Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SYARAT-SYARAT ILMU DAN KONSTRUKSI FILSAFAT ILMU


Makalah ini di susun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah islam dan ilmu pengetahuan
Dosen pengampu: Hilmy firdausy S.Ag,M.A

Disusun oleh:

Fatayatu sholihah 11200360000006


Muhammad Rafid 11200360000
Muhammad khaidir Ali 112003600000
Faiz zainal muttaqin 11200360000106

ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKAETA

2022/2023
PEMBAHASAN

kata ilmu dan pengetahuan sering digunakan secara bersamaan, namun, baik ilmu dan
pengetahuan adalah dua kata yang berbeda, ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang telah teruji
kebenarannya dan disusun secara sistematis berdasarkan dengan metode ilmiah.
Sedangkan pengetahuan adalah informasi akan suatu kejadian yang belum teruji
kebenarannya. Jangkauan Pengetahuan memiliki jangkauan yang sempit. Karena dalam
pengetahuan kita hanya tahu saja tanpa mengerti bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi.
Tidak peduli siapa yang membuktikan ilmu tersebut, yang akan dilihat hanyalah objek
penelitiannya saja. Kebenaran Karena bersifat subjektif dan tidak terbukti secara ilmiah,
pengatahuan memiliki kebenaran yang tidak pasti. Beberapa pengetahuan bersifat pendapat yang
tidak terbukti apakah benar atau salah, melainkan hanya mengisi kekosongan dari suatu pertanyaan
saja. Namun ilmu merupakan sesuatu yang pasti kebenarannya karena terbukti secara ilmiah dan
bersifat objektif.

I. Syarat-syarat dari sebuah Ilmu :


Menurut NS. Asmadi, syarat-syarat ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
A. Logis atau Masuk Akal
Saat melakukan sebuah penelitian baik mencari kebenaran dalam sebuah pengetahuan, maka
kita harus mencarinya sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya atau bisa
juga di sebut sebagai hal yang masuk akal.
B. Objektif, berdasarkan objek yang dikaji dan didukung dari fakta empiris.
Ilmu pengatahuan juga harus dilakukan dengan obyektif. Dilansir dari Stanford
Encyclopedia of Philosophy, obyektivitas ilmiah adalah pengungkapan gagasan ilmiah yang tidak
dipengaruhi oleh perspektif tertantu.Obyek ilmu pengetahuan harus dikaji sebenar-benarnya sesuai
dengan fakta yang berlaku tanpa adanya pendapat pribadi dari subyek yang mengkaji obyek
tersebut.
C. Metodik, diperoleh dari cara tertentu dan teratur yang dirancang, diamati dan dikontrol.
Ilmu pengetahuan memiliki metode ilmiah dalam pengkajian obyeknya. Dilansir dari Nature,
metode ilmiah adalah suatu proses pengamatan yang mengarah pada suatu penjelasan hipotesis
yang kemudian diuji berulang-ulang untuk mencari kemungkinan penjelasan lainnya.
Metode ilmiah membuat cara atau jalan bagaimana untuk mengkaji suatu obyek. Sehingga
metode ilmiah adalah suatu kerangka penelitian dalam mencari kebenaran dan juga
meminimalisasi kesalahan dalam pengkajian obyek ilmu pengetahuan.
D. Sistematik, disusun dalam satu sistem satu dengan saling berkaitan dan menjelaskan satu
kesatuan.
Ilmu pengetahuan juga harus tersusun secara sistematis. Artinya berbagai pengetahuan dan
informasi dalam suatu ilmu pengetahuan harus disusun dengan teratur, saling tergantung satu-sama
lain, rasional, juga logis sehingga dapat menjelaskan dengan rinci tentang pertanyaan seperti
5W1H. Di mana kebenaran suatu pengetahuan dapat diuji dengan fakta dari pengetahuan yang
lain. Ilmu pengetahuan tidak acak-acakan, namun memiliki alur sistematis yang rasional sesuai
dengan fakta-fakta yang terkumpul.
E. Berlaku umum atau universal, berlaku untuk siapapun dan penerapan, dengan tata cara
dan variabel
Hartono Kasmadi dan kawan-kawan dalam buku Filsafat Ilmu (1990) menyebutkan bahwa
ilmu bersifat universal artinya kebenaran yang diungkapkan ilmu tidak mengenai sesuatu yang
bersifat khusus, melainkan kebenaran tersebut berlaku umum.
Misalnya ilmu fisika di Indonesia akan sama dengan ilmu fisika yang berlaku di seluruh
dunia. Artinya kebenaran dalam ilmu fisika berlaku secara umum bagi siapa pun dan di mana pun.
F. Kumulatif berkembang dan tentatif,
Ilmu pengetahuan selalu bertambah yang hadir sebagai ilmu pengetahuan baru. Ilmu
pengetahuan yang salah harus diganti dengan yang benar disebut sifat tentatif.

II. Pengertian Filsafat Ilmu


Secara sederhana, filsafat ilmu merupakan filsafatnya ilmu pengetahuan. filsafat ilmu
berupaya menelisik struktur-struktur fundamental yang menjadi pijakan ilmu pengetahuan., baik
objek-objek ilmu oengetahuan, maupun asumsi-asumsi, konsep-konsep dan metode-metodenya.
Namun tidak sampai disitu, filsafat ilmu juga hendak mengkaji sejauh mana nilai siknifikansi dan
aktualitas berbagai ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia secara konstektual. disini
filsafat ilmu tidak hanya membawa kita menelusuri esensi ilmu pengetahuan dengan segala
atributnya, melainkan juga membawa kita melihat berbagai kelemahan dan kekurangan untuk
kemudian melakukan tawaran konstruktif demi perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih baik
bagi kehidupan manusia.
Dengan demikian, filsafat ilmu menjadi semacam alat atau metode yang dapat digunakan oleh
para ilmuan dalam rangka menggembangkan ilmu pengetahuan. Tidaklah mengagetkan bila
hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan dewasa ini menggunakan filsafat ilmu sebagai mitra
dialog yang kritis untuk mencairkan berbagai bentuk kebekuan ilmiyah, sehingga dengan
mengetahhui kendala-kendala yang menggeluti pertumbuhan ilmu pengetahuan, para ilmuan
mampu menyingkirkan semua kendala-kendala tersebut dan memperlancar pertumbuhan ilmu
pengetahuan yang senantiasa kaya relevansi dan aktualitasnya bagi kepentingan umat manusia.
A. Sejarah Lahirnya Filsafat Ilmu
Lahir pada abad ke-18 cabang filsafat yang di sebut sebagai filsafat pengetahuan di mana
logika, filsafat bahasa, matematika, metodologi, merupakan komponen-komponen pendukungnya.
Melalui cabang filsafat ini diterangkan sumber dan sarana serta tata cara untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah. Diselidiki pula syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi apa yang disebut
kebenaran ilmiah dan batas validitasnya.
Perbincangan mengenai filsafat ilmu baru mulai merebak di awal abad ke-20, namun Francis
Bacon dengan metode induksi yang ditampilkannya pada abad ke-19 dapat dikatakan sebagai
peletak dasar filsafat ilmu dalam khasanah bidang filsafat secara umum.
B. Ruang lingkup filsafat ilmu
Ruang lingkup filsafat ilmu menurut para filsuf antara lain:
1.) ilmu mempunyai empat bidang konsentiasi yang utama
2.) ilmu mempunyai beberapa bidang yaitu logika ilmu, ilmu ke-alaman
3.) filsafat ilmu dianggap mempunyai dua komponen utama.
Sedangkan filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain juga memiliki
objek material dan objek formal tersendiri. Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah
ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan
metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
Sedangkan objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan, landasan
pengembangan ilmu pengetahuan, yakni landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
C. Ontologi Filsafat Ilmu
Menurut bahasa, ontologi adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada,
dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang
berbentuk jasmani maupun rohani.
Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran
sebagai berikut:
1.) Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan ini hanyalah satu saja,
tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa
materi ataupun berupa rohani.
2.) Dualisme
Setelah kita memahami bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun ruhani, ada juga
pandangan yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini di sebut dualisme. Aliran ini
berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat
materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh
bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas
dan berdiri sendiri.
3.) Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
4.) Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang
tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan
Turgeniev.

D. Epistemologi Filsafat Ilmu


Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Objek material epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan. Setiap filsuf menawarkan aturan yang cermat dan terbatas untuk menguji berbagai
tuntutan lain yang menjadikan kita dapat memiliki pengetahuan, tetapi setiap perangkat aturan
harus benar-benar mapan.
Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemologi berkisar pada masalah: asala
usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan
dengan keniscayaan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme
universal, dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konspestualisasi baru
mengenai dunia.

E. Aksiologi Filsafat Ilmu


Aksiologi berasal dari perkataan axio (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori.
Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai.Dari definisi dapat dilihat bahwa permasalahan yang utama
adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada permasalahan etika dan estetika.Dari data tersebut menunjukkan bahwa aksiologi
filsafat ilmu yaitu membahas tentang teori nilai yang berkenaan dengan etika dalam menilai
perbuatan manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif,
yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
F. Tujuan Filsafat Ilmu
Tujuan filsafat ilmu adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. Mendorong pada calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
4. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
G. Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum
mengandung manfaat sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap
kegiatan ilmiah.
2. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasionalis, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum.
KESIMPULAN
ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya dan disusun secara
sistematis berdasarkan dengan metode ilmiah. Sedangkan pengetahuan adalah informasi akan
suatu kejadian yang belum teruji kebenarannya.
Filsafat Ilmu Lahir pada abad ke-18 cabang filsafat yang di sebut sebagai filsafat pengetahuan
di mana logika, filsafat bahasa, matematika, metodologi, merupakan komponen-komponen
pendukungnya.
Ruang lingkup filsafat ilmu menurut para filsuf antara lain:1) ilmu mempunyai empat bidang
konsentiasi yang utama 2) ilmu mempunyai beberapa bidang yaitu logika ilmu, ilmu ke-alaman 3)
filsafat ilmu dianggap mempunyai dua komponen utama.
Ontologi ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate
reality baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum
mengandung manfaat sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad Adib. 2010. Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika
Ilmu Pengetahuan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amsal Bachtiar, Amsal. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali.
https://psikologi.uma.ac.id/perbedaan-ilmu-dan-pengetahuan-yang-perlu-diketahui-menambah-
wawasan/
https://widuri.ac.id/inilah-bedanya-ilmu-dan-pengetahuan/

Anda mungkin juga menyukai