Anda di halaman 1dari 17

BAHAN AJAR

PENGINDERAAN JAUH

OLEH
ISYNA FIRRIDLA AUNILLAH, S.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI

A. Hakikat Penginderaan Jauh


1. Sejarah Perkembangan Penginderaan Jauh

Gambar 1.1 Sejarah Perkembangan Penginderaan Jauh

2. Kedudukan Penginderaan Jauh dalam Geografi


Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang
dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979). Menurut Campbell, Penginderaan jauh adalah
ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan
air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh.
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi
data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik
melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari
sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari
pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari
penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor
janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit.
Inderaja berasal dari bahasa Inggris remote sensing, bahasa Perancis
tldtection, bahasa Jerman fernerkundung, bahasa Portugis sensoriamento
remota, bahasa Spanyol percepcion remote dan bahasa Rusia distangtionaya. Di
masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan
instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan

penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun


semua hal yang berhubungan dengan astronomi sebenarnya adalah penerapan dari
penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif), istilah
"penginderaan jauh" umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial
dan pengamatan cuaca.

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang persamaan dan perbedaan


fenomena geosfer (Atmosfer, Litosfer, Hidrosfer, Biosfer, dan Antroposfer) dengan
pendekatan kewilayahan, kelingkungan dan keruangan.
Betapa kompleksnya kajian geografi, menjadikan seorang geograf memiliki
keterbatasan dalam mengkaji suatu fenomena di lapangan secara langsung. Untuk
itu, diperlukan suatu alat bantu yang dapat digunakan untuk mengkaji fenomena
tersebut. Data penginderaan jauh, baik berupa foto udara maupun citra satelit
mampu menjawab persoalan tersebut.

3. Keunggulan dan Kelemahan Penginderaan Jauh


Menurut Sutanto (1994:18-23), penggunaan penginderaan jauh baik diukur
dari jumlah bidang penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada
tiap bidang mengalami pengingkatan dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan;
wujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letak di permukaan bumi, relatif
lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.
Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila
pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.

Karaktersitik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentukcitra


sehingga dimungkinkan pengenalan obyeknya.
Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi
secara terestrial.
Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh juga memiliki
kelemahan antara lain sebagai berikut:
Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
Peralatan yang digunakan mahal;
Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto.

B. Komponen Sistem Penginderaan Jauh

Gambar 2.1 Sistem Penginderaan Jauh

1) Sumber Tenaga
Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan sensor buatan. Untuk itu diperlukan tenaga penghubung yang
membawa data tentang objek ke sensor.
Tenaga penghubung diperlukan agar berbagai informasi dalam berbagai
bentuk dapat diterima oleh sensor dengan baik. Tenaga penghubung yang
dimanfaatkan dalam penginderaan jauh berupa tenaga alamiah dan tenaga buatan.
Tenaga penghubung alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif, yaitu yang
merekam pantulan atau pancaran radiasi elektromagnetik dari suatu objek yang
biasanya bersumber dari matahari. Sedangkan sumber tenaga buatan yang digunakan
dalam penginderaan jauh system aktif, yaitu perekaman dengan menggunakan sumber

tenaga buatan seperti system RADAR dan LIDAR. Sistem scanner ini dapat
dibedakan menjadi dua yaitu scanner opto-mekanik (contohnya Landsat TM) dan
scanner penyapu (push broom).
2) Atmosfer
Energi matahari yang digunakan sebagai salah satu sumber tenaga yang
dipancarkan ke permukaan bumi tidak semuanya dapat diterima oleh objek. Jadi
ketika matahari mengirimkan energi 100%, tidak semua energi tersebut diterima oleh
objek di permukaan bumi dengan jumlah yang sama yaitu 100%. Tidak diterimanya
energi antara yang dikirim dan diterima disebabkan oleh sistem penginderaan jauh
yaitu atmosfer. Dengan kata lain, atmosfer bersifat selektif terhadap panjang
gelombang, sehingga hanya sebagian kecil saja tenaga elektromagnetik yang dapat
mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh.
Bagian spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat
mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfer. Jendela atmosfer yang
terbentuk, karena atmosfer yang terdiri unsur-unsur kimia mempunyai fungsi
menyerap. Fungsi menyerap karena atmosfer mengandung unsur O, O2, O3 (ozon),
N, H, dan sebagainya. Selanjutnya jika di atmosfer terdiri dari unsur-unsur C (karbon)
akan menimbulkan senyawa kimia menjadi CO, CO2, CaCO3, debu dan sebagainya
akan memberikan dampak terhadap perluasan jendela atmosfer.
Selain dipengaruhi oleh jendela atmosfer, tidak diterimanya energi 100% oleh
objek juga dipengaruhi oleh hambatan-hambatan di atmosfer. Material yang tersebar
dan melayang di atmosfer berfungsi sebagai penghambat, penyerap dan memantulkan
tenaga radiasi matahari dikenal sebagai hamburan. Berdasarkan besarnya material dan
fungsi dari material itu sendiri, maka hamburan diklasifikasikan menjadi:
Hamburan Rayleigh: hamburan yang terjadi pada atmosfer yang keadaan cerah dan
mengandung gas nitrogen, oksigen, ozon dan gas lainnya. Diameter dari hamburan ini
lebih kecil daripada spektrum tampak. Lilesand dan Kiefer (2004) menyebutkan
bahwa hamburan Rayleigh menyebabkan foto hitam putih tampak berkabut,
sedangkan pada foto berwarna memberikan warna abu kebiruan yang mengurangi
ketajaman objek pada foto.
Hamburan Mie: hamburan yang terjadi pada lapisan atmosfer dibawah hamburan
rayleigh. Hamburan ini dicirikan dengan warna langit yang cerah keputihan dan
memiliki diameter hampir sama dengan spektrum tampak. Hamburan mie banyak
terdapat di saluran hijau.

Hamburan Non Selektif: hamburan yang disebabkan oleh debu, asap, uap air, CO3
dan sebagainya. Hamburan ini dicirikan dengan warna langit yang gelap (awan
Kumulonimbus) dan memiliki diameter yang lebih besar dari spektrum tampak.
3) Interaksi Tenaga dengan Objek
Tiap

objek

memilikikarakteristik

tertentu

dalam

memantulkan

atau

memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang daya pantulnya tinggi akan terlihat cerah
pada citra, sedangkan pada objek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada
citra. Dengan demikian, kita dapat mengenali objek yang terdapat pada citra. Contoh
batu kapur (gamping) mempunyai daya pantul lebih tinggi daripada batu granit. Selain
itu, proses pemantulan dan pembauran tenaga elektromagnetik terhadap permukaan
bumi tergantung pada kekasaran objek di permukaan bumi.
4) Wahana dan Sensor
Tenaga elektromagnetik dari pantulan objek di permukaan bumi selanjutnya
dikirim ke sensor yang dibawa oleh wahana. Wahana dalam penginderaan jauh
berfungsi sebagai media atau alat yang membawa sensor untuk merekam informasi
objek dipermukaan bumi yang dikirim melalui gelombang elektromagnetik. Pada
masa sekarang, perkembangan wahana penginderaan jauh cukup pesat. Sistem
pesawat terbang dan balon udara merupakan wahana yang berkembang lebih dulu
dibandingkan dengan wahana satelit yang saat ini banyak digunakan. Wahana lain
yang saat ini dapat digunakan untuk memperoleh foto udara seperti paralayang,
aeromodelling dan berbagai wahana lainnya.
Sensor merupakan alat yang berfungsi untuk menerima semua informasi dari
permukaan bumi yang dikirim melalui gelombang elektromagnetik. Tiap sensor
memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Semakin
tinggi kualitas sensornya, maka hasil perekamannya pun akan semakin baik.
5) Perolehan Data
Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan interpretasi
secara visual, dan dapat pula dengan cara numeric atau cara digital yaitu dengan
menggunakan computer. Foto udara pada umumnya diinterpretasi secara manual,
sedangkan data hasil penginderaan jauh secara elektronik dapat diinterpretasi secara
manual maupun secara numerik.
6) Pengguna Data
Pengguna data (orang, institusi, atau pemerintah) merupakan komponen paling
penting dalam penginderaan jauh karena para penggunalah yang dapat menentukan

diterima atau tidaknya hasil penginderaan jauh. Data yang dihasilkan mencakup
wilayah sumber daya alam suatu negara, yang merupakan data yang sangat penting
untuk kepentingan orang banyak, sehingga data ini penting untuk dijaga
penggunaannya.

C. Jenis Data Penginderaan Jauh


Data dari penginderaan jauh berupa citra. Citra merupakan gambaran rekaman
suatu objek yang tampak melalui lensa kamera atau pada hasil cetakan. Secara garis
besar, citra penginderaan jauh terbagi menjadi 2 jenis yaitu citra foto dan citra non
foto (citra satelit). Berikut ini merupakan perbedaan karakteristik kedua jenis data
penginderaan jauh tersebut:
Tabel 3.1 Perbedaan antara citra foto dan non foto
Variabel Pembeda

Sensor

Jenis Citra
Citra Foto

Citra Non Foto

Kamera

Non Kamera, mendasarkan


atas penyiaman(scanning)

Detektor

Film

Pita magnetik, termistor, foto


konduktif, dsb.

Mekanisme Perekaman

Serentak

Parsial

Spektrum

Spektrum tampak dan


perluasannya.

Spektrum

Elektromagnetik

tampak

perluasannya,

termal,

dan
dan

gelombang mikro.
Proses Perekaman

Fotografi/kimiawi

Elektronik

1. Citra Foto
Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor
kamera. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa dasar sebagai berikut.
a. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan
Pada waktu memotret objek di permukaan bumi, orang dapat memilih salah
satu atau beberapa spectrum elektromagnetik berdasarkan kepentingannya. Citra foto
berdasarkan spektrumnya dapat dibedakan menjadi :
1) Foto pankromatik adalah foto udara yang direkam pada saluran sinar tampak
dengan panjang gelombang 0,4-0,7 mikrometer. Wujud objek pada foto ini sama

dengan wujud aslinya. Foto udara pankromatik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
foto pankromatik hitam putih dan berwarna. Pada foto pankromatik hitam putih,
objek dapat dikenali dengan mudah menggunakan gradasi warna antara objek satu
dengan lainnya. Sedangkan pada foto pankromatik berwarna, pengenalan objek
dapat dilakukan dengan mudah karena antara objek satu dengan yang lainnya
dapat dibedakan dari warnanya.
2) Foto ultraviolet adalah citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Spektrum ini
memiliki kepekaan terhadap objek yang lembab terutama air, karena air banyak
menyerap tenaga pancaran dari matahari. Penyerapan tenaga yang banyak
menyebabkan pantulan rendah sehingga rona yang terbentuk gelap. Foto ini tidak
menyadap banyak informasi tetapi untuk beberapa objek dari foto ini proses
pengenalannya mudah karena kontras yang besar. Foto ini sangat baik untuk
mendeteksi tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat,
jaringan jalan aspal, dan batuan kapur.
3) Foto ortokromatik adalah citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 0,56 mikrometer). Ciri foto
ortokromatik adalah banyak objek yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk
studi pantai karena memiliki film yang peka terhadap objek di bawah permukaan
air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter, sehingga baik untuk survei vegetasi
karena daun hijau tergambar dengan kontras.
4) Foto inframerah adalah citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
inframerah

dengan panjang gelombang 0,7-0,9 mikrometer dan perluasannya

hingga 1,2 mikrometer. Kelebihan dari foto inframerah adalah mampu


membedakan objek vegetasi dengan non vegetasi. Dimana spektrum inframerah
mampu menembus pada lapisan luar daun, dan tenaga tersebut akan diserap pada
lapisan parenkim, karena pada lapisan tersebut banyak mengandung air (klorofil).
Berdasarkan karakteristik tersebut, objek vegetasi akan tampak gelap pada foto
inframerah hitam putih dan akan tampak merah pada foto inframerah berwarna.
5) Foto multispektral adalah citra foto yang memiliki banyak saluran (band) yaitu
lebih dari 3 saluran (band).
b. Berdasarkan sumbu kamera
Citra foto berdasarkan sumbu kamera dibedakan menjadi dua jenis yaitu.

1) Foto vertikal adalah foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap
permukaan bumi.
2) Foto condong adalah foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap
garis tegak lurus ke permukaan bumi. Foto condong dibedakan sebagai berikut:

Foto agak condong yakni bila cakrawala tidak tampak pada foto

Foto sangat condong yakni bila pada foto tampak cakrawala

c. Berdasarkan jenis kamera


1) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah
liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.
2) Foto jamak, yaitu beberapa foto yang digunakan pada waktu yang sama dan
menggambarkan daerah liputan yang sama.
d. Berdasarkan warna yang digunakan
1) Foto berwarna semu (false color) atau foto inframerah berwarna. Pada foto
berwarna semu, warna objek tidak sama dengan warna foto. Misalnya vegetasi
yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spectrum tampak merah, akan
tampak merah pada foto.
2) Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.
e. Berdasarkan sistem wahana
Berdasarkan wahana dapaat dibedakan menjadi 2 macam, antara lain:
1) Foto udara, yaitu foto yang dibuat dari pesawat/balon udara.
2) Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit.

2. Citra Nonfoto
Citra nonfoto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera.
Citra nonfoto dibedakan atas :
a. Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik, citra nonfoto dibedakan atas:
1) Citra inframerah termal adalah citra nonfoto yang dibuat dengan menggunakan
spectrum inframerah termal. Pemanfaatan spectrum itu di dasarkan atas beda
temperatur tiap objek yang dipantulkan ke kamera atau sensor.
2) Citra gelombang mikro dan Citra Radar adalah citra nonfoto yang dibuat dengan
menggunakan spectrum gelombang mikro atau radar. Citra gelombang mikro

menggunakan sumber energi alamiah (system pasif), sedangkan citra radar


menggunakan sumber energi buatan (system aktif).
b. Berdasarkan sensor yang digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan atas :
1) Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal dengan saluran lebar.
2) Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan sensor jamak dengan saluran
sempit yang terdiri dari:
Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya tidak
dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya nonfotografik.
Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum
tampak maupun spektrum inframerah termal. Citra ini dapat dibuat dari pesawat
udara.
c. Wahana yang digunakan
1) Citra dirgantara (Airbone Image), yaitu citra nonfoto yang dibuat dengan wahana
yang beroperasi di udara (dirgantara)
2) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra nonfoto yang dibuat oleh
sensor dari satelit yang mengitari bumi.

D. Teknologi Citra Satelit Penginderaan Jauh


Seiring dengan pengembangan teknologi informasi & komunikasi yang makin
pesat, maka teknologi penginderaan jauh pun turut berkembang signifikan khususnya
pada perkembangan citra satelit. Pengembangan citra satelit lebih difokuskan pada
peningkatan kemampuan identifikasi objek dan tingkat ketelitian skala. Selain itu,
pengembangan teknologi penginderaan jauh juga diperkaya dengan berbagai macam
teknologi sensor dan metode perekaman agar diperoleh tingkat akurasi dalam
identifikasi dan kemampuan pengukuran dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan
pada unsur sistem penginderaan jauh itu sendiri, seperti kemampuan resolusi spasial,
spektral, temporal, dan radiometrik. Pengembangan teknologi citra satelit ini
didasarkan pada meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi geospasial untuk
kepentingan suatu perencanaan di berbagai bidang.
1. Citra Satelit Resolusi Tinggi
Teknologi citra satelit ini memiliki tingkat resolusi yang tinggi, sehingga
objek yang ditampilkan pada citra lebih jelas dan lebih detail. Citra satelit resolusi

tinggi sangat cocok untuk kajian tata guna lahan. Adapun contoh citra satelit resolusi
tinggi seperti citra Quickbird, IKONOS, dsb.

Gambar 4.1 Citra quikbird untuk pengamatan tata guna lahan


2. Citra Satelit Resolusi Sedang (Menengah)
Teknologi citra satelit ini memiliki tingkat resolusi sedang, objek yang
ditampilkan pada citra tampak jelas pada perbesaran (skala) tertentu dan akan tampak
pecah jika diperbesar dengan perbesaran yang lebih tinggi. Citra satelit dengan
resolusi ini cocok untuk kajian geografi fisik seperti hidrologi, oseanografi,
geomorfologi, dan lain-lain. Adapun contoh citra satelit resolusi sedang seperti citra
Landsat, SPOT, dsb.

Gambar 4.2 Citra landsat untuk pengamatan bentuk muka bumi


3. Citra Satelit Resolusi Rendah
Citra satelit ini memiliki tingkat resolusi rendah, objek yang ditampilkan pada
citra umumnya tampak tidak jelas jika diperbesar. Citra satelit dengan resolusi ini
umumnya untuk melakukan pengamatan lingkungan permukaan bumi secara global.
Data citra satelit tersebut dicirikan dengan cakupan area yang lebih luas. Citra satelit
ini sering dimanfaatkan dalam bidang pertahanan dan keamanan, selain itu juga
digunakan dalam kajian meteorologi dan klimatologi. Adapun contoh citra satelit
resolusi rendah seperti citra NOAA dan MODIS.

Gambar 4.3 Citra satelit NOAA untuk pengamatan cuaca

E. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh


Kebutuhan manusia dalam memperoleh informasi geospasial untuk berbagai
macam kepentingan telah didukung dengan pesatnya perkembangan teknologi
informasi

dan

komunikasi.

Dalam

mengkaji

fenomena-fenomena

geografi,

pemanfaatan data penginderaan jauh amatlah penting bagi seorang geografer. Dengan
data penginderaan jauh, seorang geografer dapat memperoleh data dan informasi yang
diperlukan. Berikut ini merupakan pemanfaatan data penginderaan jauh dalam kajian
geografi.
1. Kajian Geografi Fisik
a. Dalam bidang Oseanografi

Pengamatan sifat fisis air laut.

Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.

Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.

b. Dalam bidang hidrologi

Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.

Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai.

Pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir.

c. Dalam bidang geologi dan geomorfologi

Pemetaan bentuk lahan suatu wilayah

Untuk pengamatan aktivitas tektonisme dan vulkanisme

Untuk pengamatan tingkat erosi dan sedimentasi suatu objek

d. Dalam bidang meteorologi & klimatologi

Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan


daerah bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai siklon.

Mengetahui sistem atau pola angin permukaan.

Permodelan meteorologi dan data klimatologi.

Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat kewarnaan


dan kandungan air di udara.

2. Kajian Geografi Manusia


a. Dalam bidang tata guna lahan

Pengamatan hutan gundul

Pengamatan sebaran titik-titik kebakaran hutan

Pemetaan penggunaan lahan

Pengamatan pola pemukiman desa dan kota

b. Dalam bidang ekonomi

Untuk pengamatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan

Untuk pengamatan potensi sumberdaya bahan tambang dan persebarannya

c. Dalam bidang geografi politik

Untuk pengamatan daerah perbatasan

Untuk kegiatan pengintaian dalam peperangan

Untuk pengamanan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

F. Interpretasi Citra
1. Langkah-Langkah Interpretasi Citra
Menurut Este dan Simonett, 1975: Interpretasi citra merupakan perbuatan
mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan
menilai arti pentingnya objek tersebut. Secara sederhana, interpretasi citra dapat
diartikan sebagai proses memaknai informasi dalam foto maupun citra satelit.
Pengenalan objek adalah hal terpenting dalam interpretasi citra. Tanpa mengenali
identitas dan jenis objek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan analisis
terhadap suatu masalah yang akan diteliti.
Teknik interpretasi citra dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara visual
(manual) maupun digital (komputerisasi). Cara visual (manual) merupakan cara
interpretasi dengan mengenali objek secara langsung menggunakan panca indera.
Sementara itu, cara digital dapat diartikan sebagai cara interpretasi citra dengan

menggunakan komputerisasi. Dengan kata lain, cara digital ini erat kaitannya dengan
Sistem Informasi Geografi (SIG). Alat bantu yang dapat digunakan dalam kegiatan
interpretasi citra secara manual dapat berupa stereoskop, plastik mika dan spidol
transparan. Sedangkan secara digital, alat bantu berupa komputer dengan aplikasi
software SIG seperti Arc View, Arc GIS, ENVI, ER-Mapper, dan sebagainya.
Dalam kegiatan interpretasi citra terdapat 4 langkah, antara lain:
a. Deteksi, merupakan tahap awal dalam interpretasi citra yaitu dengan
pengamatan atas ada atau tidaknya suatu objek pada citra. Dengan kata lain,
dapat diartikan sebagai kegiatan menemukan dan mengenali keadaan objek
yang terekam pada citra.
b. Identifikasi, merupakan kegiatan memerinci objek dan mengelompokkannya
berdasarkan pengetahuan tertentu, kemudian merumuskan identitasnya.
c. Analisis, merupakan kegiatan menemukan makna/arti dari sebuah objek yang
tampak pada citra.
d. Deduksi, merupakan proses menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti yang
mengarah pada satu hal tertentu.

2. Unsur-Unsur Interpretasi Citra


a. Rona dan Warna
Rona ialah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra,
sedangkan warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum
sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.
Pada foto hitam putih rona yang ada biasanya adalah hitam, putih atau kelabu .
Tingkat kecerahannya tergantung pada keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah
datangnya sinar matahari, waktu pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan
sebagainya.
Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang
elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet,
spektrum tampak, spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan
spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu
karakter pemantulan objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga
mempengaruhi warna dan rona pada foto udara berwarna.

b. Bentuk
Bentuk meupakan wujud umum dari sebuah kenampakan objek berupa bentuk
luar atau bentuk rinci. Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara
merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas,
sehingga banyak objek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya
saja.Contoh: 1) Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau empat
persegi panjang.2) Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.
c. Ukuran
Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng
dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan
ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.Contoh: Lapangan olah
raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran yang tetap, yakni
sekitar (80 m 100 m).
d. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak
objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran sungai
menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan. Permukiman
transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya
seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi
mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu
dari pola serta jarak tanamnya.
e. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang
mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang
terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar,
halus, dan sedang. Misalnya: Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan
semak bertekstur halus.
f. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah
gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang
penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.
Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga
cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto
yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar

dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika
pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.
g. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Misalnya
permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul alam
atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah,
dan sebagainya.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.
Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih
dari satu (bercabang). Pelabuhan diasosiasikan dengan gambar objek peti kemas dan
kapal laut.

DAFTAR RUJUKAN
a) Purwanto. 2012. Penginderaan Jauh, Teori dan Aplikasi. Malang: Jurusan Geografi
UM.
b) Suryantoro, Agus. 2013. Penginderaan Jauh Untuk Geografi. Yogyakarta: Ombak.
c) Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: UGM Press.
d) Prasongko, Eko dkk.2009. Geografi untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
e) http://geoenviron.blogspot.com/2012/04/penginderaan-jauh.html
f)

http://id.wikipedia.org/wiki/Penginderaan_jauh

Anda mungkin juga menyukai