Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 2 (LANJUT)


(GKP 0302)
ACARA 1
MATRIKS DUA DIMENSIONAL DAN PENDEKATAN KUANTITATIF BINARY

DISUSUN OLEH :
Nama

: Lilik Andriyani

NIM

: 13/348106/GE/07576

Jadwal Praktikum : Selasa, 09.00 11.00


Asisten

: 1. Aditya Wicaksono
2. Carolina Ajeng S.P
3. Defa Herdianita
4. Nurwidya. A

LABORATURIUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

ACARA 1
MATRIKS DUA DIMENSIONAL DAN PENDEKATAN KUANTITATIF BINARY
I.

TUJUAN
1. Matriks Dua Dimensional
Mengetahui perubahan penggunaan lahan suatu wilayah berdasarkan informasi
peta digital tahun pertama dan tahun kedua.
2. Pendekatan Kuantitatif Binary
Mengetahui kesesuaian lahan berdasarkan unsur-unsur yang mempengaruhi
kesesuaian lahan permukiman

II.

ALAT DAN BAHAN


a. Alat
PC / Laptop
Software ArcGIS 10.1
b. Bahan
Peta Penggunaan Lahan Tahun Pertama dan Tahun Kedua Sebagian

Lembar Kabupaten Sampang.


Peta kemiringan lereng, peta bentuklahan, peta kerawanan bencana
Kebupaten Sleman.

III.

CARA KERJA
MATRIKS DUA DIMENSIONAL
1.
Menjalankan ArcMap 10.1

2.

Add data penggunaan lahan Kabupaten Sampang dengan nama t1


dan t2 pada folder A_Sampang.

3.

Kemudian

melakukan

intersect

dengan

cara

geoprocessingintersectmasukkan t1 dan t2 untuk intersect.

4. Membuka attribut dari hasil intersect penggunaan lahan t1 dan t2, kemudian
menambahkan field Perubahan dengan cara klik table optionadd field dan
dilanjutkan dengan field calculator pada field perubahan. Setelah melakukan field
calculator, maka akan muncul kotak dialog field calculator, kemudian menuliskan
Perubahan = [Landuse 1]&"Berubah Menjadi " & [Landuse2] pada kolom
dibawah.

5. Melakukan proses dissolve dengan cara geoprocessingdissolve. Kemudian


centang landuse 1, landuse 2, dan perubahan, dilanjutkan dengan membuat field
luas dan menghitung luas perubahannya dengan calculate geometry

6. Membuat tabel luasan perubahan penggunaan lahan menggunakan pivot table


dengan cara Ctrl+F atau Searchpivot tableinput hasil dissolve.

Centang Landuse 1, lalu pilih Landuse 2 pada pivot field, kemudian pilih luas
pada value field, lalu menuliskan nama file dan lokasi penyimpanannya dengan
format file .*dbf OK. Kemudian dilanjukan open atribut pivot table, maka akan
muncul sebagai berikut :

7.

Melakukan proses pivot pada excel dengan melakukan proses export


data atribut dengan cara klik table opinion export

8.

Membuka file hasil export database dengan tipe data .*dbf file ke
Ms.Excel dengan melakukan drag pointer ke arah Ms. Excel

9.

Pilih menu insert pivot table

10.

Muncul kotak pivot table field list, pada column labels isi dengan
landuse2, row labels isi dengan landuse1, dan values isi dengan luas

PENDEKATAN KUANTITATIF BINARY


1. Menjalankan ArcMap 10.1

2. Melakukan Add data theme 1, theme 2, theme 3

3. Kemudian melalui add data, masuk ke dalam folder penyimpanan hasil


praktikum dan membuat folder Model Binary dengan nama yang
diinginkan. Jika sudah masuk dan mengklik toolbox untuk membuat toolbox
baru.

4. Dari Arctoolbox kemudian klik kanan lalu pilih add toolbox

5. Kemudian pada toolbox Model binary3 klik kanan new toolset dan
beri nama Model, setelah muncul toolset baru, lanjutkan dengan klik kanan
pada toolset Model new model

6. Untuk menjalankan model builder dapat memasukan data maupun proses


dengan drag and drop pada lembar kerja data atau proses yang akan
digunakan.
Pada arctoolbox pilih Analysis tooloverlayIntersect kemudian drag
and drop intersect pada lembar kerja

7. Pada lembar kerja model double klik pada objek intersect maka akan
muncul dialog intersect. Dan isikan parameter yang digunakan pada input
feature berupa theme 1, theme 2, dan theme 3, serta pilih lokasi
penyimpanan pada output feature class dan berikan nama

8. Pada lembar kerja model akan muncul tampilan seperti berikut

9. Agar input dan output data muncul pada dialog model maka beri tanda pada
model parameter dengan cara klik kanan dan klik pada model parameter

10. Kemudian membuat field baru dengan cara mendrag and drop tool add field
yang terdapat pada arctoolbox (Data management toolsfieldadd field)

11. Double klik pada Add Field, maka akan muncul dialog Add Field

12. Pada lembar kerja, model objek Add Field akan secara otomatis
terkoneksi dengan output dari intersect

13. Setelah menambahkan field Kesesuaian akan isikan tabel kesesuaian


dengan ketentuan bahwa jika harkat pada theme= 1, theme 2 =1 dan theme
3=1 atau hasil perkalian ketiga harkat =1, maka kesesuaian =Sesuai dan
jika hasil perkalian dari ketiga parameter tidak = 1 maka pada field
kesesuaian dengan tidak sesuai
Untuk melakukan kalkulasi tersebut dapat menggunakan tool calculate field
dengan cara mendrag and drop calculate field yang ada pada data
Management toolFieldCalculate field dan isikan bahasa program di
bawah ini kedalam kolom calculate field.

If [Harkat1] * [Harkat2] * [Harkat3] = 1 Then


Output = " Sesuai "
Else
Output = " Tidak Sesuai "
End If

14. Jika sudah maka klik Run untuk menjalankan model

15. Klik add to display pada hasil akhir run, dan hasil pun akan muncul pada
layer

IV.

HASIL PRAKTIKUM
1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Omben, Sampang, Madura, Jawa
Timur (terlampir)
2. Tabel Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur
(terlampir)
3. Peta Kesesuaian Lahan Permukiman Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta
(terlampir)
4. Printscreen model builder (terlampir)

V.

PEMBAHASAN
Pemodelan spasial dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu
interpretasi dari keadaan asli yang diupayakan dalam bentuk sederana dan
menggunakan bentuk konstruksi spasial dan formula tertentu. Pemodelan spasial yang
banyak dikenal dan digunakan adalah pemodelan overlay. Overlay merupakan
kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan
menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Overlay peta dapat merujuk
pada sebuah proses untuk menampalkan beberapa peta digital pada peta digital yang

lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan gabungan beberapa peta yang


ditampalkan ke dalam satu peta yang kemudian menghasilkan informasi dari atribut
baru yang lebih lengkap dan dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Pemodelan overlay
terdiri dari beberapa jenis, yaitu matriks dua dimensional, pendekatan kuantitatif binary,
pendekatan kuantitatif berjenjang, dan pendekatan kuantitatif berjenjang tertimbang.
Fungi utama dari proses overlay yaitu dapat menghasilkan data spasial baru dari
minimal dua data spasial yang menjadi inputnya.
Matriks dua dimensional adalah salah satu bentuk overlay dari aplikasi SIG yang
sering digunakan untuk membandingkan dua peta yang memiliki tahun berbeda namun
memiliki tema yang sama. Aplikasi matriks dua dimensional yang sering digunakan
adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan suatu daerah yang terjadi antara
tahun pertama dan tahun kedua. Peta yang digunakan pun sebisa mungkin memilki
posisi atau letak spasial yang sama, agar dapat ditampalkan sesuai dengan lokasi
spasialnya. Contoh aplikasi matriks dua dimensional yang sederhana adalah monitoring
perubahan penggunaan lahan Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Perubahan
penggunaan lahan dapat diketahui dengan melakukan intersect peta tahun pertama
dengan tahun kedua, sehingga dihasilkan peta baru hasil overlay yang memperlihatkan
perubahan penggunaan lahan di daerah tersebut.
Output dari matriks dua dimensional sendiri tidak hanya berupa peta perubahan
penggunaan lahan, melainkan ada pula yang dikenal dengan tabel pivot. Tabel pivot
sangat berguna untuk membantu melakukan analisis data dalam SIG. Tabel pivot untuk
perubahan penggunaan lahan Kabupaten Sampang sangat membantu dalam analisis
luas perubahan penggunaan lahannya. Tahun pertama diletakan pada bagian baris,
tahun kedua diletakan pada bagian kolom, dan luas dinyatakan sebagai nilai perubahan.
Total luas perubahan penggunaan lahan pun dapat diketahui melalui grand total yaitu
sebesar 36.120,49 m2. Beberapa perubahan penggunaan lahan yang terjadi adalah pada
sawah irigasi yang menjadi permukiman seluas 33.71992 m2, begitu pula dengan sungai
yang menjadi permukiman seluas 0.00150 m2, hutan bakau yang menjadi ladang garam
seluas 39.19139 m2, dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut dapat menujukkan
bahwa terjadinya pertumbuhan permukiman dengan indikasi adanya pertambahan
jumlah penduduk yang kemungkinan berasal dari migrasi. Salah satu kecamatan di
Kabupaten Sampang yang dapat dijadikan sampel perubahan penggunaan lahan adalah
Kecamatan Omben, karena perubahannya yang cukup variatif dan didominasi oleh
penggunaan lahan seperti ladang dan permukiman.

Pendekatan kuantitatif binary merupakan pemodelan overlay dalam SIG yang


dapat menentukan kesesuaian lahan berdasarkan unsur-unsur yang ditentukan sebagai
parameter kesesuaian lahan. Pendekatan kuantitatif binary dilakukan dengan membuat
model binary pada parameter yang dipakai. Aplikasi pendekatan kuantitatif binary
dilakukan pada penentuan kesesuaian lahan permukiman Kabupaten Sleman. Model
kesesuaian tersebut melihat tiga parameter dengan nilai 1 dan 0, yaitu bentuk lahan,
kemiringan lereng, dan kerawanan. Nilai atau kriteria sangat menentukan dalam hasil
karena sifatnya mutlak. Bila memiliki skor 1 maka lahan tersebut cocok digunakan
untuk permukiman dan sebaliknya bila skor nya 0 maka tidak cocok digunakan untuk
permukiman. Pemodelan pendekatan kuantitatif binary menggunakan toolbox dan
model baru yang sengaja dibuat untuk mempermudah analisis. Pemodelan diawali
dengan intersect, kemudian menambahkan field pada atribut peta akhir yang akan
dijalankan, dan melakukan penambahan logika dengan calculate geometry agar model
yang dibuat dapat dijalankan.
Hasil pendekatan kuantitatif binary pada Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa
sebagian besar lahannya tidak sesuai untuk permukiman. Ketidaksesuaian tersebut
dapat terjadi karena secara morfologi, Kabupaten Sleman berada pada lereng
Gunungapi Merapi. Posisi permukiman yang berada di lereng gunung tersebut sangat
berbahaya dan berisiko karena adanya gunungapi aktif. Pemodelan tersebut sangat
berguna untuk evaluasi secara temporal atau perbedaan waktu yang memungkinkan
adanya data input yang berubah.
VIII. KESIMPULAN
1. Perubahan penggunaan lahan suatu daerah dapat diketahui oleh adanya matriks dua
dimensional pada overlay dalam SIG dan tabel pivot untuk mengetahui luas
perubahannya, seperti perubahan penggunaan lahan Kabupaten Sampang, Madura,
Jawa Timur.
2. Kesesuaian lahan suatu lokasi dapat ditentukan oleh beragam parameter, contohnya
pada kesesuaian permukiman di Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta dengan tiga
parameter, yaitu bentuk lahan, kemiringan lereng dan kerawanan yang masing-masing
telah diberi nilai 1 atau 0.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai