A. Kompetensi Inti
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah berdiskusi peserta didik diharapkan mampu:
1. Menerapkan hukum utama hidrostatis pada bendungan
2. Menerapkan hukum Pascal pada dongkrak hidrolik
3. Menerapkan hukum Archimedes pada kapal selam
4. Menyajikan hasil kajian literasi dan diskusi kelompok melalui mind map dengan cermat dan
kreatif.
D. Materi Pembelajaran
Fluida Statis :
Hukum utama hidrostatis
Tekanan Hidrostatis
Hukum Pascal
Hukum Archimedes
E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Problem Based Learning
Metode : Literasi, Tanya jawab, diskusi, dan mind map
F. Media Pembelajaran
Media :
LKPD (terlampir)
Lembar penilaian (terlampir)
LCD Proyektor
Alat/Bahan :
Penggaris, spidol, papan tulis
Laptop & infocus
Lembar A3
G. Sumber Belajar
Buku guru, buku siswa
Lembar kerja Siswa
Internet : http://www.ilmuguru.org
link youtube : MGMP FISIKA SAGUFINDO
Lingkungan setempat
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Alokasi
Rangkaian Kegiatan
Waktu
Pendahuluan - Peserta didik memberi salam dan berdo’a 10 menit
- Guru mengecek kehadiran peserta didik dan mengajak peserta didik lain
untuk mendo’akan rekannya yang tidak dapat hadir pada pembelajaran ini
- Guru memberikan motivasi belajar kepada peserta didik dengan
pertanyaan singkat mengenai kegiatan peserta didik sebelumnya
Kegiatan Inti Tahap 1 : Apersepsi: Guru menyampaikan materi prasyarat dan bertanya 60 menit
Orientasi jawab tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya.
pesertadidik • Sebutkan besaran-besaran yang terdapat pada Fluida Statis
pada Mengamati
masalah
(Mengamati Guru menampilkan video terkait materi fluida statis :
dan 1. https://www.youtube.com/watch?v=QW__FhY7QWE
Menanya)
2. https://www.youtube.com/watch?v=tew3souNdho&t=8
6s
Menanya
- Peserta didik bertanya tentang topik pembelajaran yang
belum diketahui.
- Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran
tentang materi yang akan diajarkan
- Peserta didik diberi bahan bacaan terkait
materi fluida statis
I. PENILAIAN
A. Tujuan Pembelajaran
1. Menerapkan hukum utama hidrostatis pada bendungan
2. Menerapkan hukum Pascal pada dongkrak hidrolik
3. Menerapkan hukum Archimedes pada kapal selam
4. Menyajikan hasil kajian literasi dan diskusi kelompok melalui mind map dengan
cermat dan kreatif.
B. Uraian Materi
1. Pengertian Fluida Statis
Fluida Statis adalah suatu keadaan dimana suatu fluida yang ada dalam
keadaan diam (tidak bergerak) pada keadaan setimbang.
a. Massa Jenis
Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan atau massa
jenisnya. Istilah lainnya adalah densitas. Kerapatan atau massa jenis
merupakan perbandingan massa terhadap volume zat. Secara matematis
ditulis:
𝑚
𝜌=
𝑣
Massa jenis atau kerapatan dari suatu fluida homogen dapat bergantung
pada faktor lingkungan, seperti temperatur (suhu) dan tekanan. Satuan
Sistem Internasional untuk massa jenis adalah kilogram per meter kubik
(kg/m3).
b. Berat Jenis
Berat jenis merupakan perbandingan kerapatan suatu zat terhadap
kerapatan air. Berat jenis suatu zat dapat diperoleh dengan membagi
kerapatannya dengan 103 kg/m3 (kerapatan air). Berat jenis tidak memiliki
dimensi. Apabila kerapatan suatu benda lebih kecil dari kerapatan air, maka
benda akan terapung. Berat jenis benda yang terapung lebih kecil dari 1.
Sebaliknya, jika kerapatan suatu benda lebih besar dari kerapatan air, maka
berat jenisnya lebih besar dari 1. Untuk kasus ini benda tersebut akan
tenggelam.
𝐹
dimana :
𝑝=
𝐴 p = tekanan pada suatu permukaan (N/m 2
` atau Pa)
F = gaya tekan (Newton, N)
A = luas bidang tekan (m2)
a. Tekanan Hidrostatis
Gaya gravitasi menyebabkan zat cair
dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah.
Makin tinggi zat cair dalam wadah, makin
berat zat cair itu, sehingga makin besar juga
tekanan zat cair pada dasar wadahnya.
Tekanan zat cair yang hanya disebabkan oleh
beratnya sendiri disebut tekanan
hidrostatis.
Tekanan pada fluida juga bergantung pada kerapatan atau massa jenis
fluida atau zat cair itu sendiri. Jadi, ketika Anda menyelam pada zat cair
yang kerapatannya lebih besar maka akan semakin besar tekanan hidrostatik
yang Anda rasakan.
Misalnya, kita anggap zat cair terdiri dari beberapa lapis. Lapisan
bawah ditekan oleh lapisan-lapisan di atasnya sehingga mengalami tekanan
yang lebih besar. Lapisan paling atas hanya ditekan oleh udara sehingga
tekanan pada permukaan zat cair sama dengan tekanan atmosfer.
Penurunan rumus tekanan hidrostatis
Bayangkan luas penampang persegi panjang
(luas yang diarsir), 𝑝 𝑥 𝑙, yang terletak pada
kedalaman ℎ di bawah permukaan zat cair (massa
jenis = 𝜌), seperti tampak pada gambar. Volume zat
cair di dalam balok = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 ℎ, sehingga massa zat
cair di dalam balok adalah
𝑚=𝜌𝑥𝑉
=𝜌𝑥𝑝𝑥𝑙𝑥ℎ
Berat zat cair di dalam balok,
𝐹 =𝑚𝑥𝑔
=𝜌𝑥𝑝𝑥𝑙𝑥ℎ𝑥𝑔
Tekanan zat cair di sembarang titik pada luas bidang yang diarsir adalah
𝐹 𝜌𝑥𝑝𝑥𝑙𝑥ℎ𝑥𝑔
𝑝ℎ = = =𝜌𝑥𝑔𝑥ℎ
𝐴 𝑝𝑥𝑙
Jadi, tekanan hidrostatis zat cair (𝑝ℎ ) dengan massa jenis 𝜌 pada kedalaman
ℎ dirumuskan dengan
dimana :
𝑝ℎ = 𝜌 𝑔 ℎ
ph = tekanan hidrostatis zat cair (N/m 2
atau Pa)
ρ = massa jenis atau kerapatan zat cair
(kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman zat cair diukur dari
permukaan zat cair (m)
3. Hukum Hidrostatis
Hukum hidrostatis menyatakan bahwa, “semua titik yang terletak pada
bidang datar yang sama di dalam zat cair yang sejenis memiliki tekanan
(mutlak) yang sama”.
a. Aplikasi Alat Ukur dalam Mengukur Tekanan Gas
1) Barometer Raksa
Barometer raksa digunakan untuk
mengukur tekanan atmosfer.
Barometer tersebut berupa tabung kaca
yang panjang, di mana dalam tabung
tersebut diisi air raksa. Tabung kaca
yang berisi air raksa tersebut kemudian
dibalik dan dimasukkan ke dalam
sebuah wadah yang juga telah diisi air raksa.
Ketika tabung kaca yang berisi air raksa dibalik maka pada bagian
ujung bawah tabung (pada gambar terletak di bagian atas) tidak terisi air
raksa. Isinya hanya uap air raksa yang tekanannya sangat kecil sehingga
diabaikan (p = 0). Pada permukaan air raksa yang berada di dalam
wadah terdapat tekanan atmosfer yang arahnya ke bawah (atmosfer
menekan air raksa yang berada di wadah). Tekanan atmosfer tersebut
menyanggah kolom air raksa yang berada dalam pipa kaca. Pada
gambar, tekanan atmosfer dilambangkan dengan 𝑝𝑜 .
Dengan menerapkan hukum utama hidrostatis untuk alat pengukur
tekanan berupa barometer, maka
𝑝𝐴 = 𝑝𝐵
𝑃𝑔𝑎𝑠 = 𝑃𝑜 + 𝜌 𝑔 ℎ
dengan 𝜌 adalah massa jenis raksa dan ℎ adalah tinggi kolom
raksa.
2) Manometer Tabung Terbuka
Pada manometer tabung terbuka, di
mana tabung berbentuk U, sebagian
tabung diisi dengan zat cair (air raksa
atau air). Tekanan yang terukur
dihubungkan dengan perbedaan dua
ketinggian zat cair yang dimasukan ke
dalam tabung.
Dengan menerapkan hukum hidrostatis untuk alat pengukur
tekanan berupa manometer, maka
𝑝𝐴 = 𝑝𝐵
𝑃𝑜 = 𝜌 𝑔 ℎ
dengan 𝜌 adalah massa jenis raksa dan ℎ adalah tinggi kolom
raksa.
4. Hukum Pascal
Tekanan zat cair pada dasar wadah tentu saja lebih besar dari tekanan zat
cair pada bagian di atasnya. Semakin ke bawah, semakin besar tekanan zat cair
tersebut, sebaliknya semakin mendekati permukaan atas wadah, semakin kecil
tekanan zat cair. Besarnya tekanan sebanding dengan 𝜌 𝑔 ℎ. Pada setiap titik
pada kedalaman yang sama, besarnya tekanan sama. Hal ini berlaku untuk
semua zat cair dalam wadah apapun dan tidak bergantung pada bentuk wadah
tersebut. Apabila kita tambahkan tekanan luar, pertambahan tekanan dalam zat
cair adalah sama di mana pun. Jadi apabila diberikan tekanan luar, setiap bagian
zat cair mendapat “jatah” tekanan yang sama, karenanya besar tekanan selalu
sama di setiap titik pada kedalaman yang sama.
Hukum Pascal menyatakan bahwa, “tekanan yang diberikan pada zat cair
dalam ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala arah”.
Sebuah terapan sederhana dari prinsip Pascal adalah dongkrak hidrolik,
seperti ditunjukkan dalam gambar. Dongkrak hidrolik terdiri dari bejana dengan
dua kaki (kaki 1 dan kaki 2) yang masing-masing diberi pengisap. Pengisap 1
memiliki luas penampang A1 (lebih kecil) dan pengisap 2 memiliki luas
penampang A2 (lebih besar). Bejana diisi dengan cairan.
𝐹1
𝑝𝐴1 = 𝐹1 atau 𝑝= (*)
𝐴1
Sesuai hukum Pascal bahwa tekanan pada zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan sama besar ke segala arah, maka pada pengisap 2 bekerja gaya ke
atas pA2. Gaya yang seimbang dengan ini adalah gaya F2 yang bekerja pada
pengisap 2 dengan arah ke bawah.
𝐹2
𝑝𝐴2 = 𝐹2 𝑝=
atau 𝐴2 (**)
𝐹2 𝐹1
=
𝐴2 𝐴1
𝐴2
𝐹2 = 𝑥𝐹 (1)
𝐴1 1
𝐴2 (𝜋𝐷2 2 )/4 𝐷2 2
= =( )
𝐴1 (𝜋𝐷1 2 )/4 𝐷1
𝐷2 2
𝐹2 = ( ) 𝑥 𝐹1 (2)
𝐷1
5. Hukum Archimedes
Jika suatu benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya ke atas
sehingga benda kehilangan sebagian beratnya (beratnya menjadi berat semu),
maka gaya ke atas ini disebut sebagai gaya apung, yaitu suatu gaya ke atas yang
dikerjakan oleh zat cair pada benda. Gaya apung terjadi karena adanya
perbedaan tekanan fluida pada kedalaman yang berbeda. Munculnya gaya
apung adalah konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat dengan
kedalaman. Dengan demikian berlaku
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟
= 𝜌𝑓 𝑔 𝐴 (ℎ2 − ℎ1 )
= 𝜌𝑓 𝑔 𝐴 ℎ (sebab 𝒉𝟐 − 𝒉𝟏 = 𝒉)
𝐹𝑎 = 𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓 𝑔
(5-1)
dengan :
𝜌𝑓 = massa jenis fluida (kg/m3 atau g/cm3)
𝑉𝑏𝑓 = volume benda yang tercelup dalam fluida (cm 3 atau m3)
𝜌𝑓 𝑉𝑏𝑓
𝜌𝑏 =
𝑉𝑏
𝜌𝑏 = ∑ 𝜌𝑓𝑖 𝑉𝑏𝑓𝑖
2) Kapal Laut
Massa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut, tetapi
mengapa kapal laut yang terbuat dari besi dapat mengapung di atas air?
Badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berongga. Ini
menyebabkan volume air laut yang dipindahkan oleh badan kapal menjadi
sangat besar. Gaya apung sebanding dengan volume air yang dipindahkan,
sehingga gaya apung menjadi sangat besar. Gaya apung ini mampu
mengatasi berat total kapal sehingga kapal laut mengapung di permukaan
laut. Jika dijelaskan berdasarkan konsep massa jenis, massa jenis rata-rata
besi berongga dan udara yang menempati rongga masih lebih kecil
daripada massa jenis air laut. Itulah sebabnya kapal mengapung.
3) Kapal Selam
Sebuah kapal selam memiliki tangki pemberat yang terletak di antara
lambung sebelah dalam dan lambung sebelah luar. Tangki ini dapat diisi
udara atau air. Tentu saja udara lebih ringan daripada air. Mengatur isi
tangki pemberat berarti mengatur berat total kapal. Ketika tangki ini diisi
penuh dengan air, maka berat keseluruhan kapal ini tidak dapat
diimbangi oleh gaya ke atas yang dialami oleh kapal selam, sehingga
kapal selam tenggelam. Tetapi ketika sebagian air dalam tangki
dikeluarkan, maka kapal selam akan mengalami gaya ke atas yang
lebih besar, sehingga kapal selam dapat melayang dalam air dan
ketika tangki dikosongkan, maka gaya ke atas yang dialami kapal
selam semakin besar, sehingga kapal selam dapat mengapung. Sesuai
dengan konsep gaya apung, berat total kapal selam akan menentukan
apakah kapal akan mengapung atau menyelam.
(gambar)
4) Balon Udara
Seperti halnya zat cair, udara (termasuk fluida) juga melakukan gaya
apung pada benda. Gaya apung yang dilakukan udara pada benda sama
dengan berat udara yang dipindahkan oleh benda. Rumus gaya apung yang
dilakukan udara tetap sama seperti rumus gaya apung yang dilakukan oleh
fluida, hanya di sini 𝜌𝑓 adalah massa jenis udara. Prinsip gaya apung yang
dikerjakan udara inilah yang dimanfaatkan pada balon udara.
Pada gambar ditunjukkan
sebuah balon udara yang diisi dengan
gas panas. Prinsip kerjanya adalah
sebagai berikut. Mula-mula balon
diisi dengan gas panas sehingga
balon menggelembung dan
volumenya bertambah.
Bertambahnya volume balon berarti
bertambah pula volume udara yang dipindahkan oleh balon. Ini berarti,
gaya apung bertambah besar. Suatu saat gaya apung sudah lebih berat
daripada berat total balon (berat balon dan muatan) sehingga balon mulai
bergerak naik.
Awak balon udara terus menambah gas panas sampai balon itu
mencapai ketinggian tertentu. Setelah ketinggian yang diinginkan tercapai,
awak balon mengurangi gas panas sampai tercapai gaya apung sama
dengan berat balon. Pada saat itu balon melayang di udara. Sewaktu awak
balon ingin menurunkan ketinggian, sebagian isi gas panas dikeluarkan dari
balon. Ini menyebabkan volume balon berkurang, yang berarti gaya pung
pun berkurang. Akibatnya, gaya apung lebih kecil daripada berat balon, dan
balon bergerak turun.
5) Galangan Kapal
Galangan kapal merupakan alat yang didesain untuk mengangkat
kapal-kapal laut ke daratan. Galangan kapal akan tenggelam di laut
karena air laut memasuki galangan kapal. Ketika kapal akan diangkat
dengan galangan tersebut, maka kapal laut ditempatkan pada penopang
dalam galangan kapal dan air laut dikeluarkan secara perlahan, sehingga
galangan kapal akan terangkat ke atas dan kapal pada penopang galangan
tersebut segera terangkat ke atas.
partikel di permukaan zat cair. Partikel A ditarik oleh partikel sejenis dengan
gaya sama besar ke segala arah sehingga resultannya sama dengan nol. Oleh
karena itu, di dalam zat cair tidak terjadi tegangan permukaan.
Sedangkan partikel-partikel B (yang terletak di permukaan zat cair)
ditarik oleh partikel-partikel yang ada di samping dan di bawahnya dengan
gaya yang sama, sehingga terdapat resultan gaya yang bekerja dan berarah ke
bawah dikarenakan tidak ada partikel di atas partikel B. Resultan ini
menyebabkan seolah-olah terdapat membran elastik tipis yang menghampar
di atas permukaan fluida. Oleh karena itu, sejumlah cairan akan cenderung
mengambil bentuk sesempit mungkin. Pertistiwa inilah yang dinamakan
dengan tegangan permukaan.
b. Formulasi Tegangan Permukaan
Misalkan, sebuah kawat memiliki panjang sebesar d terapung di atas
permukaan zat cair. Kemudian pada permukaan zat cair bekerja gaya sebesar
F yang tegak lurus dengan kawat, sehingga tegangan permukaan dapat
diformulasikan sebagai berikut:
𝐹 dimana:
𝛾=
𝑑 𝛾 = tegangan permukaan (N/m)
𝐹 = gaya tegangan permukaan (N)
𝑑 = panjang permukaan dimana gaya itu
bekerja (m)
Oleh karena itu, secara formulasi, tegangan permukaan dapat
didefinisikan sebagai per satuan panjang yang bekerja pada permukaan yang
tegak lurus dengan kawat.
dimana:
𝐹
𝛾= 1
2𝑙 𝑙 = 2𝑑
Air 0 75,6
Air 25 72,0
Air 80 62,6
Etil Alkohol 20 22,8
Aseton 20 23,7
Gliserin 20 63,4
Raksa 20 435
B
dinding B
Dinding
fluida
A fluida A
C C
R
R
(b) Meniskus cekung (a) Meniskus cembung
Pada gambar (a), zat cair B mengalami gaya tarik menarik sebesar BC
yang disebabkan oleh gaya tarik antar molekul zat cair disekitarnya atau gaya
kohesi. Gaya kohesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang sejenis. Selain
gaya kohesi, ada gaya lain yang bekerja pada sistem yaitu gaya adhesi. Gaya
adhesi adalah gaya tarik menarik antar molekul yang berbeda, dalam kasus ini
adalah zat cair dengan dinding. Gaya adhesi direpresentasikan dengan gaya BA
yang dihasilkan oleh molekul-molekul zat padat. Gaya BA (adhesi) lebih besar
dibandingkan dengan gaya BC (kohesi), oleh karena itu, resultan kedua gaya
tersebut mengarah ke kiri sebesar BR .Akibatnya, permukaan di B tegak lurus
terhadap arah gaya BR, sehingga terjadi gejala meniskus cembung.
Pada gambar (b), gaya kohesi (BC) yang terjadi lebih besar dibandingkan
dengan gaya adhesi (BA), sehingga resultan (BR) mengarah ke kanan, sehingga
permukaan zat cair B akan tertarik kea rah tegak lurus terhadap arah gaya BR
sehingga terjadi gejala meniscus cekung.
Untuk menentukan kecembungan dan kecekungan pada gejala meniscus,
didefinisikanlah sudut kontak θ, yaitu sudut permukaan zat padat dengan gradient
bidang permukaan zat cair. Besarnya sudut kontak θ tergantung besarnya gaya
adhesi pada molekul dinding dengan zat cair, dan gaya kohesi antar molekul zat
cair.
8. Gejala Kapilaritas
Zat cair yang membasahi dinding (misalnya air) akan naik dalam pipa
kapiler (tabung dengan diameter relatif kecil). Gejala ini disebut dengan gejala
kapilaritas, yang disebabkan oleh gaya kohesi dari tegangan permukaan dengan
gaya adhesi antara zat cair dengan tabung kaca. Gejala kapilaritas dapat berupa
gejala kapilaritas naik dan gejala kapilaritas turun. Gejala kapilaritas naik terjadi
apabila sudut kontak permukaan zat cair dengan dinding wadah kurang dari 90°,
dan sebaliknya jika sudut kontak lebih dari 90° akan menyebabkan gejala
kapilaritas turun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gejala kapilaritas
naik terjadi ketika meniscus cekung, dan gejala kapilaritas turun terjadi karena
meniskus cembung.
a. Perumusan Gejala Kapilaritas
Sesuai dengan hukum III Newton, pipa akan mengerjakan gaya yang
sama besar terhadap zat cai, namun berlawanan arah, sehingga menyebabkan
zat cair naik. Zat cair akan berhenti ketika berat kolom zat cair yang naik
sama dengan gaya ke atas yang dikerjakan pipa pada zat cair.
Jika diketahui:
Massa jenis zat cair =ρ
Tegangan permukaan = γ
Sudut kontak =θ
Kenaikan zat cair =h
Maka,
2𝛾𝑐𝑜𝑠𝜃
ℎ=
𝑟𝜌𝑔
9. Viskositas Fluida
Viskositas merupakan ukuran kekentalan pada fluida. Pada fluida ideal,
(fluida idak kental) viskositasnya dianggap bernilai nol atau tidak ada viskositas.
Semakin besar nilai viskositas suatu fluida, semakin susah pula fluida itu
mengalir. Sebaliknya semakin kecil nilai viskositas suatu fluida, semakin
gampang fluida itu mengalir.
Viskositas pada zat cair terjadi karena gaya kohesi yang terjadi pada
molekul-molekul zat cair. sedangkan pada gas, viskositas terjadi karena
tumbukan antar molekul gas.
a. Hukum Stokes untuk Fluida Kental
Viskositas dalam fluida kental sama dengan gesekan pada gerak benda
padat. Untuk fluida ideal η = 0, sehingga setiap benda yang bergerak pada
fluida ideal dianggap tidak mengalami gesekan yang disebabkan oleh fluida.
Akan tetapi, bila benda tersebut begerak dalam fluida kental dengan kelajuan
tertentu, gerak benda tersebut akan dihambat oleh gaya gesekan fluida pada
benda tersebut. Besar gaya gesekan fluida diformulasikan oleh:
𝐹𝑓 = 𝑘ɳ𝑣 (1)
Koefisien k bergantung pada bentuk geometris benda. Untuk benda yang
memiliki bentuk geometris berupa bola dengan jari-jari r, maka
𝑘 = 6𝜋𝑟 (2)
𝐹𝑓 = 6𝜋ɳ𝑟𝑣
b. Kecepatan Terminal
Benda yang dijatuhkan bebas pada fluida kental, contohnya kelereng
yang dijatuhkan ke dalam oli, akan mengalami Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB) dipercepat dengan percepatan sama dengan percepatan
gravitasi g. Oleh karena itu, jarak antara dua posisi kelereng dalam waktu
yang sama makin besar, namun pada saat tertentu jarak antara dan posisi
kelereng dalam selang waktu yang sama adalah sama besar. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa suatu benda yang dijatuhkan dalam fluida kental,
kecepatannya akan membesar sampai saat dimana kecepatan benda tersebut
tetap. Kecepatan terbesar dan konstan inilah yang dimaksud dengan
kecepatan terminal.
Selama benda jatuh ke dalam fluida kental, pada benda tersebut bekerja
3 gaya, yaitu gaya berat, w = mg, gaya ke atas oleh fluida, Fa, dan gaya
gesekan yang dikerjakan fluida Ff, seperti pada gambar di bawah ini
(sumber: rpprasetio.wordpress.com)
+𝑚𝑔 − 𝐹𝑎 − 𝐹𝑓 = 0
𝐹𝑓 = 𝑚𝑔 − 𝐹𝑎 (*)
Diketahui : massa jenis benda = ρb
Volume benda = Vb
Maka,
Gaya ke atas : 𝐹𝑎 = 𝑉𝑏 𝜌𝑓 𝑔
Berat benda mg : 𝑚𝑔 = (𝜌𝑏 𝑉𝑏 )𝑔
Gaya gesekan : 𝐹𝑓 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣𝑡
6𝜋𝜂𝑟𝑣𝑡 = 𝜌𝑏 𝑉𝑏 𝑔 − 𝜌𝑓 𝑉𝑏 𝑔
Untuk benda berbentuk berbentuk bola dengan jari-jari r, maka volume benda
4
Vb = 3 𝜋𝑟 3, sehingga
4
𝑔(3 𝜋𝑟 3 )(𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
𝑣𝑇 =
6𝜋𝜂𝑟
2 𝑟2𝑔
𝑣𝑇 = (𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 )
9 𝜂
1. Diketahui:
h =5m
A = 50 m2
Po = 105 Pa
g = 10 m/s2
ρ = 1000 kg/m2
Ditanya, Ptotal…?
Jawab
Ptotal = Pudara +Ph
= 105 + 1000.10.5
= 10.104 + 5.104
= 15.104
= 1,5.105 Pa
2. Diketahui :
hair = 2 cm
ρair = 1 gr/cm3
ρm = 0,8 gr/cm3
Ditanyakan, hminyak=..?
Jawab
Sesuai Hk hidrostatis bahwa di setiap titik pada garis datar dalam fluida memiliki
tekanan hidrostatis sama besar , maka
P A = PB
ρair. g.hair = ρminyak . g.hminyak 2 cm
1 . 2 = . 0,8 h minyak A B minyak
2 = h minyak . 0,8
air hminyak = 2,5 cm
3. Diketahui
D1 : D2 = 1 : 10
F1 = 20 N
F2 = ..?
Jawab
4. Diket:
ρminyak = 0,8 g/cm3
Ditanya
ρb = … ?
FA minyak + FA air = W benda
ρminyak, ,g, Vbm + ρair, ,g, Vba = ρb, ,g, Vb
0,8 . 10. 0,3Vb + 1. 10 . 0,5 Vb = ρb,. 10. Vb
0,24 + 5 = ρb,.
ρb,. = 0,74 g/cm3
D. REFERENSI
Kanginan, Marthen. 2010. PHYSICS for SENIOR HIGH SCHOOL (Grade XI 2nd
Semester). Jakarta: Erlangga.
Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakarta:
Erlangga.
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 1)
Nama Kelompok/Individu :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
D. Langkah-Langkah Kegiatan :
1. Pelajari bahan bacaan pada berbagai literasi, buku, dll
2. Identifikasi konsep-konsep penting tentang Tekanan Hidrostatis dan Hukum pascal dengan
menjawab pertanyaan berikut ini.
a. Mengapa bentuk bendungan semakin kebawah semakin mengecil?
Nama Kelompok/Individu :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
D. Langkah-Langkah Kegiatan :
1. Pelajari bahan bacaan pada berbagai literasi, buku, dll
2. Identifikasi konsep-konsep penting tentang Hukum archimedes dengan menjawab
pertanyaan berikut ini.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN :
1. Menerapkan hukum utama hidrostatis pada bendungan
2. Menerapkan hukum Pascal dan penerapan hukum Pascal pada dongkrak hidrolik
3. Menerapkan hukum Archimedes pada kapal selam
4. Menyajikan hasil kajian literasi dan diskusi kelompok melalui mind map dengan cermat
dan kreatif.
a. 1,63 cm
b. 3,00 cm
c. 3,75 cm
d. 4,22 cm
e. 7,50 cm 2
2 Kejujuran
Selalu bertanya kepada teman sewaktu 1
mengerjakan tes. 2
Sering bertanya kepada kawan sewaktu 3
mengerjakan tes. 4
Kadang-kadang bertanya kepada kawan sewaktu
mengerjakan tes.
Tidak pernah bertanya kepada teman sewaktu
mengerjakan tes.
3 Tanggung Jawab
Tidak aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak 1
pernah selesai. 2
Kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak 3
selesai. 4
Aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tidak
tepat waktu.
Aktif melaksanakan tugas dari guru dengan baik dan
selesai tepat waktu.
4 Mengungkapkan ide untuk menyelesai masalah
Siswa sama sekali tidak mengungkapkan ide Siswa 1
mengungkapkan ide 1 kali 2
Siswa mengengkapkan ide 2 kali atau lebih Siswa 3
mengungkapkan ide 4 kali atau lebih. 4
5 Bekerjasama dalam kelompok
Siswa tidak bekerjasama dalam diskusi. 1
Siswa bekerjasama dalam diskusi dengan pasif dari awal 2
sampai akhir. 3
Siswa bekerjasamadalam diskusi dengan aktif setelah 4
mendapat peringatan dari guru.
Siswa bekerjasama dalam diskusi dari awal sampai akhir.