Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1. Farikhatul Laili
(12211193008)
2. Shella Nur Laily
(12211193029)
3. Agung Hidayat
(12211193072)
4. Fitriani (
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena telah memberikan
kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah “Penginderaan Jarak Jauh” dalam bentuk makalah, Sholawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulilah dengan selesainya makalah ini yang tujuan disusunnya adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penginderaan Jarak Jauh, oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih kepada :
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul “Sistem Gelombang Mikro dan
Radar ” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari
makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan lagi bagi kami
maupun pembaca Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................1
A.Latar Belakang....................................................................1
B.Rumusan Masalah...............................................................3
BAB II : PEMBAHASAN..................................................................5
A.Sistem Gelombang Mikro dan Radar..................................5
B.Penginderaan Jauh Sistem Satelit.....................................12
BAB III : PENUTUP........................................................................74
A.Kesimpulan.......................................................................74
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................76
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada mulanya, penginderaan jauh yang dikembangkan oleh para ahli adalah
penginderaan jauh fotografik yang menggunakan spektrum tampak. Sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, tenaga elektromagnetik yang dapat digunakan
untuk penginderaan jauh meluas ke spektrum yang tidak tampak oleh mata, yaitu
spektrum inframerah. Sistem penginderaan jauh menggunakan tenaga gelombang
mikro ini baru dikembangkan sejak tahun 1950-an.
Penginderaan jauh dengan tenaga gelombang mikro merupakan sistem
penginderaan jauh yang bisa beroperasi pada siang maupun malam hari pada segala
cuaca. Ini berbeda dengan foto udara maupun citra inframerah termal yang keduanya
tidak bisa dibuat pada daerah yang banyak tertutup oleh awan. Walaupun begitu,
sistem penginderaan jauh ini memiliki kelemahan yaitu resolusi spasial yang rendah.
Karena kepekaan mata manusia sebesar spektrum tampak, maka penginderaan
jauh yang mula-mula dikembangkan orang adalah penginderaan jauh fotografik yang
menggunakan spektrum tampak. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,
tenaga elektromagnetik yang dapat digunakan untuk penginderaan jauh meluas ke
spektrum yang tidak tampak oleh mata, yaitu spektrum inframerah dekat hingga
panjang 1,2 µm, spektrum infrah termal hingga panjang gelombang 14 µm, dan
spketrum gelombang mikro yaitu panjang gelombang 1.000 µm atau 1 mm hingga
100 cm. Dari spektrum gelombang mikro, yang lazim digunakan di dalam
penginderaan jauh ialah dari panjang gelombang 1 mm hingga 30 cm (Lillesand and
Kiefer 1979). Bila diambil panjang gelombang rata-rata jendela atmosfer pada tiap
spektrum maka panjang gelombang yang digunakan di dalam penginderaan jauh
sistem gelombang mikro berlipat 150.000 kali terhadap panjang gelombang spektrum
inframerah termal, dan berlifat 2.700.000 kali terhadap panjang gelombang spketrum
tampak. Meskipun disebut gelombang mikro tetapi ia merupakan panjang gelombang
terbesar yang dugunakan di dalam penginderaan jauh hingga saat ini.
Berbeda dengan foto udara hitam putih yang telah dikembangkan sekitar satu
setengah abad dan foto udara berwarna yang telah dikembangkan sekitar setengah
abad, citra gelombang mikro baru dikembangkan untuk penginderaan jauh sejak
dasawarsa 1950-an. Sistem penginderaan jauh yang menggunakan tenaga gelombang
mikro merupakan sistem baru disamping sistem penginderaan jauh yang
menggunakan tenaga termal. Meskipun demikian penelitian dan pengembangan radar
telah dimulai sekitar satu abad yang lalu. Eksperimen Heinrich Hertz yang dilakukan
pada tahun 1886 membuahkan suatu hasil bahwa berbagai obyek metalik dan non
metalik memantulkan tenaga elektromagnetik pada frekuensi 200 MHz yang sangat
dekat dengan gelombang mikro. Eksperimen pertama penggunaan radar untuk
mendeteksi kapal dilakukan oleh Hulsmeyer pada tahun 1903. Taylor dan kawan-
kawan dari Laboratorium Penelitian Angkatan Laut Amerika Serikat (Naval Research
Laboratory, NLR) merupakan pioner dalam pengembangan radar untuk mendeteksi
kapal dan pesawat terbang. Eksperimen pertamanya dilakukan pada tahun 1922.
Pengembangan pertama radar yang berhasil (oleh NRC) terjadi pada tahun 1936. Pada
saat yang bersamaan juga dilakukan pengembangan sistem radar oleh Sir Robert
Watson-Watt di Inggris. Pada perang dunia kedua, semua negera berperang telah
mengembangkan sistem radar untuk mendeteksi kapal dan pesawat terbang. Sensor
radar diarahkan keatas yaitu kearah pesawat terbang atau mendatar kearah kapal.
Panjang gelombang yang digunakan tidak diukur dengan sentimeter, melainkan
dengan meter atau desimeter. Baru pada tahun 1948 dicobakan sensor radar dari
pesawat terbang untuk mendeteksi pesawat terbang lain maupun kapal dilaut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem gelombang mikro?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem gelombang radar?
3. Apakah yang dimaksud dengan sistem satelit sumber daya bumi?
4. Apakah yang dimaksud dengan sistem satelit cuaca?
5. Apakah yang dimaksud dengan sistem satelit militer?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM GELOMBANG MIKRO DAN RADAR
1. SISTEM PASIF
2. SISTEM AKTIF
Citra satelit cuaca merupakan gambaran rekaman daerah liputan awan di suatu
daerah dimana citra tersebut terekam dalam sensor dengan menggunakan saluran yang
sebagian besar merupakan saluran tampak (visible) dan saluran inframerah (IR).
Sesuai tujuan awal untuk membantu manusia melakukan peramatan perawanan, citra
satelit terbagi menjadi beberapa macam berdasarkan cara kerja dan sinar yang
dipakai. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi.
Ada dua cara satelit cuaca memperoleh data, ialah dengan merekam sinaran tampak
dengan kamera televisi dan perekaman sinaran infra merah dengan menggunakan
radiometer.
a. Citra Visible
Semua benda karena menerima sinaran dari matahari dapat menjadi sumber
sinaran kedua. Sinaran dari matahari oleh benda itu umumnya sebagian
diteruskan, sebagian diserap dan sebagian dipantulkan kembali sewaktu sinaran
tersebut mengenai benda tersebut, sedangkan yang diserap dipancarkan kembali
pada saat itu atau pada saat berikutnya. Dari sinaran yang dipantulkan,
menjadikan benda tersebut dapat dilihat secara langsung baik oleh mata atau oleh
alat. Mata mampu melihat benda apabila benda tersebut memantulkan cahaya
sinaran dengan panjang gelombang 0,4-0,7 mikrometer sedangkan alat dapat
melihat berbagai panjang gelombang. Sinaran dengan panjang gelombang 0,4-0,7
mikrometer tersebut dinamakan sinaran-sinaran gelombang tampak (untuk mata).
Umumnya satelit cuaca menggunakan alat yang dapat menerima sinaran pantul
gelombang 6 mikrometer. Sinaran dengan panjang gelombang 6 mikrometer ini
dipandang paling baik, karena secara nisbi gelombang ini sedikit sekali
mengalami hamburan di atmosfer. Dengan alat ini yang direkam adalah
banyaknya sinar pantulan atau albedo dari bendanya. Setiap benda, termasuk
berbagai jenis awan mempunyai albedo yang besarnya berbeda-beda. Perbedaan
ini karena jenis permukaan dan struktur yang berbeda-beda. Oleh karena itu
banyak dan sedikitnya albedo dari suatu permukaan dapat digunakan untuk
membeda-bedakan benda atau awan yang memantulkan sinaran tersebut. Dengan
kamera sinar tampak ini, benda atau awan yang paling banyak albedo-nya tampak
paling putih. Awan Cumulonimbus (Cb) mempunyai albedo paling besar (92 dan
Cumulus di cuaca cerah di atas permukaan daratan mempunyai albedo paling
kecil 29).
b. Citra Infra Merah
Berbeda dengan data tampak, data infra merah diperoleh dengan cara
merekam sinaran infra merah yang dipancarkan benda (awan) dengan
menggunakan radiometer. Sinaran infra merah ini dipancarkan oleh benda karena
benda tersebut telah menyerap sebagian sinaran matahari yang jatuh pada benda
itu. Banyaknya sinaran infra merah sebanding dengan suhu benda yang
memancarkannya. Bila benda memancarkan kembali energi sinaran yang pernah
diserap, maka banyaknya energi sinaran tersebut sebanyak (Hukum Stefan
Boltzmann). Makin sedikit benda menyerap sinaran, makin sedikit sinaran infra
merah yang dipancarkan kembali dan makin rendah suhu benda tersebut. Bila
untuk memperoleh albedo, yang diambil adalah gelombang 6 mikrometer, untuk
memperoleh data sinaran infra merah diambil gelombang dengan panjang
gelombang sekitar 10,5 sampai 12,5 mikrometer. Gelombang ini tidak atau sedikit
sekali diserap atmosfer, tetapi banyak diserap / dipancarkan oleh butir-butir awan.
Dari foto infra merah yang dihasilkan oleh radiometer, menunjukkan bahwa
makin rendah suhunya, warna foto makin putih. Seperti telah diuraikan,
radiometer yang dipasang di satelit mengukur banyaknya sinaran infra merah yang
sampai ke satelit. Sinaran tersebut berasal dari berbagai benda di permukaan bumi
dan di dalam atmosfer. Oleh karena itu sering terlihat bahwa benda yang berlainan
tetapi bersuhu sama tinggi, terlihat dalam warna yang sama. Dengan demikian
pengukuran yang mendekati pada benda yang bersangkutan dapat diperoleh
apabila benda tersebut jauh lebih luas daripada benda-benda yang lain di
sekitarnya. Untuk awan yang terpencar, sinarannya banyak tercampur dengan
sinaran benda lain sehingga suhu yang diperhitungkan sering lebih tinggi dari
sebenarnya. Jadi perlu diketahui bahwa perbedaan warna dalam foto tampak
(visible) menyatakan perbedaan daya pantul dan perbedaan warna dalam foto infra
merah (IR) menyatakan perbedaan suhu. Citra ini berdasarkan panas radiasi.
Dengan kata lain semakin hangat permukaan, semakin banyak radiasi inframerah
yang terjadi. Hasilnya pada citra adalah, semakin dingin permukaan maka
semakin terang dan sebaliknya semakin panas maka semakin gelap. Pada
prakteknya puncak awan akan semakin dingin sehingga terlihat sebagai warna
terang dan permukaan tanah yang lebih hangat terlihat gelap. Dengan cara ini
awan rendah akan terlihat abu-abu dan awan yang lebih tinggi akan terlihat lebih
terang. Kerugiannya adalah sulit membedakan fog/kabut dengan daratan biasa
karena suhunya yang serupa. Keuntungan utamanya adalah ketersediaannya 24
jam sehari. Pengembangan citra satelit infra merah dengan menekankan pada area
awan dan puncak awan terdingin lebih dikenal dengan Enhanced Infrared
Satellite Image. Karena citra inframerah bisa untuk membedakan tinggi awan,
dimanfaatkan dengan menerangi bagian awan dengan warna yang lebih cerah dan
beberapa warna buatan.
3. SATELIT MILITER
Kemampuan satelit penginderaan jauh untuk kegiatan pemantauan
maupun untuk inventarisasi sangat mendukung kegiatan-kegiatan
Hankam.Khususya dalam kegiatan pembinaan territorial, penyediaan data dasar
maupun untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis. Aplikasi penginderaan
jauh untuk bidang militer dapat dijabarkan menjadi tiga tingkat yaitu: deteksi,
reconnaissance, identifikasi. Satelit Landsat, SPOT mampu memberikan informasi
militer pada tingkat deteksi reconnaissance. Tahap identifikasi harus dilakukan
oleh satelit-satelit mata-mata yang dirancang khusus seperti: Keyhole, Bigbird dan
Cosmos. Beberapa contoh penerapan data satelit SPOT dan Landsat di Indonesia
untuk kegiatan deteksi dan reconnaissance serta untuk kegiatan pembinaan
territorial misalnya penerapan data SPOT untuk objek vital di Jakarta, Bandar
udara Soekarno Hatta serta penerapan data Landsat untuk membantu pembinaan
teritorial di wilayah Indonesia.3
Penggunaan satelit buatan sebagai wahana penginderaan jarak jauh
(remote sensing platform) dimulai dari aktivitas pengintaian militer pada saat
Perang Dingin, yaitu segera setelah peluncuran satelit buatan pertama yangmampu
mengorbit bumi (Sputnik-1) pada dekade 1960-an. Generasi awal dari sistem
satelit pengintai (reconnaisance satellite) adalah seri Corona yangdigunakan
militer dan dinas intelijen Amerika Serikat dengan sensor Keyhole (KH-4, KH-
4B, KH-5) sedangkan yang lebih maju adalah seri Big Bird (KH-11). Data satelit
yang tidak memiliki signifikansi militer kemudian digunakan oleh badan-badan
non-militer AS seperti NASA, NOAA dan USGS. Penggunaan ini menjadi cikal
bakal perkembangan bidang penginderaan jauh atau remote sensing. Penggunaan
satelit pemantau bumi atau earth observation satellite non-militer dirintis oleh
satelit TIROS untuk memantau cuaca dan pola awan. Penggunaan satelit
pemantau bumi skala luas dimulai dengan program Landsat (Land Satellite) untuk
memantau permukaan bumi. Seri Landsat dimulai dengan Landsat 1 yang
beroperasi pada kurun waktu 1972-1978 diikuti seri berikutnya kecuali Landsat 6
yang mengalami kegagalan dalam proses peluncuran, hingga yang terakhir adalah
Landsat 7 yang beroperasi sejak 1999 hingga sekarang. Pada saat ini, Landsat 7
beroperasi dengan penurunan kemampuan akibat kerusakan pada sistem
sensornya. Saat ini sedang dilakukan program Landsat Data Continuity Mission
(LDCM) untuk menjaga kesinambungan data pengamatan muka bumi oleh
program Landsat.4
3
https://media.neliti.com/media/publications/315989-aktifitas-penginderaan-jauh-melalui-sate-a891155a.pdf
4
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/128949-T%2026696-Pemetaan%20daerah-Literatur.pdf
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN