lima hal yaitu berfikir radikal, mencari asas,
memburu kebenaran, mencari kejelasan dan rasional. Sedangkan
karakteristik filsafat islam memiliki ketentuan yang membedakan dengan
cabang filsafat yang lainnya diantaranya kebenaran tokoh-tokoh
pemikirnya yang berasal dari suatu umat dan sumber utama
pengetauannya adalah wahyu, yang dikodifikasi dalam al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
 Abid Al-Jabiri, Takwin al-Aql al-Arabi (Markaz al-Tsaqafi al-
Arabi, 1991), hlm. 29-30.
 Arkom kuswanjono, hakikat pemikiran ilmu dalam Islam,
Agustus 2016, h.292.
 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2006), cet. ke-12, hal. 7.
 Imam al-Ghazali, Mi’yar al-‘ilm, ed. Sulayman Dunya (Kairo:
Dar al-Ma’anif, 1961), hlm. 67-68.
 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
 Mahfudz elsaha, karakteristik filsafat barat, juli 2012.
 Musa As'arie Filsafat Islam...op.cit. 2001 hal. 31.
 Sayyed Hossein Nasr dan Oliver Leamen, bagian 1, him. 36-37.
Bandingkan dengan penjelasan Muhammad Yusuf Musa, Al-
Qur’an wa al-Falsafah, (Mesir: Dar al-Ma'arif, 1966), hlm. 29.
 Zubaidi, Filsafat Barat, (Yogjakarta: Arruz Media, 2007), hal. 12.
1996), h. 21-24.

Anda mungkin juga menyukai