Anda di halaman 1dari 15

Nama: Angie Natasha Amadea

Nim: 2000273

Kelas: SAIG 2B

Mata Kuliah: Penginderaan Jauh Dasar

Tugas Rangkuman Penginderaan Jauh Dasar

I. DASAR-DASAR PENGINDERAAN JAUH

A. PENDAHULUAN

1. Pengertian

Penginderaan jauh (Remote Sensing) adalah suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data

dan informasi dari suatu objek yang ada di permukaan bumi dengan menggunakan alat yang

tidak berhubungan langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesand dan Kiefer, 1979). Jadi,

penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk menginderakan permukaan bumi dari jarak

yang jauh, dimana perekaman dilakukan di udara atau di angkasa menggunakan alat (sensor)

dan wahana. Alat yang dimaksud ialah alat yang mampu merekam tanpa harus berhubungan

langsung dengan objek yang dikajinya. Alat tersebut tidak berada di permukaan bumi

melainkan berada di udara atau angkasa. Maka dari itu, saat proses perekaman digunakan

wahana seperti satelit, pesawat udara, balon udara, dan sebagainya. Nantinya data yang

didapatkan dari hasil perekaman masih berupa data mentah. Agar dapat menjadi informasi yang

berguna, data perlu diinterpretasi.

Menurut Lindgren (1985), penginderaan jauh merupakan teknik. Hal ini disebabkan

karena dalam proses perolehan data, penginderaan jauh melibatkan interaksi antara tenaga,

objek, alat, dan wahana yang membentuk suatu citra dan data citra. Keakuratan data yang

diperoleh dengan teknologi tersebut pada akhirnya dikembangkan oleh berbagai negara.

Penginderaan jauh yang berkembang saat ini sudah hamper digunakan oleh seluruh negaranegara maju.
Data dan infromasi penginderaan jauh digunakan untuk perencanaan

pengembangan fisik, sosial, maupun militer.


2. Data Penginderaan Jauh

Perekaman objek dapat dilakukan karena tenaga elektromagnetik yang dipancarkan

oleh matahari ke segala arah terutama ke permukaan bumi. Tenaga pantulan dan pancaran

tersebut direkam oleh alat yang disimpan oleh wahana. Data hasil perekaman tersebut terbagi

menjadi dua yaitu data visual (citra) dan data numerik. Data visual merupakan gambar dri objek

yang direkam (citra). Secara singkat, citra merupakan gambaran objek yang direkam akibat

adanya interaksi tenaga elektromagnetik yang dipanntulkan dan dipancarkan objek yang

direkam oleh detektor pada sensor. Sedangkan data numerik adalah data digital yang diperoleh

melalui penggunaan perangkat lunak khusus penginderaan jauh yang diterapkan pada

komputer.

B. INTERPRETASI CITRA

Baik data visual (citra) maupun data numerik, keduanya merupaka data mentah yang

sama sekali belum diolah agar dapat memberikan informasi yang berguna. Data ini perlu

dianalisis dengan cara iinterpretasi. Dalam interpretasi citra, seorang interpreter atau penafsir

citra melakukan beberapa penalaran dengan tahapan (1) deteksi, (2) identifikasi, (3) klasifikasi,

dan (4) menilai. Proses penalaran ini harus bersifat objektif, kewajaran, dan rasionalisasi,

karena setiap objek yang ada di permukaan bumi memiliki karakteristik yang berbeda. Sifat

dan karakteristik objek pada citra memiliki bentuk yang sama namun, ukuran objek Nampak

berbeda.

C. PENGINDERAAN JAUH DAN GEOGRAFI

Dari pengertian penginderaan jauh tersebut menunjukkan cara memperoleh data dan

informasi dari suatu objek yang ada di permukaan bumi, sedangkan pengertian geografi sendiri

adalah ilmu yang mempelajari segala gejala geosfer. Dengan menggunakan data penginderaan

jauh tersebut, seorang interpreter dalam mengkaji objek permukaan bumi yang tergambar pada

citra tersebut secara tidak langsung menunjukkan pendekatan kewilayahan maupun

kelingkungan dalam konteks ruang.


II. FISIKA PENGINDERAAN JAUH

A. FISIKA PENGINDERAAN JAUH

Perkembangan IPTEK terutama di bidang dirgantara/keangkasaan ikut memberikan

pengaruh terhadapa perkembangan ilmu penginderaan jauh dan geografi. Perkembangan ini

memberikan kemudahan dalam memberikan data atau informasi tentang suatu objek yang ada

di permukaan bumi secara akurat, cepat dengan data yang mutakhir. Gambaran objek

permukaan bumi merupakan hasil interaksi antara tenaga dan objek yang direkam. Tenaga yang

dimaksud ialah radiasi matahari. Namun, apabila perekaman dilakukan pada malam hari, maka

diperlukan tenaga buatan atau yang biasa disebut tenaga pulsa. Berdasarkan tenaganya, sistem

penginderaan jauh dibedakan menjadi dua yaitu (1) Sistem pasif, dengan sumber tenaga dari

alam yaitu matahari dan (2) Sistem aktif, dengan sumber tenaga buatan.

1. Sistem Tenaga

Salah satu hal yang paling diperlukan untuk mendapatkan data objek permukaan bumi

dalam penginderaan jauh ialah tenaga. Sebagai contohnya yaitu tenaga matahari dalam bentuk

tenaga elektromagnetik yang membentuk panjang gelombang (𝜆). Radiasi tersebut memancar

ke permukaan bumi namun terhambat oleh atmosfer bumi, sehingga ada bagian radiasi yang

dipantulkan kembali, dihambur, diserap, dan diteruskan. Pada malam hari, penginderaan jauh

tidak mungkin mengandalkan sinar matahari sehingga dibuat tenaga pulsa. Maka dikenal 2

sumber tenaga dalam penginderaan jauh yaitu :

a. Sumber Tenaga Alam (matahari) : Penginderaan jauh yang menggunakan sumber

tenaga matahari dikenal sebagai sistem pasif. Penginderaan jauh sistem pasif yang

menggunakan tenaga matahari dengan cara perekaman tenaga pantulan maupun pancaran yaitu

: sistem fotografik, termal, gelombang mikro, dan satelit.

b. Sumber Tenaga Buatan : Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga buatan disebut

dengan sistem aktif. Tenaga pulsa dipancarkan dengan alat yang berkecepatan tinggi kemudian

dipantulkan objek dan direkam. Tenaga pulsa yang memantul, maka menghasilkan pantulan

tenaga yang tegak lurus dengan tenaga tinggi. Sehingga, jika pancaran tenaga 100%, maka
pantulan tenaga 100% akan membentuk rona yang gelap. Sensor yang tegak lurus dengan objek

membentuk rona yang gelap disebut near range, yang sulit diinterpretasi. Sedangkan, yang

membentuk sudut jauh dari pusat perekaman disebut far range.

Radiasi matahari yang terpancar ke segala arah termasuk ke bumi terurai menjadi

berbagai panjang gelombang (𝜆), mulai dari unit terkecil (pikometer) yang dikenal dengan

gelombang pendek hingga unit terbesar (kilometer) yang dikenal dengan gelombang panjang.

Panjang gelombang yang dipancarkan memang berbeda-beda, namun kecepatannya tetap.

Chanlett (1979) dalam Sutanto (1986) mengemukakan bahwa tenaga elektromagnetik adalah

paket elektrisitas dan magnetisme yang bergerak dengan kecepatan sinar pada frekuensi dan

panjang gelombang sejumlah tenaga tertentu. Tenaga elektromagnetik yang dipancarkan

matahari dengan suhu 6.000-20.000°𝐾 membentuk tenaga elektromagnetik yang terjalin dalam

hubungan serasi antara panjang gelombang dengan frekuensinya.

B. JENDELA ATMOSFER

Energi yang dipancarkan dalam bentuk tenaga elektromagnetik hanya sebagian kecil

yang masuk ke permukaan bumi dan sisanya dihamburkan, dipantulkan, dan diserap oleh

atmosfer. Energi yang dapat mencapai permukaan bumi melalui celah-celah atmosfer disebut

jendela atmosfer. Pada waktu suhu udara di atas permukaan bumi lebih rendah dibandingkan

suhu objek, maka tenaga yang diserap oleh objek akan dikeluarkan kembali ke udara/angkasa

berupa tenaga pancar. Tenaga yang terpancar maupun terpantul oleh objek mempunyai

perbedaan pantulan dan panjang gelombang, karena perbedaan kekerasan, kandungan air,

mineral, dan sebagainya. Hal tersebut yang menyebabkan tenaga bila direkam akan

menunjukkan gambaran objek yang berbeda.

C. INTERAKSI KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH

Untuk memperoleh data penginderaan jauh, diperlukan adanya wahana, tenaga alami

atau buatan, objek yang direkam, alat (sensor), dan detektor. Tenaga yang memancar dari

matahari akan memantul dan sebagian tenaga yang memantul atau memancar akan direkam

oleh alat (sensor). Pada alat (sensor), terdapat detektor yang akan dipasang di wahana. Jenis
pantulan spektral menunjukkan perbedaan panjang gelombang yang membentuk suatu kurva.

Pantulan spektrum tenaga elektromagnetik dari tumbuhan dimanifestasikan pada pundak dan

lembah suatu kurva. Pantulan dari vegetasi sehat meningkat secara drastis pada spektrum

inframerah 0,7-1,3𝜇𝑚, karena pantulan tenga dari daun sekitar 50% meningkat pada energi

yang sampai pada objek. Berdasarkan cara perolehan data penginderaan jauh dalam

perekamannya, sistem penginderaan jauh dibagi menjadi dua yaitu :

a. Sistem Fotografik : Sistem penginderaan jauh yang perekamannya didasarkan pada

tenaga alami dan merekam pantulan yang akan membentuk gambar dari objek. Maka,

diperlukan alat dengan detektor yang peka dengan pantulan. Detektor yang peka terhadap

pantulan ialah film. Film memiliki kandungan unsur kimia yang yang disebut dengan perak

halid. Atas dasar pantulan tenaga elektromagnetik tersebut, semakin besar tenaga yang

dipantulkan, semakin besar pembakaran pada film.

b. Sistem Non-Fotografik : Sistem ini mirip dengan sistem fotografik namun perekaman

objeknya menggunakan sensor elektrik dengan detektornya berupa pita magnetik. Oleh karena

itu, untuk merekam objek dengan puncak pancaran diperlukan detektor yang peka terhadap

panjang gelombang tersebut. Detektor untuk merekam panjang gelombang dengan spektrum

termal, gelombang mikro tersebut dikenal dengan pita magnetik, sedangkan alat (sensor) yang

digunakan scanner, sedangkan untuk mendeteksi pantulan maupun pancaran tenaga tersebut

tercatat pada pita magnetik.

D. SISTEM PENGINDERAAN JAUH

a. Wahana dan Sensor : Wahana diperlukan untuk menyimpan alat perekam objek. Hasil

yang didapatkan dari penginderaan jauh dipengaruhi oleh kerincian objek sehingga wahana

tentu berada pada ketinggian yang berbeda-beda. Khusus wahana yang menggunakan pesawat

terbang, tingkat kerincian objeknya dapat ditingkatkan. Sedangkan, wahana lain seperti satelit

telah ditentukan sebelumnya, sehingga tingkat kerincian objek tergantung pada kemampuan

pixel dan kemampuan lensa dalam merekam objek terkecil. Sensor merupakan alat penerima

tenaga pantulan dan pancaran yang direkam oleh detektor. Sensor penginderaan jauh dibedakan

mejadi dua yaitu :


- Sensor Fotografik : Sensor ini menggunakan kamera. Cara kerjanya didasarkan pada

pantulan tenaga dari objek, sedangkan detektornya berupa film yang dilapisi perak halid, yang

mudah terbakar jika terkena cahaya.

- Sensor Elektrik : Sensor ini menggunakan sinyal elektrik yang dipantulkan maupun energy

yang dipancarkan.

b. Fisika Penginderaan Jauh : Tenaga alami yang memancarkan tenaga dalam bentuk

tenaga gelombang elektromagnetik yang bergerak ke segala arah dengan kecepatan simultan

(c), sedangkan jarak dari puncak gelombang ke puncak lain (𝜆) dan frekuensi (f) dapat

Gelombang elektromagnetik tersebut yang memancar secara tetap, maka suhu permukaan bumi

tersebut sekitar 6000°K dan semua material permukaan bumi di atas 0°K. Dengan mengetahui

𝜆𝑚 =

𝐴
𝑇

C. Spektrum Elekromagnetik : Hanya sebagian spektrum elektromagnetik yang dapat

mencapai permukaan bumi melalui celah-celah atmosfer yang disebut jendela atmosfer.

Jendela atmosfer yang sejak dulu digunakan adalah spektrum nampak. Spektrum ini memiliki

panjang gelombang 0,4-0,7 𝜇𝑚 dan sesuai dengan kepekaan mata manusia.

D. HAMBATAN DARI ATMOSFER

Material-material yang melayang dan menyebar di atmosfer befungis untuk

menghambat, menyerap, dan memantulkan tenaga radiasi. Material ini disebut dengan

hamburan. Berdasarkan besar dan fungsi materialnya, hamburan dibagi menjadi :

a. Hamburan Rayleigh : Berisi unsur-unsur kimia yang sangat ringan seperti nitrogen,

oksigen, ozon, dan gas. Diameter hamburan ini lebih kecil dari spektrum tampak. Hal ini

dicirikan dengan warna langit yang cerah kebiruan. Lillesand dan Kiefer (1979) menyebutkan

bahwa hamburan Rayleigh menyebabkan foto hitam putih nampak berkabut, sedangkan pada
foto berwarna memberikan warna abu kebiruan yang mengurangi ketajaman objek pada foto.

b. Hamburan Mie : Berisi material-material yang diameternya hampir sama dengan

spektrum nampak, karena inti kebiruan ini menempati lapisan atmosfer yang tersebar di bawah

hamburan Rayleigh. Hamburan ini terdiri debu, kabut, asap, dan sebagainya. Hal ini dicirikan

dengan warna langit yang cerah keputihan dan banyak tersebar saluran hijau.

c. Hamburan Non-Selektif : Berisi material-material yang diameternya lebih besar dari

spektrum nampak. Hal ini dicirikan dengan warna langit yang gelap.

III TEKNIK DAN UNSUR INTERPRETASI CITRA

Dalam menganalisis citra penginderaan jauh dilakukan interpretasi. Dalam interpretasi,

ada objek yang nampak dan yang tidak nampak. Untuk objek yang tampak, data dapat langsung

diolah dan dianalisis, namun pada objek yang tidak nampak dapat diinterpretasi dengan cara

mengasosiasikan objek yang tidak nampak dengan objek yang nampak.

A. TEKNIK INTERPRETASI CITRA

Teknik interpetasi citra dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Teknik Langsung : Interpretasi objek yang nampak pada citra dan secara langsung

diidentifikasi batas-batas objek yang berbeda. Misalnya pemukiman, sawah, danau, dan

sebagainya.

b. Teknik Tidak Langsung : Interpretasi objek yang tidak nampak pada citra, tetapi dalam

interpretasinya mengasosiasikan dengan objek yang nampak. Misalnya menentukan adanya

patahan.

B. UNSUR INTERPRETASI CITRA

Analisis citra maupun data digit diwujudkan dengan cara interpretasi maka diperlukan

unsur-unsur interpretasi menjadi dua karakteristik yaitu :

a. Karakteristik spektral

- Rona/Warna = Unsur ini nampak pada citra tingkat cerah dan gelapnya suatu objek.

Umumnya, rona atau warna dibedakan menjadi cerah, agak cerah, sedang, agak kelabu, dan

kelabu. Tingkatan rona atau warnanya diukur secara kualitatif.


- Ukuran = Unsur ini menunjukkan ukuran dari suatu objek secara kualitatif maupun

kuantitatif. Ukuran secara kualitatif ditunjukkan dengan besar, sedang, atau kecil. Sedangkan

ukuran kuantittaif, sesuai dengan objek di lapangan dan memperhitungkan skala.

- Bentuk = Unsur ini menunjukkan bentuk objek yang berbeda-beda. Misalnya jalan

identik memanjang, lapangan bola identik lonjong, dan sebagainya.

- Tekstur = Unsur ini menunjukkan kehalusan suatu rona, dimana perrbedaan rona tidak

terlalu mencolok. Misalnya rona air jernih/kotor bertekstur halus, tetapi bila objek bervariasi

seperti hutan belukar, pantulan dari pohon saat direkam menghasilkan tekstur kasar.

- Pola = Unsur ini menujukkan keteraturan dari suatu objek yang ada di permukaan bumi.

Objek buatan manusia biasanya memiliki pola tertentu karena sudah diatur sedemikian rupa.

- Tinggi = Unsur ini akan terlihat apabila objek tersebut memiliki tinggi, namun pada citra

berskala kecil ketinggian objek tidak namapak.

- Bayangan = Unsur ini biasanya dimiliki oleh objek yang juga memiliki unsur tinggi.

Bayangan dilihat dari ukuran yang terlihat pada citra mauapun data digit.

- Situs = Unsur ini merupakan unsur yang dimiliki setiap objek seperti lapangan bola

memiliki situs yaitu gawang, sawah memiliki situs yaitu pematang, dll.

- Asosiasi = Unsur ini dapat menghubungkan atau menunjukkan keterkaitan suatu objek

dengan objek lainnya. Misalnya sawah yang berasosiasi dengan aliran air (irigasi).

Dalam menginterpretasi citra atau data digit, tidak semua unsur harus digunakan. Meskipun

hanya dengan beberapa unsur, namun objek dapat diperkirakan. Tetapi, jika objek belum

diketahui, maka dapat dilakukan checking langsung ke lapangan.

IV. PENGINDERAAN JAUH SISTEM FOTOGRAFIK

A. SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK

Penginderaan jauh sistem fotografik didasari dengan pantulan tenaga alami, sehingga

disebut sistem pasif. Sistem ini menggunskan panjang gelombang antara 0,3-0,9 𝜇𝑚, yang

terbagi menjadi beberapa spektrum dan spektrumnya diklasifikasikan menjadi beberapa

saluran (band).
a. Spektrum Ultraviolet 𝝀𝟎, 𝟎𝟎𝟐 − 𝟎, 𝟒 𝝁𝒎

- Ultraviolet jauh λ0,002 − 0,2 μm, belum dimanfaatkan untuk penginderaan jauh.

- Ultraviolet sedang λ0,002 − 0,3 μm, belum dimanfaatkan untuk penginderaan jauh.

- Ultraviolet dekat λ0,3 − 0,4 μm, sudah dimanfaatkan untuk penginderaan jauh.

b. Spektrum Tampak 𝛌𝟎, 𝟒 − 𝟎, 𝟕 𝛍𝐦

- Saluran biru λ0,4 − 0,5 μm, digunakan untuk penginderaan jauh berwarna dasar biru.

- Saluran hijau λ0,5 − 0,6 μm, citranya disebut citra ortokromatik.

- Saluran merah λ0,6 − 0,7 μm, digunakan untuk penginderaan jauh berwarna dasar merah.

Ketiga saluran ini digunakan dalam perekaman dengan hasil citranya yaitu citra pankromatik.

Namun, pada saat perekaman objek dapat digunakan campuran spektrum tampak dengan

inframerah. Hal ini tergantung kepada kepekaan detektor (film) karena film hitam putih hanya

memiliki kemampuan merekam λ0,4 − 0,7 μm, sedangkan film berwarna λ0,3 − 0,9 μm.

B. JENIS FOTO UDARA

Citra merupakan gambaran visual yang direkam dari objek di permukaan bumi. Cita

dibedakan menjadi dua yaitu citra foto dan citra non foto. Citra foto sendiri memanfaatkan

pantulan tenaga dari objek dan perekamannya menggunakan sensor kamera dan detektornya

adalah film dengan proses yang bersifat kimiawi. Atas dasar penggunaan spektrum maupun

saluran, citra fotografik dibagi menjadi foto ultraviolet, foto ortokromatik, foto pankromatik,

dan foto inframerah.

a. Foto Ultraviolet : Foto ini menggunakan spektrum elekromagnetik dengan λ0,02 −

0,4 μm. Spektrum ultraviolet dibagi menjadi tiga yaitu saluran jauh, saluran sedang, dan

saluran dekat. Spektrum yang digunakan untuk citra ultraviolet adalah spektrum ultraviolet

dekat. Spektrum ini peka terhadap objek yang lembab terutama air, karena air banyak menyerap

tenaga pancaran dari matahari. Penyerapan tenaga yang banyak menyebabkan pantulan rendah,

sehingga rona yang terbentuk adalah gelap. Nmaun, spektrum ini tidak mampu menembus

lapisan minyak, sehingga tenga yang sampai dipantulkan kembali.

b. Citra Ortokromatik : Citra ini menggunakan spektrum tampak pada saluran biru dan

hijau. Artinya, film yang digunakan hanya mampu terhadap saluran hijau yang masih
dipeg\ngaruhi oleh hamburan Rayleigh dan hamburan Mie sehingga gambaran objek kurang

jelas (Lo, 1976, Sutanto, 1986). Hal ini disebabkan karena tenaga yang melalui atmosfer

dihambat oleh hamburan. Keunggulan citra ini adalah memiliki daya tembus pada objek yang

ada di bawah permukaan air laut yang jernih, sehingga baik digunakan untuk mempelajari

perairan yang dangkal.

c. Citra Pankromatik : Citra ini menggunakan spektrum tampak dengan λ0,4 − 0,7 μm,

karena menggunakan semua saluran pada spektrum tampak, sehingga kesan objek yang

direkam sesuai dengan keadaan sebenarnya dan sesuai dengan kepekaan mata manusia. Citra

pankromatik dibagi 2 yaitu citra pankromatik hitam putih dan citra pankromatik berwarna.

Objek yang tergambar pada citra ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

d. Citra Inframerah : Citra ini menggunakan spektrum inframerah saluran dekat pada jendela

atmosfer dengan λ0,7 − 0,9 μm dan perluasannya sampai λ1,2 μm. Spektrum ini memiliki

kemampuan untuk menembus hujan kecil.

C. CITRA MULTISPEKTRAL

Perekaman suatu objek pada waktu yang sama dengan beberapa spektrum yang berbeda

disebut multispektral. Hal ini dilakukan dengan tujuan membandingkan kepekaan dari saluran

dan lensa, maka kamera dalam perekaman objek menggunakan beberapa lensa pada objek dan

waktu yang sama disebut multilensa. Untuk membandingkan tingkat kerincian objek,

perekaman objek dilakukan dengan ketinggian wahana yang berebeda-beda. Untuk kerincian

data dan informasi, dalam perekaman objek dilakukan dengan ketinggian yang berbeda-beda

sehingga disebut dengan multitingkat.

V. FOTOGRAMETRI

A. PENDAHULUAN

Penginderaan jauh sistem fotogrametri adalah sistem perekaman objek yang didasarkan

pantulan. Semakin besar pantulan tenaga dari objek, rona yang dihasilkan pun semakin cerah

juga sebaliknya. Sehubungan dengan sumbu kamera yang tegak lurus, maka ukuran objek yang

lebih sesuai dan akurat adalah objek yang tegak lurus. Artinya, semakin jauh dari sumbu tegak

lurus dengan kamera, maka kesalahan ukuran makin besar. Kedudukan sumbu kamera dapat
mempengaruhi skala karena bila sumbu kamera tidak tegak lurus, jarak medan yang sama akan

mempunyai perbedaan jarak pada foto udara. Sumbu kamera berkaitan dengan sumbu liputan,

semakin panjang fokus kamera, maka sudut liputan semakin kecil.

B. HASIL REKAMAN

Sumbu kamera dan sudut liputan berkaitan dengan kegeometrikan foto udara. Sumbu

kamera merekam suatu objek yang luas dalam bentuk persegi panjang atau persegi, meskipun

distorsinya bersifat radial. Berdasarkan kedudukan kameranya, foto udara dibedakan menjadi

2 jenis, yaitu :

a. Foto Udara Vertikal : Titik tembus sumbu kamera pada foto udara vertical diperoleh

perpotongan garis yang ditarik dari tanda fiducial yang terletak di pinggir maupun sudut foto

udara dan disebut dengan titik prinsipal.

b. Foto Udara Miring (Oblique) : Foto udara ini posisinya condong. Kamera diposisikan

menyudut terhadap garis tegak lurus di permukaan bumi.

C. PENENTUAN SKALA FOTO UDARA

Rumusnya : S = 𝑓

𝐻−ℎ

S : Skala foto udara

f : Fokus kamera

H : Tinggi pesawat

h : Tinggi objek

D. KETERANGAN PADA FOTO UDARA

a. Tanda Fiducial berfungsi untuk mengetahui titik prinsipal foto udar, dimana titik prinsipal

foto merupakan titik tembus dari sumbu kamera pada objek/daerah yang direkam.

b. Nomor Seri berfungsi memberikan informasi mengenai daerah yang dipotret, tanggal

pemotretan, jalur terbang, dan nomor lembar foto.

c. Tanda Tepi berfungsi untuk menentukan skala dan orientasi.


E. DISTORSI DAN DISPLACEMENT

Pergerakan wahana sebagai pembawa sensor yang tidak stabil dapat dipengaruhi oleh

keadaan udara pada saat perekaman. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan arah dan

ketinggian pada wahana, sehingga hasil perekaman objek di permukaan buminya tidak

maksimal.

a. Distorsi : Pada foto udara apabila letak suatu objek bergeser maka dapat menyebabkan

perubahan karakteristik pada objek yang akhirnya disebut distorsi. Distorsi sering disebabkan

oleh pengerutan film, refraksi atmosferi berkas sinar, gerakan objek saat pemotretan, dan

distorsi lensa.

b. Displacement : Pergeseran letak suatu objek tetapi tidak menyebabkan perubahan

karakteristik objeknya. Displacement sering disebabkan oleh bentuk muka bumi yang

melengkung, kedudukan pesawat, dan topografi objek.

F. KEDUDUKAN PESAWAT

Pada saat melakukan pengambilan foto udara, posisi pesawat tidak selalu stabil. Hal ini

dipengaruhi oleh atmosfer dan keadaan udara, sehingga pesawat labil mengalami perubahan

kedudukan dan posisi. Ada 3 macam kedudukan pesawat saat melakukan perekaman objek

yaitu O (Phi)-tilt, W (Omega)-tilt, dan K (Kappa)-tilt.

VI. PENGINDERAAN JAUH SISTEM TERMAL

A. SISTEM PANCARAN TENAGA TERMAL

Sistem termal yang digunakan dalam penginderaan jauh umumnya didasarkan pada

tenaga alami. Perekamannya memanfaatkan pancaran panas dari objek yang direkam oleh

scanner. Semua objek memancarkan panas akibat gerak partikel setiap benda yang dapat

direkam. Panas yang dikandung dari objek tersebut disebut tenaga kinetic (Tkin), sedangkan

panas yang dipancarkan disebut tenaga radiasi (Trad).

B. VARIASI PANCARAN

Menurut Sabin, tenaga pancaran suatu benda umumnya lebih kecil dari energi
kinetiknya. Konsentrasi tenaga kinetik dengan suhunya tersebut dapat diukur dengan

thermometer yang ditempelkan pada benda tersebut. Suhu setiap benda dan waktu berbeda,

sehingga perlu diketahui variasi suhu harian. Dengan suhu objek di atas -273°𝐾, maka pancaran

terbaiknya ada pada 𝜆9,6 𝜇𝑚. Nilai pancaran suatu objek dapat dihitung dengan rumus :

W = eT4

W : jumlah tenaga termal yang dipancarkan oleh benda

e : nilai pancaran benda

T : suhu absolut benda

Rumus tersebut memberikan gambaran bahwa jumlah tenaga termal yang dipancarkan

berbanding lurus terhadap kuartik suhu absolutnya.

C. SENSOR DAN DETEKTOR

Pancaran objek di permukaan bumi yang mencapai sensor termal kemudian direka oleh

sensor dan diproses menjadi data dalam bentuk citra maupun non citra. Oleh karena suhu di

atas -273°𝐾, maka sensor tersebut harus peka terhadap suhu yang paling rendah pada objek di

permukaan bumi. Sensor yang digunakan dalam perekaman tenaga pancaran ialah sensor

radiometer termal dan sensor spektometer termal. Sensor radiometer termal berfungsi untuk

memfokuskan tenaga pancaran pada detektor. Sedangkan, sensor spektometer termal berfungsi

untuk mempercepat dalam proses perubahan suhu.

D. HAMBATAN DALAM PEREKAMAN

Gangguan yang sering terjadi pada saat perekaman objek sistem termal biasanya

distorsi oleh kedudukan pesawat, biasanya hal ini terjadi karena keadaan atmosfer yang kurang

baik. Beberapa gangguan kedudukan pesawat seperti pitch, roll, dan yaw. Adapula gangguan

elektronik misalnya gelombang radio yang memancar dari matahari dan pesawat terbang

mempengaruhi perekaman objek. Kemudian, gangguan di atmosfer seperti adanya awan kabut

yang dapat menganggu aktivitas perekaman.


E. KEUNGGULAN DAN KETERBATASAN CITRA INFRAMERAH TERMAL

Keunggulannya ialah dapat melakukan perekaman pada malam hari dan mampu

merekam objek yang tidak nampak seperti kebakaran tambang batubara di bawah tanah,

kebocoran pipa gas, dan lain-lain. Sedangkan, keterbatasannya yaitu aspek geomterik yang

penyimpangannya lebih besar dari sistem foto udara dan sifat tenaga termal yang lebih rumit

dibandingkan sifat pantulan dari objek.

VII. PENGINDERAAN JAUH SISTEM GELOMBANG MIKRO DAN RADAR

Penginderaan jauh gelombang mikro adalah penginderaan jauh yang memanfaatkan

tenaga alami dengan menggunakan gelombang mikro dari 1 mm-30 cm untuk penginderaan

jauh. Pantulan tenaganya tidak sesuai dengan kepekaan mata manusia sehingga mata manusia

tidak dapat merekam pantulannya sehingga menggunakan sensor yang memiliki kepekaan

terhadap panjang gelombang mikro.

A. SISTEM PASIF

Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan spektrum gelombang mikro karena itu

proses dan spektrum sistem tersebut. Sistem gelombang mikro dalam merekam objek

membutuhkan beberapa komponen seperti tenaga, objek, sensor, detektor, dan wahana. Sistem

kerja gelombang mikro didasarkan pada pantulan tenaga dari objek. Sensor yang digunakannya

adalah radiometer dan scanner. Radiometer merupakan pengukuran radiasi elektromagnetik

yang peka terhadap tenaga lemah. Keunggulannya antara lain dapat digunakan pada siang hari

ataupun malam hari dan dapat menembus awan. Sedangkan, kelemahannya sendiri yaitu

resolusi spasialnya rendah serta geometriknya kasar.

7.2 SISTEM AKTIF

Penginderaan jauh sistem aktif gelombang mikro ini sering disebut pula dengan

penginderaan jauh sistem radar dan memanfaatkan tenaga buatan/tenaga pulsa berkekuatan

tinggi yang dipancarkan dalam waktu yang relatif pendek. Intensitas tenaga pantulan ini pada

dasarnya dipengaruhi oleh dua sifat utama yaitu sifat objek yang direkam dan sifat radarnya.
Kedua sifat tersebut dipengaruhi oleh sifat objek : (1) lereng, (2) kekasaran permukaan, (3)

complex dielectric conctant, (4) arah objek, (5) panjang gelombang yang digunakan, (6)sudut

depresi antena, (7) polarisasi, dan (8) arah pengamatan antena.

VII. PENGINDERAAN JAUH SISTEM SATELIT

Penginderaan jauh sistem satelit ini memiliki kesamaan dengan sistem fotografik,

sistem termal, bahkan sistem gelombang mirko dan radar. Alasannya karena satelit dapat

menggunakan gelombang elektromagnetik, sensor, dan detektor. Perbedaaanya terletak pada

wahana yang digunakan. Selain itu, yang membedakan sistem satelit ini saat proses perekaman

objek dapat menggunakan beberapa spektrum sehingga dalam satu kali perekaman pada objek

yang sama dapat sekaligus memperoleh data dan informasi dari berbagai spektrum. Klasifikasi

satelit ditunjukkan sebagai berikut :

8.1 SATELIT SUMBER DAYA BUMI

Satelit ini dikembangkan untuk perlombaan antariksa juga kepentingan eksperimen.

Satelit ini juga dibedakan kembali menjadi dua jenis yaitu satelit berawak dan satelit tak

berawak. Pada tahun 1957, satelit berawak Sputnik I milik Rusia berhasil diluncurkan. Dari

satelit tersebut, didapatkan hasil pemotretan dari antariksa yang dilakukan oleh satelit.

8.2 SATELIT CUACA

Satelit ini pertama kali diluncurkan oleh Vanguard di Amerika Serikat pada tahun 1959.

Tujuannya untuk studi dan prakiraan cuaca. Satelit ini terbagi menjadi dua jenis lagi yaitu orbit

sinkron matahari (satelit yang mengelilingi matahari) dan orbit sinkron bumi (satelit yang

mengelilingi bumi searah dengan arah rotasi). Satelit orbit sinkron matahari mengorbit setiap

100 menit dan tiap hari 14-15 kali sehari.

8.3 SATELIT MILITER

Satelit ini diluncurkan untuk kepentingan militer dengan tujuan untuk mengenal

medan/daerah lawan. Satelit militer dimiliki oleh Amerika Serikat dan Rusia. Ciri khas dari

satelit militer Amerika Serikat ialah sensornya yang mampu menggunakan spektrum tampak

pada malam hari. Sedangkan ciri khas satelit militer milik Rusia ialah kamera dengan fokus

panjang dan dilengkapi dengan sensor SAR.

Anda mungkin juga menyukai