Anda di halaman 1dari 6

ISSN 1693-7945 Vol.VII No.

3B Juni 2016

LITERASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN IPA

Oleh:
Yani Kusuma Astuti
STKIP NU Indramayu, Jawa Barat

ABSTRAK
Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan
proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas
ekonomi. Hal ini sangat penting mempersiapkan bekal keterampilan yang harus dimiliki
abad ke 21 ini bagi siswa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pentingnya
literasi sains karena permasalahan berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi. Selain itu
literasi sains memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan pribadi dan
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka.
Literasi sains dalam pengukurannya terdiri dari 3 dimensi yaitu konten sains, proses sains
dan konteks aplikasi sains. Literasi informasi dan teknologi dan pengembangan ilmu
pengetahuan dapat memberi pengaruh pada peluang baru dalam strategi dan metode
pembelajaran, termasuk pembelajaran sains. Keterampilan literasi sains dan literasi IT
dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
Alam, untuk memahami dan berkomunikasi dan meningkatkan hubungan antara sains,
teknologi dan masyarakat.

Kata kunci: literasi sains, literasi informasi

PENDAHULUAN
Memasuki abad ke 21 yang semakin pesat perkembangan pengetahuan maupun
teknologi tentunya membutuhkan tantangan sendiri, baik dilingkungan pendidikan maupun
dunia kerja saat ini. Sehingga perlunya mempersiapkan generasi saat ini memiliki
keterampilan baik soft skill maupun hard skill bagi siswa dari tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Menurut Omar, Turiman, Daud dan Kasman, (2011) bahwa” keterampilan
abad ke 21 terdiri dari empat domain utama literasi, berfikir inventif, komunikasi yang
efektif dan produktivitas yang tinggi”. Salah satu keterampilan yang penting untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan memutuskan masalah adalah literasi sains.
Literasi sains sudah banyak dikembangkan dalam dunia pendidikan oleh negara-negara
seperti Amerika, Taiwan, Cina, Hong Kong, Australia, Jerman dan Chile ( G. Lederman, S.
Lederman, Antink, 2013), bahkan negara berkembang seperti Nigeria (Ojimba, 2013).
Literasi sains di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1993 melalui undangan oleh
Unesco untuk mengikuti International Forum on Science and Technological Literacy for All
di Paris dan realisasinya diselenggarakan Workshop on Scientific and Technological
Literacy for All in Asia and Pasific di Tokyo. Literasi sains mulai diakomodasikan dalam
kurikulum 2006 (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum 2013 melalui kegiatan
inkuiri dan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PISA tahun 2000 sampai saat ini
Indonesia berada pada kemampuan yang tergolong rendah. Hasil Studi PISA tahun 2009
menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil

67
ISSN 1693-7945 Vol.VII No.3B Juni 2016

studi tahun sebelumnya. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57
dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-
rata standar dari PISA (OECD, PISA 2009 Database).
Menerapkan Literasi sains dilakukan harus dipupuk sedini mungkin (Barton, 1994;
Bybee, 1997). Literasi sains yang diterapkan anak-anak mungkin dipengaruhi oleh semakin
pentingnya teknologi digital (Leu, Kinzer, Coiro, & Cammack, 2004) dan meningkatkan
anak-anak di media interaktif (Beschorner, Hutchison, 2013). Akibatnya membangun
literasi anak yaitu membaca dan menulis harus diperluas melalui multimedia dan IT
(Teknologi Informasi). Hal ini dipertegas oleh Miller (2002), yang telah terlibat dalam
menilai literasi sains selama lebih dari tiga dekade, menekankan pentingnya "literasi sains"
dalam masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi. Ia percaya bahwa
masyarakat abad ke-21 membutuhkan masyarakat dengan pengetahuan tentang isu-isu
ilmiah dan teknologi.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Literasi Sains
Literasi sains berarti pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah
dan proses yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, partisipasi, dan
produktivitas ekonomi (Omar, Turiman, Daud dan Kasman, 2011). Hal senada menurut
PISA merupakan kemampuan dalam menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifiksi
pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan yang didasarkan bukti-bukti agar
memahami dan membuat keputusan. Sedangkan menurut Gbamanja (1999) dalam
Adolphus, Telima, Arokoyu (2012) mendefinisikan literasi sains sebagai "pengetahuan dan
pemahaman tentang peristiwa dan kejadian di lingkungan".
Konsep literasi yang digunakan PISA (Performance of International Student
Assesment) tidak hanya terkait dengan kemampuan membaca dan menulis namun
bagaimana mereka menerapkan kemampuan dalam memahami prinsip-prinsip, proses-
proses mendasar dan untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Adolphus, Telima,
Arokoyu, (2012) menjelaskan bahwa literasi sains adalah salah satu dari beberapa jenis
keaksaraan seperti kemampuan membaca dan menulis, literasi numerik dan literasi digital.
Menurut PISA 2006 (Bybee, 2008) literasi sains dapat dicirikan sebagai terdiri dari empat
aspek yang akan diperoleh yaitu: 1). menyadari situasi kehidupan yang melibatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ini adalah konteks untuk unit penilaian dan barang-barang; 2)
memahami dunia alam, termasuk teknologi, atas dasar pengetahuan ilmiah yang meliputi
pengetahuan tentang alam dan pengetahuan tentang ilmu itu sendiri; 3) kompetensi
mencakup mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan
menggunakan bukti ilmiah sebagai dasar argumen mengambil kesimpulan dan keputusan.
2. Pentingnya Literasi Sains
Literasi sains adalah keterampilan yang penting dan dibutuhkan dalam era digital
saat ini. Pentingnya literasi sains karena permasalahan berkaitan dengan pengetahuan dan
teknologi. Selain itu literasi sains memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan
pribadi dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak pada
kehidupan mereka.
Martinez-Hernandez, Ikpeze, Kimaru (2015) pendidik mengembangkan
keterampilan literasi sains siswa untuk meningkatkan: 1) pengetahuan dan penyelidikan
ilmu pengetahuan Alam, 2) kosa kata lisan dan tertulis yang diperlukan untuk memahami

68
ISSN 1693-7945 Vol.VII No.3B Juni 2016

danberkomunikasi ilmu pengetahuan dan, 3) hubungan antara sains, teknologi dan


masyarakat.
Dengan demikian melalui penerapan literasi sains dalam pembelajran diharapkan
siswa akan memiliki kemampuan-kemampuan yaitu: a). Memiliki kemampuan dalam hal
pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan
untuk partisipasi dalam masyarakat era digital; b). kemampuan mencari, atau menentukan
jawaban pertanyaan yang berasal dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari; c).
memiliki kemampuan untuk menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena;
d). Kemampuan membaca dengan memahami artikel tentang ilmu pengetahuan dan
terlibat dalam percakapan sosial; e). dapat mengidentifikasi isu-isu ilmiah yang mendasari
keputusan ilmiah dan teknologi informasi; f). kemampuan mengevaluasi informasi ilmiah
atas dasar sumber dan metode yang digunakan; g). memiliki kapasitas mengevaluasi
argumen berdasarkan bukti dan menarik kesimpulan dari argumen tersebut.
3. Dimensi dalam Literasi Sains
Literasi sains dalam pengukurannya terdiri dari 3 dimensi yaitu konten sains, proses
sains dan konteks aplikasi sains. Pertama: Konten sains merujuk pada konsep-konsep
kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Suciati, et all 2013). Hal ini dapat
membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat
diajukan dari berbagai bidang ilmu baik konsep-konsep fisika, kimia, biologi, ilmu bumi
dan antariksa. Kedua; dalam proses sains merujuk pada proses mental yang melibatkan
suatu jawaban dari pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (Rustaman, 2011). Kemampuan
yang diuji dalam proses sains meliputi; 1) mengenali pertanyaan ilmiah 2) mengidentifikasi
bukti; 3).menarik kesimpulan; 4).mengkomunikasikan kesimpulan; 5). Pemahaman konsep
ilmiah. Ketiga; konteks aplikasi sains lebih menekankan pada kehidupan sehari-hari, serta
mengaplikasikan sains dalam pemecahan masalah nyata seperti bidang kehidupan dan
kesehatan, bumi dan lingkungan dan teknologi yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1.Konteks Aplikasi Sains
Bidang aplikasi
Relevansi
Pribadi, Kehidupan dan kesehatan Bumi dan Teknologi
komunitas, Lingkungan
Global 1. Kesehatan, penyakit, 1. Pencemaran 1. Bioteknologi
dan gizi 2. Pembentukan dan 2. Penggunaan
2. Pemeliharaan dan perusakan tanah material dan
keberlanjutan spesies 3. Cuaca dan iklim pembuangan
3. Kesalingbergantungan sampah
antara sistem fisik dan 3. Penggunaan
sistem biologis energi
4. Transportasi
(Sumber: Rustaman, 2011)

4. Penilaian Literasi Sains


Literasi sains dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan. Pertama, fungsional literacy yang
merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan konsep dalam kehidupan sehari-

69
ISSN 1693-7945 Vol.VII No.3B Juni 2016

harinya terutama yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia seperti pangan,
kesehatan, dan perlindungan. Kedua, civic literacy yang merujuk pada kemampuan
seseorang untuk berpartisipasi secara bijak dalam bidang sosial mengenai isu bidang sains
dan teknologi. Ketiga, cultural literacy yang mencakup usaha ilmiah dan persepsi bahwa
sains merupakan aktivitas intelektual yang utama (Rustaman, 2011).
Penilaian dalam literasi sains harus memperhatikan beberapa hal yaitu; penilaian
literasi sains siswa tidak ditujukan untuk membedakan seseorang literat atau tidak, dan
pencapaian literasi sains harus kontinu dan terus menerus. Adapun dalam penilaian literasi
sains dalam bentuk soal-soal berbeda dengan soal-soal lainnya, karena memiliki
karakteristik soal yaitu 1) soal-soal yang mengandung konsep yang lebih luas karena tidak
hanya terkait dengan konsep-konsep dalam kurikulum; 2).soal-soal harus memuat informasi
atau data dalam berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawabnya;
3) soal-soal literasi sains harus membuat siswa dapat mengolah informasi dalam soal; 4).
Soal-soal dapat dibuat beberapa variasi bentuk soal (pilihan ganda, essay, isian); 5). Soal
harus mencakup konteks aplikasi.
5. Literasi Informasi dan Teknologi
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah memasuki berbagai dunia pendidikan.
Seiring perkembangan aplikasi TI dalam pendidikan, berbagai bahan belajar telah diproduksi
dan dikonsumsi oleh pembelajar dalam bentuk yang bervariasi. Kemajuan teknologi
komputer dan internet memberi banyak tawaran dan pilihan yang menunjang proses
pembelajaran. Keunggulannya tidak hanya pada faktor kecepatan memeroleh informasi
namun juga fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik dan interaktif.
Teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh pada
peluang baru dalam strategi dan metode pembelajaran, termasuk pembelajaran sains di
sekolah menengah. Teknologi komputer telah berkembang sekarang dapat memudahkan
penggunaan penyelidikan belajar pada berbagai tingkatan, dan menyediakan alat-alat baru
untuk mewakili sifat ilmu di dalam kelas.
Penggunaan teknologi ini untuk mendukung pendekatan pengajaran yang baru dan
tujuan memegang peranan besar untuk meningkatkan pendidikan sains di kelas, asalkan
keterbatasan diakui dan teknologi digunakan sebagai alat kunci untuk mengajarkan literasi
sains, Blurton (2002) in Pal.S & Panigrahi, M (2013) didefinisikan ICT sebagai beragam
alat teknologi dan sumber daya yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan,
menyebarkan, menyimpan dan mengelola informasi. Teknologi ini termasuk komputer,
internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi) dan telepon (Tinio, 2002) dalam Adolphus,
Telima, Arokoyu (2012). ICT merupakan istilah umum yang mencakup perangkat
komunikasi atau aplikasi meliputi radio, televisi, telepon seluler, komputer dan jaringan
perangkat keras dan perangkat lunak, sistem satelit dan sebagainya, serta berbagai layanan
dan aplikasi yang berhubungan dengan mereka, seperti konferensi video dan pembelajaran
jarak jauh. ICT terdiri dari semua sarana teknis yang digunakan untuk menangani informasi
dan bantuan komunikasi, termasuk komputer dan perangkat keras jaringan, serta software
yang diperlukan.
Kemampuan individu menggunakan IT sejauh mana seseorang untuk mengenali
informasi, mengetahui kapan menggunakan kemampuan, dan kemampuan untuk
menganalisis informasi secara efektif. Literasi informasi semakin penting dalam lingkungan
kontemporer karena cepat perubahan teknologi. Keterampilan literasi informasi yang
berkaitan dengan teknologi informasi, tetapi memiliki implikasi luas bagi individu, sistem

70
ISSN 1693-7945 Vol.VII No.3B Juni 2016

pendidikan, dan masyarakat. Saat ini, literasi IT telah menjadi kebutuhan dasar bagi individu
untuk dapat belajar secara efektif dan terus menerus dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan dan lingkungan belajar (Bruce, 1999). Literasi (melek) komputer merupakan
prasyarat untuk pengembangan literasi informasi umumnya mengacu pada kemampuan
untuk menggunakan perangkat lunak aplikasi yang berjalan pada komputer.
Adapun terkait menggunakan ICT, penggunaan ipad atau tablet dapat digunakan
sebagai alat pengajaran anak usia dini. Menurut Beschorner, Hutchison (2013) bahwa Ipad
dapat digunakan sebagai sarana mengembangan literasi sains. Karena Ipad, tablet
merupakan alat dengan banyak aplikasi teknologi yang memungkinkan anak –anak
menemukan, mengeksplorasi, memecahkan masalah. Selain itu anak-anak lebih tertarik
mengguanakan ipad karena dapat membaca, menulis maupun berkomunikasi secara
komunikatif sehingga terbangun rasa ingin tahu, ekspresi diri, kreativitas.

SIMPULAN
Literasi sains merupakan keterampilan yang perlu dikembangkan dalam
menghadapi globalisasi. Pentingnya literasi sains dan literasi informasi dalam pengambilan
keputusan pribadi, partisipasi, dan produktivitas ekonomi. Literasi sains terdiri dari beberapa
jenis keaksaraan seperti membaca ditulis, literasi numerik dan literasi digital (teknologi
Informasi). Dalam hal pembelajaran literasi sains dapat diterapkan melalui strategi
pembelajaran yang dapat mengasah siswa untuk berfikir tinggi selain itu strategi berbasis
multimedia atau berbasis komputer daapt meningkatkan literasi digital. Dengan demikian
literasi sains dapat dimasukkan dalam kurikulum agar pembelajaran sains terutama IPA
dapat meningkatkan pengetahuan terutama konsep-konsep ilmiah maupun teknologi.

DAFTAR PUSTAKA
Adolphus, Telima, Arokoyu. 2012. Improving Scientific Literacy among Secondary School
Students through Integration of Information and Communication Technology.
Journal of Science and Technology. (VOL. 2, NO. 5)

Beschorner, B. & Hutchison, A. 2013. IPads as a literacy teaching tool in early


childhood. International Journal of Education in Mathematics, Science and
Technology, 1(1), 16-24.

Bybee. 2008. Scientific Literacy, Environmental Issues.Springer Science Business Media, J


Sci Educ Technol (2008) 17:566–58

Hernandez, Ikpeze, Kimaru. 2015. Perspectives on Science Literacy: A comparative study


of United States and Kenya .Chemistry Faculty Publications

Liu. 2009. beyond Science Literacy: Science and the Public International Journal of
Environmental & Science Education Vol. 4, No. 3, 301-311

Ojimba. 2013. Scientific and Technological Literacy in Africa: Issues, Problems and
Prospects' Dimensions (Ipp). Educational Research International Vol. 2 No. 1
I

71
ISSN 1693-7945 Vol.VII No.3B Juni 2016

Pal. S & Panigrahi M. 2013. Open Educational Resources With Special Reference To
Biology Teaching and Research Aid In Ethiopia. Journal of Educational and
Instructional Studies in the World.Volume: 3 Issue: 3 Article: 13

Punia Turiman, Jizah Omar, Adzliana Mohd Daud & Kamisah Osman. 2012. Fostering the
21st Century Skills through Scientific Literacy and Science Process Skills. Procedia
- Social and Behavioral Sciences 59 (110 – 116)

Rustaman. 2011. Materi dan Pembelajaran IPA. Jakarta: Universitas Terbuka

Scardamalia, M. 2002. Collective Cognitive Responsibility for the Advancement of


Knowledge. In B. Smith (Ed.), Liberal E
JOURNAL OF EDUCATIONAL AND INSTRUCTIONAL STUDIES WORLD
Suciati et all. 2013. Identifikasi Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau
dari Aspek-Aspek Literasi Sains. Di akses http://fmipa.unesa.ac.id /kimia/wp-
content/uploads/2013/11/40-47

72

Anda mungkin juga menyukai