Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bicara pengetahuan maka kita akan bicara tentang penalaran, kemampuan

penalaran manusia menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan

yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Manusia satu-satunya mahluk

yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh, Binatang hanya

terbatas mempunyai pengetahuan untuk kelangsungan hidupnya saja (survival)

Hakikat penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang

berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan

kegiatan berfikir dan bukan karena perasaan, meskipun kata pascal, hatipun

mempunyai logika sendiri. Sebagai sebuah kegiatan berfikir maka penalaran

mempunyai ciri-ciri, pertama logika , adalah suatu pola berfikir yang secara luas.

Dengan pola yang bersifat Jamak (plural) dan bukan tunggal (singular).

Kedua ciri penalaran adalah bersifat analitik proses berfikir ( berfikir yang

menyandarkan kepada suatu analisis dan kerangka berfikir yang digunakan untuk

analisis).Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan

manusia yang berlangsung secara bertahap,evolutif. Oleh karena untuk memahami

strategi pengembangan ilmu,maka kita perlu mengetahui secara global sejarah

perkembangan ilmu. Karena melalui sejarah perkembangan ilmu,kita dapat

memahami makna kehadiran ilmu bagi umat manusia.

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan

munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti

spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van

Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang

jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-

tidaknya dapat ditentukan. Implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984),

adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain

serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu

terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang

lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi

perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu

mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam Kunto

Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang

mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara

tepat. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya Ilmu

(Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-

komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi,

epistemologi dan aksiologi. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa

filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu

tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ilmu pengetahuan?

2. Apa hakekat ilmu pengetahuan?

3. Apa saja jenis dan sumber ilmu pengetahuan?

4. Apa fungsi ilmu pengetahuan?


5. Apa syarat ilmu pengetahuan?

6. Apa unsur ilmu pengetahuan?

1.3. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan

2. Untuk mengetahui hakekat ilmu pengetahuan.

3. Untuk mengetahui jenis dan sumber ilmu pengetahuan.

4. Untuk mengetahui fungsi ilmu pengetahuan.

5. Untuk mengetahui syarat ilmj pengetahuan.

6. Untuk mengetahui unsur ilmu pengetahuan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat berbeda namun

memiliki kaitan yang sangat kuat. Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit

dibedakan oleh sebagian orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat

berhubungan erat. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan dan definisinya

memang sebenarnya tidak semudah yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi

tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat

ilmu pengetahuan itu.

Di dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang

suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat

digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Mulyadhi Kartanegara

mengatakan ilmu adalah any organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak

berbeda, terutama sebelum abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada

bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-

bidang non fisik, seperti metafisika.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli diantaranya adalah :

a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang

pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya,

maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya

dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,

rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.

c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang

komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang

sederhana.

d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun

dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk

menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.

e. Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang

disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia

yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat

diamati oleh pancaindrea manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu

cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu

proposisi dalam bentuk: jika maka.

f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan

pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hokum-hukum,

yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

Dari beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional, sistematik,

konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari pengamatan yang telah

dilakukan. Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda

antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang

belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan

pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode,
dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi

kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan

kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena

kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian

pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.

Agar lebih jelas, ilmu dapat dianalogikan seperti sapu lidi yakni sebagian lidi

yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga

menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di

pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.

Jadi, dari asumsi-asumsi, pendapat-pendapat yang telah dikumpulkan, maka

ilmu pengetahua dapat didefinisikan sebagai seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,

menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan

dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang

pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan

kepastian ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

2.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu

subjek yang ingin diketahuinya. Pada hakikatnya, manusia memahami secara

sederhana apa itu pengetahuan namun yang menjadi masalahnya tidak semua

manusia dapat mendefinisikan dengan baik pengetahuan ilmu pengetahuan itu.

Karena sebenarnya, pengetahuan itu timbul karena manusianya sendiri yang mencari

tahu. Ilmu kadang memiliki makna sebagai sesuatu yang dimiliki seseorang setelah

ia mempelajarinya, sementara pengetahuan adalah apa yang diketahuinya.

Hakikat pengetahuan menurut aliran yang berkembang yakni,


a. Idealisme

Para penganut aliran idealism berpandangan bahwa pengetahuan adalah proses-

proses mental dan psikologis yang bersifat subyektif. Oleh karena itu, pengetahuan

tidak lain merupakan gambaran subyektif tentang suatu kenyataan. Menurut mereka,

pengetahuan tidak memberikan gambaran sebenarnya tentang kenyataan yang berada

di luar pikiran manusia.

b. Empirisme

Tentang asal-usul pengetahua para penganut aliran ini mengatakan bahwa

pengetahuan berasal dari pengalaman indra. Tentang hakikat pengetahuan, mereka

mengatakan bahwa pengetahuan adlah pengalaman. Seorang tokoh empirisme

radikal adalah David Hume. Dia berpendapat bahwa ide-ide dapat dikembalikan

kepada sensasi-sensasi (rangsang indra). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari

kenyataan. Apa yang dialami, itulah pengetahuan.

c. Positivisme

Kalau idealism dapat dianggap sebagai kelanjutan dari rasionalisme, maka

positivime merupakan perpanjangan dari empirisme. Para penganut aliran ini

menolak kenyataan di luar pengalaman. Mereka mengatakan bahwa kepercayaan

yang berdasarkan dogma harus digantikan pengetahuan yang berdasarkan fakta.

d. Praktisme

Tokoh-tokoh aliran ini antara lain Willian James, John Dewey, dan C.S. Pierce.

Menurut aliran ini, hakikat pengetahuan terletak dalam manfaat praktisnya bagi

kehidupan. Pengetahuan adalah sarana bagi perbuatan. C.S. Pierce mengatakan

bahwa yang penting adalah pengaruh sebuah ide atau pengetahuan bagi sebuah

rencana. Nilai sebuah pengetahuan tergantung pada penerapannya secara konkrit


dalam kehidupan masyarakat. Suatu pengetahuan itu benar bukan karena ia

mencerminkan kenyataan obyektif, melainkan karena ia bermanfaat bagi umum.

Menurut William James, ukuran kebenaran ditentukan oleh akibat praktisnya.

Sedangkan John Dewey menegaskan tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu

pengetahuan, tapi sejauh mana pengetahuan memecahkan persoalan yang dihadapi

masyarakat.

2.3 Jenis dan Sumber Pengetahuan

Secara umum, pengetahuan terdiri atas:

a. Pengetahuan non ilmiah/ pengetahuan biasa (common sense)

Pengetahuan non ilmiah atau pseudo science diperoleh dengan mengandalkan

dugaan, perasaan, keyakinan dan tanpa diikuti proses pemikiran yang cermat. Oleh

karenanya, pengetahuan yang seperti ini presentasi kebenarannya rendah. Secara

umum pengetahuan non ilmiah seperti :

1) Mitos

Merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman namun sebagian lainnya

berupa dugaan, imajinasi, dan kepercayaan.

2) Wahyu

Merupakan komunikasi antara sang pencipta dengan makhluknya dan merupakan

substansi pengetahuan yang disampaikan kepada utusannya. Manusia dalam

menerima pengetahuan ini bersifat pasif, namun dengan keyakinan semuanya

benar.

3) Otoritas dan tradisi

Pengetahuan yang telah mapan dan ada sering digunakan oleh pemimpin atau

secara tradisi untuk menyatakan kebenaran.


4) Prasangka

Berupa dugaan yang kemungkinannya benar atau salah. Dengan prasangka orang

sering mengambil keputusan atau kesimpulan yang keliru. Cara ini hanya berguna

untuk mencari kemungkinan lain mengenai konsep kebenaran.

5) Intiusi

Merupakan salah satu kegiatan berfikir tertentu yang non analitik, tidak

berdasarkan pada pola berfikir tertentu yang rasional dan empiris.

6) Penemuan kebetulan

Pengetahuan yang pada awalnya ditemukan secara kebetulan dan beberapa

diantaranya sangat berguna.

7) Trial and Error (coba-coba)

Merupakan serangkaian percobaan asal atau coba-coba saja yang tidak didasari

oleh teori yang ada sebelumnya, sehinga tidak memungkinkan diperolehnya

kepastian pemecahan suatu masalah atau hal yang diketahui.

b. Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh

dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang

sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu dengan

cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.

Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pembuktian kebenaran pengetahuan

berdasarkan penalaran akal atau rasioanal atau menggunakan logika deduktif.

Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan

logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta.
Namun pada dasarnya, manusia memperoleh pengetahuan dari empat sumber yakni

empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu.

a. Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan dirinya kepada pengalaman

yang mengembangkan paham. Menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata

karena merupakan gejala yang tertangkap oleh pancaindera. Tokoh-tokohnya

antara lain John Locke, Barkeley, David Hume. Para penganut aliran empirisme

tentu saja menentang kaum rasionalis yang begitu memberikan tempat dan

peranan bagi akal dalam proses lahirnya pengetahuan. Mereka mengajarkan

bahwa pengetahuan diperoleh lewat pengalaman. Peran rasio dalam pengetahuan

kecil saja. Yang lebih menentukan adalah pengalaman indra. Akal hanya

merupakan tempat penampungan yang secara positif menerima apa yang diterima

indra. John Locke, filsuf Inggris, misalnya menyebut manusia dengan tabula rasa

(papan yang kosong). Di atas papan yang kosong inilah dicatat pengalaman-

pengalaman yang masuk lewat indra.

b. Rasionalisme, merupakan kaum rasionalis yang mengembangkan paham

rasionalisme, dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan. Para penganut

rasionalisme tidak menyangkal peran indra, tetapi mengatakan bahwa peran indra

sangat kecil. Yang lebih aktif justru rasio. Mereka mengatakan, pengetahuan

manusia sebenarnya sudah ada lebih dulu dalam rasio berupa kategori-kategori.

Ketika indra manangkap objek, maka objek-objek yang ditangkap itu hanya

dicocokkan saja dengan kategori yang sudah ada lebih dulu dalam rasio. Jadi

menurut mereka, pengalaman adalah pelengkap bagi akal. Kaum ini

menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya, idenya

didapatkan dari anggapan-anggapan yang menurutnya jelas dan dapat diterima.


Tokoh-tokohnya kebanyakan para filsuf abad pertengahan, seperti Agustinus,

Johanes Scotus, Avicenna, dan para filsuf modern seperti Rene Descartes, Spinoza,

Leibniz, Fichte, Hegel. Plato, Galileo Galilei dan Leonardo Da Vinci juga

termasuk kelompok ini.

c. Intuisi, merupakan manusia yang memperoleh pengetahuan yang tanpa melalui

proses penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja

dia sudah sampai disitu. Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, sering filsuf

Prancis. Bergson membedakan pengetahuan atas pengetahuan diskursif dan

pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat analitis, dan diperoleh melalui

perantara simbol. Pengetahuan seperti ini dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa.

Jadi ini merupakan pengetahuan tidak langsung. Kalau saya menceritakan

pengalaman saya, maka saya menggunakan bahasa. Jadi, pengetahuan yang

diperoleh dengan cara ini bersifat tidak langsung. Sebaliknya pengetahuan intuitif

bersifat langsung, sebab tidak dikomunikasikan melalui media simbol.

Pengetahuan ini diperoleh lewat intuisi, pengalaman langsung orang yang

bersangkutan. Jelas, pengetahuan seperti ini lebih lengkap. Ia menghadirkan

pengalaman dan pengetahuan yang lengkap bagi orang yang mengalaminya. Tapi,

alhasil pengetahuan jenis ini bersifat subyektif, sebab hanya dialami oleh orang

tersebut. Menurut intuisionisme, pengetahuan yang lengkap hanya diperoleh lewat

intuisi, yakni penglihatan langsung. Pada pengalaman itu orang seperti melihat

kilatan cahaya yang memberikan kepadanya pengetahuan tentang sesuatu secara

tuntas. Jadi, ini merupakan pengetahuan lengkap, sedangkan pengetahuan

diskursif bersifat nisbih dan parsial. Jelaslah, bahwa sifat pengetahuan dalam
intuisionisme lebih subyektif dibanding pengetahuan rasionalis dan empiris yang

lebih objektif.

d. Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hamba-Nya

yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi atau Rasul). Melalui wahyu, manusia

diajarkan tentang pengetahuan, baik yang terjangkau maupun tidak terjangkau

oleh manusia.

2.4 Fungsi Pengetahuan

Ilmu pengetahuan secara umum dapat memiliki tiga fungsi yang paling utama yaitu:

a. Menjelaskan (Explaining, Discribing), Fungsi menjelaskan, mempunyai empat

bentuk yaitu:

Deduktif: Suatu ilmu harus dapat menjelaskan sesuatu berdasarkan premis

pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya,

Probabilistik: Ilmu dapat menjelaskan berdasarkan pola pikir induktif dari

sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberi kepastian (tidak

mutlak) yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti,

Fungsional: Ilmu dapat menjelaskan letak suatu komponen dalam suatu sistem

secara keseluruhan.

Genetik: Ilmu dapat menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala yang

sudah sering terjadi sebelumnya.

b. Meramalkan (Prediction), Ilmu harus dapat menjelaskan faktor sebab akibat suatu

peristiwa atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.

c. Mengendalikan (Controling), Ilmu harus dapat mengendalikan gejala alam

berdasarkan suatu teori, misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah dan

harga.
2.5 Syarat Ilmu Pengetahuan

a. Logis atau masuk akal

Sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya

b. Objektif

Harus sesuai dengan objek yang dikaji dan didukung oleh fakta empiris

c. Metodik

Pengetahuan diperoleh dengan cara cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati

dan terkontrol

d. Sistematik, berarti bahwa pengetahuan tersebut disusun dalam satu sistem yang

satu dengan lainnya saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga merupakan

satu kesatuan yang utuh.

e. Berlaku umum atau universal, pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan dimana

saja atau disebut universal, yaitu dengan tata cara dan variabel eksperimentasi

yang lama, akan diperoleh hasil yang sama atau konsisten.

f. Kumulatif berkembang dan tentatif

Khasanah ilmu pengetahuan selalu bertambah dengan hadirnya ilmu pengetahuan

baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti salah harus diganti dengan pengetahuan

yang benar (sifatnya tentatif).

2.6 Unsur-unsur Pembentuk Ilmu Pengetahuan

Keberadaan ilmu pengetahuan terbentuk dari hukum secara khusus dan teori

yang lebih umum, baik dalam rumusan hukum maupun teori dan melibatkan unsur

konsep yang merupakan konstruksi mental dalam menginterpretasi hasil observasi.

Konsep merupakan simbol-simbol yang membantu untuk mengorganissikan

pengalaman. Hukum adalah korelasi antara dua konsep atau lebih yang dekat
kaitannya dengan hal yang teroservasi. Hukum mencerminkan urusan sistematik

suatu pengalaman dan berfungsi untuk memberikan pengalaman baru menurut pola

yang beraturan dan dapat dinyatakan dalam bentuk grafik, persamaan atau ekspresi

verbal tentang interrelasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.

Sedangkan teori adalah kerangka konsepsi yang terorganisasi menjadi suatu

generalisasi yang dapat dijabarkan menjadi hukum-hukum. Dibandingkan dengan

hukum, teori memiliki generalisasi yang jauh lebih luas dan komprehensif.

Konsep-konsep yang digunakan dalam teori adalah konstruksi mental yang

disusun dari hasil penangkapan (encoding) pertanda alam dan fenomena sosial

melalui metode survei atau eksperimen. Konsep-konsep ini mempunyai ciri-ciri yang

berbeda dari bahan mentahnya (data) oleh karena objek pengamatan dapat bersifat

organik dan omni-objektif, dan sudah siap untuk masuk ke fase penjelasan tentang

fenomena yang sedang ditinjau. Penjelasan tersebut bukan sekedar daftar konsep

yang berhasil dirumuskan tetapi merupakan kaitan langsung antara dua atau lebih

konsep yang memiliki tingkat keterkaitan. Kualitas teori yang dirumuskan oleh

seseorang, kemudian diuji dan dievaluasi wilayah keberlakuannya dan kemampuan

peramalannya.

Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori diantaranya adalah

kesesuainnya dengan observasi, konsistensi internal hubungan konsep-konsepnya,

dan sifat komprehensif cakupannya. Kriteria pertama adalah hubungannya dengan

data yang dapat direproduksi dalam masyarakat keilmuan, atau kesesuaiannya

dengan pengalaman empiris. Kriteria kedua menyangkut konsistensi dan koherensi.

Kedua syarat ini mengonfirmasikan ketidakhafiran suatu kontradiksi antara konsep-

konsep yang menyusun teori. Jika ini dipenuhi, maka teori tersebut memiliki
validitas seperti yang telah diperhatikan oleh teori-teori yang telah lahir sebelumnya.

Hasil lainnya, tercapai simplitas (kebersahajaan), suatu teori yang dicirikan oleh

jumlah minimal asumsi yang dijadikan dasar penyusunan. Kriteria ketiga berkenan

dengan sifat komprehensif suatu teori, termasuk generalitasnya, atau kemampuan

untuk menunjukkan kepaduan yang melatarbelakangi fenomena yang beragam.

Kebenaran suatu teori adalah tujuan ilmu pengetahuan, tetapi dalam

prosesnya yang dipertimbangkan adalah derajat kesesuaiannya (adekuasi) dengan

data yang diketahui dan sifat koherensi dan komprehensifnya dibandingkan teori-

teori lain yang tersedia. Semua rumusan teori bersifat tentatif dan tidak kebal untuk

direvisi, sebagaimana tujuan utama ilmu pengetahuan adalah meningkatkan

pemahaman terus menerus menuju kesempurnaan penjelasan intelektual terhadap

fenomena alam dan sosial yang secara alamiah menurut sunatullah, tidak akan habis

untuk dikaji dan dipelajari karena kekuasaan-Nya.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari paparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis, yang

bersifat rasional, berdasarkan fakta, dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui

eksperimen serta dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Hakikat ilmu pengetahuan yang berkembang adalah idealisme, positivisme,

empirisme, dan praktisme.

3. Ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan non ilmiah dan pengetahuan ilmiah.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya: empirisme,

rasionalisme, intuisi, dan wahyu.

4. Ilmu pengetahuan secara umum dapat memiliki tiga fungsi yang paling utama

yaitu menjelaskan fenomena alam sekitar, meramalkan peristiwa yang terjadi, dan

mengendalikan gejala-gejala alam melalui suatu teori.

5. Syarat-syarat ilmu pengetahuan adalah, logis, objektif, sistematik, metodik,

bersifat universal, kumulatif berkembang dan tentatif.

6. Unsur-unsur ilmu pengetahuan adalah kesesuaian teori dengan pengalaman

empiris, memiliki konsistensi dan koherensi, dan bersifat komprehensif.

3.2 Saran

Kami merasa bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan sehingga bagi para

pembaca makalah ini, sebaiknya tidak merasa puas, karena masih banyak ilmu-ilmu

yang didapat dari berbagai sumber.


Daftar Pustaka

http://www.iyasyusuf.asia/2013/04/konsep-dasar-ilmu-pengetahuan.html

http://mulaidengankanan.blogspot.co.id/2012/03/makalah-ilmu-pengetahuan.html

http://meiisya.blogspot.co.id/2012/04/makalah-ilmu-pengetahuan.html

Anda mungkin juga menyukai