mendapat informasi mengenai objek, daerah, serta fenomena melalui analisa data dengan suatu
alat tanpa dilakukan kontak langsung terhadap objek, daerah, dan fenomena yang diteliti
(Lillesand dan Kiefer, 1979). Adapun menurut Aronoff dalam Sutanto (2016), penginderaan
jauh adalah ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek dari suatu jarak
tertentu (jauh).
Penginderaan jauh pada awalnya dilakukan melalui teknik interpretasi foto udara. Tahun
1919 dimulai pemotretan melalui pesawat udara dengan dilakukan interpretasi foto udara
(Danoedoro, 2012). Teknik penginderaan jauh kemudian berkembang menggunakan sistem
satelit yang pertama kali diluncurkan oleh Amerika Serikat tahun 1972 melalui satelit
sumberdaya ERTS-1 (Earth Resources Technology Satelite – 1). Satelit ini selanjutnya diberi
nama satelit Landsat-1. Keberadaan satelit sangat efisien karena mampu merekam hampir
seluruh permukaan bumi dan kemudian menjadi bagian penting untuk berbagai kegiatan analisis
permukaan bumi (Purwadi, 2001).
1. Deteksi
Deteksi citra adalah kegiatan pengamatan tengtang adanya suatu objek, misalnya
pendeteksian objek disebuah daerah perairan.
2. Identifikasi
Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirikan objek yang telah dideteksi
dengan keterangan yang cukup, misalnya berdasarkan ukuran, bentuk, dan letak objek
tersebut adalah perahu.
3. Analisa
Pengumpulan keterangan lebih lanjut, misalnya bahwa perahu tersebut berisi 3 orang.
Menurut Danoedoro (2012) resolusi atau disebut juga daya pisah (resolving power)
adalah kemampuan sistem optik-elektronik untuk membedakan informasi spasial yang
berdekatan atau secara spektral memiliki kemiripan/kesamaan. Resolusi berperan penting
sebagai karakteristik yang menunjukkan level detail dari sebuah citra. Resolusi dalam
penginderaan jauh menurut Sutanto (2016) dibagi menjadi empat macam yaitu :
1. Resolusi Spasial
Resolusi spasial dalam citra digital merupakan ukuran objek terkecil yang dapat dideteksi
oleh sistem penginderaan jauh. Resolusi ini biasanya dituliskan dalam satuan meter per
piksel. Resolusi spasial yang semakin kecil maka resolusi spasial citra maka semakin
jelas dan detail citra tersebut.
Gambar Resolusi Spasial
2. Resolusi Spektral
Resolusi spektral adalah kemampuan sensor untuk merekam objek dengan lebar pita
(bandwidth) atau kisaran panjang gelombang elektromagnetik tertentu. Resolusi spektral
akan menentukan kemampuan sistem penginderaan jauh untuk membedakan informasi
objek berdasarkan nilai pantulan atau pancaran spektralnya. Praktisnya dapat disebutkan
jika sebuah citra memiliki saluran yang banyak dan sempit maka kemampuan untuk
membedakan objek berdasarkan respons spektralnya semakin tinggi (Danoedoro, 2012).
Citra dapat dikatakan memiliki resolusi spektral tinggi jika semakin banyak jumlah
salurannya dengan interval panjang gelombangnya yang semakin sempit (Sutanto, 2016).
3. Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik merupakan kemampuan sensor untuk menerima dan menuliskan
respons spektral objek. Respon spektral dating mencapai sensor dengan intensitas
bervariasi. Selisih respon yang paling lemah dapat dibedakan sensor yang peka. Hal ini
juga berkaitan dengan kemampuan sensor mengubah intensitas pantulan atau pancaran
spektral menjadi angka digital dan dinyatakan dalam bit. Sensor yang merekam dengan 8
bit resolusi radiometriknya lebih tinggi daripada dengan 6 bit (Sutanto, 2016).
4. Resolusi Temporal
Resolusi temporal merupakan kemampuan sistem perekaman citrasatelit dalam merekam
ulang / daerah yang sama. Setiap satelit memiliki kemampuan untuk merekam ulang
objek yang sama dalam periode yang berbeda-beda. Seperti satelit SPOT memiliki
resolusi temporal 26 hari dan Landsat 16 hari (Danoedoro, 2012)
LST
LST atau suhu permukaan tanah dapat didefinisikan sebagai suatu temperatur rata-rata
dari suatu permukaan, yang digambarkan dalam cakupan suatu piksel dengan berbagai tipe
permukaan yang berbeda (Kerr et al., 1992 dalam Fatimah, 2012). Suhu permukaan merupakan
salah satu parameter kunci bagi neraca energi di permukaan dan juga merupakan parameter
utama klimatologis, Prinsip dasar yang dikembangkan dalam deteksi suhu udara mengacu
kepada prinsip fisika caha pada black body temperature. Pada dasarnya setiap panjang
gelombang akan sensitif terhadap respon suhu permukaan yang mempengaruhi nilai pantul objek
(Tursilowati, 2007). Fluks gelombang elektromagnetik yang terpantul kembali ke atmosfer dapat
dikendalikan oleh suhu permukaan. Suhu permukaan sangat tergantung pada keadaan parameter
permukaan lainnya, seperti albedo, kelembaban permukaan, kondisi dan tingkat penutupan
vegetasi (Voogt, 1996, dalam Prasasti, 2004).
LST telah menjadi salah satu parameter yang paling penting yang digunakan dalam
menilai keberadaan UHI pada suatu wilayah berdasarkan penerapan citra satelit (Min et al.,
2018). Hasil pengukuran kanal termal pada data satelit dapat digunakan untuk pemetaan pola
suhu permukaan pada skala waktu dan spasial yang lebih luas. Menurut USGS (2019) LST dapat
diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut :
1. Spektral Radian
Digital number (DN) pada citra dikonversi menjadi spektral radian dengan menggunakan
persamaan berikut:
L λ=M L ×Qcal + A L
Dimana :
L λ = Radian spektral pada band 10 (W/m2.srad.µm)
M L = Radiance multiplicative scaling factor dari metadata (RADIANCE_MULT_
BAND_10)
Qcal = Nilai piksel citra satelit band 10 (DN)
A L = Radiance additive scaling factor dari metadata (RADIANCE_ADD_BAND10)
2. ToA (Top of Atmospheric) Brightness Temperature
Brightness temperature adalah ukuran pancaran radiasi gelombang mikro dari puncak
atmosfer menuju satelit. Brightness temperature didasarkan pada konsep radiasi benda
hitam. Radiasi benda hitam memiliki spektrum dan intensitas tertentu yang bergantung
pada temperatur benda (Urfiyah, 2019). Nilai dari Brightness temperature inilah yang
menjadi nilai LST. Perhitungan Brightness temperature didapat melalui persamaan
matematis sebagai berikut :
K2
T B= −273 ,5
( )
K
1+ ln 1
Lλ
Dimana :
T B = Brightness temperature (°C)
K 1 = Konstanta kalibrasi band-specific thermal dari metadata
K1_CONSTANT_BAND_10)
K 2 = Konstanta kalibrasi band-specific thermal dari metadata
(K2_CONSTANT_BAND10)
L λ = Radian spektral pada band 10 (W/m2.srad.µm)