Huda (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model yang
sederhana namun sangat bermanfaat. Model ini mengoptimalisasi partisipasi siswa dengan
memberi kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka
kepada orang lain. Tahapan tersebut menekankan siswa untuk lebih berfikir dan memberi
kesempatan lebih banyak untuk saling berinteraksi sehingga mampu menumbuhkan sikap sosial
siswa terhadap sesama.
Mudjrimin & Marhaeni (2013) juga menyimpulkan bahwa model kooperatif dapat
memunculkan terjadinya komunikasi antar anggota kelompok, musyawarah untuk memutuskan
sesuatu, menghargai kontribusi teman, dan menghormati adanya perbedaan. Oleh karena itu,
guru dapat membina sikap sosial siswa, salah satunya adalah sikap toleran.
Sanjaya (2008) mengemukakan bahwa ada empat unsur penting dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu: (1) adanya peserta kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya
belajar dari setiap kelompok, dan (4) adanya tujuan yang akan dicapai.
Tujuan pembelajaran kooperatif antara lain untuk: (1) memupuk sikap ilmiah peserta
didik yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain, (2)
mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, (3) mengembangkan
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip (4)
mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip dan saling keterkaitannya dengan lainnya serta
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri, dan (5) meningkatkan
kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan (BSNP, 2006).
Sikap ilmiah adalah “Scientific attitude” (Sikap keilmuan) atau suatu pola penyelesaian
masalah secara rasional dan objektif serta menghilangkan unsur subjektivitas dan melihat
perkara secara netral dengan mengandalkan pendapat-pendapat para pakar, yang dipercaya telah
melakukan penelitian, analisis dan melewati beberapa tahap kritik sehingga kandungan
kebenarannya telah diuji dan dipercaya. Kurniadi (2001: 28) dikutip dari pendapat Edward yang
merumuskan Perilaku kreatif sikap ilmiah dari kata-kata ide (gagasan) yaitu: Imagination
(imajinasi); Data (Fakta); Evaluation (evaluasi); dan Action (tindakan). Sikap merupakan
tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis di seluruh hal yang dilakukan siswa.
Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah mengalami proses
pembelajaran. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil
belajar yang diperoleh oleh siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Djamarah dan Zain
(2010: 121), yaitu: Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar,dapat
dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari
kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar. Hasil belajar tampak apabila terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sikap ilmiah adalah “Scientific attitude” (Sikap keilmuan) atau suatu pola penyelesaian
masalah secara rasional dan objektif serta menghilangkan unsur subjektivitas dan melihat
perkara secara netral dengan mengandalkan pendapat-pendapat para pakar, yang dipercaya telah
melakukan penelitian, analisis dan melewati beberapa tahap kritik sehingga kandungan
kebenarannya telah diuji dan dipercaya.
Sikap ilmiah merupakan salah satu bentuk kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu.
Sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam
pembelajaran sikap ilmiah siswa sangat diperlukan sikap rasa ingin tahu, bekerja sama secara
terbuka, bekerja keras, bertanggung jawab, kepedulian, kedisiplinan dan kejujuran. Ini
dikarenakan dengan sikap ilmiah tersebut pembelajaran akan berjalan dengan baik, sehingga
mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan, dimana siswa diharapkan
mampu aktif dan kreatif dalam pembelajaran.
Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari yang banyak memiliki peranan
seperti lingkungan sekolah. Dengan demikian, perlu adanya sebuah perencanaan proses
pembelajaran yang mampu mempengaruhi pola interaksi dan motivasi belajar siswa. Salah satu
metode yang diduga dapat memecahkan permasalahan di atas ialah penerapan model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Fisika pada tahun 2017/2018 yang masih rendah yaitu
rata-rata kelas 70. Nilai rata-rata yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75. Aktivitas belajar siswa
juga terlihat kurang aktif, sehingga pemahaman konsep fisika rendah. Sedangkan, sikap ilmiah
siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan independensi atau kemandirian belajar
siswa melalui strategi belajar scaffolding-kooperatif. Berbeda dengan kooperatif Tipe STAD dan
NHT yang tidak berpengaruh terhadap hasil belajar sikap siswa untuk indikator: rasa ingin tahu,
tanggung jawab, dan disiplin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai sikap untuk
indikator rasa ingin tahu adalah 65,23 untuk kelompok pembelajaran kooperatif NHT dan 68,42
untuk kelompok pembelajaran kooperatif STAD. Sedangkan, untuk indikator disiplin diperoleh
nilai rata-rata yang sama sebesar 80,08 untuk kelompok pembelajaran kooperatif STAD dan
NHT. Pada pembelajaran kooperatif STAD dapat mempengaruhi sikap ilmiah siswa, apabila
adanya media komputer. Meningkatnya sikap ilmiah siswa pada setiap pertemuan karena
masing-masing kelompok bersaing dan termotivasi. Pada pembelajaran kooperatif Tipe Think-
PairShare kurang memperhatikan pencapaian aspek sikap sosial siswa. Oleh karena itu, dengan
metode ini guru dapat membina sikap sosial siswa, misalnya sopan santun dan kerjasama.
Dengan demikian, guru dapat membina sikap sosial siswa, seperti rasa ingin tahu dan
komunikatif. Karena, seorang siswa tidak selamanya bergantung pada guru, maka tipe STAD
lebih baik digunakan pada pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling
bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran
kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.