Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

UNTUK PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN


DENGAN MENGGUNAKAN METODE SKORING DAN LIMITING FACTOR
STUDI KASUS: KECAMATAN KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

Oleh:

Nama: Tiara Auraria


Nim: 17331081

Dosen Pengampu: Dr. Iswandi U, S.Pd. M.Si

PROGRAM STUDI DIII TEKOLOGI PENGINDERAAN JAUH


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahan merupakan bagian dari bentangan alam yang mencakup pengertian lingkungan
fisik termasuk iklim, topografi atau relief, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami (natural
vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan
(FAO, 1976 dalam Reyes, 2007). Saat ini penggunaan lahan cenderung mengabaikan
lingkungan sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang pada
akhirnya mengakibatkan menurunnya daya dukung lahan, oleh karena itu penggunaan lahan
harus diarahkan fungsinya untuk menghindari dampak negatif dari pembangunan yang terus
berjalan. Permukiman menempati suatu lahan, dimana dalam suatu permukiman terdapat
manusia sebagai penghuninya. Perencanaan suatu lokasi permukiman harus diperhatikan
karakteristik lahan karena antara lingkungan alam dan manusia mempunyai hubungan timbal
balik.
Pemilihan lokasi yang penting untuk permukiman mempunyai arti yang penting dalam
aspek keruangan, karena ini akan menentukan keawetan bangunan, nilai ekonomis dan
dampak permukiman terhadap lingkungan sekitar. Perencanaan pembangunan lahan dan tata
guna ruang bagi suatu lokasi permukiman perlu didasari dari berbagai bidang dengan
berbagai pertimbangan persyaratan dasar fisik seperti topografi, sumber daya alam, lokasi
tanah, letak geografis, iklim dan bencana alam. Selain itu dalam penentuan lokasi
permukiman harus memperhatikan segi teknis pelaksanaan, tata guna lahan, kesehatan dan
kemudahan (Sutikno, 1982 dalam Fajar, 2009).
Daerah yang akan diteliti adalah Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat. Secara
umum topografi daerah Kabupaten Pasaman Barat adalah datar dan sedikit bergelombang,
sedangkan daerah bukit dan bergunung hanya terdapat di Kecamatan Talamau dan Gunung
Tuleh. Ketinggian daerah bervariasi dari 0 sampai 913 meter di atas permukaan laut.
Wilayah datar dengan kemiringan 0-3%, datar bergelombang dengan kemiringan 3-8%,
berombak dan bergelombang dengan kemiringan lereng 8%-15% serta wilayah bukit
bergunung dengan kemiringan lereng di atas 15%. Berdasarkan posisi geografisnya,
Kecamatan Kinali memiliki batas wilayah, yaitu, sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Luhak Nan Duo, sebelah selatan Kecamatan III Nagari, Kabupaten Agam,
sebelah barat Samudera Hindia, sebelah timur Kecamatan III Nagari, Kabupaten Agam.
Kecamatan Kinali memiliki luas 482,64 km2. Kecamatan Kinali terletak 0-1.332 meter di
atas permukaan laut, dilewati 16 sungai.
Pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pasaman Barat tidak terlepas
dari berbagai kondisi perkembagan yang terjadi seiring dengan pertumbuhan wilayahnya.
Pertumbuhan penduduk yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan diiringi dengan
kondisi sosial maupun lingkungan yang adaakan memperlihatkan wajah permukiman
perkotaan dan permukiman perdesaan. Kondisi pertumbuhan perumahan dan permukiman di
Kabupaten Pasaman Barat pada umumnya berkembang pesat dan berfungsi sebagai pusat
kegiatan. Pertambahan penduduk yang mengakibatkan bertambahnya kebutuhan perumahan
belum semuanya mampu disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, bahkan
dalam penyediaan prasarana dan sarana dasarnya. Pertumbuhan penduduk yang pesat akan
mendorong perubahan penggunaan lahan antara lain untuk tempat tinggal dan fasilitas
pembangunan. Luas daratan permukaan bumi relatif tetap sedangkan kebutuhan manusia
akan ruang tempat tinggal terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
Dinamika perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dipengaruhi oleh pergerakan
manusia dalam membangun permukiman serta pindahnya fungsi-fungsi wilayah, seperti
pendidikan, industri, perdagangan, dan lain sebagainya (Kaur et al., 2004). Selanjutnya
Pribadi et al. (2006) menjelaskan bahwa dengan pesatnya pembangunan akan menyebabkan
perubahan pola penggunaan lahan, dimana ruang terbangun semakin mendominasi dan
mendesak ruang-ruang alami untuk berubah fungsi. Pengembangan kawasan permukiman
yang tidak sesuai dengan penggunaanya akan berdampak terhadap penurunan kualitas
lingkungan dan mengakibatkan bencana alam.
Berdasarkan perubahan pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan penggunanya.
Maka dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman di Kecamatan Kinali
Kabupaten Pasaman Barat. Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
menyatakan bahwa dalam penyusunan rencana tata ruang, terutama untuk kawasan
permukiman, harus memperhatikan dan menghidari kawasan rawan bencana. Jadi penelitian
ini sangat penting dilakukan untuk menentukan lokasi mana saja yang cocok dijadikan
daerah permukiman. Sehingga, kawasan permukiman tidak berada di daerah rawan bencana.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini maka rumusan masalah yang
diteliti adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi permukiman di Kecamatan Kinali
Kabupaten Pasaman Barat?
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui tingkat kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat sebgaai berikut.
1. Bagi peneliti adalah memberikan informasi yang terkait dengan lokasi yang sesuai
untuk pembangunan permukiman di Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
2. Bagi masyarakat adalah sebagai sumber informasi untuk merencanakan pembangunan
rumah di lokasi yang tepat.
3. Bagi Pemerintah adalah masukan untuk pengembangan lokasi permukiman dalam
perencanaan pembangunan di Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
BAB II
METODE

A. Tempat penelitian
Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Kinali memiliki batas wilayah, yaitu,
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Luhak Nan Duo, sebelah selatan Kecamatan III
Nagari, Kabupaten Agam, sebelah barat Samudera Hindia, sebelah timur Kecamatan III
Nagari, Kabupaten Agam. Kecamatan Kinali memiliki luas 482,64 km2. Kecamatan Kinali
terletak 0-1.332 meter di atas permukaan laut, dilewati 16 sungai.
B. Alat dan bahan
Bahan penelitian berupa data spasial kemiringan lereng, bentuk lahan, jenis tanah,
geologi, penggunaan lahan dan juga batas administrasi daerah Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat. Data spasial tersebut bersumber dari Bappeda Sumbar. Bahan penelitian
kemudian dianalisis mengunakan perangkat keras komputer, beserta perangkat lunak
ArcGIS 10.3.
C. Langkah Kerja
1. Metode Skoring
a. Langkah pertama, membuka software arcgis
b. Kedua input batas administrasi Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
c. Masukkan parameter yang diperlukan membuat peta kesesuaian lahan untuk
permukiman, lalu di potong sesuai wilayah Kecamatan Kinali.
Bentuk lahan Lereng

Geologi Jenis tanah


Penggunaan lahan

d. Langkah selanjunya lakukan pengharkatan pada masing-masing parameter,


dengan cara buka atribut tabel>add field> beri nama harkat dengan type short
integer.

e. Lalu mengisi harkat pada masing-masing parameter.


f. Selanjutnya melakukan overlay, pada ovelay ini lakukan secara bertahap dan
disortir, kegunaan data itu disortir memudahkan kita untuk mengklasifikasi
kesesuaian lahan.

Bentuk lahan

Lereng

Geologi

Jenis tanah

Penggunaan
lahan

g. Langkah selanjutnya setelah di overlay, menambah field baru di atribut tabel


yaitu total skor. Rumus total skor adalah harkat bentuk lahan+harkat
lereng+harkat geologi+harkat jenis tanah+harkat penggunaan lahan.
h. Kemudian tambah field baru yaitu kelas, tentukan interval kelas kesesuaian
lahan untuk permukiman.
Interval=skor tertinggi-skor terendah/jumlah kelas
Kelas kesesuaian lahan untuk permukiman ada 5 kelas yaitu tidak sesuai mutrak
(N1), tidak sesuai (N2), sesuai marginal (S3), sesuai (S2), sangat sesuai (S1).
i. langkah selanjutnya yaitu layout.
2. Metode Limiting Factor
Metode Limiting Factor ini hamper sama dengan metode skoring, yang membedakan
adalah pada pengharkatan dan total skor. Pada metode ini harkat yang digunakan yaitu 1
dan 0. 1 untuk sesuai dan 0 untuk tidak sesuai. Dan pada total skor rumusnya adalah
harkat bentuk lahan*harkat lereng*harkat geologi*harkat jenis tanah*harkat penggunaan
lahan. Hasil kesesuaian lahan untuk permukiman pada metode ini hanya 2 kelas yaitu
sesuai dan tidak sesuai.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Peta Bentuk Lahan Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat

Bentuk lahan harkat


Harkat untuk
Fluvial 4
metode
Marine 5
skoring
Vulkanik 1

Bentuk lahan harkat


Harkat untuk
Fluvial 1
metode
Marine 0
limiting factor
Vulkanik 0

Berdasarkan hasil pengharkatan bentuk lahan. Pada metode skoring harkat yang
paling tinggi adalah bentuk lahan marine yaitu 5, bentuk lahan fluvial dengan harkat
4, dan bentuk lahan vulkanik dengan harkat 1. Pada metode limiting factor bentuk
lahan yang sesuai untuk permukiman yaitu bentuk lahan fluvial dan marine, dan yang
tidak sesuai bentuk lahan vulkanik.
2. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat

Kelas kelas Harkat


kemiringan
lereng (%)
0-8 Datar 5
Harkat untuk
8-14 Landai 4
metode
15-25 Agak 3
skoring
curam
25-40 Curam 2
40 atau lebih Sangat 1
curam
Kelas kelas Harkat
kemiringan
lereng (%)
Harkat untuk 0-8 Datar 1
metode 8-14 Landai 1
limiting 15-25 Agak 1
factor curam
25-40 Curam 0
40 atau lebih Sangat 0
curam

Berdasarkan hasil perharkatan kemiringan lereng di Kecamatan Kinali. Pada


metode skoring dapat dilihat pada tabel pertama kemiringan lereng 0-8% memiliki
harkat 5, kemiringn 8-14% memiliki harkat 4, kemiringan 15-25% memiliki harkat 3,
kemiringan lereng 25-40% memiliki harkat 2, kemiringan lereng 40 atau lebih
memiliki harkat 1. Pada metode limiting factor kemiringan lereng 0-8%, 8-14%, 15-
25% memilki harkat 1, dan kemiringan lereng 25-40%, 40% atau lebih memilki
harkat 0.
3. Peta Geologi Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat
Geologi Harkat
Harkat untuk Aluvium dan pantai 1
metode skoring Andesit dari gunung 2
talamau

Geologi Harkat
Harkat untuk
Aluvium dan pantai 0
metode limiting
Andesit dari gunung 1
factor
talamau

Pada peta geologi Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat terdapat 2 jenis
geologi yaitu alluvium dan pantai, dan andesit dari gunung talamau.
4. Peta Jenis tanah Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat

Jenis tanah Harkat


Entisols 4
Harkat untuk
Histosols 5
metode skoring
Inceptisols 4
Ultisols 2
Jenis tanah Harkat
Harkat untuk Entisols 1
metode limiting Histosols 1
factor Inceptisols 0
Ultisols 0

Berdasarkan hasil pengharkatan jenis tanah. Pada metode skoring dapat dilihat
pada tabel jenis tanah entisol dan inceptisol berharkat 4, histosol berharkat 5 dan
ultisol berharkat 2. Pada metode limiting factor jenis tanah entisols, histosol,
inceptisol, ultisol berharkat 1 dan ultisol 0.
5. Peta Penggunaan lahan Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat
Penggunaan lahan Harkat
Semak belukar 5
Pertanian lahan kering 3
Perkebunan 2
Harkat untuk
Permukiman 5
metode skoring
Tubuh air 0
Sawah 4
Hutan 1
Tanah terbuka 4

Penggunaan lahan Harkat


Semak belukar 0
Pertanian lahan kering 1
Harkat untuk Perkebunan 1
metode limting Permukiman 1
factor Tubuh air 0
Sawah 1
Hutan 0
Tanah terbuka 1
6. Peta Kesesuaian lahan untuk permukiman Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman
Barat dengan metode skoring

7. Peta Kesesuaian lahan untuk permukiman Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman


Barat dengan metode limiting factor
8. Peta Satuan Lahan Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat
B. PEMBAHASAN
Hasil analisis kesesuaian lahan untuk permukiman di Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat ada 5 kelas kesesuaian lahan yaitu tidak sesuai mutlak (N1), tidak sesuai
(N2), sesuai marginal (S3), sesuai (S2), sangat sesuai (S1). Metode yang digunakan ada 2
yaitu metode skoring dan metode limiting factor. Kawasan yang sesuai untuk permukiman
di daerah Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat memilki kemiringan lereng yang
datar dan landai, bentuk lahan fluvial, benntuk lahan fluvial adalah semua proses yang
terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk
permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang
mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi. Dan kesesuaian
lahan yang tidak sesuai berada di daerah yang kemiringan lerengnya dari curam sampai
sangat curam.
Pertumbuhan penduduk dan ekonomi pada suatu wilayah akan mendorong peningkatan
pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, sebagai akibatnya banyak kawasan
permukiman berkembang pada zona yang tidak sesuai dengan penggunaannya. Penggunaan
lahan yang tidak sesuai dengan penggunaannya dapat menimbulkan kerusakan lahan.
Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan penggunnaanya tidak hanya berdampak pada
kerusakan lahan, namun juga akan meninbulkan bencana alam dan degradasi lingkungan.
Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong peningkatan kebutuhan akan penggunaan
lahan. Luas lahan yang dapat digunakan untuk mendukung kehidupan relatif tetap dan
bersifat terbatas. Sebagai akibatnya, akan terjadi persaingan penggunan lahan dan pada
akhirnya akan terjadi konflik antar pengguna serta penurunan kualitas lahan. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan menyebabkan manusia memanfaatkan sumberdaya alam tanpa
memperhatikan kemampuan dan daya dukung lingkungan. Sebagai akibatnya, terjadi
penurunan kualitas lingkungan dan bencana alam.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktek yang sudah dilaksanakan yaitu evaluasi kesesuaian lahan untuk
permukiman dengan menggunakan metode skoring dan limiting, hasil overlay dan
pengharkatan evaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman di Kecamatan Kinali Kabupaten
Pasaman Barat menunjukkan zona lahan yang sesuai berada pada bentuk lahan fluvial, dan
zona lahan tidak sesuai berada pada bentuk lahan vulkanik.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, S, dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan


Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Liesnoor, Dewi. 2007. Kajian Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Dengan Teknik Sistem
Informasi Geografis (SIG). 4(1).
Muta’ali, Lutfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah Dan Kota. Yogyakarta : Badan Penerbit
Fakultas Geografi.

Anda mungkin juga menyukai