Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajara,
ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangkan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik,
kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain
kognitif, afektif atau psikomotorik?
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan ketrampilan akademik?
C. POLA-POLA PEMBELAJARAN
Belajar adalah proses perubahan tingkah laki individu sebagai hasil dari pengalamannya
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu
proses mental yang terjadi dalam diri sesorang..Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu
proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap
muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran.
Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
Barry Morris (1963:11) mengkalsifikasikan empat pola pembelajaran yang digambarkan
dalam bentuk bagan sebagai berikut:
D. CIRI-CIRI MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2. Mempunya misi dan tujuan pendidikan tertentu
3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas
4. Memiliki bagian-bagian model
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran
6. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.
MODEL –MODEL PEMBELAJARAN FISIKA
Model pembelajaran Direct Instruction atau yang dikenal dengan model pengajaran langsung
adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
mengajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang
terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah.
Menurut para pakar teori belajar, pengetahuan deklaratif (dapat diungkap dengan kata-kata)
adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Adapun ciri ciri model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur penilaian
belajar
2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran
tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
Modelling merupakan pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modelling berarti
mendemonstrasikan suatu prosedur kepada peserta didik. Modelling mengikuti urut-urutan sebagai
berikut:
1) Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.
2) Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki peserta didik.
3) Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara jelas, terstruktur dan
berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakannya setelah setiap langkah selesai
dikerjakan.
4) Peserta didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.
Strategi Direct Instruction
Strategi pembelajaran langsung dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata
pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka
berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka dikembangkan oleh Guru. Banyak
Guru yang membuat kesalahan dengan mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap
secara mental Guru langsung memberikan materi pelajaran.
Menurut Silbernam (dalam Suryati dkk, 2008:35), strategi pembelajaran langsung
melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada
materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat
pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran:
a) Ketika Guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis
besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di
antara konsep-konsep tersebut.
b) Ketika Guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur
yang jelas dan pasti.
c) Ketika Guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan
dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian
masalah (problem solving).
d) Ketika Guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya
menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu
penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis
e) Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola
penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f) Ketika Guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g) Ketika Guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa
melakukan suatu kegiatan praktik.
h) Ketika Guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa
dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
i) Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan
yang sangat terstruktur.
j) Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau
ketika Guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Direct Instruction
Langkah-langkah model Direct Instruction terdiri dari 5 fase (dalam Dr. Lia Yuliati
M.Pd, 2008:14-17), yaitu orientasi, presentasi, latihan terstruktur, latihan terbimbing, latihan
bebas. Penggunaan model ini pada awalnya digunakan untuk meningkatkan pengetahuan atau
keterampilan siswa pada level yang lebih tinggi pada kondisi latihan yang berbeda.
Langkah-langkah pembelajaran disusun sesuai dengan sintaks pembelajaran langsung
sebagai berikut :
Fase-fase Kegiatan Guru
1. Orientasi (Menyampaikan Menjelaskan tujuan pembelajaran/indicator,
tujuan dan mempersiapkan informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
siswa) pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
Mendeskripsikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan itu dan hubungannya dengan pengetahuan
dan/atau pengalaman awal siswa yang dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka
Mendiskusikan prosedur kegiatan pembelajaran
siswa
2. Presentasi Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau
(Mendemonstrasikan menyajikan informasi tahap demi tahap
pengetahuan Melakukan modelling (pemodelan)
atau keterampilan
keterampilan) yang akan dikuasai siswa
3. Latihan Merencanakan kegiatan bimbingan pada siswa
Terstruktur
(Membimbing pelatihan) Memberikan bimbingan latihan berdasarkan
pemodelan yang diberikan agar siswa dapat
melakukan kegiatan pelatihan awal
4. Latihan Terbimbing Mengecek keberhasilan pelaksanaan tugas latihan
(Mengecek pemahaman apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan
dan memberikan umpan baik
balik) Memberikan umpan balik terhadap kegiatan siswa
dengan melakukan tes, wawancara, pengamatan dan
sebagainya
5. Latihan Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
Bebas
(Memberikan kesempatan lanjutan pada siswa
untuk pelatihan lanjutan Memberikan penerapan materi yang dipelajari siswa
dan penerapan hasil pada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-
latihan) hari
Catatan : Fase orientasi dan presentasi dapat ditukar posisinya bergantung pada kebutuhan
Fase I : Orientasi (orientation)
Fase orientasi merupakan fase penetapan kerangka pembelajaran. Pada fase ini Guru
mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman awal siswa dan membantu siswa
menghubungkannya dengan pengetahuan baru yang akan dicapai dalam pembelajaran. Guru
menetapkan dan mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, mengklarifikasi tugas-tugas belajar,
dan menetapkan akuntabilitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan Guru pada fase orientasi
adalah a) mengemukakan tujuan pembelajaran; b) mendeskripsikan materi yang akan dipelajari
pada pertemuan itu dan hubungannya dengan pengetahuan dan/atau pengalaman awal siswa yang
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka; dan c) mendiskusikan prosedur
kegiatan pembelajaran dengan siswa.
benda bermassa berbeda. Siswa diberikan soal untuk mempresiksi berapa lama waktu jatuh
benda.
Latihan Terbimbing : meminta siswa untuk mengerjakan didepan soal yang diberikan,
Ada banyak pakar pendidikan yang mendefinisikan model pembelajaran problem based
instruction, diantaranya yaitu menurut Duch pembelajaran berdasarkan masalah (problem based
instruction) adalah metode pendidikan yang mendorong siswa mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia nyata.
Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mempelajari
suatu objek. Pembelajaran berdasarkan masalah menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis
dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran.
Menurut Arens, problem based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan
masalah otentik.
Magi Savin-Baden sebagaimana dikutip oleh Suherman mengatakan “problem based-
learning is increasingly being seen as a means of educating students to learn with complexity”.
Maksudnya adalah model pembelajaran berdasarkan masalah dapat menjadikan pembelajaran
siswa lebih bermakna untuk belajar dengan sesuatu yang kompleks.
Sebagaimana dikutip oleh Suherman, Wilkerson dan Gijselaers menyatakan bahwa
problem-based learning is characterized by student centered approach, teachers as “facilitators
rather than disseminator” and open-ended problem … that “serve as the initial stimulus and
famework for learning”. Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu konsep pembelajaran yang mempunyai karakteristik pembelajaran berpusat
pada siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang bertugas
memberikan rangsangan-rangsangan terhadap siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Nasution, problem based instruction (pembelajaran berbasis masalah)
merupakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, yang mengatakan bahwa
pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar
mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka mendaarkan diri dan
memodifikasi pengetahuan sebelumnya. Guru berperan sebagai penyaji masalah, penanya,
mengadakan dialog, pemberi fasilitas penelitian, menyiapkan dukungan dan dorongan yang
dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual peserta didik. Prinsip utama pendekatan
konstruktivis adalah pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh
individu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem
based instruction merupakan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktifis yang berpusat
pada siswa, yang mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih kreatif
dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang autentik, sedangkan guru hanya
berperan sebagai fasilitator
.
Karakteristik Problem Based Instruction
Para tokoh yang mengembangkan metode pembelajaran problem based instruction
mendeskripsikan beberapa karakteristik dari model pembelajaran ini, antara lain:
1. Pertanyaan atau masalah perangsang
Model pembelajaran ini tidak diorganisasikan di seputar prinsip akademis atau keterampilan
tertentu, melainkan pada pertanyaan dan masalah yang penting secara social dan bermakna
secara personal bagi siswa. Pertanyaan dan masalah yang diajukan merupakan berbagai masalah
yang ada pada kehidupan nyata dengan jawaban yang tidak sederhana dan mengundang solusi
yang competing untuk menyelesaikannya.
Contoh pertanyaan dan masalah:
- Mengapa saat malam hari suara yang kita dengar lebih keras dari pada saat siang hari?
- Bagaimanakah prinsip yang digunakan oleh kapal selam?
2. Fokus interdisipliner
Meskipun metode PBI dapat dipusatkan pada subjek tertentu, tetapi masalah yang akan diamati
atau diinvestigasi dipilih karena menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.
3. Investigasi autentik
Model PBI mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik untuk mendapatkan solusi
dari suatu permasalahan yang nyata. Siswa harus menganalisis dan mnetapkan masalah,
mengembangkan hipotesis, menumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen
(bila dimungkinkan), membuat inferensi dan menarik kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Model PBI menuntut siswa menghasilkan produk yang menjelaskan atau mempresentasikan
solusi yang mereka hasilkan. Produk ini dapat berupa laporan, model fisik, video atau program
computer. Produk ini dirancang untuk menyampaikan apa yang telah diperoleh siswa kepada
orang lain.
5. Kerjasama
PBI ditandai dengan bekerja secara kelompok. Bekerja secara bersama-sama dapat memotivasi
siswa mengerjakan tugas-tugas kompleks secara kontinyu dan meningkatkan kesempatan bagi
siswa untuk melakukan penyelidikan. Selain itu juga dapat mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan sosial.
Dari karakteristik model pembelajaran PBI dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran
ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi dalam jumlah besar pada siswa.
Akan tetapi model pembelajaran ini dirancang terutama untuk membantu mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan menyelesaikan masalah dan ketererampilan
intelektualnya, membantu mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui
berbagai situasi nyata atau situasi yang disimulasikan, dan membantu siswa untuk menjadi
pelajar yang mandiri dan otonom.
Model pembelajaran problem based instruction memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga dapat menyerap pengetahuan yang dipelajari
dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber.
4. Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
5. Siswa lebih memahami konsep yang dipelajari, sebab mereka sendiri yang menemukan
konsep tersebut.
6. Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan
berfikir siswa yang lebih tinggi
7. Pembelajaran lebih bermakna
8. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan merupakan
masalah sehari-hari
9. Menjadikan siswa lebih mandiri
10. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain
11. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
Sedangkan menurut Dasna dan Sutrisno, model pembelajaran problem based instruction
memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Dengan PBI akan terjadi pembelajaran yang bermakna. Siswa yang belajar untuk
menyelesaikan masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada tahap aplikasi
konsep. Belajar akan lebih bermakna dan dapat diperluas jika siswa berhadapan dengan situasi
dimana suatu konsep itu diterapkan.
2. Dalam model PBI, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya secara
simultan dan menerapkannya dalam konteks yang relevan. Artinya apa yang mereka laukan seuai
dengan kejadian nyata, bukan lagi teoritis, sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu
konsep dan teori akan mereka dapatkan sekaligus selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Model PBI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat menumbuhkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.
Selain kelebihan, model pembelajaran problem based instruction juga memiliki beberapa
kekurangan, antara lain:
1. Untuk siswa yang malas, tujuan dari model ini tidak dapat tercapai.
4. Dibutuhkan fasilitas dan sumber daya yang memadai untuk mendukung aspek penyelidikan.
pengertian Model Pembelajaran Inquiry
Menurut Lefudin ( 2017: 224), inquiry yang dalam bahasa inggris , inquiry, berarti pertanyaan ,
pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri ini banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut
aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatakan segala
potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal, belajar bukan hanya sekedar proses menghapal dan
menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa
melalui keterampilan berpikir. Seperti yang telah dikemukakan di atas, aliran belajar kognitif selanjutnya
melahirkan beberapa teori belajar Gestalt, teori medan, dan teori belajar kontruktivistik. Menurut teori-
teori belajar yang beraliran kognitif, belajar pada hakikatnya bukan merupakan peristiwa behavioral yang
dapat diamati, tetapi proses mental seseorang untuk memaknai lingkungannya sendiri.
Menurut Mulyasa (2003:234) dalam Chodijah et al. (2012: 6),“Inquiry adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk
mencarijawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis”. Inquiry sebenarnya merupakan prosedur yang biasa
dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami
fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan seharihari. Inquiry
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif .
Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Model inkuiri merupakan model
pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi
dengan atau tanpa bantuan guru. Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Menurut Joyce dan well (2000) dalam Usdalifah et al. (2016: 9) Berdasarkan Kemendikbud tahun 2014,
mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah melibatkan peserta didik dalam masalah
penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu
mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta
mereka merancang cara mengatasi masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar menjadi seorang
ilmuwan dalam menyusun pengetahuan. Selaim itu peserta didik elajar menghargai ilmu dan mengetahui
keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu dengan yang lain.
1) Inkuiri Terbimbing
Tahap penilaian model pembelajaran ini akan lebih efektif apabila ditunjang oleh pembelajaran yang
sesuai.
Menurut Santoso et al. (2017:22) Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu model
pembelajaran yang tepat diterapkan pada kondisi kelas yang kemampuan peserta didiknya bervariasi.
Model pembelajaran inkuir terbimbing (guided inquiry) adalah model pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, peserta didik juga dilatih mengembangan kemampuan untuk berpikir, peserta didik dilatih
berpikir kritis. Selain ini dapat membangkitkan gairah belajar pada peserta didik. Pembelajaran inkuiri
terbimbing diterapkan agar peserta didik diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi secara individu ataupun berkelompok. Dan dilatih untuk beriteraksi dengan teman sebaya didalam
kelas agar saling bertukar informasi.
d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun guru dengan siswa. Dengan demikian siswa
terlatih untuk enggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar
e) Materi yang dipelajari akan mencapai tingkat kemampuan yang lebih lama membekas dalam
ingatan karena sisiwa dilibatkan dalam proses menemukannya.
2) inkuiri bebas;
Menurut Handriani et al. (2015: 211), MPI memiliki tingkatan berdasarkan kompleksitas dalam
penerapannya. Mengelompokkan MPI menjadi empat tingkatan, yaitu inkuiri terstruktur (structured
inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry), dan siklus belajar (learning
cycle). Penjelasannya sebagai berikut:
1) inkuiri terstruktur, pada kegiatan pembelajaran guru menyediakan rumusan masalah penyelidikan,
bahan, dan prosedur, sedangkan hasilnya dicari oleh siswa sendiri;
2) inkuiri terbimbing, pada kegiatan pembelajaran guru hanya menyediakan bahan dan rumusan
masalah penyelidikan, dan siswa merancang prosedur penyelidikan untuk mencari jawaban permasalahan;
3) inkuiri terbuka, pada inkuiri ini siswa terlibat dalam merumuskan masalah yang diteliti. Inkuiri ini
mirip seperti cara kerjanya para peneliti;
4) siklus belajar, pembelajaran dengan tahap yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga siswa ikut
berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siklus belajar menekankan siswa untuk menemukan konsep
baru, kemudian guru memberi jawaban formal nama konsep tersebut, dan siswa mengaplikasikan konsep
tersebut dalam konteks yang berbeda.
Menurut Lahadisi (2014: 95-96), beberapa macam model pembelajaran inquiri yang dikemukakan oleh
Sund dan Trowbridge dalam Hamruni, diantaranya:
1. Guide Inquiry Pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam
pelaksanaanya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada guru.
2. Modified inquiry Model ini memiliki ciri yaitu guru hanya memberikan permasalahantersebut
melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur penelitianuntuk memperoleh jawaban
3. Free inquiry Pada model ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang
dipelajari dan dipecahkan.
4. Inquiry Role Approach Model pembelajaran inkuiri pendekatan peranan ini melibatkan siswa dalam
tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan.
5. Invitation Into Inquiry Model inkuiri jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah
dengan cara-cara yang ditempuh para ilmuwan.
6. Pictorial RiddlPada model ini merupakan metode mengajar yang dapat mengembangkan motivasi
dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil tau besar, gambar, peragaan, atau situasi sesungguhnya
dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif para siswa.
7. Synectics Lesson Model ini lebih memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam
bentuk kiasan supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.
8. Value Clarification Pada model ini siswa lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu
tata aturan atau nilai-nilai pada suatu proses pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2006: 194) dalam Maulana et al. (2015: 46), Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
model inkuiri, yaitu:
a. Inkuiri menekankan kepada aktivitas secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya
model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian model pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c. Dapat mengembangkan kemampuan berpikri secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam
model inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka
dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Menurut Minner et al. (2010: 478),inquiry science instruction can be characterized as having three
aspects:
3) student responsibility forlearning, student active thinking, or student motivation within at least one
component of instruction question, design, data, conclusion, or communication.
Terjemahannya:
Menurut Minner et al. (2010: 478), instruksi ilmu inquiry dapat dicirikan memiliki tiga aspek:
3) Tanggung jawab siswa untuk belajar, pemikiran aktif siswa, atau motivasi siswa dalam setidaknya
satu komponen pertanyaan instruksi, desain, data, kesimpulan, atau komunikasi.
Tujuan utama model inquiry adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
rasa ingin tahu mereka. Model inquiry merupakan bentuk pembelajaran yang beorientasi kepada siswa
(student centered approach), sebab siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran (Maulana et al., 2015: 47).
Menurut Setiawan (2006) dalam Maulana et al. (2015: 48), Adapun tujuan model inkuiri, adalah:
a. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan masalah atau
memutuskan sesuatu secara tepat (objektif).
b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat, dan nalar (kritis, analitis,
dan logis).
Menurut Trianto (2007: 136) dalam buku Maulana et al. (2015: 47), Peran guru dalam pembelajaran
inquiry:
Menurut Simatupang (2015: 35) Dalam model pembelajaran inkuiri, guru berperan sebagai:
a) Motivator, artinya guru mendorong siswa agar dapat berpikir kritis melalui penyajian masalah
c) Pengarah, guru sebagai pengarah artinya guru memimpin siswa agar mencapai tujuan pembelajaran
yang telah diterapkan.
Student Role:
Student work:
Completes worksheets all students Directs own learning tasks vary among
complete same tasks teacher directs students design and direct own tasks
tasks absence of items on right emphasizes reasoning, reading and
writing for meaning, solving
problems, building form existing
cognitive structures, and explaining
complex problems.
Terjemahannya:
Peran Guru:
Pekerjaan Siswa:
Kegiatan yang ditentukan oleh guru Pembelajaran yang diarahkan oleh siswa
Menurut Sanjaya (2006) dalam Nurjannah (2017: 111-112),Manfaat model pembelajaran inquiry bagi
anak dalam proses belajar antara lain sebagai berikut:
a. Membantu dan mengembangkan konsep pada diri anak, sehingga anak dapat mengerti tentang
konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b. Membantu dan menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
c. Membantu anak untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan
terbuka.
Menurut Ibnu Badar dalam Mariyaningsih et al. (2018: 61), terdapat beberapa prinsip pembelajaran
inkuiri meliputi:
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Pembelajaran inkuiri berorientasi kepada hasil dan proses belajar karena tujuan utama pada model
pembelajaran inkuiri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa
2) Prinsip Interaksi
Guru bukanlah satu-satunya sumber belajr siswa,karena pada dasarnya prosees pembelajaran terjadi
manakala ada proses interaksi baik antarsiswa, antara siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan
lingkungan. Jadi dalam hal ini perean guru adalah mengatur lngkungan belajar dan interaksi yang
diharapkan terjadi.
3) Prinsip bertanya
Kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap mlangkah inkuiri sangat diperlukan, selalu dikembangkan
pula sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan mempertnyakan berbagai fenomena yang dipelajari
Belajar bukan sekedar mengingat sejumlah fakta, melainkan sejumlah proses berpikir, yang dimaksud
berpikir disini adalah proses mengembangkan potensi seluruh otak. Berpikir adalah menggunaan dan
pemanfaatan otak secara maksimal.
5) Prinsip keterbukaan
Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan sehingga pelajaran yang
dipelajari menjadi bermakna, pembelajaran yang bermakna merupakan pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya oleh siswa sendiri.
Menurut Wena (2009:76) dalam Chodijah et al. (2012: 9), menjelaskan prinsip model inquiry yaitu:
a. Peserta didik akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang membingungkan
b. Peserta didik dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berfikir mereka.
c. Strategi berfikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka
miliki.
d. Inquiry dalam kelompok dapat memperkaya khazanah pikiran dan membantu peserta didik belajar
mengenai sifat pengetahuan yang sementara dan menghargai pendapat orang lain.
1) Orientasi
2) Merumuskan Masalah
3) Mengajukan hipotesis
4) Mengumpulkan data
5) Menguji hipotesis
6) Merumuskan kesimpulan
Pengajaran guru yang melibatkan ke enam – enam fasa ini menggambarkan aplikasi model inkuiri. Model
ini boleh digunakan sama ada di peringkat rendah atau pun menengah, bagi memastikan pengajaran
secara inkuiri ini berjaya, guru hendak lah memahirkan diri dengan langkah atau fasa inkuri serta yakin
dalam menggunakan model ini terlebih dahulu, selain itu guru hendaklah merancang pengajaran dengan
teliti.
Menurut Majid (2016: 224-226), secara umum proses pembelajaran dengan menggunakanstrategi dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasanaatau iklim pembelajaran yang responsif. Pada
langkah ini, gurumengkondjsikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.Guru merangsang
dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkanmasalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang
sangat penting.Keberhasilan startegi ini sangat tergantung pada. kemauan siswauntuk beraktivitas
menggunakan kemampuannya dalam memecahkanmasalah. Tanpa kemauan dan kemampuan tersebut tak
mungkinproses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-
teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-
teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat panting dalam strategi inkuiri. Oleh sebab
itu, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses belajar.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawabansementarahipotesis perludiuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan
sembarangperkiraantetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokohsehinggahipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat
dipengaruhioleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.Dengandemikian, setiap
individu yang kurang mempunyai wawasanakan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasiyang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan prosesmental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Prosespengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi
yang kuatdalam belajar, tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peranguru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaanyang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yangdibutuhkan. Sering terjadi
kemacetan berinkuiri adalah manakalasiswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak
apresiatifitu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalambelajar. Manakala guru
menemukan gejala-gejala semacam ini, guruhendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan
kepadasiswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaansecara merata kepada seluruh
siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yangdianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperolehberdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis yangterpenting adalah
mencari tingkat keyakinan siswa atas jawabanyang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga
berartimengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaranjawabanyang diberikanbukan
hanya berdasarkanargumentasiakan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan
dapatdipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
According to Hutahaean et al. (2017: 31), the science process skills is a complex capability device
commonly used in conducting scientific inquiry into a series of learning process.Science process skills in
this study refers to are as follows 1) obseving, 2) asking question, 3) Formulate hypotheses, 4) Find
patterns and variable relationships, 5) Communicate effectively, 6) Designing an experiments,7)
conducting an experiments ,8) Make a conclusion. Menurut Hutahaean et al. (2017: 31), keterampilan
proses sains adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah ke dalam serangkaian proses pembelajaran. Keterampilan proses sains dalam
penelitian ini mengacu adalah sebagai berikut 1) obseving, 2) mengajukan pertanyaan, 3) Merumuskan
hipotesis, 4) Menemukan pola dan hubungan variabel, 5) Berkomunikasi secara efektif, 6) Merancang
percobaan, 7) melakukan percobaan, 8) Buat kesimpulan.
Menurut Zaini et al. ( 2008: 28-29), langkah-langkah inquiri adalah sebagai berikut:
1. Buat satu pertanyaan tentang satu pelajaran yang dapat membangkitkan minat peserta didik untuk
mengetahui lebih lanjut atau mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan tersebut harus dibuat yang
sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil peserta didik. Misalnya adalah :
· Ide pokok (“Menurut anda, apa yang dibahas dalam topik ini?”)
· Cara kerja sesuatu (“ Apa yang menyebabkan concept map dapat dipahami oleh orang lain?”)
· Produk/hasil (“Menurut Anda apa yang akan dihasilkan oleh pelatihan ini?”)
· Solusi (“Apa jalan keluarnya jika tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh seorang
pengajar?”)
2. Anjurkan peserta didik untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunaka kata-kata;
coba perkirakan, apa kira-kira? Dan lain-lain.
3. Jangan memberi jawaban secara langsung. Tamping semua dugaan-dugaan, biarkan peserta didik
bertanya-tanya tentang jawaban yang benar,
4. Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengajarkan apa yang akan anda ajarkan
kepada peserta didik. Jangan lupa beri jawaban yang benar di tengah-tengah anda menyampaikan
pelajaran/perkuliahan.
· Fase satu, bidang penyelidikan dikemukakan oleh kepada siswa, termasuk metodologi-metodologi
yang digunakan dalam penyelidikan tersebut.
· Fase dua, masalah disusun sehingga siswa mengidentifikasi suatu kesulitan dalam penyelidikan,
kesulitan mungkin menjadi salah satu inpretasi data,pembentukan data, kendali eksperimen, atau
pembuatan kesimpilan.
· Fase tiga, siswa diminta untuk berspekulasi tentang masalah, sehingga siswa dapat
mengidentifikasi kesulitan yang terlibat dalam penelitian.
· Fase empat, siswa kemudian diminta memikirkan cara-cara memecahkan kesulitan dengan
merancang ulang eksperimen, menyusun data dengan cara-cara yang berbeda, menghasilkan data,
mengembangkan kontstruk, dan sebagainya.
Menurut Hermawan dan Sondang S. (2013: 34), Sintaks pembelajaran model inquiry :
According to Vanaja (2003: 40), syntax for inquiry training models (ITM): it is the plan of action that a
teacher has to follow while using ITM in the classroom. It is devided into five phases.
Phase 1: Encounter with the problem: In this phase the teacher explains the rules of the model and
presents a puzzling or problem situation.
In phase 2 and 3 students have to gather data for analysis, verification and experimentation. The
students are required to ask series of questions such that the teacher can answer by only ‘yes’ or ‘no’.
there are three distinct steps in the data gathering process:
i. Verifying the nature of objects, conditions and properties and occurrence of event.
ii. Isolating the irrelevant variables and conditions through experimentation could be of two-
type (a) verbal and (b) manipulative.
Phase 4: Formulation of an Explanation: in this phase the students try to formulate an explanation on the
basis of the data gathered in Phase 2 and 3.
b) Theories of properties.
c) Analysis.
d) Application of a generalization.
Phase 5: Analysis of inquiry process: in this phase the students analyze their patterns of thinking. They
identify the questions that were useful in analysing data and those that were irrelevant.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 40), sintaks untuk model pelatihan inquiry (ITM): itu adalah rencana tindakan
yang harus diikuti oleh seorang guru ketika menggunakan ITM di kelas. Dibagi menjadi lima fase.
Fase 1: Bertemu dengan masalah: Pada tahap ini guru menjelaskan aturan model dan menyajikan situasi
yang membingungkan atau bermasalah.
Pada fase 2 dan 3 siswa harus mengumpulkan data untuk analisis, verifikasi dan eksperimen. Para
siswa diminta untuk mengajukan serangkaian pertanyaan sedemikian rupa sehingga guru dapat menjawab
hanya dengan 'ya' atau 'tidak'. ada tiga langkah berbeda dalam proses pengumpulan data:
ii. Mengisolasi variabel dan kondisi yang tidak relevan melalui eksperimen dapat berupa dua
tipe (a) verbal dan (b) manipulatif.
Fase 4: Perumusan Penjelasan: dalam fase ini para siswa mencoba untuk merumuskan penjelasan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada Tahap 2 dan 3.
c) Analisis.
d) Penerapan generalisasi.
Fase 5: Analisis proses inkuiri: dalam fase ini para siswa menganalisis pola pikir mereka. Mereka
mengidentifikasi pertanyaan yang berguna dalam menganalisis data yang tidak relevan.
· Sistem Social
Iklim yang kooperatif dan teliti diperlukan. Karena siswa dipersilahkan masuk kedlam komunitas
pencari yang menggunakan teknik-teknik ilmu pengetahuan terbaik., iklim tersebut mencakup tingkat
keberanian dan kesederhanaan tertentu. Para siswa mampu membuat hipotesis secara teliti, menantang
bukti, mengkritis rancangan penelitian, dan sebagainya. Selain menerima perlunya untuk teliti,, para
siswa juga harus mengenal sifat yang sementara dan tiba-tiba dari pengetahuan mereka sendiri serta
bidang ilmu pengetahuan tersebut, dan dalam melakukannya juga mengembangkan kesederhanaan
tertentu menyangjut pendekatan mereka ke mata pelajaran ilmiah yang dikembangkan dengan baik
(Joyce et al., 2015:151-152).
According to Vanaja (2003: 41), This model is based on the assumption that team approach is
better than individual approach. The social system here is cooperation. The teacher and students
participate as equals where ideas are concerned. Teacher acts as a facilitator to conduct the students in
their pursuit of an explanation to the discrepant event.
a) Teacher’s Role: The teacher performs a large number of roles in this model. He selects the problem
situation, acts as a referee in the inquiry, responds to the students queries, probes with necessary
information, helps beginners to focus on inquiry process, facilitates discussion of the problem situation
among students, acts as a recorder, keeps track of inquiryby recording theories and types of questions on
the black board, and helps students to arrive at explanations.
b) Student’s Role: Students play an active role in this model. They find out the discrepancy from the
problem and try to account for it. The collect data by asking pinpointed questions that can be answered by
a ‘yes’ or ‘no’. they logically arrange data gathered and try to put forward suitable explanations. They
finally suggest analogies and generalize the theory.
c) Classroom procedure: This model emphasizes group activity. The students are given the freedom to
interact among themselves. They can arrange their places at their will. They can consult the library,
perform experiments or use any related books. The model requires on open classroom climate where the
teacher acts as an instructional manager and monitor.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 41), Model ini didasarkan pada asumsi bahwa pendekatan tim lebih baik daripada
pendekatan individual. Sistem sosial di sini adalah kerja sama. Guru dan siswa berpartisipasi sebagai
sederajat di mana ide-ide diperhatikan. Guru bertindak sebagai fasilitator untuk memimpin siswa dalam
mengejar penjelasan tentang kejadian yang tidak sesuai.
a) Peran Guru: Guru melakukan sejumlah besar peran dalam model ini. Dia memilih situasi masalah,
bertindak sebagai wasit dalam penyelidikan, menanggapi pertanyaan siswa, menggali dengan informasi
yang diperlukan, membantu pemula untuk fokus pada proses penyelidikan, memfasilitasi diskusi tentang
situasi masalah di kalangan siswa, bertindak sebagai perekam, melacak menyelidiki teori pencatatan dan
jenis pertanyaan di papan tulis, dan membantu siswa untuk sampai pada penjelasan.
b) Peran Siswa: Siswa memainkan peran aktif dalam model ini. Mereka mencari tahu perbedaan dari
masalah dan mencoba untuk memperhitungkannya. Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
berspekulasi yang dapat dijawab oleh ‘ya’ atau ‘tidak’. mereka secara logis mengatur data yang
dikumpulkan dan mencoba untuk mengedepankan penjelasan yang sesuai. Mereka akhirnya menyarankan
analogi dan generalisasi teori.
c) Prosedur kelas: Model ini menekankan aktivitas kelompok. Para siswa diberikan kebebasan untuk
berinteraksi di antara mereka sendiri. Mereka dapat mengatur tempat mereka sesuai keinginan mereka.
Mereka dapat berkonsultasi dengan perpustakaan, melakukan eksperimen atau menggunakan buku-buku
terkait. Model ini membutuhkan iklim kelas terbuka di mana guru bertindak sebagai manajer
instruksional dan memantau.
· Prinsip-prinsip Reaksi
Tugas guru adalah mengasuh penelitian dengan menekankan proses penelitian dan memengaruhi siswa
untuk bercermin padanya. Guru perlu berhati-hati sehingga identifikasi fakta-fakta tidak menjadi isu
sentral dan sebaiknya mendorong tingkat ketelitian yang baik dalam penelitian. Guru sebaiknya
mengarahkan siswa menuju pembentukan hipotesis, interpretasi data, dan perkembangan kontsturk, yang
dipandang sebagai cara menginterpretasikan relita secara cepat (Joyce et al., 2015:151-152).
According to Vanaja (2003: 40-41), In this model the most important reactions of the teacher
takes place during the second and third phases. In the second phase, the task of the teacher is to help the
students to inquire but not to do the inquiry for them. Many a time students may ask questions that cannot
be answered with a ‘yes or ‘no’. in such situations, the teacher must ask the students to rephrase their
questions so that their attempt to collect data progresses smoothly. The teacher can if necessary keep the
ball of inquiry rolling by making new information available to the group and focus on a particular
problem even by raising questions.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 40-41), Dalam model ini reaksi yang paling penting dari guru terjadi selama fase
kedua dan ketiga. Pada tahap kedua, tugas guru adalah membantu siswa untuk bertanya tetapi tidak
melakukan penyelidikan untuk mereka. Banyak waktu siswa dapat mengajukan pertanyaan yang tidak
dapat dijawab dengan 'ya atau' tidak '. dalam situasi seperti itu, guru harus meminta siswa untuk
mengulang kembali pertanyaan mereka sehingga upaya mereka untuk mengumpulkan data berjalan
dengan lancar. Guru dapat jika perlu menjaga bola penyelidikan bergulir dengan membuat informasi baru
tersedia untuk kelompok dan fokus pada masalah tertentu bahkan dengan mengajukan pertanyaan.
· Sistem Pendukung
Instruktur yang terampil dan fleksibel dalam poses penelitian adalah suatu keharusan.Pelajaran
dapat disajikan dalam jarak jauh, tetapi akses yang mudah didapat untuk seorang instruktur adalah
penting struktur campuran dengan pengajaran yang kuat di sekolah adalah kemungkinan yang baik (Joyce
et al., 2015:151-152).
According to Vanaja (2003: 41), The main requirements of this model are a set of discrepant
events, teacher’s knowledge about the inquiry process and resource material related to problem.
Terjemahannya:
Menurut Vanaja (2003: 41), Persyaratan utama dari model ini adalah serangkaian kejadian yang
tidak sesuai, pengetahuan guru tentang proses penyelidikan dan materi sumber yang terkait dengan
masalah.
Menurut Sanjaya (2006: 206) dalam Setiasih (2016: 424), Beberapa kelebihan dari model pembelajaran
inkuiri, yaitu:
· Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
· Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Menurut Roestiyah (2012) dalam Setiasih (2016: 424), Model pembelajaran inkuiri memiliki beberapa
kelebihan yaitu:
· Dapat membantu siswa dalam menggunakan ingatan yang sudah ada untuk dikaitkan dengan
konsep yang akan dibahas
· Mendorong siswa untuk dapat berpikir dan memecahkan masalah atas masalah yang sedang
dihadapinya.
Menurut Mediawati ( 2014 :8), Model pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan yaitu:
e) Materi yang dipelajari akan mencapai tingkat kemampuan yang lebih lama membekas dalam
ingatan karena sisiwa dilibatkan dalam proses menemukannya.
Hal ini terbukti setelah melalui proses pembelajaran inkuiri terbimbing kemampuan pemecahan masalah
secara matematis siswa meningkat. Lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar menggunakan
pembelajaran Konvensioanal, Interaksi antar siswa sangat baik, pembelajaran seperti ini dapat
menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat.
2) Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih banyak
mengandalkan informasi dari guru
4) Sistem pendidikan di Indonesia yang dominan menyatakan kriteria keberhasilan belajar adalah
menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam pengimplementasiannya.
2.2 Kajian Kritis
Model pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang sangat efektif karena model
pembelajaran inquiry merupakan model pembelajaran yang penyajiannya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Dimana guru hanya berperan
sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator dan pengarah yang memimpin kegiatan siswa untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam pelaksanaannya model pembelajaran inquiry ini harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut
diantaranya: berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip
belajar untuk berpikir, dan prinsip keterbukaan. Sedangkan langkah-langkah dari model pembelajaran
inquiry ini yaitu yang pertama orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data , menguji hipotesis dan yang terakhir yaitu merumuskan kesimpulan. Model pembelajaran inquiry
terdiri atas beberapa unsur yaitu sintaks, sintaks ini terdiri dari beberapa fase: mulai dari bertemu dengan
masalah hingga analisis proses inquiry; system social, Sistem sosial di sini adalah kerja sama; prinsip
reaksi; dan system pendukung.
· Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
· Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
· Dianggap sebagai model yang sesuai dengan perkembangan psikologi modern.
2) Diperlukan usaha ekstra keras dari guru untuk mengubah kebiasaan belajar siswa yang lebih banyak
mengandal informasi dari guru
4) Sistem pendidikan di Indonesia yang dominana yang menyatakan kriteria keberhasilan belajar
adalah menguasa materi, maka strategi ini akan mengalami tantangan dalam pengimplementasiannya.
Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat
dilakukan melaui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna,
apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan
dan ketrampilan baru yang akan dimiliknya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang akan diajarkan
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melakukan kegiatan kelompok berdiskusi, tanya
jawab dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan
media yang sebenarnya
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap
siswa.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni cooperative task atau tugas kerja
sama dan cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama
berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan
sesuatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka
mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan
prestasi belajar siswa dampak penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang
lain.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila:
1. guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual
2. guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar
3. guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri
4. guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa
5. guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan.
Dalam model kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dan mengola informasi yang didapat dan dapat meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi, anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada
kelompok lain.
Jhonson, melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya
menunjukan bahwa hasil interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap
perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:
a. Meningkatkan hasil belajar
b. Meningkatkan daya ingat
c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi
d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu)
e. Meningkatkan hubungan antara manusia yang heterogen
f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah
g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru
h. Meningkatkan harga diri anak
i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif, dan
j. Meningkatkan ketrampilan hidup bergotong-royong
Pembelajaran model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota
setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang
dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas
permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan
disampaikan pada anggota kelompoknya.
Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Melakukan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik
permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
b. Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama
bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalah tersebut.
c. Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang
didapat dari diskusi para ahli.
d. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi
e. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.
h. Tehnologi pendukung e-learning
Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu, dikenal istilah
computer based learning(CBL), yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan computer
;dan computer assistedlearning(CAL), yaitu pambelajaran yang menggunakan alat bantu utama
computer.pada prinsipnya tehnologi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua,yaitu:technology
based learning dan Technologi based web-learning. technology based learning ini pada
prinsipnya terdiri atas audio information Technologies (radio,audio, tipe, voice mail telephone )
dan video information technologi(video tape, video text, video
messanging)sedangkan Technologi based web-learning pada dasarnya adalah Data
informasi Technologies (bulletin board, internet, e-mail, tele-collaboration.
Daftar Pustaka
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I. 2007. Belajar Untuk Mengajar (volume 2). Terjemahan Helly p. dan
Sri M. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hakim, Luqman. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction
Disertai Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012. (online), (http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2012/02/LUQMAN-HAKIM_K4308098.pdf), diakses 8 Januari 2015.
Purwoningsih, Tuti. Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Pembelajaran
Fisika SMA. (online), (http://gurupintar.ut.ac.id), diakses 9 Januari 2015.
Suherman. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan
Model Pemelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning). Skripsi tidak
diterbitkan. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah.
Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktek”.
Malang : Universitas Negeri Malang.