Anda di halaman 1dari 55

TAKE HOME TEST UJIAN TENGAH SEMESTER

PENGINDERAAN JAUH

SEMESTER GASAL 2019/2020

ZEFANYA GIAN AGINTA KEMBAREN


072001800052

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, sang Pengatur Alam Semesta, yang telah
melimpahkan kasih-Nya sehingga penulis berhasil menyusun paper “Take Home Test – Ujian
Tengah Semester Gasal 2019/2020” dengan baik.

Paper ini diajukan demi memenuhi kewajiban dan tanggung jawab penulis selaku
mahasiswa agar dapat memenuhi Ujian Tengah Semester Semester Gasal 2019/2020, yang
bersifat Take Home Test.

Dengan demikian, saya, ZEFANYA GIAN AGINTA KEMBAREN, dengan nomor


urut 21, mengucapkan terima kasih atas perhatian pembaca dan tetap mengharapkan
masukan serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk paper ini guna saling
melengkapi, sehingga tujuan diadakannya penulisan paper ini bisa tercapai dan hasil yang
didapat memuaskan.

Jakarta, 23 Oktober 2019

Zefanya Gian A.K


Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 2
BAB I : DEFINISI DAN PENEGRTIAN UNTUK PENGINDERAAN JAUH….... 4
1.1 PENGERTIAN……………………………………………………………………... 4
BAB II : DASAR-DASAR FISIKA UNTUK PENGINDERAAN JAUH………….. 10
2.1 TENAGA UNTUK PENGINDERAAN JAUH…………………………………….. 10
2.2 TENAGA ELEKTROMAGNETIK………………………………………………… 10
2.3 SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK UNTUK PENGINDERAAN JAUH……..... 11
2.4 SERAPAN………………………………………………………………………….. 16
2.5 BEBERAPA FORMULA…………………………………………………………… 16
BAB III : FOTOGRAMETRI DAN FOTO UDARA……………………………….. 17
3.1.PENGERTIAN FOTO UDARA DAN FOTOGRAMETRI……………………….. 17
3.2.FOTO UDARA DAN JENIS KAMERA…………………………………………… 17
3.3.GEOMETRI FOTO UDARA………………………………………………………. 18
3.4.INFORMASI TEPI…………………………………………………………………. 19
3.5.KEUNTUNGAN FOTO UDARA VERTIKAL DIBANDING CONDONG………. 20
3.6.KEUNTUNGAN FOTO UDARA CONDONG DIBANDING VERTIKAL………. 20
3.7.SKALA FOTO UDARA……………………………………………………………. 20
3.8.STEREOSKOPIS…………………………………………………………………… 21
3.9.REKTIFIKASI……………………………………………………………………… 21
3.10. ORTHOFOTO (REKTIFIKASI DIFFERENSIAL)…………………………….. 22
3.11. RELIEF DISPLACEMENT……………………………………………………... 23
3.12. KONSEP DASAR PEMETAAN FOTOGRAMETRIk…………………………. 24
3.13. PRINSIP DASAR FOTOGRAMETRI…………………………………………... 25
3.14. PEMBAGIAN FOTOGRAMETRI………………………………………………. 26

BAB IV : UNSUR DASAR INTERPRETASI GEOLOGI DAN CITRA…………… 28

4.1.IDENTIFIKASI FOTO UDARA…………………………………………………….. 28

BAB V : SATELIT PENGINDERAAN JAUH………………………………………... 31

5.1.SISTEM SATELIT PENGINDERAAN JAUH……………………………………… 31


5.2.MACAM-MACAM SATELIT PENGINDERAAN JAUH………………………….. 32
5.2.1 SATELIT IKONOS……………………………………………….. 32
5.2.2 SATELIT QUICKBIRD…………………………………………... 33
5.2.3 SATELIT ALOS…………………………………………………... 37
5.2.4 SATELIT NOAA………………………………………………….. 39
5.2.5 SATELIT METEOROLOGI GEOSTASIONER…………………. 41
5.2.6 SATELIT RADARSAT 1…………………………………………. 41
5.2.7 SATELIT ENVISAT ASAR………………………………………. 42
5.2.8 SATELIT ERS-2…………………………………………………... 43
5.2.9 SATELIT PALSAR……………………………………………….. 44

2
5.2.10 SATELIT TERRASAR-X……………………………………...... 44
5.2.11 SATELIT COSMO-SKYMED…………………………………... 45
5.2.12 SATELIT GEOEYE-1…………………………………………… 47
5.2.13 SATELIT WORLDVIEW-1……………………………………... 48
5.2.14 SATELIT WORLDVIEW-2……………………………………... 48
5.2.15 SATELIT MARINE OBSERVATION SATELLITE (MOS)…… 49
5.2.16 SATELIT SEASAT………………………………………………. 50

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 52

3
BAB 1 DEFINISI DAN PENGERTIAN UNTUK PENGINDERAAN
JAUH

1.1 Pengertian
Penginderaan jauh atau kadang juga disingkat dengan “Inderaja” merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang memadukan seni sekaligus teknologi dalam
memperoleh suatu informasi tentang sebuah objek baik itu gejala maupun fenomena
yang terdapat di permukaan bumi. Dengan penginderaan jauh, seseorang tak perlu
mengadakan kontak langsung dalam mendapatkan informasi tersebut sebab sistem
pengideraan jauh menggunakan energi yang bersumber dari gelombang
elektromagnetik yang pada akhirnya mewujudkan informasi data yang diinginkan
dalam bentuk gambar atau citra. Pada mulanya, metode memperoleh informasi
dengan cara Penginderaan Jauh ini tidak dimasukkan ke dalam lingkup Geografi
melainkan Kartografi. Namun, lambat laun ilmuan sadar bahwa Penginderaan Jauh ini
merupakan alat yang sangat berperan dalam menopang Ilmu Geografi sebab ia
mampau menyajikan Synoptic Overview atau padangan ringkas sekaligus menyeluruh
suatu objek yang menjadi fokus kajian Geografi. Untuk lebih memahami apa
sebenarnya Penginderaan Jauh tersebut, silahkan cermati beberapa defenisi yang
diberikan oleh beberapa ahli berikut ini:

American Society of Photogrammetry mengartikan Remote Sensing atau


Penginderaan Jauh sebagai berikut:

Penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi


dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam
yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena
yang dikaji.

Sedangkan menurut Campbell, Penginderaan Jauh adalah:

Penginderaan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi


mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh
dari jarak jauh
Defenisi lain mengenai Penginderaan Jauh datang dari Lillesand dan Kiefer, mereka
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Penginderaan Jauh adalah:

4
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh
informasi tentang obyek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis
data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
terhadap obyek, wilayah, atau gejala yang dikaji.
Sementara itu Rifhi Siddq berpendapat bahwa:
Penginderaan Jauh merupakan suatu ilmu, cara, teknik mengenai
upaya memperoleh mendeteksi, dan merekam suatu obyek yang kemudian
diinterpretasikan sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan dalam berbagai
bidang kajian geografi.

(http://2.bp.blogspot.com/xrLQ6TblK_Q/UWkVSVInA0I/AAAAAAAAC0w/ORWdu9M1KBk/s400/RemoteSensingApplications.gif)

Dari semua pengertian yang ada, kita bisa menyimpulkan bahwa Penginderaan Jauh
adalah sebuah metode memperoleh informasi detil tanpa harus bersentuhan langsung
dengan objek.
Dalam menjalankan fungsi tersebut, sumber tenaga yang menyokong kegiatan
Remote Sensing antara lain:

1. Sistem Pasif yakni sebuah sistem yang memakai tenaga sinar matahari
2. Sistem aktis yakni sebuah sistem yang memakai sumber tenaga buatan
misalnya gelombang mikro

Data yang didapatkan dengan menggunakan metode Penginderaan Jauh dikategorikan


ke dalam dua jenis yakni:

5
1. Data manual: adalah data yang diperoleh dengan menggunakan interpretasi
citra dengan memakai alat bantu yang dikenal dengan istilah Stereoskop. Alat
canggih yang satu ini bisa dipakai dengan tujuan mencermati objek dengan
output 3 dimensi.
2. Data numerik: didapatkan dengan memakai aplikasi atau software khusus yang
diaplikasikan di perangkat komputer.

Ada beberapa komponen penting dalam penginderaan jauh, yaitu:

(https://3.bp.blogspot.com/-bzP-x09g0wU/Vb4gSTLhmlI/AAAAAAAABSw/6hZv06fqqmA/s400/sistem%2Bpenginderaan%2Bjauh.JPG)

a. Sumber Tenaga
Sumber tenaga pengindraan jauh terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Pengindraan Jauh Sistem Pasif, Pada pengindraan jauh sistem pasif,


tenaga yang menghubungkan perekam dengan objek di bumi dengan
menggunakan tenaga alamiah yaitu matahari (dengan memanfaatkan
tenaga pantulan), sehingga perekamannya hanya bisa dilakukan pada
siang hari dengan kondisi cuaca yang cerah.
2. Pengindraan Jauh Sistem Aktif, Pada pengindraan jauh sistem aktif,
perekamannya dilakukan dengan tenaga buatan (dengan tenaga
pancaran), sehingga memungkinkan perekamannya dapat dilakukan
pada malam hari maupun siang hari, dandi segala cuaca.

6
b. Atmosfer
Atmosfer mempunyai peranan untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau
sinar matahari yang datang (bersifat selektif terhadap panjang
gelombang).Bagian darispektrum elektromagnetik yang mampu menembus
atmosfer dan sampai ke permukaan bumi disebut jendela atmosfer.
c. Interaksi antara Tenaga dan Objek
Setiap objek mempunyai sifat tertentu dalam memantulkan atau memancarkan
tenaga ke sensor. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga
akan tampak lebih cerah, sedangkan objek yang pantulan atau pancarannya
sedikit akan tampak gelap. Interaksi antara tenaga dengan objek dibagi
menjadi 3 variasi, yaitu:
1. variasi spektral, mendasarkan pada pengenalan pertama suatu objek,
misal cerah dan gelap,
2. variasi spasial, mendasarkan pada perbedaan pola keruangannya,
seperti bentuk, ukuran, tinggi, serta panjang, dan
3. variasi temporal, mendasarkan pada perbedaan waktu perekaman dan
umur objek.
d. Sensor
Sensor berfungsi untuk menerima dan merekam tenaga yang datang dari suatu
objek. Kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil disebut dengan
resolusi spasial. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi
2 sebagai berikut.
1. Sensor Fotografik
Sensor fotografik adalah sensor yang berupa kamera dengan
menggunakan film sebagai detektornya yang bekerja pada spetrum
tampak. Hasil dari penggunaan sensor fotografik adalah bentuk foto
udara.
2. Sensor Elektronik
Sensor elektronik menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal
elektrik yang beroperasi pada spektrum yang lebih luas, yaitu dari sinar
X sampai gelombang radio dengan pita magnetik sebagai detektornya.
Keluaran dari penggunaan sensor elektrik ini adalah dalam bentuk citra.

7
e. Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual secara visual, maupun
dengan numerik atau digital. Perolehan data dengan menggunakan cara manual
yaitu cara memperoleh data dengan menginterpretasi foto udara secara visual
dengan alat bantu (stereoskop) . Perolehan data dengan cara numerik atau digital
yaitu dengan menggunakan data digital melalui komputer.

Stereoscop
(https://2.bp.blogspot.com/-AxDfuR4TR78/Vb4gSN4Tv2I/AAAAAAAABSs/ktAhLdeLGxg/s400/Stereoscope.jpg)

f. Pengguna Data
Tingkat keberhasilan dari penerapan sistem pengindraan jauh ditentukanoleh
pengguna data, Berdasarkan kerincian,keandalan, dan kesesuaian data dari
sistem pengindaraan jauh akan menentukandapat diterima atau tidaknya data
pengindraan jauh oleh pengguna (user).

Data yang diperoleh melalui Penginderaan Jauh digunakan dalam berbagai


bidang antara lain militer, kependudukan, pemataan, klimatologi, meterologi dan
masih banyak lagi lainnya. Penginderaan Jauh merupakan metode primadona, sebab
ia memiliki sejumlah keunggulan antara lain:

1. Citra mampu menampilkan objek dengan wujud dan letak yang akurat mirip
aslinya. Data ini cukup lengkap, menjangkau wilayah yang luas dan bersifat
permanen.

8
2. Akurasi gambar cukup baik terlebih jika menggunakan stereoskop sebab
gambar yang ditampilkan cukup nyata.
3. Citra bisa diwujudkan dalam jangka waktu yang relatif singkat walaupun
daerah atau objek tersebut dijelajahi dengan metode terrestrial.
4. Penginderaan Jauh merupakan metode pemetaan yang baik digunakan di
daerah bencana.
5. Citra bisa dibuat ulang dengan periode yang singkat.

Meski manfaatnya sangat beragam, namun bagaimanapun Penginderaan


Jauh ini juga memiliki sejumlah kekurangan, antara lain:

1. Mereka yang bisa menggunakan metode Penginderaan Jauh harus memahami


sejumlah keahlian khusus.
2. Peralatan yang menyokong kegiatan Penginderaan Jauh sangatlah mahal.
3. Adanya kesulitan mendapatkan citra non foto dan juga foto.

(https://4.bp.blogspot.com/-_sF4rAFIdSY/WlBW0ABW93I/AAAAAAAAAA0/7bLjIjzlk2wsgrAmfMi1nz-
RH4xXY0MkACLcBGAs/s640/Penginderaan%2BJauh.png)

9
BAB II DASAR – DASAR FISIKA UNTUK PENGINDERAAN JAUH

2.1. Tenaga Untuk Penginderaan Jauh


Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan. Dengan melakukan analisis terhadap data yang
kumpulkan ini dapat diperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala yang
dikaji. Ada 3 Pengumpulan data dalam penginderaan jauh yaitu:
 Distribusi daya (force)
Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik
bumi.
 Distribusi gelombang bunyi
Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam
air.
 Distribusi gelombang electromagnetik
Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan pantulan
sinar.
2.2. Tenaga Elektromagnetik
Tenaga Elektromagnetik adalah paket elektrisitas dan magnetisme yang bergerak
dengan kecepatan sinar pada frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Matahari
merupakan sumber tenaga utama elektromagnetik. Sumber tenaga alamiah digunakan
dalam penginderaan jauh sistem pasif, sedang tenaga buatan digunakan dalam
penginderaan jauh sistem aktif. Tenaga elektromagnetik tidak tampak oleh mata.
Tenaga tersebut tampak ketika berinteraksi dengan benda. Matahari memancarkan
tenaga elektromagnetik ke segala arah dengan cara radiasi. Radiasi tenaga
elektromagnetik berlangsung dengan cepat dan tetap dan dengan pola gelombang
yang harmonik. Tenaga elektromagnetik dapat dibedakan berdasarkan panjang
gelombang maupun berdasarkan frekuensinya. Panjang gelombang adalah jarak lurus
dari puncak gelombang yang satu ke puncak geombang lain yang terdekat.
Frekuensi.

(https://studylibid.com/doc/1110960/dasar-fisika-penginderaan-jauh-a.-tenaga-elektromagnetik)

10
Frekuensi adalah jumlah siklus gelombang yang melalui satu titik dalam satu detik
(Hz). Pembedaan yang paling umum digunakan untuk tenaga elektromagnetik dlam
penginderaan jauh ialah dengan panjang gelombang (λ). Panjang gelombang lebih
banyak digunakan dalam pengunderaan jauh, sedang frekuensi lebih banyak
digunakan dalam teknologi radio (Beckam dalam Sutanto, 1986).

Tabel Ukuran Panjang Gelombang

Unit Simbol Ekivalen Keterangan


Kilometer km 1000 m = 103 m Ukuran dasar
Meter m 1 m = 103 m Ukuran dasar
Sentimeter cm 0,01 m = 10-2 m Ukuran dasar
Milimeter mm 0,001 m = 10-3 Ukuran dasar
m
Mikrometer μm 0,0000001 m = dulu disebut
10-6 m micron
Nanometer nm 10-9 m Ukuran yang
umum untuk
sinar x
Angsometer A 10-10 m
Pikometer pm 10-12 m
Sumber: Sabins Jr.,1978; Lintz Jr. dan Simonett, 1976

Tabel Macam-macam gelombang elektromagnetik:


Gelombang Panjang gelombang λ
gelombang radio 1 mm-10.000 km
infra merah 0,001-1 mm
cahaya tampak 400-720 nm
ultra violet 10-400nm
sinar X 0,01-10 nm
sinar gamma 0,0001-0,1 nm

Sinar kosmis tidak termasuk gelombang elektromagnetik; panjang gelombang lebih


kecil dari 0,0001 nm. Sinar dengan panjang gelombang besar, yaitu gelombang radio
dan infra merah, mempunyai frekuensi dan tingkat energi yang lebih rendah. Sinar
dengan panjang gelombang kecil, ultra violet, sinar x atau sinar rontgen, dan sinar
gamma, mempunyai frekuensi dan tingkat energi yang lebih tinggi.(nafs)
2.3. Spektrum Elektromagnetik Untuk Penginderaan Jauh
Tenaga elektromagnetik terdiri dari berkas atau spectrum yang sangat luas, yakni
meliputi spectra kosmik, Gamma, X, ultraviolet, tampak, inframerah, gelombang
mikro (microwave). Jumlah total seluruh spectrum ini disebut spectrum

11
elektromagnetik. Berikut gambar spectrum elektromagnetik, bagian, panjang
gelombang yang membatasinya.
Gambar diatas menjelaskan puncak tenaga matahari yang berupa pantulan terletak
pada panjang gelombang 0,5

(https://studylibid.com/doc/1110960/dasar-fisika-penginderaan-jauh-a.-tenaga-elektromagnetik)

Gambar diatas menjelaskan puncak tenaga matahari yang berupa pantulan terletak
pada panjang gelombang 0,5 μm, sedang puncak tenaga bumi yang berupa pancaran
terletak pada panjang gelombang 9,7 μm. Oleh karena itu pengideraan jauh dengan
sistem fotografik menggunakan panjang gelombang 0,5 μm atau gelombang tampak
dan perluasannya.

(https://studylibid.com/doc/1110960/dasar-fisika-penginderaan-jauh-a.-tenaga-elektromagnetik)

12
 Jendela Atmosfer
Sinar kosmik, sinar gamma, dan sinar X sulit mencapai bumi karena atmosfer
sulit ditembus olehnya. Atmosfer hanya dapat dilalui atau ditembus oleh
sebagian kecil spectrum elektromagnetik. Bagian-bagian spectrum
elektromagnetik yang dapat melalui atmosfer dan mencapai permukaan bumi
disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang paling banyak digunakan
dalam pengideraan jauh ialah spektrum tampak yang dibatasi gelombang 0,4
μm hingga 0,7 μm.

(https://studylibid.com/doc/1110960/dasar-fisika-penginderaan-jauh-a.-tenaga-elektromagnetik)

Spektrum inframerah yang digunakan untuk penginderaan jauh dengan


menggunakan film sebagai detektornya disebut spectrum inframerah fotografik
karena proses perekamannya dengan cara fotografik. Spektrum infamerah
disebut juga spectrum inframerah dekat karena letaknya berdekatan dengan
spectrum tampak. Selain itu disebut juga spectrum inframerah pantulan karena
tenaga pada spectrum ini mencapai sensor setelah dipantulkan oleh objek
dipermukaan bumi. Pengenalan objek pada penginderaan jauh yang
menggunakan spectrum ultraviolet, spectrum tampak, dan spectrum
inframerah dekat ialah dengan mendasarkan atas beda pantulan tiap objek
terhadap tenaga yang mengenainya. Batas spectrum inframerah dekat ialah
panjang gelombang 1,5 μm, selanjutnya disebut spectrum inframerah sedang
hingga panjang gelombang 5,5 μm dan spectrum inframerah jauh hingga
panjang gelombang 103 μm atau 1 mm (Lindgren, 1985). Jendela atmosfer

13
lain yang lebih besar yaitu spectrum gelombang mikro, yakni panjang
gelombang 0,1 cm hingga 100 cm. Spektrum inilah yang digunakan dalam
penginderaan jauh dengan sistem radar.
 Hambatan Atmosfer
Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak semua dapat mencapai
permukaan bumi secara utuh, karena sebagian daripadanya mengalami
hambatan di atmosfer. Hambatan ini disebabkan oleh butir-butir yang ada di
atmosfer seperti debu, uap air, dan gas. Proses penghambatannya terjadi
terutama dalam bentuk serapan, pantulan, dan hamburan. Hamburan ialah
pantulan kearah serba beda yang disebabkan oleh benda yan permukaannya
kasar dan bentuknya tak menentu, atau oleh benda-benda kecil yang terserak
tak menentu.

(https://studylibid.com/doc/1110960/dasar-fisika-penginderaan-jauh-a.-tenaga-elektromagnetik)

Tenaga elektromagnetik sebagian dapat mencapai permukaan bumi diserap


oleh objek dipermukaan bumi, sedang selebihnya dipantulkan oleh objek
hingga mencapai sensor yang dipasang pada pesawat terbang, satelit, atau
wahana lainnya. Tiap objek mempunyai karakteristik tersendiri di dalam
menyerap dan memantulkan tenaga yang diterima olehnya. Karakteristik ini
disebut karakteristik spectral. Objek yang banyak memantulkan tenaga
elektromagnetik tampak cerah pada citra, sedang objek yang banyak menyerap
tenaga tampak gelap. Pengenalan objek pada citra berdasarkan atas tingkat
kegelapannya disebut rona.
Kendala yang terjadi pada jendela atmosfer bersifat selektif. Kendala yang
terjadi pada spectrum tampak terutama berupa hamburan, sedang pada

14
spectrum inframerah berupa serapan. Hamburan dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yakni hamburan Rayleigh, Mie, non selektif.
o Hamburan Rayleigh
Hamburan Rayleigh adalah hamburan yang terjadi pada atmosfer
yang cerah terutama mengandung butir-butir gas nitrogen dan
oksigen. Hal ini disebabkan oleh butir-butir yang lebih kecil dari
panjang gelombang rata-rata spectrum tampak, yaitu sebesar 0,1 λ
atau sedikit lebih besar. Hamburan Rayleigh terjadi pada tempat
yang tinggi, yaitu antara 4500 m hingga 9000 m (Estes dalam
Sutanto, 1994). Efek dari hamburan rayleigh terhadap gelombang
biru ini adalah kenampakan warna biru di langit dan warna merah
kuning di sore atau pagi hari.
o Hamburan Mie
Hamburan mie adalah hamburan hamburan yang terjadi pada
atmosfer yang tampak putih hingga kemerahan disebabkan oleh
hamburan butir-butir debu, kabut, asap dan sebagainya yang
diameternya (d) nya sama atau lebih besar dari panjang gelombang
rata-rata spectrum tampak. Hamburan Mie terjadi pada atmosfer
bagian bawah, yakni dibawah 15.000 kaki atau 4500 m. Hamburan
mie dapat disebabkan oleh dua sumber penyebab hamburan, yaitu
partikel yang berasal dari permukaan bumi dan partikel akibat
berbagai proses reaksi kimiawi pada atmosfer ataupun kondensasi..
Hamburan ini memunculkan efek kabut di atmosfer (cerah
keputihan).
o Hamburan nonselektif
Hamburan non selektif merupakan hamburan yang menghamburkan
hampir seluruh spektrum tampak di atmosfer. Hamburan non
selektif terjadi ketika gelombang elektromagnetik berinteraksi
dengan partikel atmosferik yang berukuran lebih besar dari panjang
gelombangnya. Butiran air hujan dan fragmen es pada awan hujan
dapat mengakibatkan hamburan tipe ini. Sinar matahari tidak dapat
menembus awan hujan karena seluruh gelombang tampak
terhamburkan oleh partikel-partikel air pada awan hujan tersebut.

15
Partikel asap, debu, garam dari penguapan air laut, mineral sulfat,
nitrat di atmosfer dapat mengakibatkan hamburan ini.

2.4. Serapan
Serapan di atmosfer merupakan gangguan yang lebih parah terhadap tenaga
elektromagnetik. Penyebabnya ialah uap air, karbondioksida, dan ozon. Benda yang
memiliki serapan yang tinggi memiliki pantulan yang kecil. Benda yang memiliki
pantulan kecil akan terlihat lebih gelap. Contoh, air merupakan objek yang
mempunyai daya serap yang tinggi, sehigga air tampak lebih delap dibandingkan
dengan benda yang lain.
2.5. Beberapa Formula
Defenisi Tentang Gelombang diutara teori dan hokum fisika yang
mendasari penginderaan jauh:
 Teori Gelombang
Teori gelombang Elektromagnetik. Gerakan radiasi Elektromagnetik
mengikuti
bentuk gelombang dengan gejala elektrik dan magnetik.
 Teori Kuantum:
Teori kuantum juga disebut teori partikel. Dalam teori ini dinyatakan bahwa
spektrum elektromagnetik terdiri dari bagian-bagian kecil yang
berkesinambungan
yang disebut `photons` atau `quanta`.
 Hukum plank:
Merupakan panas atau tenaga akibat gerakan partikel suatu benda secara
acak.
 Hukum Stefan-Boltzmann:
Merupakan tenaga yang dipancarkan oleh tiap benda antara fungsi suhu
permukaan obyek.
 Hukum Wien:
Tentang Kurva Pancaran tenaga kenetik benda hitam sempurna.

16
BAB III FOTOGRAMETRI DAN FOTO UDARA
3.1. Pengertian Foto Udara dan Fotogrametri
Foto udara atau peta foto adalah Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan
pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu.
Sebagai gambaran pada foto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan
foto miring sekali. Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat
pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi( tolerensi
<3o), sedangkan yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut
horison terlihat. Untuk foto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut.
Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf, 1974).
Definisi fotogrametri secara klasik adalah proses memperoleh informasi metrik tentang
suatu objek melalui pengukuran yang dilakukan pada foto objek tersebut. Fotogrametri
adalah ilmu membuat pengukuran dari foto. Fotogrametri berarti pengukuran fitur pada
foto.Ini menyangkut aspek metrik atau pengukuran proses. Selain aspek interpretasi
foto ini juga terlibat atas teknologi yang digunakan untuk pemetaan di mana
pengumpulan fitur diperlukan. Tugas mendasar dari informasi metrik diperoleh melalui
pembentukan hubungan geometris antara gambar dan objek seperti yang ada pada saat
pencitraan. Setelah ini ditetapkan informasi lain dari objek diturunkan. Bedasarkan
definisi tersebut, maka pekerjaan fotogrametri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
 Metric fotogrametri
suatu pengukuran yang sangat teliti dengan hitungan-hitungannya untuk
menentukan ukuran dan bentuk suatu objek.
 Intrepretasi fotogrametri
kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.

3.2. Foto Udara dan Jenis Kamera


Foto Udara adalah citra fotografi hasil perekaman dari sebagian permukaan bumi yang
diliput dari pesawat udara pada ketinggian tertentu menggunakan kamera tertentu. Foto
udara yang dipergunakan dapat berupa foto udara metrik, yaitu foto udara yang diambil
dengan kamera udara metrik (biasanya berukuran 23 x 23 cm). Foto udara jenis ini sangat
tinggi ketelitiannya karena kamera foto dibuat khusus untuk keperluan pemetaan dengan
ketelitian tinggi dan resolusi citra foto yang sangat baik. Pada kamera metrik dilengkapi
dengan titik-titik yang diketahui koordinatnya (disebut sebagai titik Fiducial Mark) yang

17
akan dipakai sebagai acuan / referensi dalam pengukuran dimensi objek. Jenis foto
lainnya adalah foto non-metrik, yaitu foto yang dihasilkan dari kamera non-metrik
(kamera biasa atau kamera khusus). Biasanya ukuran foto yang dihasilkan lebih kecil
dari foto metrik. Kamera ini biasa dipakai untuk keperluan pengambilan foto secara
umum, dan pemotretan udara dengan menggunakan pesawat kecil atau pesawat model.
Ketelitian yang diperoleh tidak sebaik kamera metrik dan daerah cakupan jauh lebih
kecil.
Foto udara selanjutnya diklasifikasikan sebagai foto udara vertikal dan foto udara
condong. Foto udara vertikal, yaitu apabila sumbu kamera pada saat pemotretan
dilakukan benar-benar vertikal atau sedikit miring tidak lebih dari 3˚. Sebagian besar dari
foto-foto udara termasuk dalam jenis foto udara vertikal. Tipe kedua dari foto udara yakni
foto udara condong (oblique) yaitu apabila sumbu foto mengalami kemiringan antara 3˚
dan 90˚ dari kedudukan vertikal. Jika horizon tidak tampak, disebut condong / miring
rendah. Jika horizon tampak, disebut condong tinggi / sangat miring.

Jenis Foto Udara


(http://2.bp.blogspot.com/_A93PnfvrhDc/S7A8l2v4R9I/AAAAAAAAACA/6-J6wX614hM/s320/01.bmp)

3.3. Geometri Foto Udara

Geometri foto udara pada dasarnya tidak akan selalu berada pada kondisi yang ideal
(tegak sempurna), hal tersebut dapat diakibatkan beberapa faktor:

 Pergerakan wahana, adanya variasi tinggi terbang dan pergerakan rotasi


dari pesawat menyebabkan variasi bentuk objek.
 Pergeseran relief, variasi tinggi permukaan tanah menyebabkan bentuk
radial dari objek-objek yang tinggi ekstrim seperti gedung tinggi, tiang
listrik, dsb.

18
 Foto udara miring, sumbu optik kamera membentuk sudut terhadap arah
gaya berat (tidak boleh lebih dari 3o).
 Overlap dan Sidelap, besaran overlap dan sidelap (60% untuk overlap dan
30% untuk sidelap) menyebabkan paralaks pada foto.
 Crab & Drift, pengaruh angin yang mendorong badan pesawat
menyebabkan penyimpangan pemotretan dari rencana jalur terbang
membuat variasi posisi dan bisa menimbulkan gap.

3.4. Informasi Tepi

Informasi tepi adalah sesuatu yang memiliki makna atau manfaat yang berada pada tepi foto
udara. Adapun informasi pada photo udara yang perlu diidentifikasi sebagai informasi atau
data awal dalam pelaksanaan pekerjaan photogrametri, dan yang termasuk didalamnya :

o Fiducial mark : merupakan 4 tanda titik bidang focus kamera udara yang
kegunaannya untuk menentukan titik utama photo udara.yang merupakan
titik pusat exposure dan proyeksi.
o Titik utama (principal point) merupakan titik pusat exposure dan
proyeksi, dan merupakan titik perpotongan antara 4 titik fiducial mark.
o Nivo merupakan alat pendatar kamera udara yang terbuat dari cairan yang
peka terhadap getaran dan kemiringan.
o Jam merupakan alat penentu waktu saat pemotretan.
o Fokus merupakan panjang lensa saat pemotretan objek, bisa diamati pada
informasi tepi photo udara.
o Tinggi terbang merupakan ketinggian penerbangan saat pemotretan
dilakukan alat pencatatnya dinamakan altimeter yang dapat dibaca pada
informasi tepi photo udara.
o Arah utara merupakan arah utara yang ditunjukkan pada photo udara yang
penentuannya mengacu pada waktu pemotretan dan arah bayangan photo.
o Skala merupakan besaran pembanding antara jarak pada photo dan di
lapangan yang penentuannya dengan cara nilai fokus kamera saat
pemotretan (f) dibagi dengan tinggi terbang (H) (Skala = f / H).

19
3.5. Keuntungan foto udara vertikal dibandingkan dengan foto udara condong

1. Skala foto vertikal kira-kira selalu tetap dibandingkan dengan skala foto condong. Ini
menyebabkan lebih mudah untuk melakukan pengukuran-pengukuran pada foto dan
hasil yang diperoleh lebih teliti.
2. Untuk keperluan tertentu foto udara vertikal dapat digunakan sebagai pengganti peta.
3. Foto udara vertikal lebih mudah diinterpretasi dari pada foto udara condong. Ini
dikarenakan skala dan obyek-obyek yang lebih tetap bentuknya, tidak menutupi obyek-
obyek lain sebanyak yang terjadi pada foto udara condong.

3.6. Keuntungan foto udara condong dibandingkan dengan foto udara vertikal

1. Foto udara condong meliputi kawasan yang lebih luas dari pada kawasan yang diliput
oleh suatu foto udara vertikal.
2. Jika lapisan awan seringkali menutupi suatu daerah yang tidak memungkinkan
dilakukan dengan pemotretan vertikal, maka dapat dilakukan dengan pemotretan
condong.
3. Beberapa obyek yang tidak dapat dilihat / tersembunyi dari atas pada foto udara
vertikal, misalnya : obyek dibawah bangunan tinggi, dapat terlihat pada pemotretan
condong.

3.7. Skala Foto Udara

Pada foto udara dikenal skala foto, yaitu skala rata-rata dari foto udara. Disebut skala
rata-rata, karena sifat proyeksi pada foto udara adalah perspektif (sentral), berpusat pada
titik utama (principal point). Dengan demikian skala di masing-masing titik tidak akan
sama, kecuali bila foto udara tersebut benar-benar tegak dan keadaan permukaan tanah
sangat datar. Besarnya skala rata-rata ditentukan oleh tinggi terbang dan tinggi
permukaan bumi serta besar focus kamera.

Skala foto udara berbeda dengan skala peta pada umumnya. Peta adalah gambaran /
presentasi dari permukaan bumi dengan skala tertentu. Sifat proyeksi pada peta adalah
orthogonal.

Oleh karena foto udara mempunyai skala yang bervariasi, maka untuk membuat peta
dengan skala dan geometri yang benar, foto udara tersebut harus diproses terlebih dahulu,

20
disebut sebagai proses restitusi foto udara. Pengertian restitusi adalah mengembalikan
posisi foto udara pada keadaan seperti pada saat pemotretan dengan proses orientasi
(orientasi dalam, relatif, absolut). Pada keadaan tersebut sinar-sinar yang membentuk
objek secara geometris telah benar dan dapat dipakai untuk membuat peta dengan cara
restitusi tunggal (rektifikasi) ataupun dengan cara restitusi stereo (orthofoto).

Untuk keperluan restitusi foto tersebut (tunggal maupun stereo) diperlukan titik-titik
kontrol yang diketahui koordinatnya pada sistem foto dan sistem referensi. Titik-titik
kontrol tersebut diperoleh sebagai hasil pengukuran di lapangan dan proses triangulasi
udara.

3.8. Stereoskopis

Pengelihatan stereoskopis memungkinkan kita untuk melihat suatu obyek dalam bentuk
3 dimensi dari dua perspektif yang berbeda, seperi foto udara yang diambil dari
kedudukan kamera yang berbeda.

Sepasang foto udara yang stereoskopis terdiri dari dua foto yang berdekatan dan saling
bertampalan. Overlap atau pertampalan kemuka, yaitu daerah pertampalan antara foto-
foto yang berurutan pada suatu jalur terbang. Side lap atau pertampalan ke samping, yaitu
daerah pertampalan antar jalur / strip yang saling bersebelahan. Besarnya pertampalan
biasanya dinyatakan dalam persen (%). Untuk keperluan pemetaan, overlap biasanya 60
± 5%, dan untuk side lap biasanya ditentukan 20 ± 5%. Pada daerah pertampalan akan
dapat dilihat citra permukaan bumi tiga dimensi dalam skala yang lebih kecil, yang biasa
disebut model. Untuk mendapatkan gambar stereoskopis, digunakan sebuah alat
stereoskop yang merupakan alat optis binokuler.

3.9. Rektifikasi

Rektifikasi dilakukan apabila permukaan tanah yang terpotret itu relatif datar dengan
asumsi ∆ h pada setiap titik pengamatan <>

Rektifikasi adalah suatu re-eksposur dari suatu foto sehingga kemiringan-kemiringan


(tilt) yang terdapat pada foto tersebut menjadi hilang dan sekaligus mengatur skala rata-
rata foto yang satu dengan yang lainnya.

21
Dengan rektifikasi, kita membuat foto menjadi benar-benar tegak / tanpa kemiringan
dan skala rata-rata yang pasti sesuai dengan skala yang dikehendaki dari setiap foto.
Adapun foto hasil pemotretan udara umumnya dilengkapi dengan data-data ketinggian
yang sebanding dengan skala dari foto, akan tetapi ketinggian tersebut dinyatakan
dalam bacaan altimeter yang kasar, sehingga akan memberikan harga skala foto rata-
rata yang sangat kasar pula. Demikian pula halnya dengan data kemiringan yang dapat
dibaca melalui nivo kotak yang terdapat pada tepi foto, inipun tidak dapat memberikan
data kemiringan yang teliti.

Kemiringan-kemiringan dan ketidaktepatan skala pada saat pemotretan akan


menyebabkan penyimpangan posisi planimetris yang benar pada foto. Pekerjaan
rektifikasi ini dilakukan dengan suatu alat yang dinamakan rectifier. Umumnya foto-foto
hasil rektifikasi ini digunakan untuk pembuatan peta foto melalui penyusunan mosaik
dari foto-foto rektifikasi.

Pembuatan peta foto dari mosaik hasil penyusunan foto hasil rektifikasi hanya bisa
dilakukan untuk daerah yang relatif datar, oleh sebab itu untuk daerah yang mempunyai
perbedaan tinggi (bergunung) akan timbul pergeseran relief yang mempunyai arah radial
terhadap titik utama.

3.10. Orthofoto (Rektifikasi Differensial)

Pembuatan peta foto untuk daerah yang bergunung dikerjakan dengan proses orthofoto,
dimana dengan orthofoto ini dilakukan re-eksposur secara orthogonal per bagian-bagian
kecil dari foto, sehingga kemiringan, skala dan pergeseran relief dapat dikoreksi. Proses
orthofoto akan menjadikan foto dalam proyeksi orthogonal. Seperti peta, foto ortho
hanya mempunyai satu skala (walaupun dalam medan yang beraneka), dan seperti foto
karena menyajikan medan dengan gambaran sebenarnya (tidak berwujud garis dan
simbol).

Orthofoto dilakukan apabila permukaan tanah yang dipotret itu bergunung dengan
asumsi ∆ h pada setiap titik pengamatan > 0,5 % x tinggi terbang terhadap tinggi rata-
rata pada foto yang bersangkutan.

22
Pada pandangan sekilas, orthofoto tampak sama dengan foto perspektif. Tetapi dengan
membandingkan orthofoto dan foto perspektif daerah yang sama, biasanya dapat diamati
bedanya

Orthofoto ialah foto yang menyajikan gambaran obyek pada posisi orthogonal yang
benar, oleh karena itu orthofoto secara geometris ekuivalen dengan peta garis. Orthofoto
memperlihatkan gambar-gambar fotografis yang sebenarnya dan dapat diperoleh detail
yang lebih banyak. Karena suatu orthofoto adalah benar secara planimetris, maka dapat
dianggap sebagai sebuah peta atau lebih tepat disebut peta orthofoto, dapat digunakan
untuk melakukan pengukuran langsung atas jarak, sudut, posisi dan daerah tanpa
melakukan koreksi bagi pergeseran letak gambar. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan
diatas foto perspektif.

Orthofoto dibuat dari foto udara melalui proses yang disebut rektifikasi diferensial, yang
meniadakan pergeseran letak oleh kemiringan fotografik dan relief. Hasil proses ini dapat
menghilangkan berbagai variasi skala foto dan pergeseran letak gambar oleh relief
maupun kemiringan.

Pergeseran letak oleh kemiringan sumbu kamera terjadi pada tiap foto yang pada saat
pemotretannya bidang foto miring terhadap bidang datum. Rektifikasi untuk
menghapus efek kemiringan sumbu dan hasilnya berupa ekivalen foto tegak. Akan
tetapi ekivalen foto tegak masih mengandung skala yang tidak seragam yang
diakibatkan oleh pergeseran letak gambar sehubungan dengan perubahan relief, kecuali
bagi medan yang benar-benar datar. Di dalam proses peniadaan pergeseran letak oleh
relief pada sembarang foto, variasi skala juga dihapus sehingga skala menjadi sama
bagi seluruh foto. Tiap foto yang skalanya tetap bagi seluruh bagian merupakan
orthofoto yang memiliki kebenaran planimteris sama dengan peta. Harus diingat bahwa
meskipun pergeseran letak oleh medan yang berbeda telah dikoreksi, masih ada satu
keterbatasan orthofoto yang berupa pergeseran letak oleh relief bagi permukaan tegak
seperti tembok bangunan yang tak dapat ditiadakan.

3.11. Relief Displacement

23
Pergeseran relief adalah perpindahan atau pergeseran pada posisi fotografis dari suatu
bayangan benda yang disebabkan karena permukaan bumi yang tidak rata atau
disebabkan karena benda tersebut mempunyai ketinggian terhadap suatu datum.

Dengan memperhatikan datum yang ada, maka dapat dikatakan :

 Jika sebuah titik terletak di bawah datum, maka arah pergeserannya ke


dalam.
 Jika sebuah titik terletak di atas datum, maka arah pergeserannya ke luar

Relief Displacement

(http://2.bp.blogspot.com/_A93PnfvrhDc/S7A_B-eAKFI/AAAAAAAAACI/hcPXdnYBVXM/s1600/067.bmp)

3.12. Konsep Dasar Pemetaan Fotogrametri

Pengadaan data geo-spasial dalam rangka pemetaan suatu daerah / kawasan antara lain
dapat dilakukan melalui metode :

 Terrestrial ( pengukuran langsung di lapangan )


 Fotogrametri ( pemotretan udara )
 Penginderaan Jauh
 GPS

Fotogrametri adalah suatu metode pemetaan objek-objek dipermukaan bumi yang


menggunakan foto udara sebagi media, dimana dilakukan penafsiran objek dan
pengukuran geometri untuk selanjutnya dihasilkan peta garis, peta digital maupun peta

24
foto. Secara umum fotogrametri merupakan teknologi geo-informasi dengan
memanfaatkan data geo-spasial yang diperoleh melalui pemotretan udara.

Gambaran umum pembuatan geo-informasi dengan metode fotogrametri

(http://4.bp.blogspot.com/_A93PnfvrhDc/S7A5YOr5JEI/AAAAAAAAAB4/QQwGY1Hm4bE/s320/clip_image002.gif)

Mengapa metode fotogrametri banyak dipakai dalam pembuatan geo-informasi? Karena:

 Obyek yang terliput terlihat apa adanya


 Produk dapat berupa : peta garis , peta foto atau kombinasi peta foto-peta
garis
 Proses pengambilan data geo-spatial relatif cepat
 Efektif untuk cakupan daerah yang relatif luas

Sebagai bahan dasar dalam pembuatan geo-informasi secara fotogrametris yaitu foto
udara yang saling bertampalan (overlaped foto). Umumnya foto tersebut diperoleh
melalui pemotretan udara pada ketinggian tertentu menggunakan pesawat udara.

3.13. Prinsip dasar fotogrametri

25
(https://www.fulldronesolutions.com/wp-content/uploads/2019/06/makalah-fotogrametri-pdf-lengkap-materi-2019-jurnal.png)

Prinsip dasar yang digunakan oleh fotogrametri adalah triangulasi. Dengan mengambil
foto dari setidaknya dua lokasi berbeda, apa yang disebut “line of sight” dapat
dikembangkan dari setiap kamera ke titik pada objek. Garis-garis pandangan ini (kadang-
kadang disebut rays karena sifat optiknya) secara matematis berpotongan untuk
menghasilkan koordinat 3 dimensi dari titik yang diinginkan. Triangulasi juga
merupakan prinsip yang digunakan oleh theodolites untuk pengukuran koordinat. Jika
Anda terbiasa dengan instrumen ini, Anda akan menemukan banyak kesamaan (dan
beberapa perbedaan) antara fotogrametri dan theodolit. Bahkan lebih dekat, triangulasi
juga cara kedua mata Anda bekerja bersama untuk mengukur jarak (disebut persepsi
kedalaman).

3.14. Pembagian fotogrametri


1. Aerial fotogrametri
Aerial fotogrametri melibatkan pesawat rc / UAV ( Unmaned aerial vehicle)
atau drone Kamera dipasang di pesawat terbang dan biasanya mengarah secara
vertikal ke tanah. Foto udara diambil dari udara dengan kamera khusus yang
dipasang di pesawat di atas area dengan sumbu kamera hampir vertikal.
Beberapa foto tanah yang tumpang tindih diambil saat pesawat terbang di
sepanjang jalur penerbangan. Foto-foto ini diproses dalam plotter stereo
(instrumen yang memungkinkan operator melihat dua foto sekaligus dalam
tampilan stereo). Foto-foto ini juga digunakan dalam pemrosesan otomatis
untuk pembuatan Digital Elevation Model (DEM).

26
(https://www.fulldronesolutions.com/wp-content/uploads/2019/06/fotogrametri-pdf-jurnal-makalah-600x337.png)

2. Fotogrametri terestial
adalah cabang fotogrametri di mana foto diambil dari posisi yang tetap, dan
biasanya diketahui, di atas atau di dekat tanah dan dengan sumbu kamera
horizontal atau hampir seperti itu. Posisi dan orientasi kamera sering diukur
secara langsung pada saat pencahayaan. Instrumen yang digunakan untuk
mengekspos foto tersebut disebut foto theodolite.

(https://www.fulldronesolutions.com/wp-content/uploads/2019/06/fotogrametri-digital-adalah.png)

3. Fotogrametri ruang angkasa


Fotogrametri luar angkasa mencakup semua aspek fotografi ekstraterestrial
dan pengukuran selanjutnya di mana kamera dapat dipasang di bumi,
terkandung dalam satelit buatan, atau diposisikan di bulan atau planet. Istilah
interpretasi foto diterapkan pada cabang fotogrametri di mana foto udara atau
terestrial digunakan untuk mengevaluasi, menganalisis, mengklasifikasikan,
dan menafsirkan gambar objek yang dapat dilihat pada foto. Akibatnya,
fotogrametri harus dianggap sebagai kombinasi pengukuran dan interpretasi.

27
BAB IV UNSUR DASAR INTERPRETASI GEOLOGI DAN CITRA

4.1. Identifikasi Foto Udara

Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan
maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam
pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya
kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.

Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan
foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek.

Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada
foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan
latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto
yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu
dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat
bermanfaat diberbagai bidang Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas
dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh
dengan cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara
konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah satu alat yang dapat digunakan
dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks
yakni paralaks bar.

Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada


karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara
visual atau manual dan pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir
sama. Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti
dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan secara digital
mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah
dibandingkan dengan cara manual. Dalam melakukan interpretasi suatu objek atau
fenomena digunakan sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi.

28
Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran
objek – objek yang tampak pada foto udara.

Contoh Foto Udara

(https://belajargeomatika.files.wordpress.com/2011/06/peta.jpg?w=595&zoom=2)

Berikut delapan (8) karakteristik dasar citra foto :

 Bentuk

Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek
individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam
pengenalan objek pada citrta foto.

 Ukuran

Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala foto. Objek dapat
disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.

 Pola

Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau
keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan
manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam
mengenalinya.

 Rona

29
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan
dengan pantulan sinar oleh objek.

 Bayangan

Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan
menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi,
tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada
foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.

 Tekstur

Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh
susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara
individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola,
bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek
menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.

 Lokasi

Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam
identifikasi.

 Asosiasi

Asosiasi merupakan unsur interpretasi citra penginderaan jauh yang kedelapan.


Asosiasi adalah teknik pengenalan objek karena adanya hubungannya dengan objek
yang lain. Sebagai contohnya, yaitu adanya lahan kosong yang dekat dari sebuah
gedung , objek itu dapat disimpulkan bias jadi merupakan halaman atau lahan parker.
Jadi, asosiasi dapat membantu dalam hal mengenali suatu objek, namun tentunya
kepastian pengenalan objek yang diinterpretasikan harus juga didukung dengan unsur
interpretasi lainnya. Asosiasi tidak hanya untuk kenampakanbuatan manusia saja,
tetapi juga berlaku untuk kenampakan alam. Contohnya yaitu, pola aliran radial
menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan gunung api, dan pola aliran anular
menunjukkan bahwa daerah tersebut adalah pegunungan dome.

30
BAB V SATELIT PENGINDERAAN JAUH

5.1. Sistem Satelit Penginderaan Jauh


Satelit penginderaan jauh berdasarkan misinya dikelompokkan menjadi satelit cuaca dan
satelit sumberdaya. Sedangkan berdasarkan cara pengorbitannya dibagi atas satelit
geostasioner dan satelit sinkron matahari. Satelit geostasioner diorbitkan pada ketinggian
36.000 km di atas bumi, pada posisi geostasioner. Pada posisi ini pengarus gragitasi dan
sentrafugal bumi kurang lebih sebanding, sehingga satelit yang ada di posisi ini tidak
tertarik ke bumi atau terlempar ke luar orbit. Contohnya : GEOS dan GMS.

Posisi satelit GOES dengan orbit geostasioner (Jensen, 2004)

(http://msp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/2015_Penginderaan-Jauh_Firman-Farid-Muhsoni.pdf)

Satelit dengan orbit sinkron matahari


(http://msp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2018/07/2015_Penginderaan-
Jauh_Firman-Farid-Muhsoni.pdf)

Satelit sinkrin matahari (sun-synchonous satelite)


didsebut juga satelit berorbit polar. Karena mengorbit
dengan hampir melewati kutub memotong arah rotasi
bumi. Contoh ; landsat, SPOT, ERS, JERS, dan NOAA. Ketinggian orbit satelit ini berkisar
antara 600 km sampai sekitar 1000 km.

31
5.2. MACAM – MACAM SATELIT PENGINDERAAN JAUH

(http://blog.digitalglobe.com/wp-content/uploads/2015/05/Ikonos.png)

5.2.1. Satelit IKONOS


Satelit Ikonos-1 semula akan diluncurkan pada tahun 1999 namun gagal.
Kemudian satelit Ikonos-2 yang rencananya diluncurkan tahun 2000, namanya
diganti menjadi Ikonos dan lalu diluncurkan pada September 1999 untuk
menggantikan Ikonos-1. Satelit ini mengorbit melingkar, sinkron matahari,
pada ketinggian 681 km, dan kedua sensor mempunyai lebar sapuan 11 km.
Satelit Ikonos-2 telah mengirimkan data komersial sejak awal 2000. Ikonos
adalah generasi pertama satelit dengan resolusi spasial tinggi. Sensor Ikonos
ada 2 macam, yaitu pankromatik dan multispektral. Data Ikonos merekam 4
band multispektral pada resolusi 4 meter dan satu band pankromatik dengan
resolusi 1 meter. Artinya, Ikonos adalah satelit komersial pertama yang
mengirimkan citra satelit berresolusi tinggi mendekati resolusi fotografi udara
di seluruh dunia. Panjang gelombang dan resolusi citra Ikonos dinyatakan
dalam tabel 2.5.
Tabel 2.5 Karakteristik Satelit Ikonos
Band Panjang gelombang (µm) Resolusi (m)

1 0.45-0.52 (biru) 4

2 0.52-0.60 (hijau) 4

3 0.63-0.69 (merah) 4

4 0.76-0.90 (Infrared dekat) 4

PAN 0.45-0.90 (Pankromatik) 1

32
Data Ikonos dikumpulkan dalam 11 bit per piksel (dengan derajat keabuan
2048). Artinya, terdapat lebih banyak nilai skala keabuan sehingga akan terlihat
detail yang lebih rinci dalam citra. Ikonos memiliki instrumen pengamatan
dalam lintasan melintang dan memanjang yang memungkinkan perolehan data
secara fleksibel dan frekuensi kemampuan mendatangi lagi 3 hari untuk resolusi
1 m dan 1 – 2 hari untuk resolusi 1,5 m.
Data citra Ikonos dapat dipesan dalam 3 jenis citra, yaitu:
 Pankromatik dengan resolusi spasial 1 meter. Dapat dikirimkan baik dalam
skala keabuan 256 (8 bit) atau skala keabuan 2048 (11 bit)
 Multispektral 4 band dengan resolusi spasial 4 meter. Dapat dikirim dalam 4
band terpisah atau dikombinasikan dalam warna asli atau warna palsu (false
colour).
 Multispektral yang dipertajam dengan pankromatik 1 meter. Hasil dari
kombinasi data pankromatik 1 m dan multispektral 4 m. Dikirim dalam warna
asli atau warna palsu.
Ketiga jenis citra itu dapat dipesan dalam 5 tingkat ketelitian horizontal, lihat
tabel 2.6.
Tabel 2.6 Tingkat Ketelitian Horizontal Produk Ikonos
Produk Ortho Ketelitian Simpangan
Skala
Ikonos rektifikasi Horizontal 90% baku ket. hor.

Geo Tidak 50 meter  25 meter

Reference Ya 25 meter 11,8 meter 1:50.000

Map Ya 12 meter 5,7 meter 1:24.000

Pro Ya 10 meter 4,8 meter 1:12.000

Precision Ya 4 meter 1,9 meter 1:4.800

Precision Plus 2 meter 1:2.400

5.2.2. Satelit QuickBird

(http://3.bp.blogspot.com/-VHanl_gmFq8/UWfcjW97yDI/AAAAAAAAAN0/eUHXHZTK8q0/s400/image_gallery.jpeg)

33
Satelit QuickBird adalah yang pertama dalam konstelasi pesawat ruang
angkasa yang DigitalGlobe sedang mengembangkan yang menawarkan
sangat, komersial beresolusi tinggi pencitraan yang akurat dari Bumi.
global koleksi QuickBird dan multispektral citra pankromatik ini dirancang
untuk mendukung aplikasi mulai dari penerbitan peta dan manajemen aset
tanah untuk penilaian risiko asuransi.
DigitalGlobe's pesawat ruang angkasa QuickBird mampu menawarkan
sub-meter citra resolusi, akurasi geolocational tinggi, dan besar on-board
penyimpanan data. Selain itu, kita dapat mengisi dan memperbarui arsip
digitalglobe.com kami di kecepatan belum pernah terjadi sebelumnya
karena fitur sistem QuickBird's memungkinkan kita untuk secara efisien
mengumpulkan lebih dari 75 juta kilometer persegi data citra setiap tahun.

Fitur Manfaat

Resolusi tinggi Memperoleh berkualitas tinggi untuk


penciptaan citra satelit peta, deteksi
 61 cm (2 kaki) pankromatik
perubahan, dan analisis citra
pada nadir
 2,4 m (8 kaki) multispektral
pada nadir

gambar akurasi Geolocate fitur dalam 23 meter (75,5


kaki) dan membuat peta di daerah
 Stable platform untuk
terpencil tanpa menggunakan titik
mengukur ketepatan lokasi
kontrol tanah
 3-axis stabil, tracker bintang /
IRU roda reaksi /, C / A GPS
Kode

Cepat besar area pengumpulan Kumpulkan persediaan yang lebih


besar yang sering diperbarui produk
 16,5 km lebar pencitraan petak
citra global yang lebih cepat
 Gbits on-board image kapasitas
dibandingkan sistem yang kompetitif
penyimpanan

34
Tinggi kualitas gambar Memperluas jangkauan target koleksi
pencitraan yang sesuai dan
 telescope Off-sumbu
meningkatkan interpretasi gambar
unobscured desain teleskop
karena gambar dapat diperoleh di
QuickBird's
bahkan tingkat cahaya rendah tanpa
 lapangan besar-view
mengorbankan kualitas gambar
 Kontras tinggi (MTF)
 Tinggi rasio sinyal terhadap
noise

Desain dan Spesifikasi

Informasi Tanggal: 18 Oktober 2001


Peluncuran Peluncuran Window: 1851-1906 GMT (1451-1506 EDT)
Peluncuran Kendaraan: Delta II
Peluncuran Situs: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base,
California

Orbit

Ketinggian: 450 km, 98 derajat, kemiringan sun-synchronous


Kembali frekuensi: 2-3 hari, tergantung pada garis lintang
Melihat sudut: angkasa Agile - di-track dan cross-track pointing
Periode: 93.4 menit

Per Orbit Koleksi 128 gigabits (kira-kira 57 foto daerah tunggal)

petak lebar: 16,5 kilometer di petak tanah nadir diakses: 544 km

Lebar & Ukuran berpusat pada jalur tanah satelit (ke ~ 30 ° off-nadir) Wilayah
Area bunga

 Single Area: 16,5 km x 16,5 km


 Strip: 16,5 km x 115 km

Metrik Akurasi

35
23 meter lingkaran kesalahan, kesalahan linier 17 meter (tanpa
kontrol tanah)

Resolusi &
Bandwidth Pankromatik Multispektral
Spektrum
 61 sentimeter (2  2.4 meter (8 kaki) GSD di
kaki) Ground nadir
Sample Distance  Blue: 450-520 nanometer
(GSD) pada nadir  Hijau: 520-600 nanometer
 Black & White:  Merah: 630-690 nanometer
445-900 nanometer  Near-IR: 760-900
nanometer

Dynamic Range 11-bit per pixel

Komunikasi Payload Data

Housekeeping
 320 Mbps X-band

 X-band dari 4, 16 dan 256


Kbps
 2 Kbps S-band uplink

Pendekatan ADCs 3-axis stabil, tracker bintang / IRU roda reaksi /, C / A GPS Kode

Menunjuk dan
Agility Ketelitian: kurang dari 0,5 milliradians absolut per sumbu
Pengetahuan: kurang dari 15 microradians per sumbu
Stabilitas: kurang dari 10 microradians per detik

Penyimpanan Kapasitas 128 gigabits


onboard

Kendaraan angkasa

Diharapkan akhir kehidupan: 2010


£ 2100, 3,04-meter (10 kaki) panjangnya

36
5.2.3. Satelit ALOS

(https://citrasatelit.files.wordpress.com/2012/01/alos-satellite-sensor.jpg)

Jepang merupakan salah satu negara dengan teknologi satelit penginderaan jauh
terdepan selain negara maju lainnya seperti Amerika, Kanada, serta konsorsium negara-negara
Eropa dengan European Space Agency (ESA).

Di Asia, selain Jepang, negara yang cukup mumpuni dengan teknologi satelit
penginderaan jauh adalah China dan India. Sedangkan Brazil menjadi negara dengan
penguasaan teknologi satelit penginderaan jauh yang paling menonjol di wilayah Amerika
Latin. Jepang menjadi salah satu yang paling inovatif dalam pengembangan teknologi satelit
penginderaan jauh setelah diluncurkannya satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite)
atau dikenal dengan ’Daichi’ pada tanggal 24 Januari 2006.

Satelit berbobot 4000 kg ini diluncurkan dari pusat peluncuran Tanegashima yang
mengorbit dengan ketinggian sekitar 700 km di atas permukaan bumi. Misi ALOS adalah untuk
mencari pemecahan masalah lokal (local issue) seperti ketahanan pangan (food security),
kelangkaan sumber air, mitigasi bencana dan konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity).

Adapun tujuan yang ingin dicapai satelit generasi terbaru produk negeri Sakura ini
terdiri dari 5 (lima) yaitu (1). membuat peta (cartography) seluruh wilayah Jepang termasuk
negara lainnya di dunia, (2). mengamati pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan harmonisasi antara lingkungan bumi dan perkembangan regional, (3).
memonitor bencana (disaster monitoring), (4). melakukan survei sumber daya alam, (5).
mengembangkan teknologi yang terkait dengan satelit pengamat bumi masa depan. Karena
keragaman target ALOS ini maka dapat dikatakan satelit penginderaan jauh ini punya
kemampuan multi-guna.

Spesifikasi ALOS

ALOS mempunyai tiga instrumen yaitu PRISM (Panchromatic Remote Sensing


Instrument for Stereo Mapping) untuk pemetaan dijital elevasi (ketinggian) sehingga dapat
menghasilkan data ketinggian. Instrumen yang kedua adalah AVNIR-2 (Advanced Visible and

37
Near Infrared Radiometer) untuk pengamatan lahan secara teliti serta instrument PALSAR
(Phased Array type L-Band Synthetic Aperture Radar). Sesuai dengan namanya instrumen ini
dapat menghasilkan data SAR atau radar.

PRISM dapat memberikan resolusi spasial 2,5 m dan memproduksi model permukaan dijital
(digital surface model) secara akurat. Instrumen ini punya tiga jenis sistem optik untuk melihat
ke depan (forward), belakang (backward) dan pada nadir. Dengan kemampuan ini PRISM
dapat menghasilkan citra stereo. Sensor ini dapat merekam dengan lebar sapuan sampai 70 km
pada nadir.
AVNIR-2 didesain khusus untuk mengamati lahan dan wilayah pesisir, merupakan
pengembangan dari AVNIR yang dipasang pada satelit sebelumnya ADEOS (Advanced Earth
Observing Satellite) tahun 1996. Sensor ini memberikan peta cakupan dan tutupan lahan pada
skala regional dengan resolusi yang lebih baik dibanding sebelumnya. Resolusi spasial
AVNIR-2 mencapai 10 m, lebih baik dibandingkan resolusi spasial AVNIR yang hanya 16 m.
PALSAR memanfaatkan rentang gelombang mikro pada frekuensi band-L yang dapat
menembus awan dan dapat melakukan pengamatan siang maupun malam bahkan dalam
kondisi cuaca buruk sekalipun. Instrumen ini memberikan data radar yang lebih baik dibanding
satelit radar generasi sebelumnya, JERS-1 (Japanese Earth Resources Satellite). PALSAR
dapat memberikan keuntungan dalam cakupan pengamatan mulai dari 250 – 350 km yang
disebut dengan ScanSAR. Keuntungan ini juga dimiliki oleh satelit milik Kanada,
RADARSAT.
Keunggulan ALOS

Jepang secara konsisten mengembangkan teknologi satelit penginderaan jauhnya


selama kurang lebih 20 tahun terakhir. Dan hasilnya pun sangat memuaskan dengan
diluncurkannya beberapa satelit generasi terbarunya termasuk ALOS. ALOS menjadi andalan
dan kebanggaan Jepang karena satelit ini dapat memuaskan konsumennya di seluruh dunia.
Kenapa? Karena ALOS dapat memberikan data optik dan data radar sekaligus. Data optik
sangat sensitif dan punya kemampuan tinggi dalam menggambarkan suatu obyek
(visualization) tetapi sangat rentan jika pada saat perekaman terdapat cakupan awan (cloud
cover). Akan tetapi dengan data radar keberadaan awan dapat diatasi, selain itu dengan data
radar karakteristik fisik lebih mudah diamati dibanding dengan data optik. Kombinasi
penggunaan data optik dan radar akan memberikan hasil analisis yang lebih baik dibandingkan
hanya menggunakan salah satu diantara kedua jenis data tersebut.

38
Pada umumnya satelit penginderaan jauh hanya didesain untuk dapat memberikan data
optik saja atau data radar saja. Seperti data optik dari satelit penginderaan jauh SPOT milik
Perancis yang berkonsorsium dengan beberapa negara Eropa lainnya atau satelit RADARSAT
milik Kanada yang hanya dapat memberikan data radar saja. Selain itu ALOS dapat juga
memberikan data stereo (stereo mapping) dan dapat mencakup wilayah dengan luas sampai
ratusan kilometer.

Aplikasi ALOS

Sejak diluncurkan tahun 2006, ALOS memasuki fase setelah operasi (tiga tahun setelah
peluncuran). ALOS sudah digunakan untuk berbagai tujuan seperti pemetaan dan observasi
kondisi es di laut (sea ice), keberadaan hutan, mitigasi bencana, kondisi permukaan laut
(kecepatan angin) dan wilayah pesisir (mangrove, terumbu karang), serta pengamatan sumber
daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable).

Khusus untuk pengamatan kondisi hutan, ALOS sudah merekam sebagian kondisi
hutan Indonesia tahun 2008 di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sebagian Maluku dan Irian
termasuk New Guinea (lihat gambar 2). Peta hutan ini dibuat dari data PALSAR yang dibentuk
menjadi citra ortho dengan resolusi spasial 50 meter.

Selain untuk pemetaan kondisi hutan Indonesia, aplikasi lain yang juga sangat penting
yang terkait dengan kerusakan lingkungan di wilayah pesisir adalah kondisi terumbu karang.
Dengan AVNIR-2, distribusi terumbu karang dapat divisualisasikan dengan kombinasi band
cahaya tampak (visible band) melalui algoritma tertentu. Fusi citra AVNIR-2 dengan data
PALSAR akan memberikan kajian yang lebih baik terkait sebaran terumbu karang yang ada.
Jika dilengkapi hasil pengamatan lapangan dan data penginderaan jauh lainnya seperti data
hiperspektral (hyperspectral) maka tidak hanya distribusi terumbu karang saja yang bisa
dianalisa tetapi juga sehat tidaknya terumbu karang tersebut. Data hiperspektral dapat
memberikan informasi atau kerincian spektral lebih detil dibandingkan menggunakan data
multispektral (seperti AVNIR-2). (Ketut Wikantika, dari berbagai sumber).

5.2.4. Satelit NOAA

(http://3.bp.blogspot.com/-GBUWmMldzcc/VT5JhNETGDI/AAAAAAAAAuA/DMmchB_rXwA/s1600/noah.JPG)

39
Satelit NOAA adalah satelit meteorologi generasi ketiga yang dioperasikan oleh National
Oceanic and Atmospheric Administration, Amerika Serikat. Generasi pertama adalah seri
TIROS (1960 – 1965), dan generasi kedua adalah seri ITOS (1970 – 1976).
Sensor utama NOAA adalah AVHRR/2 (Advanced Very High Resolution Radiometer
model 2) dan TOVS (TIROS Operational Vertical Sounder) yang terdiri dari HIRS/2 (High
Resolution Infrared Sounder model 2), SSU (Stratospheric Sounding Unit), dan MSU
(Microwave Sounding Unit). Satelit NOAA sinkron matahari ini membawa AVHRR untuk
merekam energi elektromagnetik dalam 4 atau 5 band. Sensor AVHRR merekam seluruh bumi
dua kali sehari untuk memperoleh informasi regional mengenai kondisi vegetasi dan
temperatur permukaan laut.

Tabel 2.4 Karakteristik Sistem Sensor NOAA AVHRR


Nomor NOAA 6, 8, 10 NOAA 7, 9, 11, 12 Karakteristik Band
Band (m) (m)
pemetaan awan siang hari, salju, es,
1 0,58 – 0,68 0,58 – 0,68
dan vegetasi
pemetaan garis batas lahan-air, salju,
2 0,725 – 1,10 0,725 – 1,10
es, dan vegetasi
pemantauan target panas (volka-no,
3 3,55 – 3,93 3,55 – 3,93 kebakaran hutan), pemetaan awan
malam hari
pemetaan awan siang-malam dan suhu
4 10.50 – 11.50 10.30 – 11.30
permukaan
pemetaan awan siang-malam dan suhu
5 tidak ada 11.50 – 12.50
permukaan

Satelit AVHRR mengorbit pada ketinggian 861 km apogee (terjauh) dan 845 km perigee
(terdekat) di atas bumi pada inklinasi 98,9o dan secara kontinyu merekam data dengan lebar
sapuan 2700 km dan dengan resolusi spasial 1,1 x 1,1 km pada nadir. Satelit nomor ganjil,
misalnya NOAA 11, memotong ekuator sekitar pukul 2.30 sore dan 2.30 dini hari, sedangkan
satelit genap, misalnya NOAA 12, memotong ekuator sekitar pukul 7.30 malam dan 7.30 pagi
waktu lokal. Normalnya dua satelit seri NOAA beroperasi bersamaan (ganjil, genap). Setiap
satelit mengorbit bumi 14,1 kali per hari (setiap 102 menit) dan memperoleh cakupan global
lengkap setiap 24 jam. NOAA-10 diluncurkan 17 September 1986, NOAA-11 24 September
1988, dan NOAA-12 14 Mei 1991.
Para ilmuwan sering menghitung Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dari
data AVHRR dengan menggunakan band tampak (AVHRR1) dan infrared-dekat (AVHRR2)
untuk memetakan kondisi vegetasi pada level regional dan nasional.

40
NDVI dan indeks vegetasi lainnya digunakan secara ekstensif dengan data AVHRR untuk
memantau kondisi vegetasi alam dan tanaman, mengidentifikasi penggundulan hutan di daerah
tropis, dan memantau daerah yang menjadi gurun dan kekeringan.

5.2.5. Satelit Meteorologi Geostasioner

(https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d0/GOES_8_Spac0255.jpg)

Satelit Meteorologi Geostasioner diluncurkan di bawah proyek WWW (World Weather


Watch) yang diorganisasi oleh WMO (World Meteorological Organization) yang melingkupi
seluruh bumi. Ada 5 satelit meteorologi geostasioner yaitu METEOSAT, INSAT (India),
GMS (Jepang), GOES-E (AS), dan GOES-W (AS). Satelit-satelit tersebut berada pada
ketinggian sekitar 35.800 km.

5.2.6. Radarsat-1

(https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bb/Radarsat-1.gif)

Radarsat-1 adalah C-Band Synthetic Aperture Radar (SAR) yang menembus awan
dan dapat gambar siang dan malam dan di semua kondisi cuaca. Diluncurkan pada bulan
November 1995, Radarsat-1 dioperasikan oleh MDA GeospatialServices Richmond, Kanada.

Sudut kemiringan (derajat) 98.6

Orbital period (minutes) Orbital period (menit) 100,7 min

Berarti lokal waktu di naik node 18:00 ± 5 menit

Rata-rata ketinggian (km) 798 km (793-821)

41
Orbit pr hari 14 7 / 24

Ulangi siklus (hari) 24 hari (343 orbit)

Polarisasi HH

Resolution Beam Mode dan Resolusi Nominal


Fine Beam 8m
Standard Beam 20 m
ScanSAR 50 m

5.2.7. ENVISAT Asar

(https://cdn2.tstatic.net/makassar/foto/bank/images/ENVISAT-SATELIT.jpg)

ENVISAT Asar adalah C-band Advanced Synthetic Aperture Radar instrumen


onboard Badan Antariksa Eropa ENVISAT satelit, dan mampu menembus awan dan dapat
gambar siang dan malam dan di semua kondisi cuaca. Diluncurkan pada bulan Maret 2002,
ENVISAT-1 dioperasikan oleh European Space Agency.

Sudut kemiringan (derajat) 98.55

Orbital period (menit) 100.6 min

Rata-rata waktu setempat turun node 10:00 ± 5 menit

Rata-rata ketinggian (km) 799.8 km

Orbit per hari 14 11/35

Ulangi siklus (hari) 35 hari (501 orbit)

Polarisasi VV, HH, VH, HV

42
Mode dan Resolusi Nominal
30 m
Gambar Mode
50 m
WideScan

5.2.8. ERS-2

(https://www.esa.int/var/esa/storage/images/esa_multimedia/images/2005/04/ers-2_satellite_and_applications/9734226-4-eng-GB/ERS-
2_satellite_and_applications_pillars.jpg)

ERS-2 adalah C-band Synthetic Aperture Radar instrumen berikut pendahulunya


ERS-1 satelit, dan mampu menembus awan dan dapat gambar siang dan malam dan di semua
kondisi cuaca. Diluncurkan pada bulan April 1995, ERS-2 adalah salah satu LAK operasional
terpanjang di ruang dan terus dioperasikan oleh European Space Agency.

Sudut kemiringan (derajat) 98.54

Orbital period (menit) 100,6 min

Rata-rata waktu setempat turun node 10:30 ± 5 menit

Rata-rata ketinggian (km) 795 km

Orbit per hari 14 11/35

Ulangi siklus (hari) 35 hari (501 orbit)

Polarisasi VV

Resolution Beam Mode dan Resolusi Nominal


25 m
Peta Strip Mode

Baru-baru ini beberapa satelit SAR baru diluncurkan ke ruang angkasa. (JAXA)
Ruang Badan Jepang L-band PALSAR onboard sensor satelit ALOS merupakan tindak pada
sensor ke SAR JERS-1 diluncurkan pada pertengahan 1990-an. Sementara L-band jauh lebih
cocok untuk mendeteksi fitur permukaan laut seperti pusaran dan gelombang internal, data
resolusi tinggi dari PALSAR tidak tersedia dalam waktu dekat-real karena pembatasan

43
downlink rumit. Hanya data resolusi menengah tersedia dari Alaska Satelit Facility (ASF)
dan segera dari CSTARS.

5.2.9. PALSAR

(http://citra-alos.blogspot.com/p/palsar.html)

PALSAR bertahap Array adalah tipe L-band Synthetic Aperture Radar instrumen di
ALOS dan mampu menembus awan dan dapat gambar siang dan malam dan di semua kondisi
cuaca. Diluncurkan pada bulan Januari 2006, PALSAR dioperasikan oleh Badan Antariksa
Jepang.

Sudut kemiringan (derajat) 98.16

Orbital period (menit) 99 min

Rata-rata waktu setempat turun node 10:30 ± 15 menit

Rata-rata ketinggian (km) 691,65 km

Orbit per hari 14 27/46

Ulangi siklus (hari) 46 hari (671 orbit)

Polarisasi HH, VV, HH & HV, VV & VH

Resolution Beam Mode dan Resolusi Nominal


10 m
Mode Resolusi Tinggi ScanSAR
100 m

5.2.10. TerraSAR-X

(https://s3.amazonaws.com/content.satimagingcorp.com/media/cms_page_media/1548/Terra-SAR-X-Satellite.jpg)

44
TerraSAR-X adalah pertama yang tersedia secara komersial radar satelit untuk
menawarkan meter resolusi citra-produk satu. TerraSAR-X diluncurkan pada Juni 2007 dan
dioperasikan dalam publik Jerman, kemitraan swasta (PPP) program antara Pusat Angkasa
Jerman (DLR) sebuah d anak Astrium Astrium's. Infoterra GmbH bertanggung jawab atas
eksploitasi komersial dari data TerraSAR-X. Teknologi dari SAR bertahap array aktif X-
band utliizes pengalaman mendalam oleh para mitra PPP di aperture radar pesawat ruang
angkasa sintetik (SAR) sistem, misalnya dari udara penginderaan jauh atau misi pesawat SIR-
C/X-SAR dan SRTM. TerraSAR -X adalah pelengkap yang sangat baik untuk sistem optik
seperti Quickbird, IKONOS, FormoSat-2 dan SPOT 5 dengan kemampuan SAR resolusi
tinggi. Sikap yang tepat dan penentuan orbit TerraSAR-X memungkinkan ortorektifikasi
tanpa titik kontrol tanah mencapai sebuah piksel gambar akurasi lokasi hingga 1m tergantung
pada bantuan, sudut datang dan DEM yang tersedia.

Sudut kemiringan (derajat) 97.44

Orbital period (menit) 95 min

Rata-rata waktu setempat turun node 06:00 ± 15 menit

Rata-rata ketinggian (km) 514,8 km

Orbit per hari 15 2 / 11

Ulangi siklus (hari) 11 hari (167 orbit)

Polarisasi (* tunggal, dual dan quad) HH atau VV (tunggal)


HH / VV, HH / HV, VV / VH (dual) HH, VV,
Eksperimental saja.
HV, VH (quad)

Resolution Beam Mode dan Resolusi


Nominal
1m
Lampu sorot
3m
StripMap
18 m
ScanSAR

5.2.11. Cosmo-SkyMed (CO nstellation dari atellites S kecil untuk


editerranean cekungan M bservation O)

45
(https://spacenews.com/wp-content/uploads/2015/01/CosmoSkymed_AIAD-678x485.jpg)

Cosmo-SkyMed (CO nstellation dari atellites S kecil untuk editerranean cekungan M


bservation O) adalah X-band SAR Italia untuk pengamatan bumi dan satelit pertama
diluncurkan Juni 2007. Konstelasi Cosmo akan terdiri dari empat Low Earth Orbit (LEO)
satelit menengah, masing-masing dilengkapi dengan multi-mode resolusi tinggi Synthetic
Aperture Radar (SAR) yang beroperasi pada X-band dan dilengkapi dengan akuisisi data
sangat fleksibel dan inovatif dan transmisi peralatan. Cosmo-SkyMed akan dioperasikan oleh
Badan Antariksa Italia (ASI) dan akan memberikan aset bumi observasi ditandai dengan
cakupan global penuh, segala cuaca, siang / malam kemampuan akuisisi, resolusi yang lebih
tinggi, akurasi yang lebih tinggi (geo-lokasi, radiometri, dll ), kualitas gambar yang superior,
cepat kembali / waktu respon, interferometric / polarimetrik kemampuan dan lebih cepat-dan-
mudah pemesanan dan pengiriman data, products and services. data, produk dan jasa.

Sudut kemiringan (derajat) 97.86

Orbital period (menit) 95 min

Rata-rata waktu setempat turun node 06:00 ± 15 menit

Rata-rata ketinggian (km) 619,6 km

Orbit per hari 14 13/16

Ulangi siklus (hari) 16 hari (237 orbit)

Constellation dari Satelit pada 90 o pentahapan

Polarisasi (dipilih) HH, VV, HV, VH

Beam Mode dan Resolusi Nominal 1m


Lampu sorot
StripMap Mode 3m
HighImage 5m
Pingpong

46
ScanSAR Mode 30 m
Wideregion 100 m
Hugeregion

5.2.12. GeoEye-1

(https://i2.wp.com/www.citrasatelit.com/wp-content/uploads/2014/11/GeoEye-1-2.jpg?w=400)
Diluncurkan pada tanggal 6 September 2008, GeoEye-1 dilengkapi dengan teknologi imaging
paling maju yang pernah dipasang pada sebuah satelit komersial. Pengumpulan data di industri
terkemuka multispektral resolusi 0,41 meter pankromatik dan 1,65 meter, GeoEye-1
memberikan citra satelit yang paling rinci yang tersedia. Dengan resolusi yang lebih baik,
akurasi posisi dan kelincahan, GeoEye-1 benar-benar generasi kedua satelit resolusi tinggi dan
akan memperluas aplikasi citra penginderaan jauh di seluruh spektrum pasar.

Spesifikasi GeoEye-1

Spektral Bands: Pankromatik (Hitam dan Putih) & Multispektral (Merah, Hijau,
Biru dan NIR)
Resolusi:
Dikumpulkan pada Pankromatik 0,41-m & Multispektral 1.65-
m; dijual di Pankromatik 0,5-m & 2.0-m Multispektral karena
peraturan pemerintah AS
Kembali Waktu: ~ 3 hari (tergantung pada garis lintang)

Ketelitian Posisi: 2.5-m CE90% (tidak memperhitungkan distorsi topografi)

Petak Lebar: 2-km pada nadir

Arsip Tanggal: Akhir 2008 sampai sekarang

Stereo Ketersediaan: Arsip (tersedia) dan koleksi seperti baru

Orbital Ketinggian: 681 km

47
5.2.13. Worldview-1

(https://s3.amazonaws.com/content.satimagingcorp.com/media/cms_page_media/60/worldview-1%20sm.jpg)

Pada tanggal 18 September 2007, Worldview-1 berhasil diluncurkan ke orbit. Dengan


resolusi 0,50 meter pankromatik, Worldview-1 adalah yang pertama dari sensor generasi kedua
satelit digital yang sangat lincah dan sangat akurat. Memiliki kemampuan untuk
mengumpulkan lebih dari 6.600 kilometer persegi (atau 3.300 km persegi dalam mode stereo)
dari citra di single pass, Worldview-1 adalah solusi sempurna untuk klien-klien yang
memerlukan cakupan area yang luas dalam bingkai waktu yang singkat.

Spesifikasi Worldview-1

Spektral Bands: Pankromatik (Hitam dan Putih)

Resolusi: 0,50-m Pankromatik

Kembali Waktu: ~ 4.6 hari (tergantung pada garis lintang)

Ketelitian Posisi: 6.5-m CE90% (tidak memperhitungkan distorsi topografi)

Petak Lebar: 17.6-km pada nadir

Arsip Tanggal: September 2007 Present

Stereo Ketersediaan: Arsip (tersedia) dan koleksi seperti baru

Orbital Ketinggian: 496 km

5.2.14. Worldview-2

(https://s3.amazonaws.com/content.satimagingcorp.com/media/cms_page_media/57/worldview-2%20sm.jpg)

48
Diluncurkan pada 6 Oktober 2009, Worldview-2 adalah satelit resolusi tinggi yang
paling berteknologi maju yang pernah dioperasikan. Penawaran delapan tak tertandingi band
data multispektral 1,84 meter ditambah 0,46 meter band pankromatik, Worldview-2 akan
memperluas kemungkinan data penginderaan jauh untuk studi vegetatif, penelitian batimetri,
klasifikasi diawasi dan tak terawasi, dan semua analisis spektral lainnya high-end teknik.
Worldview-2 tidak hanya menawarkan peningkatan informasi spektral, juga memiliki industri
keakuratan terkemuka, kelincahan dan kapasitas penyimpanan data yang benar-benar
menempatkan satelit ini menjadi sebuah kelas tersendiri.
Spesifikasi Worldview-2

Spektral Bands:

8-band Multispektral (pita biru, hijau, merah dan dekat-


inframerah standar; tepi merah ditambah, pesisir, kuning dan
dekat-IR2) & Pankromatik (hitam dan putih)
Resolusi:

Dikumpulkan pada Pankromatik 0,46-m & Multispektral 1.84-


m; dijual di Pankromatik 0,5-m & 2.0-m Multispektral karena
peraturan pemerintah AS
Kembali Waktu: 3,7 hari (tergantung pada garis lintang)

Ketelitian Posisi: CE90-12.2 m, dengan kinerja yang diperkirakan pada kisaran


4,6 sampai 10,7% CE90-m (tidak memperhitungkan distorsi
topografi)
Petak Lebar: 16.4-km pada nadir

Arsip Tanggal: Mulai tahun 2009 pertengahan Oktober

Stereo Ketersediaan: Arsip (tersedia) dan koleksi seperti baru

Orbital Ketinggian: 770-km

Worldview-2 diluncurkan pada pertengahan bulan Oktober 2009 dengan masa kalibrasi
yang diharapkan 4 bulan.

5.2.15. MOS (Marine Observation Satellite)

49
(https://3.bp.blogspot.com/-
PCckiUImy8E/V7FlNvgegrI/AAAAAAAAAcs/banp5YxAb8EduJ2LUawA2jeN2AR4FxYiACLcB/s640/satelit%2Bcuaca.jpg)

Bumi sumber daya Jepang pertama satelit, juga dikenal dengan nama nasional Momo
("persik mekar"). 1A dan 1B-MOS-, diluncurkan oleh NASDA (Badan Pengembangan
Antariksa Nasional), dipantau arus laut dan tingkat klorofil, suhu permukaan laut, uap air
atmosfer, curah hujan, dan vegetasi lahan, dan juga bertindak sebagai relay data untuk
platform permukaan sensor remote. 2.4 diukur × 1,5 m dan diluncurkan dari Tanegashima.

kendaraan tanggal peluncuran massa


orbit
angkasa peluncuran kendaraan (kg)

MOS-1A 19 Februari 1987 N-2 907 × 909 km × 99,1 ° 745

° 908 × 909 km × 99,1


MOS-1B 7 Februari 1990 H-1 740
°

5.2.16. Seasat

(https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/7/7f/Seasat.jpg)

Tujuan Misi:
Seasat adalah satelit pertama yang dirancang untuk penginderaan jauh dari bumi lautan
dengan aperture radar sintetik (SAR). Misi ini dirancang untuk menunjukkan kelayakan
pemantauan satelit global fenomena oseanografi dan untuk membantu menentukan kebutuhan
dari sebuah laut operasional sistem satelit penginderaan jauh. Tujuan khusus adalah untuk
mengumpulkan data-angin permukaan laut, suhu permukaan laut, ketinggian gelombang,
gelombang internal, air atmosfer, es fitur laut dan topografi laut. Misi ini berakhir pada 10
Oktober 1978 karena kegagalan daya listrik sistem kendaraan. Meskipun hanya sekitar 42 jam

50
real time data diterima, misi menunjukkan feasiblity menggunakan sensor gelombang mikro
untuk memantau kondisi laut, dan meletakkan dasar bagi masa depan misi SAR. Perbedaan
utama antara A dan sebelumnya-satelit observasi Bumi Seasat adalah penggunaan sensor
microwave pasif dan aktif untuk mencapai-kemampuan segala cuaca.
Laser data yang diperoleh oleh stasiun pelacakan hari (sebelum pembentukan ILRS)
digunakan oleh NASA GSFC dalam pembangunan model gravitasi Seasat disesuaikan PGS-
S1 dan PGS-S2 (terdiri dari 16.500 pengamatan).

1 Misi Instrumentasi:
2 Seasat memiliki onboard instrumentasi berikut:

1. Radar altimeter
2. Scatterometer sistem
3. Synthetic aperture radar
4. Terlihat dan inframerah radiometer
5. Pemindaian multi-channel microwave radiometer
6. Retroreflektor array

Misi Parameter:
Parameter Misi Seasat
Sponsor: NASA
Diharapkan Life: 1-3 tahun (berhenti berfungsi pada tanggal 10 Oktober 1978)
Primer Aplikasi: topografi laut
Primer SLR Aplikasi: kalibrasi altimeter radar
COSPAR ID: 7806401
SIC Kode:
NORAD SSC Kode: 10967
Launch Date: 28 Juni 1978
RRA Diameter:
RRA Bentuk:
Reflektor:
Orbit: dekat kutub
Kemiringan: 108 derajat
Eksentrisitas: 0.001
Perigee: 793 km
Periode: 100 menit
Berat: 2290 kg

51
Definisi dan penegrtian penginderaan jauh

Dasar-dasar fisika untuk penginderaan jauh

52
Fotogrametri dan foto udara

Unsur dasar interpretasi geologi dan citra

53
Satelit penginderaan jauh

DAFTAR PUSTAKA

Tanpa Nama. Tanpa Tahun. Dasar Fisika Penginderaan Jauh A. Tenaga Elektromagnetik. Tanpa Tempat: Tanpa Penerbit.
Diakses melalui : https://studylibid.com/doc/1110960/dasar-fisika-penginderaan-jauh-a.-tenaga-elektromagnetik pada 22
Oktober 2019 pukul 22.30 WIB

Tanpa Nama. 2019. Sejarah Fotogrametri Materi Lengkap Pemetaan dengan Pesawat Drone. Tanap Tempat: Tanpa Penerbit.
Diakses melalui : https://www.fulldronesolutions.com/sejarah-fotogrametri-pemetaan-digital-materi-lengkap-sejarah-
dengan-pesawat-drone/ pada 22 Oktober 2019 pukul 23.05 WIB

Tanpa Nama. 2017. 8 Unsur Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Tanpa Tempat: Tanpa Penerbit. Diakses melalui :
https://www.edukasinesia.com/2017/02/8-unsur-unsur-interpretasi-citra-penginderaan-jauh.html

Tanpa Nama. 2018. Tanpa Penginderaan Jauh, Suatu Negara Akan Sangat Sulit Berkembang, ini Penjabarannya. Tanpa
Tempat: Tanpa Penerbit. Diakses melalui : https://www.amuzigi.com/2018/01/penginderaan-jauh-penjabaran-dan-
penjelasannya.html pada 22 Oktober 2019 pukul 22.45 WIB

Bambang S. T. Subroto. 2014. Fotogrametri dan Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Penerbit Sekolah Tinggi Pertanahan
Nasional. Diakses melalui : http://prodi1.stpn.ac.id/wp-content/uploads/2016/12/Modul-Fotogrametri-dan-Penginderaan-
Jauh.pdf pada 23 Oktober 2019 pukul 00.18 WIB

F.F Muhsoni. 2015. Penginderaan Jauh. Bangkalan, Madura: UTMPress. Diakses melalui : http://msp.trunojoyo.ac.id/wp-
content/uploads/2018/07/2015_Penginderaan-Jauh_Firman-Farid-Muhsoni.pdf pada 22 Oktober 2019 pukul 22.00 WIB

S. A. Harahap. 2011. Dasar Fisika Penginderaan Jauh. Bandung: Tanpa Penerbit. Diakses melalui :
http://blogs.unpad.ac.id/iwalhrp/files/2011/08/02-DASAR-FISIKA-INDERAJA.pdf pada 22 Oktober 2019 pukul 23.36 WIB

Tim Penulis UNNES – LAPAN. 2007. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Semarang: Tanap Penerbit. Diakses melalui
: http://repository.lapan.go.id/repository/2015_08_14_10_11_09.pdf pada 22 Oktober 2019 pukul 23.57 WIB

54

Anda mungkin juga menyukai