Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA

(Penginderaan jauh non fotografik sistem thermal)

Dosen Pengampu :

Dr. M. Ridha Syafii Damanik, S.Pi., M.Sc

M. Taufik Rahmadi, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh Kelompok 2

 Angel Berutu (3192431012)


 Devi Anggriani Br. S (3193131011)
 Eido Arguna Nababan (3193331026)
 M. Alam Syahputra (3192431008)
 Susi Lamria Sihombing (3191131017)

KELAS C
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tugas
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penginderaan Jauh Dan Interpretasi
Citra. Adapun yang menjadi topik pembahasan dalam makalah ini adalah “Penginderaan jauh
non fotografik sistem thermal”.

Rasa terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada Dr. M. Ridha Syafii Damanik,
S.Pi., M.Sc dan M. Taufik Rahmadi, S.Pd., M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah
Penginderaan Jauh Dan Interpretasi Citra yang telah memberikan arahan nya terkait pembuatan
tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
untuk menambah penyempurnaan tugas ini di masa mendatang.

Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini, dapat memberikan manfaat berupa
ilmu pengetahuan dan penambah wawasan bagi penulis maupun bagi para pembaca. Atas
perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, April 2021

Kelompok 2

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Pengertian Penginderaan Jauh Sistem Thermal....................................................................3
B. Asas Penginderaan Jauh Sistem Thermal.............................................................................3
C. Sensor Penginderaan Jauh Sistem Thermal.........................................................................7
D. Aspek Geometri Citra Inframerah Thermal..........................................................................8
E. Keunggulan & Kelemahan Citra Inframerah Thermal.........................................................8
F. Interpretasi Citra Inframerah Thermal..................................................................................9
G. Penggunaan Citra Inframerah Thermal..............................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
B. Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada mulanya, penginderaan jauh yang dikembangkan oleh para pakar merupakan
penginderaan jauh fotografik yang memakai spektrum tampak. Sejalan dengan pertumbuhan
ilmu serta teknologi, tenaga elektromagnetik yang bisa digunakan buat penginderaan jauh
meluas ke spektrum yang tidak nampak oleh mata, ialah spektrum inframerah. Sistem
penginderaan jauh memakai tenaga gelombang mikro ini baru dibesarkan semenjak tahun
1950- an. Penginderaan jauh dengan tenaga gelombang mikro ialah sistem penginderaan jauh
yang dapat beroperasi pada siang ataupun malam hari pada seluruh cuaca. Ini berbeda dengan
gambar udara ataupun citra inframerah termal yang keduanya tidak dapat terbuat pada
wilayah yang banyak tertutup oleh awan. Meski begitu, sistem penginderaan jauh ini
mempunyai kelemahan ialah resolusi spasial yang rendah.

Sensor penginderaan jauh ini terdiri dari 2 tipe, ialah radiometer serta penyiam.
Penginderaan jauh yang memakai tenaga elektromagnetik pada gelombang mikro dibedakan
atas 2 sistem,( 1) sistem Pasif, dimana memakai gelombang mikro alamiah,( 2) Sistem aktif,
memakai gelombang mikro yang dibangkitkan pada sensor.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengindraan jauh sistem thermal?


2. Bagaimana asas penginderaan jauh sistem thermal?
3. Bagaimana sensor penginderaan jauh sistem thermal?
4. Apa saja aspek geometri citra inframerah thermal?
5. Apa keunggulan dan kelemahan citra inframerah thermal ?
6. Bagaimanakah interpretasi citra inframerah thermal?
7. Bagaimana penggunaan citra inframerah thermal?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengindraan jauh sistem thermal


2. Untuk mengetahui asas penginderaan jauh sistem thermal
3. Untuk mengetahui sensor penginderaan jauh sistem thermal

1
4. Untuk mengetahui aspek geometri citra inframerah thermal
5. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan citra inframerah thermal
6. Untuk mengetahui intrepetasi citra inframerah thermal
7. Untuk mengetahui penggunaan citra inframerah thermal

2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penginderaan Jauh Sistem Thermal
Penginderaan jauh sistem thermal merupakan penginderaan jauh yang menggunakan
pancaran suhu suatu benda. Seluruh benda memancarkan panas yang diakibatkan oleh gerak
acak partikelnya. Gerak acak ini menimbulkan gesesarn antara partikel benda serta
memunculkan kenaikan suhu sehingga permukaan benda itu memancarkan panasnya. Tenaga
elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda disebut tenaga pancaran yang besarnya diukur
dengan Watt.cm-2. Walaupun seluruh benda di permukaan bumi memancarkan panas, jumlah
panas yang dipancarkan tidak sama untuk masing- masing benda. Jumlah panas yang
dipancarkan oleh masing- masing benda dipengaruhi oleh tiga aspek, ialah: panjang gelombang
yang digunakan buat mengukur maupun menginderanya, suhu permukaan benda, serta nilai
pencarannya. Suhu pancaran yang yang berasal dari obyek di permukaan bumi direkam oleh
sesuatu sensor termal. Hasil rekaman tersebut dapat diproses jadi citra ataupun non citra. Yang
diartikan dengan citra disini yakni citra inframerah thermal yang berbentuk cerminan 2
dimensiobel ataupun cerminan piktorial. Sebaliknya hasil non- citra berbentuk garis ataupun
kurva spektral, satu angka, ataupun serangkaian angka yang mencerminkan suhu pancaran obyek
yang terekam oleh sensor thermal.

Dengan Sistem penginderaan jauh thermal ini, maka perekaman informasi bisa dicoba baik
pada siang ataupun malam hari. Tentu saja, perekaman wajib dicoba pada keadaan cuaca yang
membolehkan. Keunggulan lain dari sistem penginderaan jauh tenaga thermal ini merupakan
menciptakan citra yang dapat merekam wujud yang tidak nampak oleh mata sehingga jadi
cerminan yang lumayan jelas. Misalnya kebocoran pipa gas bawah tanah, kebakaran tambang
batu bara bawah tanah, perbandingan suhu air, serta lain- lain. Kelemahan citra inframerah
thermal terletak pada aspek geometrinya yang penyimpangannya lebih besar dari penyimpangan
pada foto udara.

B. Asas Penginderaan Jauh Sistem Thermal


a. Pancaran Tenaga Thermal
1. Asas Pancaran

4
Seluruh benda memancarkan panas yang diakibatkan oleh gerak acak partikelnya. Panas
di dalam benda di sebut dengan tenaga kinetik ( Tkin), sedang panas yang dipancarkan
disebut tenaga pancaran ataupun tenaga radiasi ( Trad). Tenaga pancaran sesuatu benda lebih
kecil dibanding dengan tenaga kinetik. Buat mengukur jumlah panas dinyatakan dengan
kalori. Satu kalori ialah jumlah panas yang dibutuhkan buat menaikkan suhu sebesar 1 oC
untuk satu gram air. Pada suhu 0 oK (- 273oC) seluruh partikel benda berhenti dalam gerak
acaknya. Permukaan bumi memiliki suhu rata- rata 27oC ( 300oK), sehingga seluruh benda
dipermukaan bumi memancarkan panas. Tenaga elektromagnetik yang dipancarkan oleh
sesuatu benda disebut tenaga pancaran yang besarnya diukur dengan Watt.cm -2. Pada
penginderaan jauh sistem thermal, buat mengukur ataupun merekam suhu pancaran
bermacam benda digunakan sensor dengan 2 jendela atmosfer, ialah pada panjang gelombang
3,5µm–5,5µm serta 8µm-14µm. Pada panjang gelombang tersebut hambatan atmosfer relatif
kecil sehingga tenaga thermal bisa melaluinya.

2. Perpindahan Panas

Panas bisa berpindah tempat lewat 3 metode ialah:

a) Konduksi, perpindahan panas lewat interkasi antara molekul benda, contoh bila kita
merebus makanan.
b) Konveksi, perpindahan panas yang berlangsung oleh benda panas yang berpindah
tempat, contoh; perpindahan panas pada air yang direbus.
c) Radiasi, perpindahan panas dalam wujud gelombang elektromagnetik, contoh; panas
matahari.
b. Variasi pancaran tenaga termal

Jumlah panas yang dipancarkan oleh masing- masing benda dipengaruhi oleh 3 aspek ialah;

a. Panjang gelombang

Hukum pergeseran Wien menerangkan jika pancaran benda berbanding terbalik dengan
panjang gelombang. Puncak pancaran benda yang lebih panas berlangsung pada gelombang
yang lebih pendek. Penginderaan jauh yang memakai pencaran matahari ( suhu 6000oK) bisa
mendapatkan pancaran terbaiknya pada panjang gelombang 0,55µm, sebaliknya bila

5
memakai tenaga pancaran bumi ( 300oK) ataupun tenaga termal akan mendapatkan pancaran
terbaik pada panjang gelombang 10 µm.

b. Suhu permukaan

Hukum Stefan- Boltsmann;

W= eơT4

W= jumlah tenaga termal yang dipancarkan oleh benda

E = nilai pancaran benda

Ơ = konstante Stefan– Boltsmann

T = suhu absolut benda

Yang perlu buat dimengerti dalam melakukan penginderaan jauh ialah variasi suhu
hariannya. Pergantian suhu benda dipengaruhi oleh sifat termal benda, ialah;
1. Konduktivitas thermal

Tingkat penerusan panas lewat sesuatu benda yang diukur dengan kal.Cm-1.det-1.oC.
contoh batuan bukan konduktor yang baik namun lebih baik dari logam, wilayah kota ialah
konduktor yang baik dari wilayah desa.

2. Kapasitas thermal

Kemampuan benda buat menyimpan panas. Perihal ini perlu dibedakan dengan suhu,
buat penjelasannya dengan membandingkan benda berbentuk tiga bola berdimensi sama
degan suhu yang sama ialah Riolit, Limestone serta Sandstone. Setelah ketiga benda tersebut
dipanaskan, setelah itu diletakkan diatas parafin yang tebal sehingga sandstone akan
mencairkan parafin lebih lama. Sandstone memiliki kapasitas termal lebih besar. Kapasitas
termal diukur dengan jumlah kalori yang dibutuhkan buat mengukur sesuatu benda sebesar 1o
C, yang dinyatakan dengan kal. gr-1. C-1. Pada tabel membuktikan kalau kapasitas thermal air
sangat besar. Tutupan vegetasi yang tidak rapat sangat bermacam- macam suhu pancarannya.

6
oleh sebab itu, orang cenderung melaksanakan bermacam percobaan suhu kinetik vegetasi
pada wilayah yang tutupan vegetasinya rapat.

Nilai pancaran benda pada suhu 20oC pada panjang gelombang (8-12) µm

Sumber: Curran, 1985


3. Kebauran termal

7
Kemampuan sesuatu benda buat memindahkan panas matahari dari permukaan benda itu
kebagian dalamnya.

4. Ketahanan termal

Ukuran asumsi sesuatu benda terhadap pergantian suhu, diukur didalam Kal - 2.det- 1/ 2.oC- 1.
Variasi suhu setiap hari permukaan benda pada dasarnya mengikuti variasi pemanasan oleh
cahaya matahari. Barang dengan ketahanan thermal lebih besar ia lebih tahan terhadap
pergantian suhu, pada siang hari lebih dingin sebaliknya pada malam hari lebih panas.

c. Nilai pancaran

Menurut hukum Stefan– Boltzmann kalau jumlah tenaga pancaran sesuatu benda
dipengaruhi oleh nilai pancaran benda itu serta oleh suhu permukaannya.

c. Penginderaan jauh dengan tenaga thermal

Yang perlu dimengerti dalam penginderaan jauh dengan tenaga termal ini ialah;

• Sifat termal obyek

• Sifat pancaran objek

• Variasi suhu hariannya

C. Sensor Penginderaan Jauh Sistem Thermal


Didalam penginderaan jauh sistem thermal hingga suhu pancaran yang berasal dari obyek
dipermukaan bumi serta mencapai sensor termal direkam oleh sensor tersebut. Hasil rekamannya
bisa berupa citra ataupun non- citra. Yang diartikan dengan citra merupakan citra inframerah
ternal yang berbentuk gambaran 2 dimensional ataupun gambaran piktorial. Hasil non citra
berbentuk garis ataupun kurva spektral, satu angka serangkaian angka tg mencerminkan
pancaran objek yang terekam oleh sensor termal. Sehubungan dengan 2 tipe citra keluaran
tersebut, sensor thermal dibedakan atas 2 tipe ialah;

1. Sistem non- citra

a. Radiometer termal, terdapat 2 tipe detektor;

8
 Detektor termal, buat mengganti suhu dalam hubungannya dengan serapan tenaga
yang menggenainya.
 Detektor kuantum, secara luas digunakan dalam penginderaan jauh sistem termal.

b. Spektrometer termal, buat mengindera obyek pada saluran sempit.

2. Sensor pembentukan citra

Sensor pembentukan citra inframerah termal meliputi;

a) Penyiam thermal, dipergunakan dengan memakai pesawat udara.

b) Thermal imager, sesuai untuk penginderaan dari satelit.

c) Penyiam stationer, dioperasikan di dirgantara ataupun diantariksa.

D. Aspek Geometri Citra Inframerah Thermal

Apabila dikehendaki pemetaan cermat dengan citra inframerah thermal, hingga informasi
tersebut harus diregistrasi. Distorsi geometri citra inframerah termal diakibatkan oleh 2 variasi,
ialah;

1. Variasi sistematik

Variasi yang tentu terjadi dan bisa diperkirakan ataupun diperhitungkan sebelumnya,
meliputi:

a) Variasi skala tangensial

- terjadi pada arah garis penyiam, skala pada arah jalur terbang relatif konstan.

- diakibatkan oleh kecepatan gerak penyiam tetap, kecepatan penyiam tidak tetap.

- menyebabkan pergantian bentuk pada citra.

b) Variasi ukuran sel resolusi sel resolusi semakin besar apabila tempatnya semakin jauh
dari titik nadir.
c) Pergerakan relatif satu arah bersifat radial terhadap titik principal

9
2. Variasi acak

Variasi yang tidak bisa diperhitungkan sebelumnya dan belum tentu terjadi, meliputi:

a. Distorsi oleh kedudukan pesawat terbang( pitch, roll, yaw)


b. Kendala elektronik
c. Kendala atmosfer
d. Dampak perkaman
E. Keunggulan & Kelemahan Citra Inframerah Thermal

Keunggulan citra inframerah termal ialah Lebih banyak melaksanakan perekaman pada
malam hari, ialah saat beda pancaran objek terbanyak, berarti menghilangkan sebagian
kegelapan malam. Pengumpulan informasi yang tidak mungkin dicoba dengan penginderaan
jauh sistem gambar grafik bisa dicoba dengan sistem termal yang hasilnya berbentuk citra non
fotografik ialah inframerah serta data termal dalam bentuk digital. Bisa merekam bentuk tidak
tampak mata, sehingga jadi gambaran yang cukup jelas misalnya kebocoran pipa gas bawah
tanah, kebakaran tambang batu bara bawah tanah serta sebagainya

Gambar 20 menunjukan rekaman citra inframerah termal di Gunung Merapi. Dari citra ini
dapat dilihat aliran wedus gembel dan aliran lava gunung Merapi. Warna putih menunjukkan
10
asap Merapi dan merah menunjukkan suhu permukaan yang panas. Adapun kelemahan citra
termal yaitu:

1). Aspek geometri yang penyimpangannya lebi besar dari penyimpangan pada foto udara.

2). Sifat termal yang lebih rumit dari sifat pantulan obyek.
F. Interpretasi Citra Inframerah Thermal

Empat hal yang perlu diperhatikan dalam interpretasi citra inframerah thermal :

1. Suhu pancaran obyek berbnding lurus terhadap pangkat 4 suhu kinetik.


2. Suhu pancara obyek berbanding lurus terhadap nilai pancaran.
3. Rona obyek tergantung pada jam perekaman dan variasi suhu harian.
4. Ada kompresi skala tangensial cukup besar pada dua bagian tepi citra yang belum
direktifikasi.
G. Penggunaan Citra Inframerah Thermal

Penggunaan citra inframerah thermal lebih jauh telah dimanfaatkan di bidang-bidang dibawah ini
:
Bidang Bangunan Sasaran
Geologi Jenis batuan, pegunungan dan dataran, gunung
api aktif, pemetaan suhu permukaan dll.
Pertanian Sawah, jenis tanaman, penyakit tanaman,
irigasi jenis tanah, ke-lembaban tanah, sensus
hewan
Hidrologi Mata air dingin dan mata air panas, geiser,
pola aliran air, kebocoran dam, batas air tawar
dan air asin, batas air dan es, muara.
Kekotaan kebocoran pipa gas bawah tanah, titik panas
bangunan industri, model penggunaan listrik,
konservasi energi dll.
Vegetasi evapotraspirasi, kebakaran hutan dan
gangguan serangga.
Meteorologi Pada hutan spruce Profil suhu, Komponen
atmosfer, Sebaran suhu horizontal.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penginderaan jauh ( ataupun disingkat inderaja) merupakan pengukuran ataupun akuisisi data
dari suatu objek ataupun fenomena oleh suatu alat yang tidak secara fisik melaksanakan kontak
dengan objek tersebut. System penginderaan jauh yang memakai tenaga gelombang mikro ialah
system baru disamping system penginderaan jauh yang memakai tenaga termal.

Penginderaan jauh sistem termal merupakan penginderaan jauh yang menggunakan pancaran
suhu sesuatu barang. Seluruh benda memancarkan panas yang diakibatkan oleh gerak acak
partikelnya. Gerak acak ini menimbulkan gesesarn antara partikel barang serta menimbulkan
peningkatan temperatur sehngga permukaan benda itu memancarkan panasnya. Tenaga
elektromagnetik yang dipancarkan oleh barang disebut tenaga pancaran yang besarnya diukur
dengan Watt. cm- 2.

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu ada baiknya jika tidak hanya
membaca makalah ini tapi juga mencari referensi lain, Terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Daud,Dkk.2017.Penginderaan Jauh.Gorontalo:UNG Press

Danoedoro, Projo.2010.Pengantar Penginderaan Jauh Digita. Yogyakarta. PUSPICS Fakultas


Geografi Universitas Gadjah Mada. (PDF Ebook) dapat diakses melalui :
https://www.researchgate.net/profile/Projo_Danoedoro/publication/320977438_Pengantar_Pengi
nderaan_Jauh_Digital_1-30_dan_401-414/data/5a052868a6fdcceda03089a1/Pengantar-
Penginderaan-Jauh-Digital-1-30-dan-401-414.pdf (Diakses Pada 04 April 2021)

13
Syafiun Nuha.Buku Bahan Ajar Penginderaan Jauh (PDF Ebook) dapat diakses melalui :
https://www.academia.edu/8964229/BUKU_AJAR_PENGINDERAAN_JAUH (Diakses Pada
04 April 2021)

14

Anda mungkin juga menyukai