Anda di halaman 1dari 9

Geo Image 7 (2) (2018)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage

Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Menganalisis Kualitas Lingkungan Permukiman


di Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan

Gayuh Supangkat, Erni Suharini, Tjaturahono Budi Sanjoto

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pertumbuhan penduduk yang meningkat selalu membawa perubahan salah satunya adalah
Diterima 20 Mei 2018 perubahan pada tingkat kualitas lingkungan permukiman. Ketersediaan ruang di dalam kota tetap
Disetujui 30 April 2018 dan terbatas, maka secara alamiah terjadi pemilihan alternatif dalam memenuhi kebutuhan ruang
Dipublikasikan 24 Mei untuk tempat tinggal dan pembangunan permukiman yang dilakukan mengabaikan tentang kualitas
2018 lingkungan itu sendiri. Parameter tersebut antara lain adalah kepadatan bangunan permukiman, tata
________________ letak bangunan permukiman, lebar jalan masuk permukiman, kondisi jalan masuk permukiman,
Keywords: lokasi permukiman, dan pohon pelindung jalan masuk permukiman. Untuk membantu proses
Neighborhood, Quality analisis dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan untuk pemetaan menggunakan
Neighborhood , High software SIG. Metode yang digunakan adalah metode pengharkatan (scoring), tumpang susun
Resolution Images (overlay). Hasil dari overlay tersebut adalah peta kualitas permukiman di kecamatan Pekalongan
(Quickbird), SIG Selatan, Kota Pekalongan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa permukiman di Kecamatan
____________________ Pekalongan Selatan dengan kualitas baik dengan luas 60.9 Ha, kualitas sedang dengan luas 373.9
Ha, dan kualitas buruk dengan luas 89.1 Ha. Dari hasil tersebut permukiman di Kecamatan
Pekalongan Selatan didominasi oleh permukiman dengan kualitas sedang.

Abstract
___________________________________________________________________
Increased population growth always bring a change of one is the change in the level of environmental quality
neighborhoods. The availability of space in the city's fixed and finite, then the alternative elections occurred
naturally in the space to meet the need for housing and the building of settlements performed ignoring about
environmental quality neighborhoods. These parameters include the density of building settlements, settlement
building layout, the width of the entrance of the settlement, the settlement's entrance road conditions, location of
settlements, and a protective tree driveway neighborhoods. To help the analysis process by making use of remote
sensing technology for the mapping, and using software SIG. The method is using score (scoring), stack bundles
(overlay). The result of the overlay map quality neighborhoods in district of Pekalongan Selatan, Pekalongan.
From this research it can be known that settlements in Pekalongan South with good quality with an area of 60.9
Hectares, better quality with extensive 373.9 Ha, bad quality and with an area of 89.1 Ha. The results of the
settlement in the South dominated by the Pekalongan neighborhoods with better quality.

© 2018 Universitas Negeri Semarang

 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6285


Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com

123
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

PENDAHULUAN dijadikan alternatif untuk pemecahan


masalah tersebut.
Pertumbuhan penduduk yang Salah satu citra penginderaan jauh
meningkat selalu membawa perubahan, yang dapat digunakan untuk penelitian
salah satunya adalah perubahan pada kualitas lingkungan permukiman adalah
tingkat kualitas lingkungan permukiman. citra Quickbird. Citra Quickbird memiliki
Laju pertumbuhan penduduk disebabkan resolusi spasial 0.6 meter pada sensor
oleh dua faktor yaitu adanya pertambahan pangkromatik, sedangkan untuk sensor
penduduk secara alami dan migrasi dari Multispectral memiliki resolusi spasial
desa ke kota yang berlebih (over sebesar 2.4 meter (Purwadhi dan Sanjoto,
urbanization). 2008:34). Dalam penelitian ini peneliti
Statistik daerah Kecamatan mengacu pada 6 parameter yang bisa di
Pekalongan Selatan data BPS Kota interpretasi dari citra Quickbird. Ada
Pekalongan, tahun 2015 nenpunyai Laju beberapa informasi kualitas permukiman
Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,01 yang dapat diperoleh dengan mengkaji citra
dari sebelumnya 1,00 %. Kecamatan Quickbird yang mempunyai resolusi tinggi
Pekalongan Selatan sendiri menyumbang yaitu kepadatan permukiman, tata letak
angka terbesar laju pertumbuhan bangunan, lebar jalan masuk, lokasi
penduduknya sebesar 0,72. Pekalongan permukiman, kondisi masuk jalan, dan
Selatan sekarang menjadi wilayah yang pohon pelindung jalan masuk permukiman.
dijadikan untuk pembangunan permukiman Proses identifikasi dilakukan dengan
baru seperti yang disebutkan dalam RTRW interpretasi visual memanfaatkan perangkat
Kota Pekalongan 2009-2029 bahwa wilayah system informasi geografi (SIG), sehingga
ini dijadikan sebagai kawasan menghasilkan informasi baru yaitu peta
pembangunan perumahan berkepadatan tingkat kualitas lingkungan permukiman.
sedang. Untuk itu diperlukan analisis atau Tujuan dalam penelitian ini adalah
penilaian terhadap kualitas lingkungan (1) mengetahui tingkat kualitas lingkungan
permukiman. Menurut Suharini (2007), permukiman di Kecamatan Pekalongan
Permukiman merupakan salah satu Selatan berdasarkan parameter yang di
kebutuhan pokok manusia. Sebagai salah interpretasi dari citra quickbird, (2)
satu kebutuhan pokok manusia, maka suatu mengetahui persebaran kondisi kualitas
permukiman mestinya harus mempunyai lingkungan permukiman di Kecamatan
kondisi yang layak baik dilihat dari Pekalongan Selatan berdasarkan hasil
lingkungan fisik maupun lingkungan pemetaan tingkat kualitas lingkungan
sosialnya. permukiman.
Kondisi fisik lingkungan Manfaat dari penelitian ini dapat
permukiman dapat diamati langsung memberikan masukan untuk
dilapangan, namun demikian pengembangan ilmu dan teknologi inderaja
membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya khususnya pemanfaatan citra Quickbird
yang relatif besar, mengingat wilayah bagi perencanaan wilayah permukiman dan
perkotaan yang sangat padat dan ramai. memberikan informasi bagi masyarakat
Untuk itu diperlukan suatu metode untuk tentang kondisi kualitas lingkungan
mengatasi kendala tersebut yaitu dengan permukimaan di wilayahnya. Kemudian
menggunakan data penginderaan jauh. pemerintah dapat melakukan penataan
Dengan data penginderaan jauh, lingkungan permukiman agar sesuai dengan
diharapkan dapat mengkaji kualitas rencana tata ruang dalam perencanaan
permukiman didaerah perkotaan dan dapat pembangunan daerah terkait lingkungan
permukiman di wilayah penelitian.

124
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

METODE Dari perhitungan di ketahui sampel


klas baik 4 titik sampel, klas sedang 26 titik
Penelitian ini menggunakan metode sampel, dan klas buruk 6 titik sampel.
interpretasi visual citra Quickbird, metode Teknik analisis yang digunakan
dokumentasi, metode observasi atau dalam penelitian ini adalah teknik analisis
checking lapangan dan metode wawancara. dekriptif dan teknik analisis peta. Berikut
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah parameter-parameter penentu
seluruh blok permukiman di Kecamatan kualitas lingkungan permukiman.
Pekalongan Selatan. Teknik sampel yang Parameter dalam penelitian ini ada
digunakan adalah purposive sampling. 6, antara lain sebagai berikut:
merupakan teknik pengambilan sampel Tabel 1. Parameter penelitian
secara sengaja dimana peneliti menentukan No Variabel
sendiri sampel yang diambil karena adanya 1 Kepadatan Permukiman
pertimbangan kriteria, yaitu untuk blok 2 Lebar jalan masuk permukiman
permukiman di Kecamatan Pekalongan
Selatan. Adapun kriteria-kriteria yang akan 3 Kondisi permukaan jalan masuk
dijadikan sampel adalah permukiman permukiman
4 Lokasi permukiman
dengan kelas kualitas baik, kelas kualitas
sedang, dan kelas kualitas buruk. 5 Pohon pelindung jalan
Agar sampel yang diambil dalam
penelitian ini dapat mewakili populasi maka 6 Tata letak bangunan permukiman
dapat ditentukan jumlah sampel yang Sumber: parameter peneltian, 2017
dihitung dengan menggunakan formula
Fitzpatrick Lins (dalam Kurniadi 2014), Pembobotan Parameter Dari Hasil
yaitu : Interpretasi Visual Citra
𝒛𝟐 𝒑 𝒒 Penentuan kualitas lingkungan
𝐍=
𝑬𝟐 permukiman dilakukan dengan menilai
N = jumlah sampel kondisi parameter-parameter kualitas
Z = standar deviasi normal yang nilainya 2 lingkungan permukiman dari data hasil
p = ketelitian yang diharapkan (%) interpretasi yang telah didigitasi dan telah
q = 100 - p diberi nilai harkat untuk masing-masing
E = kesalahan yang diterima. parameter tersebut kemudian dikalikan
Dalam penelitian ini ditetapkann dengan bobot dari masing-masing
tingkat ketelitian sebesar 90% dan tingkat parameter dalam setiap satuan blok.
kesalahannya 10% maka didapatkan jumlah Harkat Total Citra = (Ax3) + (Bx1) +
sampel yang di ambil adalah 36 sampel. (Cx2) + (Dx3) + (Ex2) + (Fx2)
Kemudian 36 titik sampel dibagi menjadi 3
kategori klas, yaitu baik, sedang, dan buruk. Keterangan:
Sehingga jumlah sampel pada masing- A : Harkat kepadatan permukiman
masing klas dihitung dengan rumus, B : Harkat tata letak bangunan
𝑵𝒊 C : Harkat pohon pelindung jalan
𝒏𝒊 = 𝒙𝒏
𝑵 D : Harkat lebar jalan
ni = jumlah sampel ke I
E : Harkat kondisi permukaan jalan
Ni= jumlah populasi ke i
F : Harkat lokasi permukiman
N = jumlah populasi
Hasil dari perhitungan bobot
N= jumlah sampel.
diperoleh jumlah skor tertinggi dan
terendah sehingga dapat diketahui
selisihnya (range). Berdasarkan pendekatan

125
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

ini maka klasifikasi kualitas permukiman Tabel 2. Klasifikasi Klas Kualitas


diperoleh dengan persamaan sebagai Lingkungan Permukiman
berikut : Total Harkat Kriteria Klas
Ci = R : K 31 – 39 Kualitas Baik I
Keterangan: 22 – 30 Kualitas Sedang II
Ci : Interval kelas 13 – 21 Kualitas Buruk III
R : Range (nilai ini diperoleh dari selisih
skor total tertinggi-skor total terendah) HASIL PENELITIAN DAN
K : Jumlah kelas (tiga kelas tingkatan, yaitu PEMBAHASAN
baik, sedang dan buruk).
Penentuan klas kualitas permukiman Penentuan kualitas lingkungan
dilakukan dengan menghitung: permukiman menggunakan citra resolusi
1). Nilai tertinggi dari skor total X 13 = tinggi (Quickbird) tahun 2014 yang sudah
39 terkoreksi geometrik. Citra Quickbird
2). Nilai terendah dari skor total X 13 = digunakan untuk identifikasi objek melalui
13 interpretasi visual dan digitasi on screen.
3). Banyaknya klas yang ditentukan Kualitas citra Quickbird yang digunakan
adalah 3 klas, dengan interval klas (39- dapat dilihat pada gambar berikut ini:
13) / 3 = 9 .
Angka 13 diperoleh dari
penjumlahan bobot parameter kualitas
lingkungan permukiman.

Gambar 1. Citra Quickbird Kecamatan Pekalongan Selatan 2014

Hasil penelitian yang diperoleh (baik), kelas kualitas II (sedang) dan kelas
teradapat tiga kelas kualitas lingkungan kualitas III (buruk). Untuk lebih jelasnya
permukiman di wilayah Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Pekalongan Selatan yaitu kelas kualitas I

126
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

Tabel 3. Luas Blok Permukiman Berdasarkan Kualitas Lingkungan Permukiman Dan


Luas Blok Non Permukiman
Kriteria Kelas Luas (ha) Presentase (%)
kualitas lingkungan permukiman baik I 60.9 11.6
kualitas lingkungan permukiman sedang II 373.9 71.4
kualitas lingkungan permukiman buruk III 89.1 17.0
total luas permukiman 523.9 100
non permukiman 620.1 -
Sumber: Hasil analisis data, 2017.

Berdasarkan tabel di atas total luas (sedang) luasnya 373.9 hektar atau 71.4%
wilayah permukiman dengan klas kualitas I dari total luas permukiman di Kecamatan
(baik) di Kecamatan Pekalongan Selatan Pekalongan Selatan. Sedangkan klas III
adalah 60.9 hektar atau 11.6% dari total luas (buruk) 89.1 hektar atau 17% dari total luas
wilayah permukiman di Kecamatan permukiman di Kecamatan Pekalongan
Pekalongan Selatan. Klas kualitas II Selatan.

Tabel 4. Jumlah Blok Permukiman Berdasarkan Kualitas Lingkungan Permukiman Per


Kelurahan
Kualitas Kualitas Kualitas
Permukiman Permukiman Permukiman
Luas Luas Total
Baik Sedang Buruk
Kelurahan Permuki Kelurahan
Jml
man (Ha) (Ha)
Jml Luas Jml Luas Blo Luas
Blok (Ha) Blok (Ha) k (Ha)
20.6 99.3 20.2
1 5 1 166
Jenggot (14.7%) (70.9%) (14.4%) 140.1
54.4 23.8
- - 5 2 109
Banyurip (69.6%) (30.4%) 78.2
Buaran 48.4 33.6
- - 3 2 158
kradenan (59%) (41%) 82.0
Kuripan 31.5 47.4
2 4 - - 211
Kertoharjo (40%) (60%) 79.0
Kuripan 60.1 11.5
- - 4 1 232
Yosorejo (84%) (16%) 71.6
8.8 64.3
1 6 - - 267
Sokoduwet (12%) (88%) 73.1
Jumlah 4 60.9 27 373.9 6 89.1 523.9 1144
Sumber : Hasil analisis data , 2017

Berdasarkan tabel 4 kualitas Buarankradenan, dan Kuripan Yosorejo


lingkungan permukiman klas I (baik) paling tidak memiliki wilayah permukiman
tinggi ada di Kelurahan Kuripan Kertoharjo dengan kualitas baik. Kualitas II (sedang)
dengan luas 31.5 hektar atau 39.9% dari paling tinggi berada di Kelurahan Jenggot
total luas permukiman di kelurahan dengan luas 99.3 hektar atau 70.9% dan
tersebut. Kemudian Kelurahan Jenggot paling rendah berada di kelurahan 47.4
20.6 hektar atau 14.7%, dan Kelurahan hektar atau 60%. Kualitas III (buruk) paling
Sokoduwet 8.8 hektar atau 12%. Sedangkan tinggi berada di Kelurahan Buarankradenan
tiga kelurahan lainnya antara lain Banyurip, 33.6 hektar atau 41%, kemudian paling

127
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

rendah Kelurahan Kuripan Yosorejo Selatan merupakan wilayah yang lebih


dengan luas 11.5 hektar atau 16%. rendah kepadatannya jika dibandingkan
Sedangkan untuk Kelurahan Sokoduwet dengan kecamatan lain di Kota Pekalongan,
dan Kelurahan Kuripan Kertoharjo tidak namun di kecamatan ini kualitas
memiliki wilayah permukiman dengan lingkungan yang baik masih sedikit. Ada
kualitas buruk. beberapa faktor yang menjadi alasan
Uji Ketelitian kenapa masih sedikitnya permukiman yang
Berdasarkan hasil survey, diketahui memiliki kualitas lingkungan permukiman
bahwa dari 15 titik sampel yang di survei baik, salah satunya adalah karena di
terdapat 1 titik yang kualitas lingkungan Kecamatan Pekalongan Selatan masih
permukimannya tidak sesuai dengan hasil banyak penduduk yang bekerja di sektor
analisis citra. Kondisi yang tidak sesuai pertanian, sehingga masih banyak yang
terdapat pada blok 29 tepatnya di berpenghasilan menengah kebawah.
Kelurahan Kuripan Yosorejo pada hasil Menurut Noelaka dalam (Inayati, 2013: 19)
interpretasi didapatkan bahwa blok tersebut ada 4 faktor yang mempengaruhi kesadaran
merupakan permukiman yang memiliki lingkungan yaitu: (1) faktor pendidikan (2)
kondisi buruk dari hasil interpretasi citra faktor kemiskinan (3) faktor kemanusiaan,
dinilai dari ke enam parameter, namun hasil dan (4) faktor gaya hidup. Dengan
cek lapangan menunjukan ke enam minimnya pengetahuan serta kurangnya
parameter tidak semuanya buruk bahkan sosialisasi dari pemerintah mengenai
dominan baik seperti lebar jalan, kepadatan kualitas lingkungan permukiman sehingga
bangunan, kondisi permukaan jalan, dan warga tidak begitu memperdulikan
pohon pelindung jalan. terhadap tingkat kualitas lingkungan tempat
Perhitungan mengenai tingkat tinggal mereka, karena jika dilihat dari
kebenaran data pada peta yang dibuat dapat beberapa parameter, seperti parameter tata
dihitung dengan membandingkan jumlah letak bangunan masih dominan bangunan
titik survei yang benar dengan jumlah titik permukiman yang tidak teratur. Bangunan
keseluruhan survei (Danoedoro dalam permukiman yang teratur hanya ada di
Mufarika, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat wilayah perumahan sedangkan di wilayah
dilihat pada persamaan berikut ini: permukiman biasa cenderung ke tidak
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑡𝑎 teratur. Ketidak teraturan bangunan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 permukiman ini disebabkan oleh beberapa
= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 faktor diantaranya karena pembangunan
14 rumah atau hunian tidak berada dibawah
= × 100%
15 pengawasan dinas terkait sehingga
= 93% pembangunannya sepenuhnya di lakukan
Berdasarkan perhitungan di atas, oleh masyarakat itu sendiri yang masih
tingkat kebenaran peta hasil analisis citra kurang begitu paham akan tata letak
Quickbird adalah sebesar 93%. Hal ini bangunan permukiman yang semestinya.
menunjukkan peta yang dibuat masih Kemudian faktor lainnya adalah karena ada
relevan dengan kondisi eksisting yang ada beberapa wilayah kelurahan di Kecamatan
di wilayah Kecamatan Pekalongan Selatan. Pekalongan Selatan yang pola
Sehingga masih dapat digunakan sebagai permukimannya mengelompok atau
acuan untuk melakukan perhitungan dalam bergerombol sehingga hadap bangunannya
penelitian. tidak mengikuti jalan dan cenderung tidak
Berdasarkan klasifikasi tingkat beraturan. Tata letak tidak teratur
kualitas permukiman menunjukan bahwa disebabkan karena padatnya bangunan
wilayah permukiman di Pekalongan sehingga menyebabkan lahan

128
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

permukimannya sempit sehingga proses


perkembangan rumah mukim baru menjadi
tidak tertata dengan seharusnya.

Gambar 2. Peta Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman Kecamatan Pekalongan Selatan


Kota Pekalongan 2017

Persebaran permukiman yang jalan menjadi sempit, ruang untuk resapan


memiliki kualitas lingkungan baik di air juga berkurang sehingga permukiman
Kecamatan Pekalongan Selatan dominan dengan kepadatan tinggi rawan akan
berada di daerah yang jauh dari pusat kota, terjadinya genangan air jika saluran air
di Kelurahan Buarankradenan, Banyurip, tidak begitu baik. Dilihat dari parameter
dan Kuripan Yosorejo tidak dijumpai lebar jalan pun di daerah tersebut dominan
satupun blok permukiman yang memiliki dibawah 4 meter sehingga dikategorikan
kualitas lingkungan baik. Ini di pengaruhi dalam kondisi buruk dengan asumsi tidak
oleh beberapa parameter yang memang bisa dilewati dua mobil saat ber papasan.
tidak memenuhi di kelurahan yang berada Keseluruhan permukiman di
dekat dengan pusat kota atau pun pusat Kecamatan Pekalongan Selatan di
perdagangan seperti pasar. Daerah yang dominasi oleh kualitas klas II (sedang).
berada di dekat pasar dan pusat kota Penyebab banyaknya permukiman dengan
memiliki kualitas lingkungan yang dominan kualitas lingkungan sedang adalah karena
buruk karena kepadatan bangunannya yang laju perkembangan fasilitas ekonomi di
tinggi kemudian tata letak bangunan yang Pekalongan Selatan sedang dalam proses
kurang diperhatikan karena sudah padatnya berkembang dan sangat mempengaruhi
daerah permukiman tersebut. Bangunan kondisi kualitas lingkungan
yang padat membuat ruang gerak atau akses permukimannya. Kepadatan bangunan

129
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

yang sedang atau tinggi berakibat pada tata kelurahan tersebut. Kemudian Kelurahan
letak bangunan yang tidak teratur. Jenggot 20.6 hektar atau 14.7%, dan
Kepadatan bangunan rendah adalah ciri Kelurahan Sokoduwet 8.8 hektar atau 12%.
dari kawasan berkembang, karena pada Sedangkan tiga kelurahan lainnya antara
daerah ini masih ada banyak lahan kosong lain Banyurip, Buarankradenan, dan
yang belum terbangun sehingga banyak Kuripan Yosorejo tidak memiliki wilayah
pembangunan permukiman yang sedang permukiman dengan kualitas baik. Kualitas
dan akan terjadi. Kemudian dilihat dari II (sedang) paling tinggi berada di
letaknya, Pekalongan Selatan merupakan Kelurahan Jenggot dengan luas 99.3 hektar
Kecamatan dengan resiko bencana yang atau 70.9% dan paling rendah berada di
kecil, karena jauh dari bibir pantai sehingga Kuripan Kertoharjo 47.4 hektar atau 60%.
minim terjadi abrasi ataupun banjir rob. Kualitas III (buruk) paling tinggi berada di
Dengan kepadatan bangunan yang rendah, Kelurahan Buarankradenan 33.6 hektar
seperti pada Kelurahan Sokoduwet masih atau 41%, kemudian paling rendah
memiliki banyak sekali lahan yang berupa Kelurahan Kuripan Yosorejo dengan luas
lahan persawahan dan kebun. Dekatnya 11.5 hektar atau 16%.
aksebilitas dengan jalan kolektor
berdampak pada lebar jalan masuk DAFTAR PUSTAKA
permukiman yang banyak didominasi
kurang dari empat meter tetapi kondisi Badan Pusat Statistik. (2016). Kota Pekalongan
jalannya sudah diperkeras dengan aspal Dalam Angka 2016. Pekalongan: BPS
maupun batako berdampak pada kondisi Kota Pekalongan.
Inayati, Desy, Erni Suharini dan Sriyono. 2017.
kualitas lingkungan permukiman di
Tingkat Partisipasi Penduduk Dalam
Kecamatan Pekalongan Selatan yang di
Upaya Pelestarian Tanaman Mangrove
dominasi kualitas lingkungan permukiman
Di Desa Pecakaran Kabupaten
sedang. Pekalongan. Semarang: Jurusan
Geografi FIS UNNES. Edu Geography,
SIMPULAN Vol.5 No.1 Hal.18-24
Kurniadi, Aris. 2014.Analisis Kualitas
Tingkat kualitas lingkungan Lingkungan Permukiman Di Kecamatan
permukiman di Kecamatan Pekalongan Kotagede Kota Yogyakarta
Menggunakan Citra Quickbird. Skripsi.
Selatan, Total luas wilayah permukiman
Yogyakarta : Universitas Negeri
dengan klas kualitas I (baik) di Kecamatan
Yogyakarta.
Pekalongan Selatan adalah 60.9 hektar atau Mufarika, Yulia. 2008. Identifikasi Perubahan
11.6% dari total luas wilayah permukiman Penggunaan Lahan dengan
di Kecamatan Pekalongan Selatan. Klas Menggunakan Citra Landsat Tahun
kualitas II (sedang) luasnya 373.9 hektar 2006-2008. Skripsi. Semarang: Jurusan
atau 71.4% dari total luas permukiman di Geografi Unnes
Kecamatan Pekalongan Selatan. Sedangkan Purwadhi, Sri Hadiyanti dan Tjaturahono B.S.
klas III (buruk) 89.1 hektar atau 17% dari 2008. Pengantar Interpretasi Citra
Penginderaan Jauh. Jakarta: LAPAN
total luas permukiman di Kecamatan
Suharini, Erni. 2007. Menemukali Agihan
Pekalongan Selatan.
Permukiman Kumuh Di Perkotaan
Persebaran kualitas lingkungan Melalui Interprtasi Citra Penginderaan
permukiman di Kecamatan Pekalongan Jauh. Semarang: Jurusan Geografi FIS
Selatan, kualitas lingkungan pe rmukiman UNNES. Jurnal Geografi, Vol.4 No.2
klas I (baik) paling tinggi ada di Kelurahan Hal. 77-85
Kuripan Kertoharjo dengan luas 31.5 hektar
atau 39.9% dari total luas permukiman di

130
Gayuh Supangkat dkk / Geo Image 7 (2) (2018)

131

Anda mungkin juga menyukai