Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM GELOMBANG MIKRO DAN RADAR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Penginderaan Jarak Jauh

Dosen Pengampu :

Husni Cahyadi Kurniawan,M.Si

Disusun Oleh :

1. Farikhatul Laili
(12211193008)
2. Shella Nur Laily
(12211193029)
3. Agung Hidayat
(12211193072)
4. Fitriani (

JURUSAN TADRIS FISIKA 5A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

OKTOBER 2021

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena telah memberikan
kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah “Penginderaan Jarak Jauh” dalam bentuk makalah, Sholawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.

Alhamdulilah dengan selesainya makalah ini yang tujuan disusunnya adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penginderaan Jarak Jauh, oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor IAIN Tulungagung Bpk. Maftukin, M.Ag.


2. Dr.Hj. Binti Maunah,M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN SATU Tulungagung.
3. Dr. Maryono,M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Fisika UIN SATU
Tulungagung.
4. Husni Cahyadi Kurniawan,M.Si, selaku Dosen Pengampu mata kuliah.
5. Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul “Sistem Gelombang Mikro dan
Radar ” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan lagi bagi kami
maupun pembaca Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, 8 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................1
A.Latar Belakang....................................................................1
B.Rumusan Masalah...............................................................3
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................5
A.Sistem Gelombang Mikro dan Radar..................................5
B.Penginderaan Jauh Sistem Satelit.....................................12
BAB III : PENUTUP........................................................................74
A.Kesimpulan.......................................................................74
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................76
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada mulanya, penginderaan jauh yang dikembangkan oleh para ahli adalah
penginderaan jauh fotografik yang menggunakan spektrum tampak. Sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, tenaga elektromagnetik yang dapat digunakan
untuk penginderaan jauh meluas ke spektrum yang tidak tampak oleh mata, yaitu
spektrum inframerah. Sistem penginderaan jauh menggunakan tenaga gelombang
mikro ini baru dikembangkan sejak tahun 1950-an.
Penginderaan jauh dengan tenaga gelombang mikro merupakan sistem
penginderaan jauh yang bisa beroperasi pada siang maupun malam hari pada segala
cuaca. Ini berbeda dengan foto udara maupun citra inframerah termal yang keduanya
tidak bisa dibuat pada daerah yang banyak tertutup oleh awan. Walaupun begitu,
sistem penginderaan jauh ini memiliki kelemahan yaitu resolusi spasial yang rendah.
Karena kepekaan mata manusia sebesar spektrum tampak, maka penginderaan
jauh yang mula-mula dikembangkan orang adalah penginderaan jauh fotografik yang
menggunakan spektrum tampak. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
tenaga elektromagnetik yang dapat digunakan untuk penginderaan jauh meluas ke
spektrum yang tidak tampak oleh mata, yaitu spektrum inframerah dekat hingga
panjang 1,2 µm, spektrum infrah termal hingga panjang gelombang 14 µm, dan
spketrum gelombang mikro yaitu panjang gelombang 1.000 µm atau 1 mm hingga
100 cm. Dari spektrum gelombang mikro, yang lazim digunakan di dalam
penginderaan jauh ialah dari panjang gelombang 1 mm hingga 30 cm (Lillesand and
Kiefer  1979). Bila diambil panjang gelombang rata-rata jendela atmosfer pada tiap
spektrum maka panjang gelombang yang digunakan di dalam penginderaan jauh
sistem gelombang mikro berlipat 150.000 kali terhadap panjang gelombang spektrum
inframerah termal, dan berlifat 2.700.000 kali terhadap panjang gelombang spketrum
tampak. Meskipun disebut gelombang mikro tetapi ia merupakan panjang gelombang
terbesar yang dugunakan di dalam penginderaan jauh hingga saat ini.
Berbeda dengan foto udara hitam putih yang telah dikembangkan sekitar satu
setengah abad dan foto udara berwarna yang telah dikembangkan sekitar setengah
abad, citra gelombang mikro baru dikembangkan untuk penginderaan jauh sejak
dasawarsa 1950-an. Sistem penginderaan jauh yang menggunakan tenaga gelombang
mikro merupakan sistem baru disamping sistem penginderaan jauh yang
menggunakan tenaga termal. Meskipun demikian penelitian dan pengembangan radar
telah dimulai sekitar satu abad yang lalu. Eksperimen Heinrich Hertz yang dilakukan
pada tahun 1886 membuahkan suatu hasil bahwa berbagai obyek  metalik dan non
metalik memantulkan tenaga elektromagnetik pada frekuensi 200 MHz yang sangat
dekat dengan gelombang mikro. Eksperimen pertama penggunaan radar untuk
mendeteksi kapal dilakukan oleh Hulsmeyer pada tahun 1903. Taylor dan kawan-
kawan dari Laboratorium Penelitian Angkatan Laut Amerika Serikat (Naval Research
Laboratory, NLR) merupakan pioner dalam pengembangan radar untuk mendeteksi
kapal dan pesawat terbang. Eksperimen pertamanya dilakukan pada tahun 1922.
Pengembangan pertama radar yang berhasil (oleh NRC) terjadi pada tahun 1936. Pada
saat yang bersamaan juga dilakukan pengembangan sistem radar oleh Sir Robert
Watson-Watt di Inggris. Pada perang dunia kedua, semua negera berperang telah
mengembangkan sistem radar untuk mendeteksi kapal dan pesawat terbang. Sensor
radar diarahkan keatas yaitu kearah pesawat terbang atau mendatar kearah kapal.
Panjang gelombang yang digunakan tidak diukur dengan sentimeter, melainkan
dengan meter atau desimeter. Baru pada tahun 1948 dicobakan sensor radar dari
pesawat terbang untuk mendeteksi pesawat terbang lain maupun kapal dilaut. 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem gelombang mikro?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem gelombang radar?
3. Apakah yang dimaksud dengan sistem satelit sumber daya bumi?
4. Apakah yang dimaksud dengan sistem satelit cuaca?
5. Apakah yang dimaksud dengan sistem satelit militer?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM GELOMBANG MIKRO DAN RADAR

1. SISTEM PASIF

Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan spektrum gelombang mikro,


karena itu proses dan spektrum sistem tersebut, maka penginderaan jauh ini
disebut gelombang mikro. Hasil perekamannya dapat berupa data numeric
maupun data visual.
a. Dasar Penginderaan Jauh Sistem Gelombang Mikro
Penginderaan jauh sistem gelombang mikro, baik asasnya maupun
sensornya sama dengan penginderaan jauh sistem termal. Sensornya juga
berupa radiometer. Beda utamanya yakni pada panjang gelombang yang
digunakan. Tenaga yang direkam sensor gelombang mikro bukan hanya
tenaga pancaran yang datang dari objek, melainkan juga dari:
 Pancaran gas di atmosfer
 Pancaran gelombang oleh awan
 Pancaran dari permukaan bawah
 Pancaran tenaga dari permukaan yang dipengaruhi oleh sinar matahari
 Sinar dari angkasa luar
 Pancaran oleh atmosfer

Karena lemahnya tenaga pancaran gelombang mikro alamiah dan


karena rumitnya tenaga yang direkam oleh sensor tersebut maka kualitas citra
gelombang mikro lebih rendah dan kualitas foto citra inframerah termal dan
citra radar, dan intrepretasinya jauh lebih sulit, oleh karena itu citra gelombang
mikro belum banyak digunakan.
b. Sensor dan Cara Kerja Penginderaan jauh Gelombang Mikro
Sensor penginderaan jauh yang menggunakan tenaga pada gelombang
mikro terdiri dari dua jenis, yakni radiometer dan penyiam (1) Radiometer
ialah pengukuran radiasi elektromagnetik. Radiometer gelombang mikro
dibuat sangat peka dan mampu mengukur radiasi gelombang tenaga mikro
yang sangat lemah. Sebagai contoh, panjang gelombang pada 20-30 cm,
tenaga gelombang mikro yang diterima oleh radiometer bagi tanah gundul
sangat dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Sifat ini dapat digunakan sebagai
dasar bagi pemetaan kelembaban tanah untuk daerah luas yang jauh letaknya,
dan (2) penyiam Gelombang Mikro, komponen penyiaman gelombang mikro,
sama dengan radiometer gelombang mikro, perbedaan pokoknya ada satu
yakni antenanya tidak dipasang tetap, melainkan bergerak untuk menyiam.
Arah penyiam tegak lurus terhadap jalur terbang. Penyiapanya dilakukan
secara mekanik maupun elektronik. di dalam penyiam secara mekanik arah
sorot antena diubah oleh rotasi mekanik.
Sistem kerja gelombang mikro didasarkan pada pantulan tenaga dari
objek. Hampir sama dengan sistem penginderaan jauh lain, banwa sistem
gelombang mikro dalam perekaman objeknya diperlukan beberapa komponen
seperti ; tenaga, objek, sensor (alat perekam), detektor dengan wahana. Tenaga
yang digunakan adalah gelombang mikro dengan julat λ 1 mm – 100 cm.
Kurva
c. Penggunaan Citra Gelombang
Penggunaan citra gelombang mikro antara lain untuk:
 Oseanografi
 Meteorologi
 Hidrologi
 Geologi
 Pemetaan penutup lahan dan penggunaan lahan
 Kelembaban tanah
 Pertanian

Walaupun tidak sebaik citra lainnya, citra gelombang mikro dapat


digunakan untuk pemetaan lahan dan penggunaan lahan.

d. Karakteristik, Keunggulan dan Keterbatasan Penginderaan Jauh


Dua keunggulan citra gelombang mikro, yakni (1) dapat beroperasi
pada siang maupun malam hari dan (2) dapat menembus awan bahkan hujan.
Hal ini penting bagi daerah di Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya di samping
itu juga, penting bagi daerah lintang tinggi pada musim dingin di mana malam
jauh lebih panjang dari siang hari.
Berbeda dengan interprestasi pada citra penginderaan jauh lainya,
interprestsi pada citra penginderaan jauh lainnya, interprestasi citra gelombang
mikro belum dikembangkan dengan baik meskipun demikian, beberapa objek
dikenali dengan baik pada citra gelombang mikro. Cara interprestasinya
terutama mendasarkan atas suhu kinetik objek dan nilai pancaranya yang
membuahkan rona pada citra gelombang tersebut. Untuk menaksir suhu
kinetik objek, ketelitianya lebih rendah bila dibandingkan dengan
ketelitiannya lebih rendah bila dibandingkan dengan ketelitian berdasarkan
citra inframerah termal.1

2. SISTEM AKTIF

Penginderaan jauh sistem radar merupakan penginderaan jauh sistem aktif,


tenaga elektromagnetik yang digunakan terdapat pada sensor. Tenaga ini berupa
pulsa bertenaga tinggi yang dipancarkan dalam waktu sangat pendek yakni sekitar
10-6 detik. Pancarannya ditujukan kearah tertentu. Bila pulsa radar mengenal
objek, pulsa itu bisa dipantulkan kembali sensor radar. Sensor ini mengukur dan
mencatat waktu dari saat pemncaran hingga kembali kesukur dan sensor,
disamping mengukur dan mencatat intensitas tenaga balik pulsa itu.
Berdasarkan waktu perjalanan pulsa radar dapat di perhitungkan jarak
objek, sedang berdasarkan intensitas tenaga baliknya dapat ditaksir jenis
objeknya. Intensitas atau kekuatan pulsa radar yang diterima kembali oleh sensor
menentukan karakteristik spektral obyek pada citra radar.Rona pada citra radar
tergantung pada intensitas tenaga yang dipantulkan oleh objek. Intensitas atau
tenaga pantulan ini pada dasarnya di pengaruhi oleh dua sifat utama. Yakni sifat
objek yang diindera dan sifat sistem radarnya. Masing –masing sifat ini
dipengaruhi oleh empat faktor, yakni (1) lereng (dalam skala makro), (2)
kekasaran pemukaran (dalam skala mikro) (3) complex dielectrikc constante ini
merupakan ukuran kemampuan sebuah benda untuk memantulkan atau
meneruskan tenaga radar dan (4) arah objek. Di samping itu juga dipengaruhi oleh
empat sifat sistem radar, yakni (1) panjang gelombang yang digunakan untuk
penginderaan (2) sudut depresi antena (3) polarisasi dan arah pengamatan Bagi
permukaan objek yang halus terjadi pantulan sesuai dengan hukum Snell, yakni
bahwa tenaga elektromagnetik dipantulkan dengan sudut datang sama besar
dengan sudut pantul, tetapi dengan arah yang berlawanan. Proses ini di sebut
pantulan cermin.
Pada benda yang permukaannya kasar, pantulan yang terjadi adalah
pantulan baur, yakni pantulan yang arahnya serba beda atau acak. Permukaan
objeknya disebut pemantulan baur atau permukaan lambert. Karena sebagian arah
1
Daud Yusuf, M.Si dan Ahmad Syamsu Rijal S, M.Pd, Pengindraan Jauh, (Gorontalo: Pustaka Utama 2011),
hlm. 87-89.
pantulanya beraneka, maka sebagian daripadanya mengarah ke sensor. Pemantul
baur tergambar dengan rona cerah pada citra radar.2

B. PENGINDERAAN JAUH SISTEM SATELIT


1. SATELIT SUMBER DAYA BUMI
Satelit ini dikembangkan untuk kepentingan perlombaan antariksa, juga
didasarkan untuk kepentingan eksperimen. Tujuan dari kepentingan tersebut,
maka satelit dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu ; (1) satelit berawak dan (2)
satelit tak berawak.
Sebelum peluncuran satelit berawak dilakukan percobaan-percobaan dan
berhasil meluncurkan roket yang dilengkapi dengan kamera pada tahun 1912.
Sedangkan satelit berawak pertama yang berhasil diluncurkan pada tanggal 4
Oktober 1957, yaitu satelit Sputnik I milik Rusia dengan ketinggian orbit sekitar
900 km diatas permukaan bumi. Peluncuran satelit rusia diikuti dengan
peluncuran satelit milik Amerika Serikat yaitu Explorer I pada bulan Januari 1958.
Dari satelit yang diluncurkan dan dapat melakukan pemotretan dari
antariksa dilakukan oleh satelit TIROS (Teletion and Infrared Observation
Satellite) pada tahun 1960, pemotretan selanjutnya dilakukan oleh satelit
selanjutnya.
Selain satelit berawak juga diluncurkan satelit tak berawak dengan tujuan
untuk eksperimen, para ilmuan dalam mengamati objek yang tidak dapat diamati
dari permukaan bumi. Atas dasar tenaga yang digunakan dalam perekaman objek
dibedakan atas 4 kelompok, yaitu
 Satelit sumber daya bumi generasi pertama
Satelit yang termasuk satelit sumber daya bumi pertama diantaranya
adalah Landsat I, II dan III yang merupakan hasil modifikasi dari satelit
Nimbus. Satelit Landsat berukuran 1,5 x 3 meter, dengan berat 959 kg (Paine,
1981) dan mengorbit bumi pada ketinggian 917 km dari permukaan bumi.
Arah orbit (perputaran mengelilingi bumi) dari utara keselatan. Orbit satelit
Landsat tidak tepat melewati kutub tapi membentuk sudut 9 dari kutub utara
kearah timur dan 90 dari kutub selatan ke arah barat. Orbit yang diukur dari
equator pada 90 dari garis equator sebelah timur.
2
Daud Yusuf dan Ahmad Syamsu Rijal. Buku ajar program studi pendidikan geografi. Gorontalo,2001(hal. 90-
92).
Kedudukan relatif satelit generasi pertama dan orbitnya (Tatanik 1985 dan
Sutanto, 1986)
Sensor yang digunakan adalah Returm Beam Vidicon (RBV) yaitu
sistem kamera yang menyimpan pola sinar pada foto konduktor dan sensor
multi spektral yaitu penyiam yang menggunakan beberapa spektral. Kamera
RBV mempunyai resolusi 80m dan meningkat lagi menjadi 30m dengan sekali
perekaman meliputi daerah seluas 98 km x 98 km.
Sutanto (1986), menyakatan bahwa sensor penyiam multi spectral
menggunakan 4 saluran, yaitu ;
 Saluran 4 : 0,5 μm – 0,6 μm (hijau)
 Saluran 5 : 0,6 μm – 0,7 μm (merah)
 Saluran 6 : 0,7 μm – 0,8 μm (imframerah)
 Saluran 7 : 0,8 μm – 1,1 μm (imframerah)
Sensor ini mempunyai resolusi medan 79m x 79m, dapat mengubah
nilai pantulan pada tiap pixel, kecepatan perubahannya tidak sama dengan
kecepatan penyiamannya. Sebagai akibatnya pixel yang terbentuk bukan
berbentuk bujur sangkar tetapi berbentuk persegi panjang dengan sisi 56m x
79m (Curran, 1985). Objek yang diliputi dengan batas objek yang direkam
membentuk sudut 11,5o, sedangkan satu kali perekaman meliputi daerah
seluas 185km x 185km. Ukuran pixel pada Landsat ditunjukan pada gambar
Ukuran pixel pada Landsat multi spektral scanner (Curran,1985) Short, 1982;
Sutanto, 1986)

 Satelit sumber daya bumi generasi kedua


Satelit generasi ini merupakan kelanjutan dari satelit generasi pertama,
hanya waktu peluncuran yang berbeda. Satelit generasi ke dua adalah Landsat
IV dan V. Satelit ini merupakan satelit semi operasional, karena bukan
eksperimen, perbedaan dengan satelit sebelumnya terletak pada resolusi
spasial 30 meter, sedangkan sensor diganti dari RBV menjadi sensor Tematik
Mapper (TM), sehingga ketelitian radiometric bertambah tinggi.
Perbaikan pada resolusi spektral melalui perubahan radiometric dengan
cara memperbesar penilaian nilai spektral dari 0 – 63 menjadi 0 –255 (Lined
Gren, 1985). Satelit ini dilengkapi dengan sensor MSS dan produknya berupa
data visual (citra) dan data digit (numerik) yang disimpan pada CCT.
 Satelit dengan menggunakan Spektrum Imframerah Termal
Pada satelit ini bukan satelitnya yang mengalami perubahan atau
perbaikan, tetapi pada satelit-satelit tertentu yang dilengkapi dengan spektrum
inframerah termal. Satelit yang menggunakan spectrum imframerah termal
yaitu pada satelit III, IV dan V. Yang artinya bahwa satelit ini dipasang sensor
imframerah termal. Pada satelit Landsat hanya menggunakan satu saluran
dengan panjang gelombang 10,40 μm – 12,50 μm dengan resolusi 120 meter.
Satelit yang termasuk periode ini adalah satelit Heat Capacity Mapping
Mission (HCMM). Satelit ini satelit NASA yang diluncurkan pada tanggal 26
April 1978 dengan ketinggian orbit 620km diatas permukaan bumi. Satelit ini
menggunakan spektrum tampak dan saluran imframerah dekat (0,55 μm – 1,1
μm). Satelit ini tidak dilengkapi dengan detektor (pita magnetik) tetapi pada
perekaman datanya langsung dikirim ke stasiun penerima data bila jarak
jangkau pencatatan data memungkinkan. Menurut Curran (1985) dan Sutanto
(1986), mengemukakan bahwa satelit ini digunakan untuk dikonversikan
menjadi peta ketahanan termal untuk pemetaan vegetasi, gangguan pada
vegetasi, mikro klimatologi, kelembaban tanah, prakiraan pencairan salju,
pemetaan pulau panas pada daerah perkotaan dan pantauan pencemaran termal
pada daerah industri.
 Satelit yang menggunakan Spektrum Gelombang Mikro
Satelit yang menggunakan spektrum gelombang mikro adalah satelit
kelautan (Seasat) dan satelit sumber daya bumi (ERS) yang dilengkapi dengan
radar SAR.
Seasat dirancang untuk mengamati sumber daya laut dan Seasat
merupakan satelit ekperimen. Seasat diluncurkan pada tanggal 26 Juni 1978,
dengan ketinggian orbit 800km diatas permukaan bumi. Satelit sumber daya
bumi ERS I diluncurkan pada 1988, dan merupakan milik European Space
Agency (ESA), dengan ketinggian orbit 700km diatas permukaan bumi. Pada
satelit ini digunakan 2 sensor, yaitu ; (1) sensor yang digunakan untuk
memantau daratan dan (2) sensor yang digunakan untuk memantau lautan.
Satelit khusus yang menggunakan gelombang mikro adalah satelit yang
diluncurkan Kanada pada tahun 1989. Sensor yang dipasang adalah sensor
SAR dengan saluran C dengan resolusi spasial 25m. Tujuan peluncuran satelit
Radar (Radar SAT) adalah untuk pemetaan es, khususnya daerah yang dekat
pengeboran minyak lepas pantai Kanada Utara. Curran (1985),
mengemukakan bahwa ketersediaan data penginderaan jauh sangat penting
bagi penggunaannya, karena sistem Radar SAT diatur, sehingga datanya dapat
tersedia tiga jam setelah perekaman.
2. SATELIT CUACA
Satelit cuaca merupakan salah satu peralatan observasi yang paling inovatif
dan serbaguna serta dirancang untuk dapat beroperasi di ruang angkasa dalam
waktu yang cukup lama, bahkan dapat bertahan selama bertahun-tahun. Dimana
hasil pengamatan cuaca tersebut masih membutuhkan kemampuan interpretasi
dari seorang prakirawan (Forecaster) guna memperoleh informasi yang lebih
tepat dan akurat. Dengan kata lain satelit cuaca memudahkan prakirawan
(forecaster) untuk memprediksikan daerah-daerah mana yang terdapat awan,
front, hujan, dan fenomena lain yang sangat berguna bagi kepentingan umum
terutama dalam memberikan informasi cuaca yang tepat dan akurat bagi
masyarakat luas.
Satelit cuaca adalah sejenis satelit buatan yang digunakan untuk mengawasi
cuaca dan iklim bumi. Satelit meteorology biasanya mengamati awan dan sistem
awan. Sedangkan cahaya perkotaan, kebakaran, polusi, cahaya aurora, badai pasir
dan debu, tumpukan salju, pemetaan es, gelombang samudra, pembuangan energi,
juga merupakan informasi yang dikumpulkan oleh satelit cuaca. Dalam literature
yang lain disebutkan bahwa satelit meteorologi berfungsi pengindra jarak jauh
(VIS & IR) untuk membantu pengamat cuaca memantau kondisi atmosfer seperti
awan, badai, suhu dalam skala yang luas.
Tipe Satelit
Ada dua jenis tipe dasar satelit meteorologi: orbit geostationary dan orbit polar.
a. Geostationary Satellite
Satelit ini mengorbit di khatulistiwa pada tingkat kecepatan putar yang
sama dengan rotasi bumi. pada ketinggian 36000 km diatas titik tetap di
permukaan bumi. Karena posisinya yang tetap, satelit ini mampu memonitor
suatu region secara terus-menerus. Contohnya adalah GOES 9 (Geostationary
Operational Environmental Satellite) yang merupakan satelit GOES terbaru
dan diluncurkan pada tanggal 23 mei 1995. Citra yang diperoleh satelit ini
merupakan citra real time, artinya begitu kamera mengambil gambar maka
langsung ditampilkan, sehingga memungkinkan forecaster untuk memonitor
proses dari sistem cuaca yang besar seperti fronts, storms and hurricanes.
Arah dan kecepatan angin juga bisa diperkirakan berdasar monitoring
pergerakan awan.
b. Polar Orbiting Satellites
Satelit ini mengorbit hampir paralel dengan garis meridien bumi,
melewati kutub utara dan kutub selatan bumi tiap kali revolusi bumi. Saat
bumi berotasi menuju timur dibawah satelit, tiap monitor mengoperkan
gambar kebarat sehingga menghasilkan gambar dengan area yang lebih besar.
Satelit polar memiliki keuntungan dalam memotret perawanan yang tepat
berada dibawah. Gambar satelit geostasioner untuk daerah kutub terdistorsi
disebabkan sudut penglihatan satelit yang sempit kekutub. Satelit polar juga
berputar pada ketinggian yang lebih rendah (kurang lebih 850 km) sehingga
mampu menyediakan informasi badai dan sistem perawanan yang lebih
mendetail.

Jenis-jenis Citra Satelit Cuaca

Citra satelit cuaca merupakan gambaran rekaman daerah liputan awan di suatu
daerah dimana citra tersebut terekam dalam sensor dengan menggunakan saluran yang
sebagian besar merupakan saluran tampak (visible) dan saluran inframerah (IR).
Sesuai tujuan awal untuk membantu manusia melakukan peramatan perawanan, citra
satelit terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan cara kerja dan sinar yang
dipakai. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi.
Ada dua cara satelit cuaca memperoleh data, ialah dengan merekam sinaran tampak
dengan kamera televisi dan perekaman sinaran infra merah dengan menggunakan
radiometer.

a. Citra Visible
Semua benda karena menerima sinaran dari matahari dapat menjadi sumber
sinaran kedua. Sinaran dari matahari oleh benda itu umumnya sebagian
diteruskan, sebagian diserap dan sebagian dipantulkan kembali sewaktu sinaran
tersebut mengenai benda tersebut, sedangkan yang diserap dipancarkan kembali
pada saat itu atau pada saat berikutnya. Dari sinaran yang dipantulkan,
menjadikan benda tersebut dapat dilihat secara langsung baik oleh mata atau oleh
alat. Mata mampu melihat benda apabila benda tersebut memantulkan cahaya
sinaran dengan panjang gelombang 0,4-0,7 mikrometer sedangkan alat dapat
melihat berbagai panjang gelombang. Sinaran dengan panjang gelombang 0,4-0,7
mikrometer tersebut dinamakan sinaran-sinaran gelombang tampak (untuk mata).
Umumnya satelit cuaca menggunakan alat yang dapat menerima sinaran pantul
gelombang 6 mikrometer. Sinaran dengan panjang gelombang 6 mikrometer ini
dipandang paling baik, karena secara nisbi gelombang ini sedikit sekali
mengalami hamburan di atmosfer. Dengan alat ini yang direkam adalah
banyaknya sinar pantulan atau albedo dari bendanya. Setiap benda, termasuk
berbagai jenis awan mempunyai albedo yang besarnya berbeda-beda. Perbedaan
ini karena jenis permukaan dan struktur yang berbeda-beda. Oleh karena itu
banyak dan sedikitnya albedo dari suatu permukaan dapat digunakan untuk
membeda-bedakan benda atau awan yang memantulkan sinaran tersebut. Dengan
kamera sinar tampak ini, benda atau awan yang paling banyak albedo-nya tampak
paling putih. Awan Cumulonimbus (Cb) mempunyai albedo paling besar (92 dan
Cumulus di cuaca cerah di atas permukaan daratan mempunyai albedo paling
kecil 29).
b. Citra Infra Merah
Berbeda dengan data tampak, data infra merah diperoleh dengan cara
merekam sinaran infra merah yang dipancarkan benda (awan) dengan
menggunakan radiometer. Sinaran infra merah ini dipancarkan oleh benda karena
benda tersebut telah menyerap sebagian sinaran matahari yang jatuh pada benda
itu. Banyaknya sinaran infra merah sebanding dengan suhu benda yang
memancarkannya. Bila benda memancarkan kembali energi sinaran yang pernah
diserap, maka banyaknya energi sinaran tersebut sebanyak (Hukum Stefan
Boltzmann). Makin sedikit benda menyerap sinaran, makin sedikit sinaran infra
merah yang dipancarkan kembali dan makin rendah suhu benda tersebut. Bila
untuk memperoleh albedo, yang diambil adalah gelombang 6 mikrometer, untuk
memperoleh data sinaran infra merah diambil gelombang dengan panjang
gelombang sekitar 10,5 sampai 12,5 mikrometer. Gelombang ini tidak atau sedikit
sekali diserap atmosfer, tetapi banyak diserap / dipancarkan oleh butir-butir awan.
Dari foto infra merah yang dihasilkan oleh radiometer, menunjukkan bahwa
makin rendah suhunya, warna foto makin putih. Seperti telah diuraikan,
radiometer yang dipasang di satelit mengukur banyaknya sinaran infra merah yang
sampai ke satelit. Sinaran tersebut berasal dari berbagai benda di permukaan bumi
dan di dalam atmosfer. Oleh karena itu sering terlihat bahwa benda yang berlainan
tetapi bersuhu sama tinggi, terlihat dalam warna yang sama. Dengan demikian
pengukuran yang mendekati pada benda yang bersangkutan dapat diperoleh
apabila benda tersebut jauh lebih luas daripada benda-benda yang lain di
sekitarnya. Untuk awan yang terpencar, sinarannya banyak tercampur dengan
sinaran benda lain sehingga suhu yang diperhitungkan sering lebih tinggi dari
sebenarnya. Jadi perlu diketahui bahwa perbedaan warna dalam foto tampak
(visible) menyatakan perbedaan daya pantul dan perbedaan warna dalam foto infra
merah (IR) menyatakan perbedaan suhu. Citra ini berdasarkan panas radiasi.
Dengan kata lain semakin hangat permukaan, semakin banyak radiasi inframerah
yang terjadi. Hasilnya pada citra adalah, semakin dingin permukaan maka
semakin terang dan sebaliknya semakin panas maka semakin gelap. Pada
prakteknya puncak awan akan semakin dingin sehingga terlihat sebagai warna
terang dan permukaan tanah yang lebih hangat terlihat gelap. Dengan cara ini
awan rendah akan terlihat abu-abu dan awan yang lebih tinggi akan terlihat lebih
terang. Kerugiannya adalah sulit membedakan fog/kabut dengan daratan biasa
karena suhunya yang serupa. Keuntungan utamanya adalah ketersediaannya 24
jam sehari. Pengembangan citra satelit infra merah dengan menekankan pada area
awan dan puncak awan terdingin lebih dikenal dengan Enhanced Infrared
Satellite Image. Karena citra inframerah bisa untuk membedakan tinggi awan,
dimanfaatkan dengan menerangi bagian awan dengan warna yang lebih cerah dan
beberapa warna buatan.

3. SATELIT MILITER
Kemampuan satelit penginderaan jauh untuk kegiatan pemantauan
maupun untuk inventarisasi sangat mendukung kegiatan-kegiatan
Hankam.Khususya dalam kegiatan pembinaan territorial, penyediaan data dasar
maupun untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis. Aplikasi penginderaan
jauh untuk bidang militer dapat dijabarkan menjadi tiga tingkat yaitu: deteksi,
reconnaissance, identifikasi. Satelit Landsat, SPOT mampu memberikan informasi
militer pada tingkat deteksi reconnaissance. Tahap identifikasi harus dilakukan
oleh satelit-satelit mata-mata yang dirancang khusus seperti: Keyhole, Bigbird dan
Cosmos. Beberapa contoh penerapan data satelit SPOT dan Landsat di Indonesia
untuk kegiatan deteksi dan reconnaissance serta untuk kegiatan pembinaan
territorial misalnya penerapan data SPOT untuk objek vital di Jakarta, Bandar
udara Soekarno Hatta serta penerapan data Landsat untuk membantu pembinaan
teritorial di wilayah Indonesia.3
Penggunaan satelit buatan sebagai wahana penginderaan jarak jauh
(remote sensing platform) dimulai dari aktivitas pengintaian militer pada saat
Perang Dingin, yaitu segera setelah peluncuran satelit buatan pertama yangmampu
mengorbit bumi (Sputnik-1) pada dekade 1960-an. Generasi awal dari sistem
satelit pengintai (reconnaisance satellite) adalah seri Corona yangdigunakan
militer dan dinas intelijen Amerika Serikat dengan sensor Keyhole (KH-4, KH-
4B, KH-5) sedangkan yang lebih maju adalah seri Big Bird (KH-11). Data satelit
yang tidak memiliki signifikansi militer kemudian digunakan oleh badan-badan
non-militer AS seperti NASA, NOAA dan USGS. Penggunaan ini menjadi cikal
bakal perkembangan bidang penginderaan jauh atau remote sensing. Penggunaan
satelit pemantau bumi atau earth observation satellite non-militer dirintis oleh
satelit TIROS untuk memantau cuaca dan pola awan. Penggunaan satelit
pemantau bumi skala luas dimulai dengan program Landsat (Land Satellite) untuk
memantau permukaan bumi. Seri Landsat dimulai dengan Landsat 1 yang
beroperasi pada kurun waktu 1972-1978 diikuti seri berikutnya kecuali Landsat 6
yang mengalami kegagalan dalam proses peluncuran, hingga yang terakhir adalah
Landsat 7 yang beroperasi sejak 1999 hingga sekarang. Pada saat ini, Landsat 7
beroperasi dengan penurunan kemampuan akibat kerusakan pada sistem
sensornya. Saat ini sedang dilakukan program Landsat Data Continuity Mission
(LDCM) untuk menjaga kesinambungan data pengamatan muka bumi oleh
program Landsat.4

3
https://media.neliti.com/media/publications/315989-aktifitas-penginderaan-jauh-melalui-sate-a891155a.pdf
4
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/128949-T%2026696-Pemetaan%20daerah-Literatur.pdf
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Penginderaan jauh gelombang mikro adalah penginderaan jauh dengan


menggunakan tenaga alami dengan menggunakan gelombang mikro yaitu ; julat dari
λ 1.000 μm (1 mm) sampai 100 cm. Meskipun julat gelombang mikro luas, tetapi
yang dimanfaatkan untuk penginderaan jauh sistem ini menggunakan panjang
gelombang dengan λ 1 mm – 30 cm.
Pantulan tenaga dengan julat tersebut tidak sesuai dengan kepekaan mata
manusia yang kepekaanya pada spektrum tampak, sehingga antara tenaga dengan
objek terjadi interaksi, manusia tidak mampu melihat objek tersebutnya. Untuk dapat
merekam pantulan data tersebut, maka digunakan alat yang mempunyai kepekaan
terhadap panjang gelombang mikro.
Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan spektrum gelombang mikro,
karena itu proses dan spektrum sistem tersebut, maka penginderaan jauh ini disebut
gelombang mikro. Hasil perekamannya dapat berupa data numeric maupun data
visual.
Spektrum gelombang mikro yang digunakan sistem gelombang mikro juga
digunakan oleh sistem radar. Perbedaan gelombang mikro dan radar terletak pada
tenaga yang digunakan untuk perekaman. Radar merupakan singkatan dari Radio
Detection and Ranging artinya menentukan jarak objek berdasarkan gelombang radio.
Penginderaan jauh sistem radar yaitu penginderaan jauh yang menggunakan
spektrum gelombang mikro, sedangkan tenaga yang diperoleh dibangkitkan oleh
sensor (buatan). Sutanto (1986) mengemukakan tenaga ini merupakan tenaga pulsa
berkekuatan tinggi yang dipancarkan dalam waktu yang relatif pendek yaitu sekitar
10-6/detik.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai